Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175095 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yusnita Pabeno
"Prevalensi HIV di Indonesia mengalami peningkatan, sehingga dibutuhkan upaya pencegahan penularan HIV yang berawal dari perubahan perilaku. Seseorang berperilaku baik pada dasarnya memiliki pengetahuan yang baik untuk menimbulkan self-efficacy yang baik. Apabila keduanya dimiliki oleh orang dengan HIV akan menimbulkan motivasi yang kuat dalam melakukan pencegahan penularan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan self-efficacy dengan motivasi melakukan pencegahan penularan HIV di Kabupaten Keerom. Jenis penelitian cross sectional dengan sampel diambil dengan teknik purposive sampling dengan rumus perhitungan besar sampel beda mean sebanyak 87 orang. Hasil penelitian terdapat hubungan pengetahuan dan self-efficacy dengan motivasi melakukan pencegahan penularan HIV di Kabupaten Keerom (p value 0,000 < 0,05).  Peningkatan nilai satuan pengetahuan, maka akan meningkatkan motivasi melakukan pencegahan penularan HIV sebesar 45,1% dan setiap peningkatan nilai satuan self-efficacy, maka akan menurunkan motivasi melakukan pencegahan penularan HIV sebesar 8,6%. Semakin tinggi pengetahuan seseorang, semakin tinggi motivasi melakukan pencegahan penularan HIV dan AIDS. Semakin tinggi self-efficacy seseorang, semakin rendah motivasi melakukan pencegahan penularan HIV karena adanya faktor kebutuhan ekonomi dari istri kepada suami dan faktor ketidakmampuan menahan diri dari perilaku melakukan aktivitas yang beresiko menularkan HIV oleh laki-laki. Peneliti merekomendasikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan konseling di puskesmas, mengembangkan program penanggulangan HIV dan AIDS pada kelompok peer group, dan meningkatkan edukasi melalui media komunikasi, informasi, dan edukasi.

Prevalence of HIV in Indonesia has increased, so that efforts to prevent HIV transmission are needed starting from behavioral changes. A person who behaves well basically has good knowledge to generate good self-efficacy. If both are owned by people with HIV, it will cause a strong motivation in preventing transmission. This study aims to analyze the relationship between knowledge and self-efficacy with the motivation to prevent HIV transmission in Keerom Regency. This type of research is cross sectional with samples taken with purposive sampling technique with a calculation formula for the sample size of different mean as many as 87 people. The results of the study showed a correlation between knowledge and self-efficacy with the motivation to prevent HIV transmission in Keerom Regency (p value 0,000 <0,05). Increasing the value of the unit of knowledge, it will increase the motivation to prevent HIV transmission by 45.1% and each increase in the value of the self-efficacy unit, it will decrease the motivation to prevent HIV transmission by 8.6%. The higher a persons knowledge, the higher the motivation to prevent HIV and AIDS transmission. The higher a persons self-efficacy, the lower the motivation to prevent HIV transmission because of the economic needs of the wife to the husband and the inability to refrain from doing activities that are at risk of transmitting HIV by men. The researcher recommends to improve the quality of counseling services in health centers, develop HIV and AIDS prevention programs in peer group groups, and improve education through the media of communication, information and education."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T52913
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Ramadhani
"Ibu yang melahirkan bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) cenderung memiliki kepercayaan diri yang rendah. Salah satu intervensi BBLR adalah Perawatan Metode Kanguru (PMK). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dengan self-efficacy ibu dalam menerapkan PMK di Jakarta. Jenis penelitian analitik yang digunakan adalah studi observasi cross-sectional dengan metode pengambilan sampel convenience sampling terhadap 49 responden ibu yang memiliki bayi BBLR. Instrumen yang digunakan adalah instrumen pengetahuan ibu mengenai PMK dan instrumen self-efficacy ibu dalam menerapkan PMK. Analisis uji statistik yang digunakan yakni uji korelasi Gamma. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dengan self-efficacy ibu (p value = 0,011 r = 0,732). Peneliti merekomendasikan kepada tenaga kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan yang lebih pada ibu yang memiliki BBLR mengenai PMK, terutama waktu yang disarankan untuk melakukan PMK, anggota keluarga lain yang bisa menggantikan ibu melakukan PMK, dan tanda bahaya pada bayi yang mungkin ditemukan saat melakukan PMK.

Mothers who give birth to babies with low birth weight (LBW) tend to have low self-esteem. One of the LBW interventions is the Kangaroo Mother Care (KMC). This study aims to identify the relationship between knowledge and mother's self-efficacy in implementing KMC in Jakarta. The type of analytic research used was a cross-sectional observational study with a convenience sampling method of 49 respondents who have LBW babies. The instruments used were the mother's knowledge instrument regarding KMC and the mother's self-efficacy instrument in implementing KMC. The statistical test analysis used is the Gamma correlation test. The results showed that there was a relationship between knowledge and mother's self-efficacy (p value = 0.011 r = 0.732). Researchers recommend that health workers provide more health education to mothers who have LBW regarding KMC, especially when it is recommended to do KMC, other family members who can replace mothers doing KMC, and danger signs in babies that may be found when doing KMC."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nirwanto K. Rahim
"Prevalensi HIV/AIDS di dunia semakin meningkat. Lelaki seks lelaki (LSL ) merupakan populasi yang paling mudah terkena HIV/AIDS. Penularan terjadi karena rendahnya penggunaan kondom. Penelitian ini bertujua untuk mengidentifkasi hubungan self-efficacy kondom dan spiritualitas
terhadap perilaku penggunaan kondom. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik consecutive sampling pada 250 ODHA LSL.Hasil penelitian menunjukkan bawah ada hubungan yang signfikan antara self-efficacy kondom dengan perilaku penggunaan kondom p-value <0.05 (OR = 11.298; 95% CI: 4.35-20.1 ) dan spiritualitas terhadap perilaku penggunaan kondom p-value< 0.05 (OR = 3.405; 95% CI : 0.85-3.21). Pada analisis multivariat regresi logistik berganda, self-efficacy kondom merupakan faktor yang paling mempengaruhi perilaku penggunaan kondom. Sehingga untuk meningkatkan konsistensi penggunaan kondom perawat perlu mengedepankan intervensi misalnya kegiatan konseling yang berfokus pada peningkatan keyakinan diri (self-efficacy).

The prevalence of HIV/AIDS in the world is increasing. Men who have sex with men (MSM) is the populations most vulnerable to HIV/AIDS. Transmission occurs because of the low use of condoms. This study aimed to identify the relationship of condom self-efficacy and spirituality to condom use behaviour. This study used a cross-sectional design with consecutive sampling techniques in 250 ODHA MSM. The results show that there was a significant relationship between condom self-efficacy and condom use behavior p value <0.05 (OR = 11.298; 95% CI: 4.35-20.1 ) and spirituality towards condom use behavior p-value< 0.05 (OR = 3.405; 95% CI : 0.85-3.21). In multivariate analysis of multiple logistic regression, condom self-efficacy is the factor that most influences condom use behaviour. So to improve the consistency of condom use nurses need to prioritize interventions such as counselling activities that focus on increasing self-confidence (selfefficacy)."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Adzhani Awanis Latief
"Meningkatnya jumlah ibu penderita HIV/AIDS di Indonesia membuat perlunya untuk mengetahui dinamika kehidupan mereka, terutama keyakinannya dalam melakukan parenting terhadap anak. Keyakinan dalam melakukan parenting ini disebut sebagai parenting self-efficacy (Coleman & Karraker, 1997). Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan parenting self-efficacy dan dukungan sosial pada ibu dengan HIV/AIDS yang memiliki anak usia kanak-kanak madya.
Pengukuran parenting self-efficacy dilakukan melalui alat ukur Self-Efficacy Parenting for Tasks Index (SEPTI) (Coleman & Karraker, 2000), sedangkan dukungan sosial diukur melalui dua komponen—yaitu persepsi terhadap jumlah orang yang dapat diandalkan dan kepuasan akan dukungan yang ada—dalam alat ukur Social Support Questionnaire-Short Form (SSQSR) (Sarason, Sarason, Shearin & Pierce, 1987). Partisipan penelitian ini berjumlah 30 ibu yang terinfeksi HIV dan memiliki anak usia lima hingga dua belas tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara parenting self-efficacy dengan persepsi jumlah dukungan sosial (r = 0,386 ; n = 30; p < 0,05, two-tail) dan juga kepuasan akan dukungan sosial (r = 0,409 ; n = 30; p < 0,05, two-tail). Artinya, semakin tinggi parenting self-efficacy ibu, semakin tinggi pula dukungan sosial yang ibu persepsikan; begitu pula sebaliknya. Ditemukan pula bahwa domain parenting self-efficacy tertinggi adalah nurturance sedangkan yang terendah adalah disiplin. Analisis tambahan juga menemukan adanya perbedaan yang signifikan pada parenting self-efficacy ibu dengan HIV/AIDS berdasarkan urutan kelahiran anak mereka yang berusia kanak-kanak madya.

Mothers living with HIV/AIDS are significantly increasing in Indonesia. By then, it's important to know further about their life, including their belief in parenting their children. The mother’s belief in parenting is called parenting self-efficacy (Coleman & Karraker, 1997). This study examined the relationship between parenting self-efficacy and social support among HIV/AIDS mothers with middle childhood children.
Parenting self-efficacy was measured by Self-Efficacy Parenting for Tasks Index (SEPTI) (Coleman & Karraker, 2000), while social support measured through it's two elements (the perception of available others to whom one can turn in times of need and the degree of satisfaction with the available support) in Social Support Questionnaire-Short Form (SSQSR) (Sarason, Sarason, Shearin & Pierce, 1987). The participants in this study were 30 mothers infected HIV with middle childhood children.
The result shows that there is a significant, positive relationship between parenting self-efficacy and both of the elements of social support, which are the perception of social support numbers (r = 0,386 ; n = 30; p < 0,05, two-tail) and the satisfaction of the support (r = 0,409 ; n = 30; p < 0,05, two-tail). Those indicates that the higher mothers parenting self efficacy, the higher they perceive social support, and vice versa. This study also found that the highest domain in parenting self-efficacy is nurturance, while the lowest is discipline. Furthermore, this study found that there is a difference between mothers parenting self-efficacy based on their middle childhood child's ordinal position.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52751
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ice Marini
"Laporan Epidemi AIDS Global UNAIDS 2012 menunjukkan bahwa terdapat34 juta orang dengan HIV di seluruh dunia. Sebanyak 50 diantaranya adalahperempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun. Estimasi dan ProyeksiHIV AIDS tahun 2012 menyatakan ODHA dari populasi kunci tertinggi yaituperempuan risiko rendah, yang bisa saja mengakses layanan kesehatan danberinteraksi dengan bidan di layanan kesehatan. Bidan beresiko tinggi tertular HIVsaat menolong persalinan, kewaspadaan universal diterapkan dengan menganggapbahwa setiap darah dan cairan tubuh yang berasal dari pasien berpotensialmenularkan infeksi terlepas dari mereka HIV atau tidak, hal ini dilakukan untukmelindungi pasien, bidan, keluarga dan orang lain dari risiko paparan darah dancairan tubuh yang mungkin terinfeksi HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan infeksi dan PPIA di KabupatenLebak Tahun 2017.Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan cross secsional. Jumlahsampel penelitian adalah 159 responden. Pengambilan sampel dengan stratifiedproposional random sampling yang dilakukan pada 30 Puskesmas. Hasil penelitianmenunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan p=0,016 ,Ketersediaan alat pelindung diri p=0,007 , pengawasan p=0,006 dan dukunganrekan kerjaa p=0,021 dengan perilaku pencegahan infeksi dan PPIA.Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan memberikan pelatihankepada seluruh tenaga kesehatan bidan serta dilakukan secara berkesinambunganuntuk meningkatkan pengetahuan. Mengadakan pelatihan tentang program PPIA agarpelaksanaan pelayanan sesuai dengan pedoman PPIA nasional.

The UNAIDS Global AIDS Epidemic Report 2012 shows that there are 34million people with HIV in worldwide. As many as 50 of them are women and 2.1million children aged less than 15 years. HIV AIDS Estimates and Projection in 2012declare people with HIV AIDS from the highest key population of low risk women,who may access health services and interact with midwives in health services.Midwives are at high risk of contracting HIV while assisting in childbirth, universalprecautions are applied by assuming that any blood and body fluids originating frompatients potentially transmit infections regardless of whether they are HIV or not, thisis done to protect patients, midwives, families and others from exposure risk Bloodand body fluids that may be infected with HIV. This study aims to determineknowledge and attitude of midwives with infections preventions behavior and PPIAin Kabupaten Lebak.The research method used is cross sectional design. The number of researchsamples is 159 respondents. Sampling with stratified proportional random samplingconducted at 30 health care. The results showed a significant correlation betweenknowledge p 0.016 , availability of personal protective equipment p 0.007 ,supervision p 0.006 and peer support p 0.021 with infection preventionbehavior and PPIA.Based on the result of this research, it is suggested to give training to allmidwife health worker and to be done continuously to increase knowledge.Conducting training on PPIA programs so that service delivery is in line with nationalPPIA guidelines. Evaluation on the procurement of facilities and equipment in villagemidwives to support good infection prevention behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Jos Iswadi
"Penularan HIV menjadi tantangan dunia hingga saat ini yang memerlukan pencegahan yang konprehensif berbasis pengetahuan. Remaja merupakan kelompok kecil yang rentan terhadap penularan HIV. Penelitian deskriptif korelasi ini bertujuan mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku pencegahan penularan HIV dengan pendekatan cross-sectional yang melibatkan 87 siswa SMA dengan teknik quota sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan penularan HIV. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menunjukkan tingkat pengetahuan berhubungan signifikan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS (p=0,01, α=0,05). Analisis bivariat sikap dan perilaku menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS (p=0,20,α=0,05). Pendidikan kesehatan perlu dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di sekolah untuk memperkaya remaja tentang informasi kesehatan khususnya HIV/AIDS sehingga dapat memutuskan mata rantai penularan HIV/AIDS.

HIV transmission is challenging the world to date and need base prevention conprehensive prooer knowledge. Teenagers are a small group who are vulnerable to HIV infection. This correlation descriptive study aimed to identify the correlation between knowledge and attitudes to HIV prevention behaviour with a cross-sectional approach involving juvenile respondents with a high school 87 students with quota sampling technique. The research instrument used questionnaires to measure the level of knowledge, attitudes, and behaviors to prevent HIV transmission. Results of bivariate analysis with chi-square test showed that there was a significant relationship between knowledge with behavior of the prevention of HIV/AIDS (p=0,01 α=0,05). Bivariate analysis of attitudes and behavior showed there was no significant relationship between attitude with behavior prevention of HIV/AIDS (p=0,20 α=0,05). Health education should be included in the education curriculum in schools to enrich the youth about health information in particular HIV/AIDS so that they can break the chain of transmission of HIV/AIDS."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47572
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Wibowo
"Pada era globalisasi, persaingan peningkatan kualitas sumber daya manusia antar negara semakin ketat. Pendidikan formal sampai saat ini masih menjadi sarana utama terwujudnya bangsa mandiri yang memiliki daya saing tinggi. Salah satu bentuk dari pendidikan formal adalah universitas. Berhubungan dengan ini, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Creative Self-Efficacy CSE, motivasi intrinsik, dan prestasi akademik pada mahasiswa. Creative self-efficacy memiliki dua dimensi yaitu, Creative Thinking Self-Efficacy CTSE, dan Creative Performance Self-Efficacy CPSE. Pengukuran CSE menggunakan alat ukur Revised Model of CTSE II and CPSE II Abbot, 2010. Pengukuran motivasi intrinsik menggunakan Academic Motivation Scale khususnya pada dimensi motivasi intrinsik yang dikembangkan oleh Vallerand dan Bissonnette 1992, serta prestasi akademik dilihat melalui indeks prestasi kumulatif IPK pada mahasiswa. Responden penelitian berjumlah 245 mahasiswa Universitas Indonesia. Dari hasil uji statistik Pearson Correlation membuktikan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara motivasi intrinsik dan prestasi akademik r=0,199.

In the era of globalization, the competition among countries to improve the quality of its human resource seems to be more competitive. Until now, formal education is still the main source for the realization of an independent nation with high competitiveness. One form of a formal education is university. Correspondingly, this present study was conducted to examine the relationship between creative self efficacy CSE, intrinsic motivation, and academic achievement in college students. There are two dimensions of CSE, which include Creative Thinking Self Efficacy CTSE and Creative Performance Self Efficacy CPSE. To measure CSE, the Revised Model of CTSE II and CPSE II instrument was used Abbot, 2010. To measure intrinsic motivation, Academic Motivation Scale particularly in the dimension of intrinsic motivation developed by Vallerand dan Bissonnette 1992 was used, and academic achievement was measured using grade point average GPA. The study participants consisted of 245 college students enrolled in Universitas Indonesia. Pearson Correlation analysis revealed that there is a significant positive correlation between intrinsic motivation and academic achievement r 0,199."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrianisa Kamila Shabrina
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara motivasi kerelawanan dan generalized self-efficacy pada relawan Indonesia tahapan perkembangan emerging adult. Partisipan penelitian adalah 1954 orang warga negara Indonesia yang sedang atau pernah mengikuti kegiatan kerelawanan dan berada dalam rentang usia 18-29 tahun. Motivasi kerelawanan diukur menggunakan alat ukur Volunteer Functions Inventory VFI yang terdiri dari 6 enam dimensi dan generalized self-efficacy diukur menggunakan New General Self-Efficacy Scale. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara generalized self-efficacy dengan dimensi protective motives r= - 0,01; p>0,05, hubungan positif dengan dimensi social r=0,04, p>0,05, dan dimensi enhancement r=0,06; p=0,05 serta hubungan positif signifikan dengan dimensi values r=0,12.

This study seeks to examine the relationship between volunteer motivation and generalized self efficacy in Indonesian emerging adult volunteers. Participants of this study are 1954 Indonesian citizens who are or have been involved in volunteering activities and within the age range of 18 29 years. Six dimensional Volunteer Functions Inventory VFI is used to measure volunteering motivation and generalized self efficacy was measured using the New General Self Efficacy Scale. The result of this study shows that there is a negative correlation between generalized self efficacy and protective motives r 0,01 p 0,05, positive correlations between social motives r 0,04, p 0,05 and enhancement motives r 0,06 p 0,05 and significant positive correlations between values motives r 0,12."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Pranata
"Remaja merupakan aset kesehatan di masa mendatang, namun banyak remaja mengalami masalah nutrisi. Tujuan penelitian untuk menganalisis hubungan pengetahuan, efikasi diri dan latihan fisik dengan status nutrisi remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dan pengambilan sampel secara consecutive sampling sebanyak 356 siswa sekolah menengah atas negeri di Kota Bekasi. Hasil penelitian menunjukkan rerata remaja berusia 16 tahun dan berjenis kelamin perempuan 64,9%. Kesimpulan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, efikasi diri dan latihan fisik dengan status nutrisi pada remaja (p > 0,05). Rekomendasi perlu peningkatan upaya pencegahan primer dengan optimalisasi kegiatan UKS dan layanan konseling nutrisi remaja.

Adolescents are health assets in the future, but many adolescents experience nutritional problems. The research objective was to analyze the relationship between knowledge, self-efficacy and physical exercise with the nutritional status of adolescents. This study used a cross-sectional approach and consecutive sampling of 356 public high school students in Bekasi City. The results showed that the average age of adolescents was 16 years and 64.9% female. In conclusion, there is no significant relationship between knowledge, self-efficacy and physical exercise with nutritional status in adolescents (p> 0.05). Recommendations need to increase primary prevention efforts by optimizing UKS activities and adolescent nutrition counseling services."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Widya Waty Iqbal
"Pengetahuan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi dalam perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS pada lelaki seks lelaki LSL . Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yang melibatkan 111 responden yang dipilih menggunakan purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner HIV-KQ-18 dan Safer Sex Behaviour Questionnaire SSBQ . Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS r = 0.202, p-value = 0.034 pada kelompok LSL di Kota Depok. Hasil penelitian ini menyarankan agar tenaga kesehatan khususnya perawat dapat memberikan kontribusi berupa edukasi tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS pada LSL dengan berkolaborasi bersama pihak lembaga swadaya masyarakat LSM dan sekolah menegah sebagai pendukung dalam pemberian pendidikan seks.

Knowledge is one of the important factors that influence the preventive behavior of HIV AIDS transmission. This study aimed to analyze the correlation between knowledge level and preventive behavior of HIV AIDS among men who have sex with men MSM . The research design used cross sectional, involved 111 respondents whom selected by purposive sampling. The instrument used the HIV KQ 18 questionnaire and the Safer Sex Behavior Questionnaire SSBQ . The result showed that there was a significant correlation between the level of knowledge with the preventive behavior of HIV AIDS r 0.202, p value 0.034 among MSM in Depok City. This study suggests that other healthcare providers especially nurses can contribute to provide the education about preventive behaviour of HIV AIDS transmission among MSM and collaborate with non goverment organizations and school Senior High School as the main enabling factors to provide sex education."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S67227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>