Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118088 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kris Wijoyo Soepandji
"Permasalahan geopolitik pada masa sekarang adalah suatu hal yang sangat kompleks karena menyangkut bagaimana bangsa, negara serta masyarakat pada umumnya berinter- aksi dengan tidak melepaskan kepentingannya masing-masing. Pada saat yang bersamaan, perkembangan teknologi telah membawa pada suatu kondisi yaitu interaksi tersebut terjadi secara sangat cepat yang belum pernah terjadi dalam sejarah umat manusia. keberadaan interaksi yang tinggi ini dapat membawa keberkahan namun juga bencana bagi umat manusia, yang sangat tergantung dengan bagaimana para aktor untuk memahami dan memanfaatkan kemampuan geopolitik. pemahaman dan kemampuan memanfaatkan geopolitik akan memberikan para aktor strategis suatu kesadaran terhadap konsekuensi untuk setiap kebijakan strategis yang diambilnya. pemahaman geopolitik adalah mustahil dikembangkan tanpa mengakui pentingnya keberadaan konsep bangsa dan negara di masa kini."
Jakarta: Biro Humas Settama Lemhanas RI, 2019
321 JKLHN 37 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
K.D. Andaru Nugroho
"Era reformasi telah membawa perubahan paradigma pemerintahan dari aentralistik ke desentralistik dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Dihadapkan dengan paradigma sentralistik masa lalu selama 32 tahun, perubahan paradigma tersebut menimbulkan permasalahan yang justru hanya akan menggeser pola scntralistik ke daerah. Di sisi lain gegar desentralisasi menimbulkan persepsi ketidakberdayaan daerah dalam membiayai kcmandinan yang diterima dari pelaksanaan otonomi seluas-luasnya itu. Padahal dilaksanakannya Undang-Undang tersebut telah memberikan kewenangan dan kemampuan kepada daerah, schingga dengan kemandiriannya dihadapkan dengan karakteristik geografi daerah, telah melahirkan vitalisasi geopolitik daerah. Berdasarkan hal tcrsebut, maka penelitian ini bertujuan mengungkap bagaimanakan persepsi geopolitik pimpinan daerah, bagalmanakah kcdudukan geopolitik daerah dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, bagaimanakan hubungan vitalisasi geopolitik daerah dengan ketahanan daerah dan bagaimanakah pengaruh persepsi geopolitik pimpinan daerah terhadap hubungan vitalisasi gcopolitlk daerah dengan ketahanan daerah. Untuk mengungkap jawaban permasalahan tersebut diajukan hipotesis: ?Vitalisasi geopolitik daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memiliki hubungan signitikan dengan ketahanan daerah, berkaitan dengan persepsi geopolitik pimpinan daerah.? Dari analisis ketahanan nasional model mikro Sunardi, dapal diketahui potcnsi ketahanan geopolitik Kabupatcn Karanganyar dalam fataran ?Baik" dengan kecenderungan ?Cukup". Dengan menggunakan teknik analisis Tabulasi Silang diketahui persepsi geopolitik pimpinnan daerah ?Tinggi" sebanyak 66 % dan ?Sangat Tinggi" 26 %, persepsi tersebut berada daiam bayang-bayang lekatan geografi ?Rendah? yang rclatif besar yalmi 39,9 %. Sedangkan dalam analisis Tabulasi Silang dan korelasi product moment dapat diksrahui hubungan yang ?Tinggi? antara indikator variabel, baik vitalisasi geopolitik-ketahanan dacrah (kcscsuaian pcrsepsi indikator rata-rata 8,87 % dan dalam korclasi rata-rata O,95), vitalisasi geopolitik-persepsi geopolitik (kesesuaian persepsi indikator rata-rata 86,86 % dan dalarn korelasi rata-rata O,94), nrsepsi geopolitik-ketahanan daerah (kesesuaian persepsi indi.l~:ator rata-rata 75,75 % dan dalam korclasi rata-rata 0,96). Tcmuan tersebut diperkuat oleh hasil perhitungan program SPSS korelasi Tau Kendal ?B? dari variabelnya, masing~masing signiflkan sebesar 0,480, 0,421 dan 0,255. Berdasarkan basil penghitungan berbagai hubungan indikatior dan variabel penelitian di atas, maka dapat disimpulkan melalui pcnghitungan Korelasi Parsial Tau Kendal ?B? bahwa terdapat pcngaruh yang signifxkan dari persepsi gcopolitik pimpinan daerah terhadap hubungan vitalisasi geopolilik berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dengan ketahanan daerah. Kesimpulan tersebut didasarkan pada hasil penghitungannya yang mcnunjukkan hubungan melemah dari semula 0,480 menjadi 0,43."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T4951
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sindy Yulia Putri
"ABSTRAK
Korea Selatan sebagai donor baru dalam kerangka kerjasama ODA telah
mewarnai wajah baru diplomasi ekonomi di Asia Tenggara dan Sub-Sahara
Afrika, yang selama beberapa dekade didominasi oleh Jepang dan Tiongkok. Pada
periode 2008-2013 di bawah kepemimpinan Presiden Lee Myung-bak, Korea
Selatan semakin agresif dalam menjalin kemitraan dengan Asia Tenggara dan
Sub-Sahara Afrika melalui pemberian Official Development Assistance (ODA).
Korea Selatan secara eksplisit meningkatkan proporsi dana ODA untuk kedua
regional tersebut. Penulis mencermati, bahwa pendistribusian ODA ke Asia
Tenggara dan Sub-Sahara Afrika tidak terlepas dari pertimbangan geoekonomi
dan geopolitik. Hal ini kemudian memunculkan pertanyaan, ?Apa pertimbangan
geoekonomi dan geopolitik yang melandasi Korea Selatan dalam pembentukan
peta distribusi ODA ke regional Asia Tenggara dan Sub-Sahara Afrika periode
2008-2013??. Di dalam penelitian ini penulis berargumen, bahwa pembentukan
peta distribusi ODA Korea Selatan di Asia Tenggara dan Sub-Sahara Afrika
dilandasi oleh pertimbangan geoekonomi dan geopolitik. Kedua pertimbangan
tersebut berdifusi dan saling mempengaruhi satu sama lain, yang kemudian
memunculkan kebijakan ekonomi-politik di Asia Tenggara dan Sub-Sahara
Afrika. Untuk membuktikan argumen tersebut, penelitian ini akan menganalisis
beberapa hal, yaitu (1) kebijakan perdagangan dan FDI Korea Selatan di Asia
Tenggara dan Sub-Sahara Afrika, yang mencakup peningkatan jumlah FTA,
perdagangan di sektor agrikultur, industri, energi, serta proyek-proyek kelestarian
lingkungan, (2) kebijakan politik luar negeri Korea Selatan di Asia Tenggara dan
Sub-Sahara Afrika, seperti intensi untuk berperan sebagai pemimpin regional
dalam usaha pembangunan Asia Tenggara dan demokratisasi dalam mendorong
sistem perekonomian terbuka di Sub-Sahara Afrika

ABSTRACT
South Korea as an emerging donor in ODA platform has coloured economic
diplomacy in Southeast Asia and Sub-Saharan Africa, that has been dominated by
Japan and China for a few decades. In period 2008-2013 under President Lee
Myung-bak administrative, South Korea is increasingly aggressive in partnership
with Southeast Asia and Sub-Saharan Africa through the provision of Official
Development Assistance (ODA). South Korea explicitly increases the proportion
of ODA fund for both regional. The author has observed that the distribution of
ODA to Southeast Asia and Sub-Saharan Africa can?t be separated from
geoeconomic and geopolitic considerations. Then this phenomena raises a
question, ?What are geoeconomic and geopolitic considerations underlying South
Korea in the establishment of ODA distribution maps to Southeast Asia and Sub-
Saharan Africa in period 2008-2013??. In this research, the author argues, that the
establishment of ODA distribution maps to Southeast Asia and Sub-Saharan
Africa in period 2008-2013 is underlied by geoeconomic and geopolitic
considerations. Both of these considerations have been diffused and influence
each other, that bring out economic-politic policies in Southeast Asia and Sub-
Saharan Africa. To prove this argument, this research will analyze a few things,
namely: (1) Trade policy and FDI of South Korea in Southeast Asia and Sub-
Saharan Africa, which includes increasing the number of FTA, trade in
agriculture, industry, energy sector, and environmental sustainability projects or
green growth project. (2) South Korea?s foreign policies in Southeast Asia and
Sub-Saharan Africa, such as the intention to act as a leader in the development
efforts of Southeast Asia and democratization in encouraging an open economic
system."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kris Wijoyo Soepandji
Depok: Badan Penerbit FHUI, 2017
320.12 KRI i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gafurov, Bobodjan
Indonesia: Bagian Penerangan Kedutaan Besar (BURSS), 1960
958.4 GAF b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Perubahan konstelasi geopolitik global setelah usainya perang dingin masih belum menunjukkan terjadinya suatu tatanan internasional yang lebih memberikan kestabilan, keseimbangan, dan jaminan keamanan bagi negara-negara dan warga masyarakat serta komunitas antar-bangsa di dunia. Kendati dunia tidak lagi mengenal ancaman ideologis yang bersifat universal dan ditopang oleh kekuatan adikuasa dan blok persekutuan negara-negara, setelah tumbangnya Uni Soviet dan ideologi totaliter komunisme, namun tidak berarti pada dewasa ini geopolitik global telah bebas dari ancaman yang bersifat destruktif. Pada kenyataannya, semenjak terjadinya serangan teroris di New York dan Pentagon, disusul dengan upaya 'perang global melawan terorisme' yang dilancarkan oleh Amerika Serikat, kita justru menyaksikan semakin rawan dan rentannya keamanan internasional, khususnya yang dialami oleh negara-negara yang berada dalam lingkaran sasaran perang tersebut.... "
IKI 5:25 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Festival Istiqlal, 1996
297.67 RUH
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Pandangan tentang ciri-ciri orang-orang melayu bersifat pasif dengan orientasi ekonominya yang bersifat subsisten sebenarnya adalah streotipe yang diciptakan oleh pemerintah kolonial. Streotipe semacam ini dikonstruksikan ketika para developmentalis sedang menggalakkan modernisasidan menganggap bahwa sistem ekonomi semacam itu telah menjadi kendala dalam memajukan orang-orang Melayu. Banyak penulis, antara lain seperti Joel Kahn yang mempelajari praktek-praktek sistem ekonomi masyarakat Melayu di Malaysia telah membantah bhawa masyarakat Melayu adalah sangat dinamis, berorientasi pasar dan ada sistem khas. Lalu, Elsbetch Locher Scholten yang meneliti hubungan kesultanan Jambi dengan Belanda dalam era kebangkitan imprealisme kolonial, mengatakan bahwa penilaian-penilaian remeh Belanda atas penguasa Melayu yang lemah dan tidak bisa mengendalikan kerajaannya adalah salah kaprah."
IKI 5:26 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Kesadaran membangun citra 'nation branding' menjadi tren hampir di setiap negara. Indonesia juga ikut ambil bagian dalam inisiasi merek bangsa yang ditandai dengan lahirnya slogan Wonderful Indonesia dan Remarkable Indonesia. Merek atau brand negara yang positif memiliki manfaat potensial untuk mengembanglan repitaso mersk (brand reputation) baik dadi sisi ekspor, pariwisata, investasi dan budaya. Merek bangsa yang terkait dengan perswpi orang lain terhadap suatu negara cukup mendeskripikan pandangan dan evaluaso oeang lain terhadapnsuatu Negara. Oleh karena itu, artikel ini berusaha memetakan top of mind atau hal-hal yang paling diingat oleh diaspora Indonwsia dan warga negara asing yang beradda di Indonwsia. Dwngan menggunakan kuesioner yang berisi sepuluh pertanyaan terbuka mengenai Indonesia, didapatkan sepuluh hal yang paling diingat oleh warga asingmdan diapora Indonesia. Sepuluh hal yang paling diingat dari Indoneia adalah (1) makanan, (2) pariwisata, (3) budaya, (4) pemerintah, (5) masyarakat, (6) transportasi publik, (7) permasalahan sosial, (8) infrastruktur, (9) lingkungan dan (10) jangkauan internet. Top of mind terhadap Indonesia terebut menunjukkan Indonesia msmiliki sisi reputasi positif dan negati yang sama kuat. Sehingga, untuk menginisiasi merek bangsa, Indonesia lsbih mengutamakan hal-hal positif sembari membenahi hal-hal yang dipersepsi negatif.

Awareness built up imagery 'narion branding' was almost be trends in every country. Indonesia also took part in inisiation of nation branding which signed with establishment slogan of Wonerful Indonesia dan Reputation Indonesia. Brand or state branding was positive that had potential benefit to expanded brand reputation both side export, tourism, investation and culture. Nation branding related to perception of people to the country enough descripted viewpoint and evaluation of people to the country. Therefore, this paper attemped shape top of mind or important things which reminded by Indonesia's diaspora and foreign national were in Indonesia. By using questionaire had ten open question about Indonesia, obtained ten impotant things which reminded by foreign narional and Indonesia's diaspora. Ten important things reminded from Indonesia were (1) food, (2) tourism, (3) culture, (4) government, (5) society, (6) environment, (7) publoc transportation, (8) social problem, (9) infrastructure and (10) internet scope. Top of mind toward Indonesi showe Indonesia had side positive and negative were equally strong. Furthermore, for initiation nation branding, Indonesia should priority positive things and improve things which perceived negative."
[Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia], 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI), 2014
302.2 MAS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>