Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133058 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lasta Azmillah Akbar
"ABSTRAK
Indonesia adalah negara yang memiliki banyak hutan hujan tropis. Selain hutan hujan tropis, Indonesia memiliki luas lahan gambut tropis yang sangat luas, sekitar 16,8-27,0 juta Ha ditemukan di seluruh negeri. Lahan gambut ini berfungsi sebagai penyimpan karbon yang dapat mengandung karbon dalam jumlah yang sangat besar. Gambut hampir tidak dapat terbakar dalam kondisi normal tetapi dalam kondisi kering, gambut mudah terbakar. Kebakaran lahan gambut melepaskan sejumlah besar emisi karbon ke atmosfer, kejadian ini menyebabkan kerugian seperti polusi udara dan merusak karbon yang tersimpan di tanah. Total emisi yang telah dilepaskan ke udara dapat dihitung melalui jumlah gambut yang terbakar selama kebakaran atau dikenal sebagai kedalam pembakaran. Sayangnya penyebaran api gambut tidak dapat diprediksi dengan mudah, ada beberapa variabel yang mempengaruhi pembakaran yang membara seperti kadar air, kandungan inorganik, dan karakteristik gambut itu sendiri. Dalam penelitian ini, dikembangkan alat yang memungkinkan untuk mendeteksi penyebaran gambut yang membara baik secara horizontal maupun vertikal. Perangkat ini dioperasikan menggunakan mikrokontroler dan modul laser mulai digunakan untuk mengukur kedalaman dan penyebaran kebakaran

ABSTRACT
Indonesia is a country that has vast amount of tropical rainforest. Besides tropical rainforest Indonesia has very wide area of tropical peat land, approximately there are 16.8-27.0 million ha are found across the country. These peatlands serve as carbon storage that could contains a huge amount of carbon. Peat hardly to caught on fire in normal condition but in dry condition, peat could caught on fire easily. Peatland fire release a huge amount of carbon emissions to atmosphere, this incident causing losses such as air pollution and damaging stored carbon in soil. Total emission that had been released to the air could be calculated through amount of peat that burned down during the fire or known as depth of burn. Unfortunately peat fire spread could not be predicted easily, there are variables affect the smouldering combustion such as moisture content, inert contain, and the characteristic of the peat itself. In this research, a device was developed that enable detection of smouldering spread of peat both laterally and vertically. The device was mainly operated using microcontroller and a laser ranging module used for measuring the depth of burn and spread."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafizha Mulyasih
"Kebakaran hutan dan lahan gambut di Indonesia menjadi kasus bencana yang berdampak besar bagi kesehatan masyarakat serta pelestarian lingkungan, khususnya sebagai wilayah tropis yang mengalami musim kemarau dan pengaruh El nino setiap tahunnya. Dalam rangkaian penelitian ini dikembangkan sistem skala laboratorium terintegrasi yang memungkinkan analisis komparatif dengan serangkaian pengumpulan data eksperimental yang komprehensif mencakup penyalaan, laju kehilangan massa, profil temperatur gambut, penurunan permukaan gambut, emisi gas, partikel yang dilepaskan, dan efek pemadaman, sehingga sistem terintegrasi ini menyediakan fasilitas untuk mempelajari hubungan antara parameter pembakaran yang dapat membantu dalam memahami pembakaran gambut yang membara. Rangka utama sistem terbuat dari rangka baja untuk mendukung penempatan reaktor, penempatan termokopel, sistem kamera termal, sistem akuisisi data, pemanas listrik, dan reservoir air untuk eksperimen upaya pemadaman. Kalorimeter dipasang di atas reaktor uji untuk mengumpulkan gas dan partikel yang dilepaskan selama proses uji untuk pengukuran dan analisis lebih lanjut. Berbagai eksperimen pengujian menggunakan sampel gambut tropis Indonesia dari tiga daerah yang berbeda, yaitu Papua, Kalimantan dan Sumatera. Kemudian sampel diuji dengan beberapa tes karakterisasi proksimat-ultimat untuk menentukan komponen gambut. Persiapan sampel seperti pengkondisian kandungan air dan homogenitas sampel dilakukan sebelum melakukan eksperimen pembakaran gambut. Hasil pengamatan uji pembakaran membara pada berbagai sampel gambut didapatkan rentang laju perambatan sebesar 1,27 cm/h sampai 1,57 cm/h, subsiden dan kehilangan massa sebesar ~60%, nilai faktor emisi (EF) sebesar 1228-1850 g/kg untuk CO2 dan 105,4-222,1 g/kg untuk CO. Selain itu, pemadaman dengan metode injeksi berbasis air dan berbasis busa dilakukan bertujuan untuk mempelajari perilaku pemadaman dengan melihat efektivitas waktu dan air yang dibutuhkan, sehingga memberikan solusi dalam upaya pemadaman kebakaran gambut yang bertahan didalam permukaan tanah dan sulit untuk dideteksi pemadam, terutama saat musim kemarau di lapangan. Diharapkan penelitian ini akan dapat berkontribusi pada pengelolaan lahan gambut yang lebih baik dalam pencegahan dan mitigasi kebakaran gambut.

Forest and peatland fires in Indonesia are cases of disasters that have a major impact on public health and environmental preservation, especially as a tropical region that experiences a dry season and the influence of El Nino every year. In this series of studies an integrated laboratory scale system was developed that allows comparative analysis with a comprehensive set of experimental data collection including ignition, mass loss rate, peat temperature profile, peat subsidence, gas emission, particulate matter, and suppression. This integrated system provides a facility to study the relationship between combustion parameters which can help in understanding the smoldering peat. The main frame of the system is made of stainless steel to support reactor placement, thermocouple placement, thermal camera system, data acquisition system, electric heater, and water reservoir for suppression experiments. The buoyancy calorimeter was installed above the reactor to collect gases and particles during the test process for further measurement and analysis. Various experiments used samples of Indonesian tropical peat from three different areas, namely Papua, Kalimantan and Sumatra. The results of the smoldering test on various peat samples showed a range of spread rate of 1.27 cm/h to 1.57 cm/h, subsidence and mass loss of ~60%, emission factor (EF) value of 1228 – 1850 g/kg for CO2 and 105.4 – 222.1 g/kg for CO. In addition, suppression using water-based and foam-based injection methods is carried out with the aim of studying the extinguishing behavior by looking at the effectiveness of the time and water required, thus providing a solution in efforts to extinguish peat fires that persist under the soil surface and are difficult to detect by firefighters, especially during the dry season. in the field. It is hoped that this research will be able to contribute to better peatland management in the prevention and mitigation of peat fires."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Az-Zahra
"Emisi atau residu pembakaran kendaraan merupakan sumber utama terjadinya polusi udara di wilayah urban, salah satunya adalah Particulate Matter (PM). Berdasarkan ukurannya, PM terbagi menjadi dua, yaitu PM10 dan PM2,5. Keberadaan polutan tersebut dapat ditangkap oleh tumbuhan, salah satunya adalah lumut Sphagnum cuspidatum. Tujuan penelitian adalah mengetahui perbedaan kadar PM pada lumut S. cuspidatum yang ditransplantasikan di beberapa lokasi dengan jumlah volume kendaraan yang berbeda, serta mengetahui adanya korelasi lingkungan abiotik terhadap kadar PM pada lumut S. cuspidatum yang ditransplantasikan. Metode biomonitoring yang digunakan, yaitu transplantasi lumut menggunakan moss bag. Lumut S. cuspidatum diukur kadar PM sebelum dipaparkan di lokasi paparan dengan jumlah volume kendaraan yang berbeda. Selanjutnya, 0,5 gram lumut S. cuspidatum ditimbang dan dimasukkan ke dalam moss bag yang terbuat dari kantong nilon. Lokasi paparan dalam penelitian, yaitu tepi jalan UI, tepi jalan Kabeda, dan tepi jalan Juanda. Ketiga lokasi tersebut merepresentasikan lokasi tepi jalan dengan tingkat volume kendaraan rendah, sedang, dan tinggi. Waktu paparan selama 5 minggu atau 35 hari. Berat PM diperoleh dari selisih berat kertas saring akhir dengan berat kertas saring awal. Kadar PM dihitung dengan membagi berat PM dan berat kering lumut. Analisis statistik yang digunakan adalah uji Kruskal-Wallis dan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar PM10 dan PM2,5 yang tertangkap oleh lumut S. cuspidatum yang ditransplantasikan di lokasi urban Juanda memiliki nilai rata-rata tertinggi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa lokasi urban Juanda memiliki tingkat polusi udara paling tinggi, sehingga kualitas udara di lokasi tersebut lebih rendah dibanding lokasi urban Beji UI dan Kabeda. Selain itu, parameter lingkungan abiotik seperti suhu udara, kelembapan udara, kecepatan angin, volume kendaraan, AQI level, konsentrasi PM10 dan PM2,5 di udara berkorelasi terhadap kadar PM yang tertangkap pada lumut S. cuspidatum.

Emissions or residues of vehicle combustion is the main source of air pollution in urban areas, one of which is Particulate Matter (PM). Based on its size, PM is divided into two, namely PM10 and PM2.5. The existence of these pollutants can be captured by plants, one of which is the moss Sphagnum cuspidatum. The aim of the study to determine differences in PM levels in S. cuspidatum moss transplanted at several locations with different vehicle volumes and to determine whether there was a correlation between abiotic environment and PM levels in transplanted S. cuspidatum moss. The biomonitoring method used is moss transplantation using a moss bag. PM levels of S. cuspidatum were measured before being exposed at the exposure location with different vehicle volumes. Next, 0.5 grams of S. cuspidatum moss was weighed and put into a moss bag made of nylon bags. Locations of exposure in the study, namely the UI roadside, Kabeda roadside, and Juanda roadside. These three locations represent roadside locations with low, medium, and high vehicle volume levels. Exposure time for 5 weeks or 35 days. The PM weight was obtained from the difference between the final filter paper weight and the initial filter paper weight. The PM content was calculated by dividing the PM weight and the dry weight of the moss. The statistical analysis used was the Kruskal-Wallis test and the Pearson correlation test. The results showed that the levels of PM10 and PM2.5 caught by S. cuspidatum moss transplanted at the Juanda urban location had the highest average values. This indicates that the urban location of Juanda has the highest level of air pollution so the air quality in that location is lower than the urban locations of Beji UI and Kabeda. In addition, abiotic environmental parameters such as air temperature, air humidity, wind speed, vehicle volume, AQI level, PM10, and PM2.5 concentrations in the air correlate with PM levels captured in S. cuspidatum moss.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhira Gilang Ratnasari
"ABSTRACT
Mengatasi kebakaran hutan gambut masih menjadi permasalahan yang berkelanjutan di Indonesia dengan ditemukannya titik panas baru selama musim kemarau. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memahami metode yang paling efisien untuk memadamkan kebakaran gambut. Penelitian ini terfokus pada pemadaman kebakaran gambut dengan menggunakan metode berbasis busa foam . Pengujian skala laboratorium dilakukan untuk mengamati pengaruh system pemadaman berbasis busa foam terhadap gambut yang terbakar. Larutan Class A Foam pada konsentrasi 0.2, 1, dan 3 digunakan sebagai variasi dalam memadamkan kebakaran gambut. Sampel yang digunakan diperoleh dari desa Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah, dengan koordinat S: -3?47 ;34 ;, E: 113?55 ;15. Metode pemadaman menggunakan satu lapisan dengan beberapa ketebalan dan menggunakan beberapa lapisan dengan ketebalan yang lebih rendah diamati dalam penelitian ini. Sampel gambut diletakkan di reaktor dengan dimensi 100 x 100 x 100 mm3 dimana sampel akan dipanaskan menggunakan electric coil heater dengan daya 80 ndash; 100W selama 30 menit untuk membentuk smoldering front. Termokopel dan foto infrared digunakan dalam pengujian untuk mengetahui fenomena pemadaman yang terjadi. Saat smoldering front mulai bergerak dari heater ke ujung lainnya, busa dituangkan diatas gambut yang terbakar dengan ketebalan yang bervariasi. Dari pengujian yang dilakukan, dapat diamati adanya pengaruh konsentrasi dan ketebalan lapisan busa terhadap pemadaman kebakaran gambut.

ABSTRACT
Solving peat fires problem continues to be a constant struggle in Indonesia as more hotspots are identified during the dry seasons. A number of research has been carried out to understand the most sufficient way to suppress peat fires using a range of different methods. This research was focused on the suppression of peat smouldering combustion by using foam based suppression agent in the laboratory scale experiments. Experiments were carried out to explore the effect of foam suppression system mjon tropical peat fires. A solution of Class A Foam with a concentration of 0.2, 1, and 3 were used to suppress Kalimantan peat smouldering fire with a density of 0.3g cm3. Sample used in the experiments was taken from Tumbang Nusa Village, Pulang Pisau District, Central Kalimantan Province, with a coordinate of S 3.47 ;34, E 113 55 ;15. A one application method and relayering method were explored to observe how peat fire responds to foam suppression. Peat sample was put in a 10x10x10 cm3 reactor, where a coil heater was turned on at 80 100W for 30 minutes to initiate a smouldering front. A set of thermocouples and infrared thermographs were used to explore the suppression mechanism that occurs. As the smouldering front moved away from the igniter to the other end of the reactor, foam with different thickness was applied on top of the peat to explore the effect of varying thickness on the suppression of peat fire. From the series of experiments, it was observed that there was a correlation between the thickness of the foam layer and the suppression of peat fires."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeihan Kartika Hapsari
"Fenomena kebakaran hutan dan lahan gambut telah menyita perhatian banyak kalangan dengan ancaman utama terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Asap sebagai hasil dari kebakaran dapat menyebar hingga puluhan kilometer dari titik terbakarnya dan terdeteksi hingga ketinggian 5000 - 9000 kaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi pembakaran membara yang terjadi di lahan gambut serta mempelajari aliras asap kebakaran gambut secara visual dengan menggunakan metode fotografi Schlieren. Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium dengan menggunakan reaktor uji berukuran 10x10 cm yang kemudian akan diisi oleh sampel gambut yang berasal dari Palangka Raya dan Rokan Hilir. Selama proses pembakaran membara terjadi, pengamatan termal dilakukan menggunakan IR camera dan pengamatan aliran dilakukan menggunakan metode Schlieren. Berdasarkan hasil pengamatan, karakteristik pembakaran membara bergantung pada sifat fisik yang dimiliki oleh sampel. Karakterisasi secara kualitatif dan kuantitatif dari aliran asap pada setiap fase pembakaran membara juga dapat diketahui dengan menggunakan metode PIVLab.

The threat to human health and safety from forest and peatland fires has seized the attention of many people. Smoke, as a result of the fires, is able to spread up to tens of kilometers and 5000-9000 feet in altitude from the hotspot. Thus, this study aims to characterize the smoldering propagation in peat soil and to visualize the flow of smoke from the peat fires by using Schlieren photographic method. A 10x10 cm stainless-steel reactor filled with peat samples from Palangka Raya and Rokan Hilir was conducted to create a laboratory-scale smoldering propagation activity. During the activity, the thermal observations were carried out using an IR camera, and flow observations were carried out using the Schlieren imaging method. Based on the observations, the characteristics of smoldering combustions on the peat soil depended on the sample’s physical properties. The characterization of smoke flow is divided based on the smoldering combustion phases. The quantitative and qualitative analyses were carried out based on the results from the PIVLab image processor."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsir Dewang
"ABSTRACT
Laser induced thin film production (LITFP) technique was employed for making plumbum (Pb) thin film by nitrogen laser deposition in miniature scale. The energy of nitrogen laser operated at 12.5 kv, 90 torr was 3.5 mj with 5 ns pulse duration, thus producing peak power at around 0.7 MW. Pb plasma of 1 cm diameter was generated in each laser bombardment, producing thin film above the glass substrate.
The thin film characteristics were measured by means of their thickness and surface morphology using scanning electron microscope (SEM). It was proved that there was a linear relationship between the number of laser shots and film thickness."
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Basrul Bahar
"ABSTRACT
Probing of the atmospheric parameters have been done by many scientists since a century ago up to present with various techniques. A simple system of laser radar without using any collimated beam but a reflected mirror as transmitter and a small cassegranian type (10.5 an in diameter) telescope as receiving was constructed to investigate the relative Mie backscattering coefficient by utilizing a nitrogen laser as a light source in the range of measurement bellow 1 Km. The backscattered light received by the receiving telescope is converted into electric current by photomultiplier and is shown and known as "A scope" display on an oscilloscope. SNR of the signal from photomultiplier was increased by using a boxcar integrator and its output could be recorded with XY recorder.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afiri Dianti
"ABSTRAK
Tingkat kerawanan terjadinya kebakaran lahan dan hutan di Indonesia cukup tinggi. Tanah gambut merupakan salah satu kontribusi tertinggi pada kebakaran tersebut. Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan gambut tertinggi se-Asia Tenggara, dengan lebih dari 50 jenis gambut tropis dimiliki. Hasil pembakaran pada gambut menghasilkan emisi karbon yang tinggi dan berdampak pada global warming. Sifat bara pada pembakaran gambut membuat deteksi dan pemadaman menjadi sulit. Tidak hanya itu, adapun dampak kerusakan hutan, seperti rawan longsor, penurunan lapisan tanah dan kerusakan lapisan meningkat. Tajuk api yang tidak terlihat mendorong badan restorasi gambut membuat metode pencegahan kebakaran. Penataan air yang dilakukan dengan metode pembasahan ulang bertujuan untuk menjaga dan mengembalikan kelembaban tanah gambut. Penelitian dilakukan guna menganalisis sifat pembakaran pada gambut kering dan pengaruh gambut hasil pembasahan ulang pada laju permbaraan. Sampel gambut yang digunakan adalah gambut yang berasal dari Desa Tumbang Nusa, Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah S: -3 47 rsquo;34 rdquo; , E: 113 55 rsquo;15 rdquo; dan Kampung Bagaiserwar, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua S: 01 55 rsquo;14, 11 rdquo;, E: 138 6 rsquo;17, 35 rdquo;. Laju perambatan pembakaran diukur dengan menggunakan termokopel dengan jarak 80 mm diantaranya. Massa yang diukur menunjukkan penurunan yang signifikan akibat proses evaporasi yang dialami gambut basah. Penulis menemukan risiko bahaya kebakaran yang lebih tinggi pada gambut yang dikelilingi gambut hasil pembasahan ulang. Laju perambatan membara jauh lebih tinggi pada gambut hasil pembasahan ulang dengan kelembaban awal le; 10 pada gambut Bagaiserwar. Sifat hidrofobik yang dimiliki gambut membuat sifat penyimpanan air pada gambut berubah. Hal ini memicu terjadinya proses oksidasi pembakaran dan terdapat pembentukan char pada gambut hasil pembasahan ulang. Sifat penyalaan gambut juga menjadi isu utama agar metode pencegahan dapat lebih efektif. Lamanya waktu penyalaan gambut menjadi referensi bagi deteksi zona potensial kebakaran berdasarkan persentase kelembaban yang dimiliki.

ABSTRACT
Probability of land and forest fire in Indonesia is quite high. Peat land is one of the highest contribute of the fire disaster. Indonesia is the country with the highest peat land in Southeast Asia, with more than 50 of tropical peat species. Combustion of peat produce carbon emission with large quantities and affect to global warming. Characteristic of smoldering combustion of peat cause detection and extinction be difficult. Moreover, there are another impact such as high erosion potential, structural collapse and soil layer damage. Flameless on peat smoldering causes peat restoration institution build fire prevention method. Regulation of water table on peat land with rewetting method aims to maintain and restore the moisture of peat. The experiment aims to understand characteristic of smoldering combustion of rewetting peat. Sample used in the experiments was taken from Desa Tumbang Nusa, Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah S 3 47 rsquo 34 rdquo , E 113 55 rsquo 15 rdquo dan Kampung Bagaiserwar, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua S 01 55 rsquo 14, 11 rdquo , E 138 6 rsquo 17, 35 rdquo . Fire spread rate is measured with thermocouples at interval 80 mm. Mass loss rate indicates derivation caused by evaporation on wet peat. Author discovered a fire risk is higher than natural combustion in experiments with rewetting peat as barrier. Spread rate of smoldering is high on rewetting peat with initial MC before rewetting is le 10 as barrier. Hydrophobic of peat cause retention of water on peat changes. This phenomenon causes peat undergoes oxydation reaction and produce char on rewetted peat. The critical ignition time of peat is also the main issue of prevention method. Time of ignition of peat is being important for detection of fire potential based by moisture content."
2018
T50957
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nella Marwah
"Rancangan sistem akuisisi data suhu terhadap fungsi kedalaman sumur pengeboran dibuat untuk mengurangi biaya produksi eksplorasi pada sumur pengeboran terutama sumur pengeboran panasbumi. Sistem ini dapat membaca suhu terhadap variasi kedalaman sensor suhu secara real-time. Sistem ini terdiri dari sensor suhu Pt-100, sensor kedalaman rotary encoder dan pewaktu real-time DS1307. Sistem ini dioperasikan oleh mikrokontroler H8/3069F yang memiliki resolusi 16 bit menggunakan bahasa pemrograman C, data dikirimkan ke komputer melalui kabel serial RS-232 dan ditampilkan dalam bentuk Graphical User Interface (GUI) yang dihasilkan oleh bahasa pemrograman Python, data ini disimpan dalam bentuk file dokumen. Sensitivitas dari sistem pengukur suhu dengan Pt-100 adalah sebesar 0.042 V/°C.

Temperature acquisition system design along the borehole’s depth have been done in order to minimalize exploration production in borehole especially for geothermal exploration. The system can acquire temperature data versus depth variation in real-time. The system consists of Pt-100 as temperature sensor, rotary encoder as depth sensor and Real-Time Clock DS1307. The system is operated by 16-bit microcontroller H8/3069F using C Languange, temperature and borehole’s depth data are displayed using a Python Graphical User Interface (GUI) and stored in document file. Sensititvity of Pt-100 sensor together with signal conditioning circuit is 0.042 V/°C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52505
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
621.366 PER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>