Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23479 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Indah Pratiwi
"ABSTRACT
Background: Pericardial effusion is a common condition in clinical practice. Manifestation of effusion depends on its causes and the underlying diseases as well as influenced by patients characteristics and geographical location. This study was conducted to determine the characteristic of pericardial effusion patient based on age, gender, cytological and clinical diagnosis.
Method: The study was conducted using descriptive retrospective method. The data collected was medical record of pericardial effusion patients for 5 years from 1St January 2009 to 31 December 2013. This study was conducted in SMF Pathology Anatomy Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung. Fifty four cases were collected as samples through total sampling technique. The variables were age, gender, cytological diagnosis and clinical diagnosis. Results: Pericardial effusion mostly occurred in 21 to 30 years old. Pericardial effusion is more common in man than woman. Based on the type of cytology, the most common pericardial effusion was non specific inflammation. The most common clinical features of patients is tuberculous infection.
Conclusions: Pericardial effusion frequently occurred in 21 to 30 years old. Based on gender, pericardial effusion is not significantly distributed between male and female. Based on cytological diagnosis, pericardial effusion is mostly diagnosed as non spesific inflammation type. The manjority of clinical feature of pericardial effusion is tuberculosis infection."
Jakarta: Departement of Internal Medicine, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Pratiwi
"Efusi perikardial adalah kondisi yang sering ditemukan di praktik klinis. Manifestasi efusi bergantung pada penyebab dan penyakit penyerta serta dipengaruhi oleh karakteristik dan lokasi geografi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pasien efusi perikardial berdasarkan usia, jenis kelamin, diagnosis sitologi dan klinis. Metode: Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif retrospektif menggunakan data rekam medis pasien efusi perikardial selama 5 tahun, yaitu 1 Januari 2009 sampai dengan 31 Desember 2013. Penelitian dilakukan di SMF Patologi Anatomi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Sebanyak 54 kasus diambil dengan cara total sampling pada penelitian ini. Variabel data yang digunakan adalah usia, jenis kelamin, jenis diagnosis sitologi dan kondisi klinis. Hasil: Usia yang paling banyak ditemukan adalah kelompok usia 21-30 tahun. Efusi perikardial lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita. Kasus efusi perikardial paling banyak berdasarkan jenis diagnosis sitologinya adalah jenis peradangan non-spesifik. Kondisi klinis yang paling sering ditemukan adalah infeksi tuberkulosis.
Simpulan: Efusi perikardial paling banyak terjadi pada usia 21-30 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, tidak terdapat perbedaan distribusi yang mencolok pada kasus efusi perikardial. Berdasarkan diagnosis sitologi, efusi perikardial paling banyak didiagnosis sebagai jenis peradangan non-spesifik. Berdasarkan diagnosis klinis, efusi perikardial paling banyak ditemukan pada kondisi infeksi tuberkulosis."
Jakarta: Department of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-IJCHEST 3:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Singh, Gurmeet
"Cytomegalovirus (CMV) is a double-stranded DNA virus and a member of the Herpesviridae family. Cytomegalo- virus infection is one of the important causes of mortality and morbidity in immunocompromised patients. This is a case report of 72 year-old immunocompromised male patient with worsening cough needing an intubation despite previous adequate antibiotic administration. Further examination showed positive CMV infection. The patient showed improvement after administration of ganciclovir."
Bandung : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran, [date of publication not identified]
CHEST 3:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Telly Kamelia
"ABSTRAK
Obstructive sleep apnea (OSA) merupakan salah satu gangguan napas saat tidur yang paling sering terjadi. OSA terjadi akibat kolaps saluran napas atas baik secara total maupun parsial. Pemeriksaan polisombografi level 3 tetap sering dilakukan karena dianggap sebagai pemeriksaan yang mudah dan tidak mahal. Penelitian ini bertujuan menilai akurasi diagnosis obstructive sleep apnea dengan level 3 portable monitor sleep test. Metode yang digunakan yaitu pencarian literatur dengan dilakukan menggunakan database PubMed dan Cochrane, didapatkan 37 artikel. Dilakukan seleksi artikel dan telaah kritis sistematik review berdasarkan validity, importance, dan applicability yang terstandardisasi oleh Centre of Evidence Medicine University of Oxford British serta telaah kritis artikel diagnosis yang terstandardisasi oleh British Medical Journal (BMJ). Hasil dari sistematik review dan meta-analisis oleh Shayeb, dkk (2014) didapatkan bahwa pemeriksaan level 3 portable monitor sleep test memiliki heterogenitas sedang hingga tinggi (nilai I2 53%-85%), sensitivitas dan spesifisitas (0,79-0,97 dan 0,60-0,93). Garg dkk, (2014) dengan studi kohort mendapatkan hasil bahwa pemeriksaan level 3 dirumah memiliki sensitivitas 0,96, spesifisitas 0,43, PPV 0,79, dan NPV 0,82. Kesimpulannya pemeriksaan level 3 dengan portable monitor dirumah memiliki tingkat akurasi yang baik dan lebih direkomendasikan untuk pasien dengan risiko tinggi OSA tanpa komorbid. "
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Glenda Clarissa Swandy
"ABSTRACT
Penelitian terkait infeksi odontogenik di Indonesia masih sangat sedikit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil infeksi odontogenik di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo periode 1 Januari 2015 ndash; 31 Desember 2015. Penelitian ini merupakan studi deskriptif retrospektif dengan menggunakan data sekunder yang didapat dari rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo. Analisis dilakukan pada 61 rekam medik kasus infeksi odontogenik. Profil infeksi odontogenik dilihat berdasarkan usia, jenis kelamin, dan elemen gigi penyebab. Mayoritas pasien berusia 52-61 tahun 19,67 dan berjenis kelamin perempuan 56 . Elemen gigi penyebab infeksi odontogenik terbanyak adalah gigi molar mandibular pertama kiri 16.

ABSTRACT
Study about number of odontogenic infections in Indonesia is rarely done. This research was aimed to know the profile of odontogenic infections in Dr. Ciptomangunkusumo General Hospital Patients on January 2015 ndash December 2015. This research was a descriptive retrospective study from the medical records of Dr. Ciptomangunkusumo General Hospital Patients. 61 medical records were analyzed. Profile of odontogenic infections was analyzed concerning age, gender, and primary site of odontogenic infections. The majority of patients are in 52 61 age group 19,67 , and female were more involved than male 56 . The primary site of odontogenic infection is the first left mandibular molar 16."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regezi, Joseph A.
Missouri: Saunders, 2003
617.522 REG o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Regezi, Joseph A.
St. Louis Missouri: Elsevier Saunder, 2012
616.31 REG o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bloom, Frank
Evanston: American Vaterinary Publications, 1954
591.2 BLO p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Doli Mauliate
"Pendahuluan: Lesi muskuloskeletal pelvis merupakan kasus langka dengan prognosis buruk. Prosedur diagnostik yang cepat, akurat dan resiko komplikasi minimal sangat dibutuhkan pada kondisi tersebut. CT guided biopsy menjadi salah satu pilihan utama. Untuk itu dilakukan studi demografi terhadap pasien dengan lesi muskuloskeletal pelvis di RSUPN dr Cipto Mangunkusumo serta evaluasi ketepatan diagnosis yang diperoleh melalui prosedur CT guided biopsy.
Metode: Penelitian ini merupakan studi demografi dan uji diagnostik prosedur CT guided biopsy pada lesi muskuloskeletal pelvis di RSUPN dr Cipto Mangunkusumo, yang dilaksanakan secara cross sectional. Data dikumpulkan menggunakan rekam medis pasien selama periode Juni 2007-Juni 2017. Analisis uji diagnostik menggunakan Fischer exact test, dengan standar baku pembanding berupa hasil histopatologi dari biopsi terbuka berupa prosedur eksisi terhadap lesi.
Hasil: Didapatkan 101 penderita lesi muskuloskeletal pelvis menjalani pengobatan selama periode 2007-2017. Ketepatan diagnosis CT guided biopsy dibanding hasil biopsi terbuka pada lesi muskuloskeletal pelvis adalah 86,36% dalam membedakan jenis, 90,9% dalam membedakan sifat keganasan, 85% dalam membedakan lesi primer muskuloskeletal maupun metastasis, dan 90% dalam membedakan lesi tulang maupun jaringan lunak. Berdasarkan lokasi lesi pada pelvis, ketepatan diagnosis CT guided biopsy tertinggi pada Zona I (83,3%), sedangkan berdasarkan ukuran, lesi berukuran >250ml memberikan ketepatan diagnosis 88,89-100%.
Pembahasan: Data demografi menunjukkan gambaran mirip dengan literatur dan dapat digunakan sebagai data dasar dalam menegakkan diagnosis lesi muskuloskeletal pelvis. Dalam evaluasi ketepatan diagnosis, CT guided biopsy dibanding biopsi terbuka pada lesi muskuloskeletal pelvis memiliki ketepatan yang tinggi secara statistik sehingga menunjukkan reliabilitas kuat dan dapat diterapkan sebagai prosedur baku dalam menegakkan diagnosis.

Introduction: Pelvic musculoskeletal lesion is rare, mostly malignant with bad prognosis. Since early diagnosis of these cases require rapid, accurate, and safe diagnostic procedure, CT guided biopsy are common choice of treatment option. Since no data registered on pelvic musculoskeletal lession yet assembled, we performed demographic study on pelvic musculoskeletal lesion in Cipto Mangunkusumo hospital combined with diagnostic test of CT guided biopsy on pelvic musculoskeletal cases.
Methods: This is a demographic study and diagnostic test on CT guided biopsy performed on pelvic musculoskeletal lesion, performed cross sectionally, using medical record from June 2007-June 2017. Sampling procedure performed based on inclusion and exclusion criteria, and evaluated with Fischer exact test, p value <0,05. Histopathologic result after open biopsy described as gold standard.
Results: During present decade, 101 patients with pelvic musculoskeletal lesion treated in Cipto Mangunkusumo hospital. Compared to open biopsy, the accuracy of CT guided biopsy were 86,36% on determining type of lesion, 90,9% on determining type of malignancy, 85% on determining primary lesion to a metastasis lesion, and 90% on determining bone to a soft tissue lesion. Based on location of lesion, Zone I provide best accuracy (83,3%) while based on size, lesion sized >250% has best accuracy (88,89-100%).
Discussion: Demographic data of this study found similar to literature. These distribution data help diagnostic procedure especially in Cipto Mangunkusumo hospital. High diagnostic accuracy of CT guided biopsy, support that the procedure is strongly reliable, and reasonably considered as a standard operational procedure on diagnostic of pelvic musculoskeletal lesion."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>