Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134671 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizqi Avrila Putri
"

Sindrom metabolik adalah kumpulan dari beberapa faktor risiko berupa tingginya kadar gula darah, rendahnya kadar High Density Lipid (HDL), tingginya kadar trigliserida, obsesitas sentral serta hipertensi. Seseorang yang mengidap sindrom metabolik memiliki risiko lebih tinggi untuk terserang penyakit kronik seperti kardiovaskuler dan diabetes melitus tipe 2 di kemudian hari. Berdasarkan hasil Medical Check Up pada pegawai Perusahaan Migas X Jakarta di tahun 2014, angka dislipidemia mencapai 69,4%, obesitas 14,8%, overweight 33,17%, diabetes 8,7%. Selain itu, berdasarkan pengamatan penulis, pegawai pusat Perusahaan Migas X memiliki gaya hidup yang cenderung sedentary karena lebih banyak duduk di kursi untuk mengerjakan pekerjaan administratif dan cukup sering mengonsumi makanan yang tinggi lemak. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan sindrom metabolik pada pekerja kantor pusat Perusaahan Migas X dengan menggunakan desain studi cross sectional. Hasil penelitian ditemukan bahwa prevalensi sindrom metabolik pada pekerja kantor pusat Perusaahan Migas X adalah 25%. Variabel independen yang berhubungan signifikan dengan kejadian sindrom metabolik adalah pola makan protein hewani (p value= 0,016), pola makan lemak (p value=0,037), Indeks Masa Tubuh (p value=0,001), aktivitas fisik (p value= 0,010), perilaku sedentary (p value=0,030) dan merokok (p value=0,037). Oleh karena itu, perlu adanya strategi untuk memberikan pengetahuan dan informasi terkait pola makan yang seimbang serta meningkatkan kemauan pekerja untuk senantiasa melakukan aktivitas fisik yang cukup dan teratur serta tidak merokok untuk menjaga berat badan yang ideal, memiliki gaya hidup yang sehat dan mencegah penyakit kronik akibat sindrom metabolik.


Metabolic syndrome is a cluster of some risk factors such as high level of glucose and triglyceride, low level of High Density Lipid (HDL), central obesity, and hypertension. Someone who suffers from metabolic syndrome has higher risk to get chronic disease like cardiovascular disease and diabetes melitus type 2 in the future. As per Medical Check Up result of Oil and Gas Company X workers in 2014, found that dyslipidemia up to 69,4%, obesity 14,8%, overweight 33,17%, diabetes 8,7%. Furthermore, based on observation, office workers of Oil and Gas Company X tend to have sedentary life style since they spent most of their time at office to sit for doing some administrative task and often consume high fat food. Thus, the objective of this study was to analyze the risk factors that associate with metabolik syndrome on Head Office Workers of Oil and Gas Company X using cross sectional design study. The result of this study foud that prevalence of metabolik syndrome on Head Office Workers of Oil and Gas Company X is 25%. The independent variables that were significant with metabolic syndrome were animal protein diet (p value = 0.016), fat diet (p value = 0.037), body mass index (p value= 0,001), physical activity (p value = 0.010), and sedentary lifestyle (p value = 0.030) and smoking (p value= 0,037). Therefore, it is necessary to create strategy in order to provide knowledge and information regarding a balanced diet and increase the willingness of workers to do sufficient and regular physical activity and stop smoking to maintain ideal body weight, having a healthy life style and prevent chronic disase caused by metabolik syndrome.

"
2019
T53142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pariangan, Oksen
"Bahaya psikososial berpengaruh terhadap kesehatan kerja melalui persepsi dan pengalaman yang dialami pekerja. Bahaya psikososial tak hanya berkaitan dari individu pekerja, melainkan konteks pekerjaan, sosial dan perusahaan atau organisasinya. Peneliti melihat bagaimana tingkat risiko psikososial yang dihadapi oleh para pekerja di sektor migas dengan menggunakan HSE Management Standard Indicator Tool dari HSE UK yan bertujuan untuk menghasilkan gambaran sesuai dengan tingkatan dan kategori, yaitu demand, control, manager support, peer support, relationship, role, dan change. Penelitian berhasil mendapatkan 63 responden pengisi kuesioner dengan sebelumnya menggunakan pendekatan rumus besar sampel jenuh dari data sekunder dan secara umum, gambaran kondisi psikososial di PT X berada pada level 4.

Psychososial hazards affect occupational health through perceptions and experiences experienced by workers. Psychososial hazards are not only related to individual workers, but also to the work, sosial and corporate context or organization. Researchers see how the level of psychososial risk faced by workers in the oil and gas sector by using the HSE Management Standard Indicator Tool from HSE UK which aims to produce a picture according to levels and categories, namely demand, control, manager support, peer support, relationship, role, and change. The study succeeded in getting 63 respondents to fill out the questionnaire by previously using a saturated sample size formula approach from secondary data and in general, the description of psychososial conditions at PT X was at level 4."
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Dahlan
"Tesis ini membahas faktor-faktor risiko kelelahan dan pemulihan kelelahan, tingkat kelelahan dan pemulihan, serta potensi penurunan Human Performance akibat kelelahan akut dan kronis. Penelitian ini dilakukan di perusahaan Migas X yang merupakan perusahaan minyak dan gas bumi (migas) dengan proses kerja kompleks dan kritikal yang berpotensi menimbulkan kelelahan pada pekerja dan menyebabkan kecelakaan kerja. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional area dilakukan dengan metode pengisian kuesioner online oleh 1650 responden yang didapatkan dengan cara random sampling pada bulan April – Mei 2021. Data yang masuk di olah untuk mendaptkan nilai kelelahan akut, kronis, pemulihan, at-risk behavior, human performance, kemudian dilakukan Analisis hubungan antara faktor risiko kelelahan, nilai kelelahan, pemulihan serta human performance. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat enam faktor risiko yang secara signifikan memengaruhi kelelahan akut, sembilan faktor risiko yang secara signifikan memengaruhi kelelahan kronis, dua faktor yang secara signifikan memengaruhi pemulihan kelelahan, serta terdapat hubungan yang signifikan antara kenaikan tingkat kelelahan kronis ataupun akut terhadap penurunan Human Performance.

This thesis discusses the faktors of fatigue and recovery, level of fatigue and recovery, the potential human performance degradation due to acute and chronic fatigue. This research was conducted at the Migas X company which is an oil and gas company with a complex and critical process that causes fatigue to workers and potentially cause work accidents. The design of this study is a cross sectional and the data conducted by online questionnaire which filled out by 1650 respondents obtained by random sampling in April – May 2021. The results showed that there were six risk faktors that significantly affected acute fatigue, nine risk faktors that significantly affected chronic fatigue, two faktors that significantly exhaust fatigue recovery, and there is a significant relationship between an increase in chronic or acute fatigue and a decrease in Human Performance."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Janni Koesnomo Matsalim
"Latar Belakang. Salah satu isu penyakit yang berhubungan dengan aktivitas kerja yang rendah adalah gangguan metabolisme yang berujung pada sindrom metabolik. Penelitian ini ingin mengetahui jumlah pekerja yang menjalankan pekerjaan tertentu yang terdeteksi menderita sindrom metabolik. Karena tidak adanya data spesifik mengenai jumlah kasus ini, kami akan mencari tahu angka kejadian dan faktor-faktor risiko yang terkait dengan kejadian sindrom metabolik pada kelompok-kelompok pekerja ini.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dengan menggunakan data sekunder hasil pemeriksaan kesehatan berkala pekerja dari tahun 2009 - 2012. Mencakup 114 data responden, terbagi atas 67 data responden dari kelompok pekerja kantor dan 47 data responden dari kelompok guru.
Hasil. Angka kejadian sindrom metabolik kelompok pekerja kantor sebesar 10,4% dan pada kelompok profesi guru adalah sebesar 4,3%, dengan nilai p = 0,303 dan RR = 0,41 (0,09 - 1,88).
Kesimpulan. Hipotesis pada penelitian ini dapat dibuktikan (meskipun tidak bermakna secara statistik), yaitu kelompok pekerja kantor yang lebih banyak duduk memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami sindrom metabolik bila dibandingkan dengan kelompok profesi guru yang lebih banyak berjalan.

Background. One of the diseases that related to low activity of working is a metabolic disorder that leads to metabolic syndrome. The objectives of the study are to know the number of workers who run certain jobs detected suffering from metabolic syndrome. Since there is no specific data on the number of these cases, we will find out the incidence and risk factors associated with the incidence of the metabolic syndrome on groups of workers.
Methods. The study uses a retrospective cohort design using secondary data periodic health examination of worker from the year 2009 - 2012. Covering 114 respondent data, divided into 67 respondent data of office worker group and 47 respondent data of teacher group.
Results. The metabolic syndrome incidence in group of office workers is 10.4% and in group of teacher is 4.3%, with the value of p = 0.303 and RR = 0.41 (0.09 to 1.88).
Conclusions. The hypothesis in this study can be proved (although not statistically significant), a group of office workers who sit much more have a greater risk for metabolic syndrome when compared with the teacher who walk much more.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Mochtar
"Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi, baik pada populasi masyarakat umum maupun populasi pekerja. Pekerja migas, baik off-shore maupun on-shore, terpapar dengan berbagai hazard, yang secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan faktor risiko dan risiko kardiovaskular mayor mereka. Hingga saat ini belum ditemukan adanya studi yang mempelajari tentang faktor risiko dan risiko kardiovaskular mayor pada pekerja migas di Timur Tengah. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor risiko dan risiko kardiovaskular mayor pada pekerja off-shore dan on-shore perusahaan migas 'X' di Qatar. Dengan metode potong lintang, studi ini menganalisis dan membandingkan data pekerja off-shore dan on-shore perusahaan 'X' pada dua tahun berbeda, yaitu tahun 2008 dan 2018. Data pekerja yang dianalisis meliputi jenis kelamin, usia, kadar-kadar kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida dan gula darah sewaktu, tekanan darah sistolik dan diastolik, kebiasaan merokok, penggunaan obat tekanan darah, berat badan dan tinggi badan. Data yang ada juga digunakan untuk menghitung risiko kardiovaskular mayor pekerja dengan menggunakan Framingham Risk Score.
Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa pada periode 2008-2018, pekerja off-shore mengalami perburukan pada sembilan faktor risiko, yaitu tekanan darah sistolik, gula darah sewaktu, LDL, kolesterol total, trigliserida, berat badan, pengobatan tekanan darah, jumlah penderita diabetes dan sindrom metabolik. Selain itu, pekerja off-shore mengalami perburukan significant risiko kardiovaskular mayor dari skor FRS 9,2% (risiko ringan) menjadi 20,3% (risiko tinggi). Pada periode yang sama, pekerja on-shore hanya mengalami perburukan pada dua faktor risiko, yaitu LDL dan berat badan, serta mengalami perbaikan pada satu faktor risiko, yaitu HDL. Selain itu, pekerja on-shore juga mengalami perburukan risiko kardiovaskular mayor dari skor FRS 10,0% (risiko ringan) menjadi 17,0% (risiko sedang). Berdasar hasil studi ini disimpulkan bahwa dibanding pekerja on-shore, pekerja off-shore mengalami lebih banyak perburukan faktor risiko dan risiko kardiovaskular mayor.

Cardiovascular disease is a prevalent disease and associated with high mobidity and mortality in both general and worker population. Oil and gas workers, both off-shore and on-shore, are exposed to various hazards in the workplace, which directly or indirectly increase the workers' risk factors and risk of developing major cardiovascular events. Up to present, no study investigating risk factors and risk of major cardiovascular events in the Middle East has been found. This study was intended to analyze the risk factors and risk of major cardiovascular events in the off-shore and onshore workers of the 'X' oil and gas company in Qatar. Using a cross-sectional method, this study analyzed and compared the health data of the off-shore and on-shore workers of the 'X' company in the two different year, namely 2008 and 2018. The data analyzed included gender, age, the levels of total cholesterol, LDL, HDL, triglycerides and blood sugar, systolic and diastolic blood pressure, smoking habit, use of blood pressure medications, body weight and height. The available data was also utilized to calculate the workers' risk of developing major cardiovascular events using Framingham Risk Score.
This study found that during the period of 2008-2018, the off-shore workers suffered the worsening in the nine cardiovascular risk factors, namely systolic blood pressure, blood sugar, LDL, total cholesterol, triglycerides, body weight, blood pressure medication, numbers of diabetic and metabolic syndrome. In addition, the off-shore workers experienced a significant deterioration in the risk of developing major cardiovascular event from a FRS score of 9.2% (mild risk) to 20.3% (high risk). In the same period, on-shore workers experienced the worsening only in two risk factors, namely LDL and weight, and experienced an improvement in one risk factor, namely HDL. In addition, on-shore workers also experienced a deterioration in the risk of developing major cardiovascular events from a FRS score of 10.0% (mild risk) to 17.0% (moderate risk). Based on the study, it is concluded that compared to the onshore workers, the off-shore workers experienced more worsening of risk factors and risk of major cardiovascular events.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T54445
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Okta Rizkiani
"Sindrom metabolik merupakan istilah untuk sekumpulan faktor risiko penyakitjantung dan diabetes mellitus. Pekerja memiliki perilaku pola hidup dan pola kerjayang bervariasi yang berisiko menyababkan sindrom metabolik. Penelitian inidilakukan untuk menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrommetabolik pada pekerja tambang. Design penelitian cross sectional digunakandengan menganalisis data hasil kuesioner pola hidup dan pola kerja dan MedicalCheck Up yang meliputi Obesitas Sentral, Trigliserida, HDL, Tekanan Darah danGula Darah Puasa. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hubungan yangsignifikan antara faktor aktivitas fisik p value 0,032; OR 3,030 dan riwayatpenyakit pada orang tua p value 0,026; OR 0,282 dengan sindrom metabolikyang dialami pekerja. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antarapengetahuan, durasi kerja, shift kerja, durasi tidur, dan pola makan dengansindrom metabolik. Upaya promotif dan preventif perlu dilakukan untukmencegah terjadinya sindrom metabolik populasi pekerja.

Metabolic syndrome is a term for risk factors for heart disease and diabetesmellitus. Workers have different lifestyle behaviors and work patterns that cancausing metabolic syndrome. This study was conducted to explain the factorsrelated with metabolic syndrome in miner workers. Cross sectional design is usedby analyzing lifestyle and work patterns questionnaire and Medical Check Up datawhich includes Central Obesity, Triglycerides, HDL, Blood Pressure and FastingBlood Sugar. Based on the research results, there were significant relationshipbetween physical activity factor p value 0,032, OR 3,030 and parents rsquo history ofdisease p value 0,026 OR 0,282 with metabolic syndrome. No significantrelationship was found between knowledge, work duration, shift work, sleepduration, and diet pattern with metabolic syndrome. Promotion and preventivecontrols are needed to prevent the metabolic syndrome in population."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50656
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kosasih
"Penyakit kardiovaskular terutama Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan Stroke merupakan penyebab kematian paling umum dan menempati urutan teratas penyebab kematian secara global. PJK memiliki dampak yang signifikan terhadap pekerja dan perusahaan yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas, peningkatan absensi, dan bahkan kematian dini pada pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penurunan faktor risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) setelah dilakukan tindakan intervensi program kesehatan pencegahan pada pekerja lapangan di Perusahaan Migas X Tahun 2023. Penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain quasi eksperimen (one group pre and post test design). Metode intervensi yang digunakan adalah penyuluhan kesehatan dan olahraga. Hasil penelitian menunjukkan terjadi perbedaan signifikan (p<0,05) pada indeks massa tubuh (p<0,001), tekanan darah diastolik (p=0,015), kadar lemak darah (p<0,001) dan gula darah (p<0,001). Sebaliknya tidak ada perbedaan signifikan (p>0,05) pada tekanan darah sistolik (p=0,181) dan tingkat risiko PJK (p=0,585). Disarankan perusahaan agar melakukan evaluasi terhadap program yang dijalankan dan pelaksanaan program berkelanjutan lebih komprehensif tidak hanya sebatas penyuluhan kesehatan dan olahraga namun program seperti berhenti merokok, pola makan sehat, manajemen stres dapat dilakukan sehingga keberhasilan program dapat dirasakan manfaatnya baik untuk pekerja dan perusahaan.

Cardiovascular diseases, especially coronary heart disease (CHD) and stroke, are the most common causes of death and rank among the world's leading causes of death. CHD has a significant impact on workers and companies that can lead to reduced productivity, increased absences, and even premature deaths in workers. The aim of study is to analyze the reduction in risk factors for Coronary Heart Disease (CHD) following the intervention of preventive health programs in field workers at Oil and Gas X Company in 2023. This research is quantitative with a quasi-experimental design (one group pre and post test design). The intervention methods used are health care and exercise. Analysis results showed significant differences (p<0,05) in body mass index (p <0,001), diastolic blood pressure (p=0,015), blood fat levels (P<0,001) and blood sugar (p>0,001). On the other hand, there was no significant difference (p >0.05), in systolic blood pressure (p =0,181) and the level of PJK risk (P=0,585). It is advised that the company to carry out an evaluation of the program carried out and the implementation of a more continuous, comprehensive program not only the limits of health and exercise but programs such as smoking cessation, healthy diet, stress management can be done so that the success of the program can feel the benefits for both employees and the company."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Sausan Salsabila
"Diesel Engine Exhaust adalah campuran kompleks dari substansi pada fase akhir gas dan partikulat pada saat pembakaran bahan bakar diesel. Fase partikulat DEE disebut dengan Diesel Exhaust Particles (DEP) dimana pada fase ini, terdapat beberapa elemen seperti Elemental Carbon (EC) dan komponen organik lainnya. Saat ini, EC digunakan sebagai parameter turunan bagi penilaian pajanan terhadap Diesel Particulate Matter (DPM) karena keakuratan pengukuran pada konsentrasi partikulat yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah parameter EC dapat digunakan sebagai penanda DPM dengan menggunakan fraksi partikulat yang lebih kecil yaitu PM 0.25 dengan menggunakan desain penelitian observasional dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian ini mengambil 46 sampel filter yang diambil di UP PKB Cilincing, Ujung Menteng dan Kelompok Kontrol pada bulan April-Mei 2018. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kelompok pengukuran dengan hasil analisis EC terhadap PM 0.25 bekorelasi positif dan linear signifikan adalah kelompok uji UP PKB Cilincing, Kelompok Terpajan (Cilincing-Ujung Menteng), dan seluruh kelompok uji (Cilincing, Ujung Menteng, dan Kelompok Kontrol) (Sig<0.05) dengan derajat keeratan sedang berkisar antara r=0,437 hingga r=0,526 serta koefisien determinasi berkisar antara R2=0,191 hingga R2=0,277 (p<0.05) yang berarti parameter konsentrasi PM 0.25 memiliki hubungan yang linear dan signifikan terhadap parameter EC. Korelasi paling erat ditunjukkan di UP PKB Cilincing (r=0,526, p=<0.025) sedangkan hasil uji analisis menyimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi positif antara variabel EC terhadap PM 0.25 di UP PKB Ujung Menteng (Sig>0.05, r=0,250; R2=0,063)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Harmawan
"Data WHO menunjukkan 17.9 juta orang meninggal diakibatkan oleh penyakit kardiovaskuler dimana salah satunya adalah penyakit jantung koroner yang memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Sindrom metabolik merupakan masalah kesehatan serius yang akan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner karena proses aterosklerosis. Berdasarkan data MCU PT XYZ tahun 2020-2022 didapatkan peningkatan angka kejadian sindrom metabolik sebesar 2.5% yang akan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan risiko penyakit jantung koroner pada pekerja PT XYZ di tahun 2022 berdasarkan sindrom metabolik. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi potong lintang dengan 161 sampel responden. Sumber data yang digunakan adalah melalui kuesioner dan juga data hasil MCU tahun 2022. Hasil penelitian diketahui untuk faktor genetik didapatkan data bahwa variabel umur dan jenis kelamin pekerja mempunyai hubungan dengan risiko penyakit jantung koroner. Faktor lingkungan (shift kerja) tidak terdapat hubungan dengan risiko penyakit jantung koroner dan untuk faktor gaya hidup didapatkan data bahwa pola makan konsumsi karbohidrat dan lemak, indeks massa tubuh serta kebiasaan merokok mempunyai hubungan dengan risiko penyakit jantung koroner. Oleh karenanya perlu adanya tindakan pencegahan baik primer, sekunder maupun tersier untuk meminimalkan risiko penyakit jantung koroner baik pada individu pekerja maupun kepada perusahaan.

WHO data shows that 17.9 million people died due to cardiovascular disease and coronary heart disease has a high morbidity and mortality rate. Metabolic syndrome is a serious health problem that increases the risk of CHD due to atherosclerosis. Based on PT XYZ MCU data for 2020-2022, found that there was increasing the incidence of metabolic syndrome by 2.5% which would increase the risk of CHD. The purpose of this study was to analyze the factors associated with the risk of CHD in PT XYZ workers in 2022 based on metabolic syndrome. This study used a cross-sectional study approach with 161 sample respondents. The data source used was through a questionnaire and also data on the MCU results in 2022. The results of the study revealed that for genetic factors, found that the age and gender of workers had a relationship with the risk of CHD. Environmental factors (work shifts) had no relationship with the risk of CHD and for lifestyle factors, found that dietary patterns of carbohydrates and fats consumption, BMI also smoking habits had a relationship with the risk of CHD. Therefore it is necessary to have preventive measures both primary, secondary and tertiary to minimize the risk of CHD both to individual workers and to companies."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeanita Haldy
"Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebabkan kematian utama di Indonesia. Pada perusahaan minyak dan gas, PJK menjadi salah satu penyebab utama kematian akibat penyakit diantara pekerja saat ini. Terdapat 5 kejadian evakuasi medis pada tahun 2023 di Perusahaan ini dengan diagnosis gangguan jantung dan pembuluh darah. Oleh karena itu, analisis faktor risiko PJK pada Perusahaan ini menjadi hal yang fundamental sebagai dasar dalam menentukan program promosi kesehatan yang sesuai. Penelitian ini dilakukan untuk memprediksi risiko PJK 10 tahun mendatang pada pekerja dengan metode framingham dan hubungan antara faktor risiko menggunakan desain penelitian
cross sectional dan mixed-method sequential explanatory. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat risiko PJK di Perusahaan minyak dan gas ini adalah 3,8% risiko tinggi, 18,1% sedang dan 78,1% rendah. Gambaran faktor risiko PJK, antara lain 34,4% riwayat CVD keluarga, 82,7% pria, 51,4%, berusia <40 tahun, 67,6% dislipidemia, 26,7% hipertensi, 15,2% diabetes melitus, dan 81,9% kelebihan BB, 40% perokok aktif, 27,6% waktu tidur berisiko, 49,5% tidak aktif berolahraga, 99% sedenter, 52,5% berpola makan tidak baik, 6,7% stress psikososial, 40% bekerja di area non-office, 23,8% shift. Analisis hubungan diketahui bahwa terdapat hubungan signifikan antara usia, hipertensi, diabetes dan risiko PJK pada pekerja dan usia merupakan faktor risiko dominan PJK. Tidak terdapat hubungan antara riwayat keluarga, jenis kelamin, dislipidemia, BMI, alkohol, sedenter, pola makan, waktu tidur, stress psikososial, jenis pekerjaan, area kerja dan risiko PJK pada pekerja. Selain itu, berdasarkan analisis kualitatif yang dilakukan pada faktor
determinan perilaku pekerja, diketahui terdapat hubungan antara faktor determinan perilaku dan perilaku pekerja. Pada faktor pengetahuan (faktor pre-disposisi) diketahui bahwa pekerja non office kurang memahami faktor risiko PJK. Potensi penyebabnya adalah edukasi kesehatan pekerja belum merata pada seluruh area kerja. Analisis faktor pemungkin diketahui bahwa perusahaan telah memberikan dukungan penuh untuk meningkatkan kesehatan pekerja, namun masih ditemukan pekerja yang belum melakukan perbaikan perilaku kesehatan. Analisis faktor penguat memperlihatkan bahwa perusahaan telah menjalankan pengawasan dan pemantauan secara baik dan kosisten, namun pelaksaan program kesehatan setiap site belum terintegrasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan program promosi kesehatan yang komprehensif dan menyeluruh, baik dari perusahaan, pekerja, dan juga pembuat kebijakan.

Coronary Heart Disease (CHD) is the leading cause of death in Indonesia. In oil and gas companies, CHD is one of the main causes of disease-related deaths among workers. In 2023, there were 5 medical evacuation incidents at this company with diagnoses of heart and vascular disorders. Therefore, analyzing CHD risk factors at this company is fundamental in determining appropriate health promotion programs. This study was conducted to predict the 10-year risk of CHD among workers using the Framingham method and to assess the relationship between risk factors using a cross-sectional and mixed-method sequential explanatory research design. The results showed that the CHD risk levels at this oil and gas company were 3.8% high risk, 18.1% moderate risk, and 78.1% low risk. The risk factors for CHD included 34.4% with a family history of CVD, 82.7% men, 51.4% under 40 years old, 67.6% with dyslipidemia, 26.7% with hypertension, 15.2% with diabetes mellitus, 81.9% overweight, 40% active smokers, 27.6% with risky sleep duration, 49.5% not physically active, 99% sedentary lifestyle, 52.5% with poor eating habits, 6.7% with psychosocial stress, 40% working in non-office areas, and 23.8% working shifts. There was a significant association between age, hypertension, diabetes, and CHD risk among workers, with age being the dominant risk factor for CHD. There was no association between family history, gender, dyslipidemia, BMI, alcohol consumption, sedentary lifestyle, dietary habits, sleep patterns, psychosocial stress, job type, work area, and CHD risk among workers. Additionally, qualitative analysis of behavioral determinants showed a relationship between behavioral determinants and worker behavior. Regarding worker knowledge as predisposing factors, non-office workers were found to have less understanding of CHD risk factors. The potential cause is uneven health education across all work areas. Analysis of enabling factors revealed that the company has provided full support to improve worker health, but some workers have not yet improved their health behaviors. The analysis of reinforcing factors showed that the company has implemented good and consistent health monitoring, but the implementation of health programs at each site is not yet integrated. Therefore, comprehensive and thorough improvements in health promotion programs are needed from the company, workers, and policymakers. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>