Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105563 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mia Wijayanti
"Peningkatan jumlah penduduk lansia yang semakin bertambah, akan berdampak pada peningkatan beban ketergantungan lansia akibat penurunan fungsi fisiologis yang dialaminya seperti istirahat dan tidur. Insomnia dapat mempengaruhi penurunan kesehatan fisik, psikologis, fungsi kognitif dan sosial pada lansia. Karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada lansia dengan insomnia melalui program sleep hygiene di PSTW Budi Mulia 1 Ciracas. Program sleep hygiene merupakan salah satu intervensi keperawatan yang mendorong tidur lebih nyenyak, sehingga dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas tidur. Intervensi ini terdiri dari 8 sesi yang dilakukan selama 60 menit setiap sesinya. Instrumen yang digunakan adalah Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI), Insomnia Severy Index (ISI) dan Sleep Hygiene Index (SHI). Hasil karya ilmiah menunjukkan terdapat penurunan skor pada instrumen PSQI dari 16 menjadi 7, terdapat penurunan dari 21 menjadi 9 pada intrumen ISI dan pada instrumen SHI mengalami penurunan dari 43 menjadi 30. Penulis merekomendasikan adanya upaya untuk mengatasi insomnia dengan menerapkan intervensi peningkatan tidur pada lansia.

The increased number of elderly populations had an impact to the elderly independence due to the decrease in physiological functions experienced such as rest and sleep. Insomnia could decrease the physical, psychological, cognitive and social health functions in the elderly. This scientific work aimed to describe the implementation of nursing care for the elderly with insomnia using the sleep hygiene program at PSTW Budi Mulia 1 Ciracas. Sleep hygiene program is a nursing intervention that encourages deeper sleep, to increase the quantity and quality of sleep. This intervention consisted of 8 sessions and conducted for 60 minutes on each session. The instruments used were Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI), Insomnia Severy Index (ISI) and Sleep Hygiene Index (SHI). The sleep hygiene program resulted the decreasing scores of PSQI, ISI and SHI. The PSQI instrument decreased from 16 to 7, the ISI instrument decreased from 21 to 9, and the SHI instrument decreased from 43 to 30. The author recommends effort to resolve insomnia by using sleep enhancement interventions on ederly."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khafifah Sri Lestari
"Insomnia merupakan salah masalah tidur yang paling sering ditemukan pada usia lanjut. Faktor risiko terjadinya insomnia diantaranya faktor psikososial, lingkungan, dan faktor perubahan fisiologi lansia. Insomnia yang tidak tertangani dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup lansia. Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis penerapan evidence-based practices berupa intervensi unggulan dalam mengatasi insomnia lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung. Intervensi tersebut yaitu teknik relaksasi: warm footbath yang dilakukan selama 15-20 menit, dengan frekuensi 2 minggu. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan skor Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) menurun pada lansia setelah dilakukan intervensi pada tiga lansia. Berdasarkan hasil tersebut, terapi warm footbath dapat menjadi pilihan dalam mengatasi insomnia pada lansia. Penulis merekomendasikan adanya penerapan teknik relaksasi warm footbath yang dilakukan secara rutin pada malam hari saat lansia akan tidur.

Insomnia is one of the most common sleep problems in the elderly. Risk factors for insomnia include psychosocial, environment, and physiological changes in the elderly. Untreated insomnia can have an impact on decreasing the quality of life of the elderly. This writing aims to analyze the application of evidence-based practices in the form as maintain intervention in dealing for older persons with insomnia at PSTW Budi Mulia 01 Cipayung. The intervention is a relaxation technique: warm footbath which is carried out for 15-20 minutes, with a frequency of 2 weeks. The results of this case study show that the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)’s score declined in three older persons women after intervention. Based on these results, warm foot bath therapy can be an option in dealing with insomnia in elderly. The author recommends the application of a warm footbath that can be done on a regular basis everyday at night when the elderly are going to sleep.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andrian Purwo Sulistyo
"Latar belakang: Sebuah penelitian di Rumah Sakit (RS) Norwegia (2012) menemukan 67,7% perawat dengan pola kerja gilir 3-rotasi mengalami insomnia. Banyak penelitian dilakukan tentang kerja gilir dan hubungannya dengan kesehatan, sehingga pola rotasi yang direkomendasikan tersedia, tetapi masih ada pola lain diterapkan, termasuk oleh pekerja rumah sakit. Pola kerja gilir iregular memiliki risiko terjadinya insomnia lebih besar. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pola kerja gilir 3-rotasi dengan insomnia pada pekerja RS.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain komparatif potong-lintang. Data sekunder dari 234 pekerja RS dengan pola kerja gilir 3-rotasi regular dan iregular diikutertakan dalam penelitian ini, yang memenuhi kriteria inklusi. Variabel yang dianalisis adalah faktor individu, seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan dan higiene tidur juga faktor pekerjaan, seperti profesi, masa kerja, dan unit kerja.
Hasil: Prevalensi insomnia klinis pada pekerja RS dengan pola kerja gilir 3-rotasi adalah 29.9%. Ketika insomnia ringan (pra-klinis) diikutsertakan, maka prevalensi insomnia adalah 55.5%. Variabel berhubungan dengan insomnia adalah: pola kerja gilir 3-rotasi (ROsesuaian 0.34; IK 95% 0.18 - 0.66), pekerjaan sampingan (ROsesuaian 0.46; IK 95% 0.22 - 0.99;), indeks higiene tidur (ROsesuaian 8.84; IK 95% 4.41 - 17.74). Variabel lain tidak berhubungan secara signifikan dengan insomnia preklinis-klinis.
Kesimpulan: Prevalensi insomnia preklinis-klinis adalah 55.5% di antara pekerja RS dengan pola kerja gilir 3-rotasi. Indeks higiene tidur adalah faktor paling dominan terkait dengan insomnia (ROsesuaian 8.84).
Background: A study in the Norwegian Hospital (2012) found 67.7% of nurses with 3-rotational shift work patterns had insomnia. Many studies exist on shift work and it’s association with health, there fore recommended shift patterns are available, but still other patterns are implemented, including among hospital workers. Irregular shift work patterns have a greater risk of insomnia. This study aims to determine association of 3-rotational shift work patterns with insomnia in hospital workers.
Method: This study used a cross-sectional comparative design. Secondary data from 234 hospital workers with regular and irregular 3-rotational shift work patterns were included in the study, who meet the inclusion criteria. Variables analyzed were individual factors, like age, gender, marital status and sleep hygiene also occupational factors, like profession, work period and work unit.
Results: The prevalence of clinical insomnia in hospital workers with 3-rotational shift work patterns was 29.9%. When light insomnia (pre-clinical) were included, the prevalence of insomnia was 55.5%. Variables associated with light - severe insomnia were: 3-rotational shift work patterns (ORadj 0.34; 95% CI 0.18 - 0.66), side jobs (ORadj 0.46; 95% CI 0.22 - 0.99), sleep hygiene index (ORadj 8.84; 95% CI 4.41 - 17.74). Other variables were not significantly related to insomnia.
Conclusion: Prevalence of insomnia preclinical - clinical was 55.5% among hospital workers with 3-rotational shift work. Sleep hygiene index is the most dominant factor associated with insomnia (ORadj 8.84). "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T58917
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edo Sebastian Jaya
"Insomnia adalah salah satu masalah yang paling umum bagi lanjut usia (lansia). Seperti gangguan psikologis lainnya, terdapat berbagai tipe dan penyebab insomnia. Walaupun demikian, mencari penyebab dan membeda-bedakan berbagai tipe insomnia seringkali tidak bermanfaat dalam menangani insomnia. Penelitian telah menunjukkan bahwa semua tipe dan penyebab insomnia dapat menerima manfaat terapi. Terapi yang paling efektif dan direkomendasikan untuk menangani insomnia adalah multi-komponen cognitive behavioral therapy (CBT). Teknik yang umumnya termasuk dalam paket terapi adalah sleep hygiene, stimulus control, sleep restriction, dan pendekatan kognitif.
Penelitian ini menggunakan paket terapi tersebut ditambah teknik pemecahan masalah yang efektif untuk menangani insomnia. Terapi dibawakan dalam kelompok yang terdiri dari 8-sesi dan berlangsung selama 4 minggu. Setiap minggu terdapat dua sesi, sehingga terdapat sekitar 3-4 hari pada antar sesi.
Desain penelitian adalah kuasi eksperimen pre-post within group. Partisipan adalah lima lansia (64-75 tahun) yang terdiagnosis dengan insomnia berdasarkan Research Diagnotic Criteria untuk insomnia (Edinger, dkk., 2004). Untuk mengukur efektivitas terapi, partisipan diwawancarai dan mengisi kuesioner Skala Mengantuk Epworth, kuesioner Insomnia Severity Index, dan sleep diary.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi efektif dalam mengurangi simtom insomnia. Sebagian besar partisipan mengalami penurunan skor ISI yang besar dan penurunan yang lebih dari 50% pada waktu yang dibutuhkan untuk tidur dan waktu bangun setelah tidur. Selanjutnya, sebagian besar partisipan mengakui peningkatan kualitas tidurnya dan hilangnya simtom insomnia. Penelitian ini menunjukkan bahwa CBT multi-komponen kelompok dapat menurunkan simtom insomnia dengan cukup besar pada lansia Indonesia. Hasil penelitian yang menunjukkan efektivitas CBT multi-komponen kelompok penting untuk menyediakan intervensi psikologis evidence based yang efektif dan ekonomis bagi lansia.

Insomnia is one of the most common problems for the elderly. Like other psychological disorders, there are differing types and causes of insomnia. However, discovering the causes and differentiating insomnia types is often not useful in treating insomnia. Researches have shown that all insomnia types and causes can benefit from therapy. The most effective and recommended therapy for treating insomnia is multicomponent cognitive behavioral therapy (CBT). The usual techniques included in the therapy package are sleep hygiene, stimulus control, sleep restriction, and a cognitive approach.
This research used the usual therapy package with an additional problem solving technique, which has been shown effective for treating insomnia. The therapy is delivered in group setting, which consists of 8-sessions. The therapy takes 4 weeks with 2 sessions per week, leaving around 3-4 days between sessions.
The research design is a quasiexperiment pre-post within group design. The participants are five older adults (64-75 years old) that are diagnosed with insomnia based on Research Diagnostic Criteria for insomnia (Edinger, et. al., 2004). To measure the effectiveness of the therapy, the participants are interviewed and completed Epworth Sleepiness Scale, Insomnia Severity Index (ISI), and sleep diary.
The result showed that the intervention is effective in reducing insomnia symptoms. Most participants experience a large reduction of ISI scores during the therapy and more than 50% reduction of sleep onset time and wake time after sleep onset. Furthermore, most participants acknowledge their sleep improvement and the disappearance of insomnia symptoms. This research shows that group multicomponent CBT can achieve clinically significant reduction of insomnia symptoms in Indonesian elderly. This finding provides evidence on using group multicomponent CBT to treat insomnia for Indonesian elderly. Evidence for the effectiveness of group multicomponent CBT is important in providing evidence based psychological intervention that is effective and economical for the elderly.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30713
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Plenum Medical Book, 1991
616.849 CAS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Fauziyah
"ABSTRAK
Peningkatan populasi lansia di perkotaan dapat berdampak pada meningkatnya beban ketergantungan karena penurunan fungsi fisiologis, salah satunya adalah gangguan istirahat dan tidur. Panti sosial tresna werdha PSTW merupakan institusi pelayanan sosial yang berada di bawah naungan Dinas Sosial DKI Jakarta yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan lansia. Karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada lansia dengan insomnia menggunakan intervensi unggulan sleep hygiene. Intervensi sleep hygiene merupakan bentuk edukasi dan penerapan kebiasaan, lingkungan tidur yang baik serta aktivitas fisik. Intervensi ini dilakukan enam kali dalam seminggu dengan tiga puluh menit dalam satu kali intervensi. Hasilnya adalah skor Insomnia Severity Index ISI mengalami penurunan 12 skor dari skor awal 22 menjadi 10 dan dengan menggunakan the Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI hasilnya adalah terjadi penurunan skor dari 16 menjadi 8. Intervensi ini dapat meningkatkan durasi tidur dan kualitas tidur yang ditandai dengan gangguan tidur yang berkurang. Institusi pelayanan kesehatan lansia perlu melakukan sleep hygiene sebagai salah satu asuhan keperawatan lansia di wisma.

ABSTRACT
The increasing elderly population in urban areas can impact on increasing dependency burden because the decrease of physiological function, one of them is sleep disorder. Panti sosial Tresna werdha PSTW is an elderly social institution under the auspices of DKI Jakarta social service that aims to fulfill the needs and welfare for the elderly. This final thesis aims to analyze the nursing care in the elderly with insomnia using sleep hygiene intervention. Sleep hygiene interventions are a form of education and application of sleep habits, a good sleep environment and physical activity. This intervention was done at least six times a week for thirty minutes in every intervention. The result was that the score of Insomnia Severity Index decreased 12 scores with the score 22 to 10 and using the Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI resulted a decreased score from 16 to 8. This intervention can increase sleep duration and sleep quality marked by reduced sleep disorder. Elderly health care institutions should do sleep hygiene as one of nursing intervention."
2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vediana Aulia Rahman
"Nyeri menjadi salah satu alasan seseorang untuk berobat ke rumah sakit. Nyeri mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang salah satunya kualitas tidur. Kualitas tidur yang buruk membuat seseorang menjadi sulit untuk fokus, kurang energi, hingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Teknik relaksasi merupakan salah satu intervensi non farmakologis yang disarankan untuk meningkatkan kualitas tidur. Pasien perempuan usia 34 tahun menderita nyeri hebat di kepala tanpa penyebab pasti. Nyeri sangat berat dirasakan hingga membuat pasien tidak dapat tidur selama beberapa hari. Pasien mengeluhkan kelelahan, nyeri, dan tidak dapat tidur. Nyeri berkurang ketika diberikan terapi farmakologi namun tidak sepenuhnya hilang. Pasien tidak diberikan terapi farmakologi untuk mengatasi kesulitan tidur, skor Pittsburgh Sleep Quality Index atau PSQI 13 (Kualitas tidur buruk) dan skor Insomnia Severity Index atau ISI 16 (insomnia berat). Penulis memberikan intervensi relaksasi Benson dan melakukan sleep hygiene untuk meningkatkan kualitas tidur pasien selama 1 minggu. Setelah intervensi terdapat perbaikan pada kualitas tidur pasien ditandai dengan skor PSQI pasien menurun menjadi 5 (kualitas tidur baik) dan skor ISI 6. Pasien juga mengatakan merasa lebih segar dan berenergi untuk melakukan aktivitas di siang hari karena kebutuhan tidur sudah tercukupi. Hal ini menunjukan bahwa teknik relaksasi benson memberikan manfaat serta perubahan signifikan pada kualitas tidur pasien.

Pain is one of the reasons for someone to go to the hospital. Pain affects various aspects of a person's life, one of which is the quality of sleep. Poor sleep quality makes it difficult for a person to focus, lack of energy, and is unable to carry out daily activities. Relaxation techniques are one of the non-pharmacological interventions that are recommended to improve sleep quality. A 34-year-old female patient suffers from severe pain in the head without a definite cause. The pain is so severe that it makes the patient unable to sleep for several days. The patient complains of fatigue, pain, and inability to sleep. Pain lessens when therapy is given but does not completely go away. Patients were not given pharmacological therapy to treat sleep difficulties, the patient’s Pittsburgh Sleep Quality Index or PSQI score 13 (poor sleep quality) and the Insomnia Severity Index or ISI score is 16 (intermediate insomnia). The author provides Benson relaxation interventions and performs sleep hygiene to improve the patient's sleep quality for 1 week. After 1 week of intervention, the patient's PSQI score decreased to 5 (good sleep quality) and an ISI score of 6. The patient also said she felt more refreshed and energized to do activities during the day because her sleep needs were fulfilled. This shows that the Benson relaxation technique provides significant benefits and changes in the patient's sleep quality."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Miranti Nur Fitriana
"ABSTRAK
Proses penuaan dan masalah kesehatan perkotaan dapat menyebabkan penurunan fungsi tidur pada lansia. Karya ilmiah ini bertujuan untuk mendapatkan analisis asuhan keperawatan pada lansia dengan insomnia melalui terapi relaksasi: warm footbath dan massase terapeutik di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Ciracas. Intervensi terapi relaksasi warm footbath dan massase terapeutik dilakukan selama 30-45 menit setiap hari selama lima minggu. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan bahwa skor Insomnia Rating Scale dan Pittsburgh Sleep Quality Index menurun setelah dilakukan intervensi pada tiga klien selama 18 kali pada klien kelolaan, 16 kali pada klien resume pertama, dan 9 kali pada klien resume kedua. Pemberi pelayanan di panti dapat menerapkan intervensi terapi relaksasi warm footbath dan massase terapeutik sebagai upaya dalam mengatasi masalah insomnia pada lansia yang dilakukan setiap hari secara rutin pada malam hari saat lansia akan tidur.

ABSTRACT
The process of aging and urban health problems cause the decline of the sleep function in elderly. This study aims to analyze nursing care in elderly with insomnia through relaxation therapy warm footbath and therapeutic massage at Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Ciracas. The intervention was held for 30 45 minutes once per day during the five weeks. The results of this study showed that score of the Insomnia Rating Scale and Pittsburgh Sleep Quality Index decreased after 18 times interventions for main patients, 16 times interventions for main resume patients, and 9 times interventions for second resume patients. Service providers in nursing home can apply relaxation therapy everyday with warm footbath and therapeutic message when elderly will go to bad as a program to overcome the problem of the insomnia in elderly."
2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Danti Permatasari
"Gangguan tidur insomnia pada lansia adalah keadaan individu yang mengalami suatu perubahan dalam kuantitas dan kualitas pola istirahat yang mengakibatkan ketidaknyamanan. Lansia beresiko mengalami insomnia disebabkan karena berbagai faktor misalnya, perubahan pola sosial, kematian pasangan hidup, peningkatan penggunaan obat-obatan, penyakit yang dialami, gangguan mood, perubahan irama sirkadian, dan ansietas. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan insomnia melalui penerapan senam ergonomik dan intervensi tambahan relaksasi benson di long term care pada Opa A (85 tahun) dalam waktu 2 minggu. Hasil didapatkan peningkatan 30 menit pada durasi tidur, terbangun pada waktu yang tepat 3x, kesulitan tidur menurun 15 menit, skor ISI berubah menjadi 14 (insomnia ringan), penurunan skor kualitas tidur PSQI 10 walau masih dalam rentang kualitas tidur buruk, dan pola tidur menurun menjadi cukup terganggu, perasaan segar setelah bangun tidak ada perubahan signifikan, hal tersebut ditetapkan bahwa masalah insomnia teratasi sebagian.

Insomnia sleep disorder in the elderly is a condition in which an individual experiences a change in the quantity and quality of rest patterns that results in discomfort. The elderly are at risk of experiencing insomnia due to various factors, for example, changes in social patterns, death of spouses, increased use of drugs, illness, mood disorders, changes in circadian rhythm, and anxiety. Based on this, this study aims to determine nursing care in elderly with insomnia through the application of ergonomic exercise and additional intervention for benson relaxation in long term care for Opa A (85 years old) within 2 weeks. The results showed a 30 minute increase in sleep duration, waking at the right time 3 times, sleep difficulties decreased by 15 minutes, the ISI score changed to 14 (mild insomnia), decreased sleep quality score PSQI 10 even though it was still in the poor sleep quality range, and sleep patterns decreased. being quite disturbed, feeling refreshed after waking up there is no significant change, it is determined that the problem of insomnia is partially resolved."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yarra Fadenia Benning
"Insomnia merupakan masalah tidur yang sering terjadi pada lansia. Sebanyak 67% lansia di Indonesia mengalami insomnia. Faktor risiko terjadinya insomnia antara lain faktor penyakit, lingkungan, penggunaan obat, dan gejala mental. Insomnia yang tidak ditangani dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup lansia. Terdapat beberapa penatalaksanaan non farmakologi dalam mengatasi insomnia, salah satunya dengan terapi musik. Terapi musik merupakan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia. Tujuan dari intervensi ini untuk mengetahui efektivitas terapi musik dalam mengatasi masalah insomnia pada pasien lansia. Intervensi dilakukan selama 2 kali dengan durasi 30 menit. Hasil intervensi yang dilakukan menunjukkan peningkatan jumlah jam tidur dari 5 jam menjadi 7 jam, kualitas tidur semula skor PSQI 15 menjadi 9, tidak kesulitan memulai tidur, dan segar saat bangun. Berdasarkan hasil tersebut, terapi musik dapat menjadi pilihan dalam mengatasi insomnia pada pasien lansia. Saran penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah jadwal latihan dan melibatkan keluarga saat melakukan intervensi.

Insomnia is a sleep problem that often occurs in the elderly. As much as 67% of elderly people in Indonesia experience insomnia. Risk factors for insomnia include disease, environment, drug use, and mental symptoms. Untreated insomnia can have an impact on decreasing the quality of life of the elderly. There are several non-pharmacological treatments for insomnia, one of which is music therapy. Music therapy is a nursing intervention that can be done to treat insomnia. The purpose of this intervention is to determine the effectiveness of music therapy in overcoming insomnia in elderly patients. The intervention was carried out for 2 times with a duration of 30 minutes. The results of the intervention show an increase in the number of hours of sleep from 5 hours to 7 hours, the quality of sleep from the original PSQI score 15 to 9, had no difficulty starting sleep, and was refreshed when waking up. Based on these results, music therapy can be an option in dealing with insomnia in elderly patients. Further research are expected to increase the number of exercise schedules and involve the family when intervening."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>