Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118106 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Ridwan
"Pada penelitian ini, persepsi pengguna terhadap kenyamanan berkendara dilakukan analisis dan dikuantifikasi berdasarkan hasil dari survei preferensi. Dengan membandingkan perbedaan pada karakteristik permukaan jalan dan perilaku pengemudi antara transportasi massal berbasis jalan dan berbasis rel, responden diberikan variasi dari nilai uang yang mewakili kenyamanan berkendara dan ditanyakan keinginan untuk membayar wtp serta pemilihan moda. Hasil survei dianalisis dengan menggunakan beberapa tes statistik seperti Uji T untuk tes parametrik dan Uji U Mann Whitney untuk tes nonparametrik. Diketahui bahwa secara rata-rata, nilai keinginan untuk membayar wtp dari responden sebesar 1700 lebih tinggi untuk moda transportasi massal berbasis rel daripada berbasis jalan untuk skenario operasional yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa dari persepsi pengguna, kenyamanan berkendara untuk moda transportasi massal berbasis rel dipandang lebih baik dan untuk kondisi operasional yang sama pemilihan moda menjadi lebih tinggi untuk tranportasi massal berbasis rel.

In this research, user perception to riding comfort is analysed and quantified based on the result of a preference survey. By comparing the difference on track characteristics and driver behaviour between roadbase and railbase mass transit, the respondents are exposed to various monetary values representing the riding comfort and, asked their willingness to pay and mode choice. Then the survey results are analysed through several statistical tests such as t test for parametric test and Mann Whitney U Test for nonparametric test. From these tests, it is found that the respondents are willing to pay, in average, about 1700 rupiahs higher for railbase than that of roadbase mass transport for the same operational scenario. This result indicates that, from the user perception, the riding comfort of railbase is viewed better and, yields that for the same operational condition the mode split is higher for railbase mass transport.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S70467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahju Satrio Utomo
"ABSTRAK
Menjelang Abad 21 dan milenium ke-3 mendatang, Bangsa Indonesia dihadapkan pada perubahan lingkungan strategis yang sangat dinamis, baik pada tatanan global maupun regional. Menjawab tantangan perubahan tersebut menjadi suatu tuntutan dan kebutuhan untuk menata ulang peran pemerintah guna mewujudkan pemerintahan yang demokratis, transparan dan akuntabel serta melakukan reformasi dibidang administrasi publik. Penetapan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah merupakan salah satu wujud dari pada upaya penataan kembali peran pemerintah. Dihadapkan pada kondisi saat ini, khususnya di bidang transportasi dimana kewenangan pemerintah pusat sangat dominan, maka dapat diperkirakan bahwa pelaksanaan otonomi daerah dibidang transportasi akan menghadapi berbagai kendala yang cukup substansial, utamanya setelah dilakukan penataan kewenangan yang akan menimbulkan berbagai dampak di berbagai aspek seperti aspek kelembagaan, sumber daya manusia, dan aspek ketatalaksanaan. Dari berbagai fenomena yang diungkapkan, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
Bagaimana penataan otonomi di seluruh sektor transportasi agar sejalan dengan otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab, sebagaimana disyaratkan dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang pemerintahan daerah.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan metodologi kualitatif dan didukung data primer serta data sekunder. Lokus penelitian di lingkungan kantor pusat Departemen Perhubungan dan sebagai responden adalah para pejabat yang berkompeten dengan obyek penelitian.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ditemukenali adanya faktor-faktor yang mempengaruhi otonomi di sektor transportasi antara lain, Pertama : aspek penataan kewenangan, belum lengkapnya inventarisasi kewenangan dan kurang memadainya pedoman untuk penataan kewenangan, kedua : aspek penataan kelembagaan, belum dilakukannya analisa beban kerja terhadap hasil penataan kewenangan dan belum adanya pedoman penataan kelembagaan yang memadai. Ketiga : aspek penataan sumber daya manusia, belum jelasnya arah kebijakan penataan sumber daya manusia, belum dilakukan kajian mengenai penataan sumber daya manusia termasuk dampak dari mutasi pegawai ke daerah. Keempat : aspek ketatalaksanaan, belum lengkapnya standar pelayananlteknis untuk seluruh jenis pelayanan disektor transportasi, serta belum disusunnya pola hubungan kerja antara pemerintah pusat dengan daerah otonom;
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas direkomendasikan untuk ditempuh langkah-langkah antara lain, Pertama : menyusun perencanaan dan skenario penataan kewenangan, kelembagaan, sumber daya manusia, dan ketatalaksanaan, dengan kejelasan target waktu, sasaran dan penanggung jawab, dan kedua : merumuskan mekanisme hubungan kerja antara pemerintah pusat dengan daerah otonom, menyusun berbagai standar yang diperlukan dan menyempurnakan sistem transportasi nasional dan sistem transportasi wilayah.

ABSTRACT
Factors Affecting Autonomy In Transportation SectorPrior to the 21st century and the next 3rd millenium, Indonesians are challenged by a very dynamic change of strategic environment, both from regional and world - wide sphere. This includes transferring the challenge into demand or needs to rearrange the role of government, in order to create a democratic, transparent and accountable government as well as to carry-on public administration reform. The establishment of the Law number 22 year 1999 on Local Government, known as The Law of autonomy is one effort to restructuring the role of government.
It could be predicted that the implementation of autonomy, in general and in transportation sector, in particular, the central government will face various substantial handicaps. They will emerge especially after the restructuring of government role has been done, and this will in turn, cause some effects on various aspects such as institution aspect, human resources aspect, and management management aspect. Based on aforementioned phenomena, this research focuses on: " How to manage autonomy in transportation sector which get into a line with the whole autonomy, down to earth, and fully liable, as required by the Law number 22 Year 1999 on Local Government ".
This research relies on a descriptive observation using qualitative methodology and supported by primary and secondary data. The locus of this observation is the office of the Ministry of Communications, with the relevant officers as respondents.
According to the observation, there are some factors affecting autonomy in transportation sector, among others are: First, authority management aspect; incomplete authority stock - taking, lack of guidelines to manage the authority. Second, institutional arrangement aspect; the absence of work load analysis and lack of appropriate guidance for authority. Third, human resource management aspect; vague direction of human resource management policy, and absence of human resource management study, including impacts of employee's mutation to regional offices, and Fourth, management aspects; lack of technical service standard for all kind of services in transport sector, and obscure pattern of work relationship between central and local government.
Based on the above reasons, it is recommended to take the following measure: First, to set up a plan and scenario for the arrangement of authority, institution, human resources, management with clear target of time, objectives and responsible persons; and second, to formulate work relationship mechanism between central and local government, to set up various standards needed and to improve national and regional transportation system.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alwin Almeir Zidane
"Keberhasilan skema work from home dalam mengurangi jumlah perjalanan dan kemacetan selama pandemi COVID-19 menunjukkan potensi untuk menerapkannya sebagai strategi pengelolaan permintaan transportasi dengan sistem obligatory dari pemerintah. Namun, kebijakan ini juga berpontensi menghasilakan rebound effect berupa pertambahan bangkitan perjalanan baru di daerah asal pekerja yang bekerja dari rumah. Oleh karena itu, penelitian ini akan menganalisis potensi tersebut dengan menggunakan sampel Provinsi DKI Jakarta sebagai provinsi yang menerapkan kebijakan dan Kota Bekasi sebagai kota tinjauan. Analisis penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model pemilihan diskrit logit binomial dengan membentuk fungsi utilitas menggunakan pendekatan regresi logistik. Fungsi utilitas dibentuk oleh variabel yang memiliki korelasi tinggi dengan keputusan responden. Selanjutnya, fungsi utilitas yang terbentuk akan diuji menggunakan uji omnibus, uji hosmer-lemeshow, uji -2 Log Likelihood dan uji validitas dengan metode root mean square error. Fungsi utilitas dengan hasil uji terbaik dipilih pada setiap kelompok, kemudian dibandingkan menggunakan metode Mann Whitney untuk mengetahui signifikansi perbedaan setiap model yang terbentuk. Model terpilih merupakan dasar analisis potensi perjalanan baru di Kota Bekasi akibat penerapan kebijakan work from home (WFH) di Jakarta. Generasi usia, waktu, dan biaya perjalanan merupakan variabel yang mempengaruhi mobilisasi saat skema work from home dilakukan, dengan 66,79% generasi Z dan 62,63% non-generasi Z pengguna motor; serta 77,55% generasi Z dan 59,15% non-generasi Z pengguna mobil di Kota Bekasi yang bekerja di Kota Jakarta akan melakukan mobilitas di luar rumah pada 5 sampai 10 hari work from home mereka. Nilai ini merupakan pertambahan bangkitan perjalanan lokal baru yang terbentuk akibat kebijakan.

The success of the work-from-home (WFH) scheme in reducing travel and congestion during the COVID-19 pandemic underscores its potential as a government-mandated transportation demand management strategy. However, this policy also carries the risk of a rebound effect, leading to increased trips originating from employees working from home. This study analyzes this phenomenon using samples from DKI Jakarta province, where the policy is implemented, with Bekasi City as the focal area. The analysis employs a discrete choice model using binomial logit and constructs a utility function via logistic regression. This function is built on variables strongly correlated with respondents' decisions. Validation includes tests like omnibus, Hosmer-Lemeshow, -2 Log Likelihood, and root mean square error. The utility function yielding the best results in each group is selected and compared using the Mann-Whitney method to assess model differences. This selected model serves as the basis for forecasting potential new trips in Bekasi City resulting from Jakarta's WFH policy. Generation age, travel time, and travel cost are variables influencing mobility during the WFH scheme, with 66.79% of Generation Z and 62.63% of non-Generation Z motorbike users; and 77.55% of Generation Z and 59.15% of non-Generation Z car users in the City of Bekasi working in Jakarta likely to engage in mobility outside the home during 5 to 10 days of their WFH period. These findings highlight the anticipated increase in local trip generation as a consequence of the WFH policy implementation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitrah Nur
"Sebelum keluarnya Undang-undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, posisi pemerintah sangat dominan dalam menentukan kebijakan-kebijakan tentang perhubungan, khususnya angkutan ekonomi (publik), seperti bis kota dan angkutan kecil lainnya dan angkutan non ekonomi, seperti Bus AC dan Taksi.
Khusus angkutan taksi, pengaturan yang berlebihan dapat dikatakan sebagai intervensi pasar, karena angkutan taksi ini mempunyai karakteristik yang tidak sama dengan angkutan lainnya dan lebih bersifat individual, sehingga konsumen akan bersedia membayar apabila tingkat pelayanannya sesuai dengan harapan. Melihat semangat dari Undang-undang tersebut diatas yang lebih berat kepada kepentingan konsumen tentu akan sangat menguntungkan apabila kebijakan-kebijakan yang berdampak kepada angkutan taksi lebih berorientasi pasar, seperti penentuan tarif.
Penentuan tarif untuk angkutan non ekonomi menurut Undang-undang Nomor 5 tahun 1999 sudah dapat ditetapkan oleh masing-masing operator angkutan dan yang sesuai dengan mekanisme pasar. Tetapi yang terjadi adalah bahwa penetapan tarif ini ditetapkan oleh asosiasi yang nyata-nyata tidak sesuai dengan Undang-undang tersebut Dan peranan pemerintah dalam hal ini ternyata juga tidak memperkuat posisi undang-undang tersebut, akan tetapi semakin memperlemah posisi undang-undang dengan mengeluarkan beberapa kebijakan yang saling bertentangan dengan perundangan yang berada di atasnya.
Pada angkutan jalan, Organda merupakan satu-satunya asosiasi yang membawahi semua moda angkutan yang adaa. Peranan Organda dalam menjembatani hubungan antara masing-masing operator dengan pemerintah sangat strategis dalam upaya melakukan pembinaan-pembinaan untuk keuntungan perusahaan maupun keimtungan konsumen yang menggunakan jasa ini.
Organda (dalam hal ini unit taksi) pada pengambilan keputusan dalam penetapan tarif terlalu memaksakan kehendak perusahaan yang mempunyai modal besar sehingga dalam pelaksanaan ketentuan tarif baru tersebut timbul gejolak penolakan diantara operator angkutan taksi, hal ini merupakan suatu indikasi bahwa dalam pengambilan keputusan tidak berada pada keputusan yang dapat menyenangkan semua pihak.
Peranan Organda dalam melakukan pembinaan terhadap anggotanya, belum terlalu maksimal. Melihat kondisi yang ada setelah keluarnya Undang-undang Nomor 5 tahun 1999 tersebut, maka untuk angkutan non ekonomi peranan pemerintah tidak boleh terlalu besar serta kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan dan tidak sesuai dengan semangat Undang-undang tersebut harus segera direvisi secara komprehensif dan tidak secara parsial perkebijakan dan juga harus ada sinkronisasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam mengeluarkan suatu kebijakan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T5112
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Putri Lestari
"Penelitian ini membahas mengenai pengelolaan Trans Pakuan sebagai Bus Rapid Transit yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Jasa Transportasi sebagai upaya pengembangan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) di Kota Bogor sesuai dengan Peraturan Walikota Bogor Nomor 17 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) di Kota Bogor. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep mengenai pengelolaan moda transportasi publik. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan Trans Pakuan belum berjalan dengan baik dilihat dari beberapa aspek yang seluruhnya belum terpenuhi.

The aim of this study is to describe the management of Trans Pakuan as a Bus Rapid Transit (BRT) system that is operated by the Regional Company of Transportation (PDJT) as an effort to develop Mass Transit System in the city of Bogor in accordance with the bill issued by the Mayor of Bogor Number 17 Year 2012 to regulate the Implementation of Mass Transit System in the City of Bogor. The theory used in this study is the concept of public transport management. This study used a post-positivist approach through in-depth interviews, observation, and literature review. The result of this study shows that the management of Trans Pakuan as lacking, this is based on the various aspects that were not met adequately."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S64092
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sondra Rosalina
"Tahap pemilihan moda merupakan salah satu tahap dalam perencanaan transportasi, yang bertujuan untuk mengetahui proporsi orang yang menggunakan moda-moda transportasi yang tersedia. Masalah pemilihan moda ini dapat dimodelkan menjadi model pemilihan diskrit, yaitu suatu prosedur untuk memilih suatu moda terhadap sejumlah pilihan moda yang ada. Setiap pilihan moda memiliki atribut yang menjadi ciri dari pilihan moda tersebut, dimana setiap atribut mempunyai utilitas yang akan dipilih oleh pelaku perjalanan. Selanjutnya, moda transportasi yang memiliki nilai utilitas maksimum yang dipilih oleh pelaku perjalanan. Salah satu atribut yang digunakan dalam model pemilihan moda transportasi adalah waktu perjalanan. Model pemilihan moda yang menggunakan atribut waktu perjalanan diantaranya adalah Becker dan DeSerpa. Pada skripsi dibahas perbedaan antara konsep yang dikembangkan oleh Becker dan DeSerpa yang menerapkan fungsi utilitas untuk pemilihan moda dengan optimasi Lagrange, serta menganalisa pengaruh dari perubahan waktu perjalanan dengan kedua konsep tersebut. Perubahan waktu perjalanan dapat dijadikan sebagai suatu acuan untuk menentukan probabilitas setiap individu yang berperan sebagai pelaku perjalanan dalam memilih moda dengan menggunakan model multinomial logit.

Mode choice phase is one of the phases in transportation planning, which aims to determine the proportion of people who use some available modes of transportation. This mode selection problem can be modeled into a discrete choice model, which defined as a procedure to choose a preferred mode than the other transportation modes. Each options has some attributes which become the characteristics of mode choice phase, where every attributes has utility or satisfaction values that will be selected by travelers. Furthermore, a mode that has maximum utility value will be selected. One of the attributes which is used in the mode choice phase is travel time. Mode choice models which using travel time as its attribute among are Becker and DeSerpa. In this skripsi, it will explained about the differences between the concepts developed by Becker and DeSerpa?s utility function which apply to mode selection with Lagrange optimization, and analyze the sensitivity of travel time with these two concepts. The sensitivity of travel time can be used as a reference in determining the probability of each travelers in the mode choice phase by using multinomial logit model.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56777
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Umar
"Dalam melaksanakan suatu perjalanan, seorang pelaku perjalanan akan dihadapkan pada beberapa pertimbangan, seperti halnya destinasi tujuan perjalanan, jarak tempuh, serta kemampuan sang calon pelaku perjalanan tersebut dalam segi finansial serta berbagai pertimbangan lainnya agar dapat memilih suatu moda transportasi tertentu untuk mencapai destinasi atau tujuan perjalanan, di mana di antaranya termasuk perjalanan menuju tempat bekerja. Penelitian ini dilakukan di 3 Kelurahan, yaitu Kelurahan Cirendeu, Pisangan, dan Cempaka Putih di Kecamatan Ciputat Timur, yang merupakan wilayah perbatasan serta periphery dari dua core pusat kota sekaligus, yaitu Jakarta dan Tangerang Selatan. Wilayah ini didominasi oleh wilayah permukiman, baik teratur maupun tidak teratur yang memiliki perbedaan kualitas permukiman, dilihat dari pola permukiman, aksesibilitas, dan fasilitas yang ada yang akan menyebabkan perbedaan dalam pemilihan moda transportasi untuk bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis preferensi pemilihan moda transportasi oleh masyarakat di wilayah Kelurahan Cirendeu, Pisangan, dan Cempaka Putih di Kecamatan Ciputat Timur berdasarkan variable-variable yang mempengaruhinya. Variable yang diteliti adalah karakteristik perjalanan, seperti biaya perjalanan, waktu tempuh, dan jarak tempuh, serta karakteristik profil demografi pelaku perjalanan, yang mencakup faktor sosial seperti usia dan jenis kelamin, serta faktor kondisi ekonomi. Variable diolah dan dianalisis dengan metode analisis spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden masyarakat di Kelurahan Cirendeu, Pisangan, dan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor pribadi. Hasil olahan data menunjukkan bahwa variable yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pemilihan moda transportasi adalah kondisi ekonomi para pelaku perjalanan

When undergoing a trip, one is confronted with several considerations relating to said trip, which includes the travel destination, travel distance, the would-be traveller’s ability to travel while taking into account his or her financial condition, as well as other considerations that would enable and compel the would-be traveller to choose a particular mode of transport, from among several available options, to use in order to reach the trip’s destination, this also applies when commuting to work. This research is conducted in 3 sub-districts, which are Cirendeu, Pisangan, and Cempaka Putih Sub-districts in Ciputat Timur District of Tangerang Selatan. The 3 sub-districts are simultaneously situated at the administrative border and in the peripheral regions of 2 urban cores, i.e. Jakarta and Tangerang Selatan. This region is predominantly occupied by sub-urban residential areas, e.g. regular and irregular settlements with differences in settlement quality, derived from settlement patterns, accessibility, and existing facilities, resulting in differences in the choice of transportation modes for work. This research aims to analyse the preference for transportation mode choice of the local inhabitants of Cirendeu, Pisangan, and Cempaka Putih Sub-districts in Ciputat Timur District based on several variables, which includes travel characteristics e.g. travel costs, travel distance, and travel time, as well as the traveller’s characteristics, which includes the traveller’s demographic profile e.g. age, gender, and economic condition, as well as the traveller’s residential characteristics, e.g. house location, number of floors, and type of settlement neighbourhood. The variables were processed and spatially analysed. The results show that the majority of the respondents from the study area have a greater tendency to opt for private transportation modes such as cars and motorcycles, and the traveller’s economic condition has shown to be the most significant factor in influencing transportation mode choice for travellers"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sisilia Maria Gorety Klau
"Bermula dari penolakan terhadap masuknya taksi online dalam menyelenggarakan usaha transportasi umum dengan mengadakan demo oleh pelaku usaha angkutan sewa dan taksi konvensional. Masuknya taksi online untuk memperluas bisnis transportasi tersebut merupakan sebuah ancaman bagi pelaku usaha taksi online karena dianggap dapat mematikan usaha angkutan sewa dan taksi konvensional dengan menawarkan tarif taksi online yang dibawah tarif angkutan sewa dan taksi konvensional. Oleh sebab itu, pelaku usaha angkutan sewa dan taksi konvensional, secara bersama-sama membatasi daerah pemasaran jasa angkutan taksi online tersebut serta menghalangi taksi online tersebut untuk masuk pada dan memasarkan jasa taksi online. Adapun permasalahan yang diangkat dalam tulisan ilmiah ini adalah bagaimana hukum persaingan usaha mengatur terkait dengan tindakan pelarangan beroperasinya taksi online oleh pelaku usaha angkutan sewa dan taksi konvensional di Bali; apakah tindakan yang dilakukan oleh pelaku usaha angkutan sewa dan taksi konvensional di Bali bersama dengan bendesa adat serta pengusaha jasa pariwisata di Bali yang menghalangi beroperasinya taksi online pada wilayah wisata tersebut termasuk tindakan yang dilarang dalam Undang-Undang No.5 Tahun 1999. Untuk dapat menjawab permasalahan tersebut digunakan metode penelitian hukum yuridis-normatif dan analisa data secara deskriptifanalitis. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perjanjian yang dilarang dalam hukum persaingan usaha. Dengan adanya perjanjian yang anti-persaingan ini menyebabkan terhambat tercapainya kesejahteraan rakyat. Pemerintah perlu mengatur terkait dengan penyelenggaraan usaha transportasi umum di Bali sehingga dengan terwujudnya persaingan yang bebas dan adil, maka terwujud juga kesejateraan rakyat.

It begins from the refusal of the entry of online taxis in organizing public transportation businesses by holding demonstrations by conventional rental and taxi business operators. The entry of online taxis to expand the transportation business is a threat to online taxi business players because it is considered to be able to shut down conventional rental and taxi transportation businesses by offering online taxi fares that are below conventional rental and taxi transportation rates. Therefore, conventional rental and taxi business operators jointly limit the marketing area of the online taxi transportation service and block the online taxi from entering and marketing online taxi services. The problem raised in this scientific paper is how business competition law regulates related to the prohibition of the operation of online taxis by conventional rental and taxi business operators in Bali; whether the actions taken by conventional rental and taxi transportation business operators in Bali along with traditional villages and tourism service entrepreneurs in Bali block up the online taxis in these tourist areas, this act is considered as a violation of competition law and against the principle and the purpose of Competition Law based on The Law No.5/1999. To answer these problems by using juridical-normative legal research methods and descriptive-analytical data analysis. The results of the study show that there are agreements that are prohibited in business competition law. With the existence of this anti-competitive agreement, it has hampered the achievement of public`s welfare. The government needs to regulate related to the implementation of public transportation business in Bali so that with the realization of free and fair competition, the publics welfare will also be actualize."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arnida Moechtar
"ABSTRAK
Bandara Soekarno Hatta sebagai Bandara terbesar dan Bandara utama di Indonesia, peranan transportasi menjadi sangat penting dan vital. Dengan adanya deregulasi di sektor penerbangan domestik tumbuh berkembang dengan pesat tentu menjadi simpul utama pergerakan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain, merupakan tempat peralihan antar moda transportasi udara dan darat. Salah satu hal pokok dalam menyelenggarakan transportasi darat yang semakin marak tumbuh dan berkembang menjadi kelancaran dari dan ke Bandara Soekarno Hatta dituntut untuk memberi pelayanan utamanya pelayanan angkutan darat.

Menghadapi persaingan yang tajam saat ini pada bidang jasa angkutan ditandai dengan berbagai jenis kendaraan seperti kendaraan pribadi, taksi, kendaraan sewa, mobil jemputan, mobil angkutan kota, bus bandara (angkutan pemadu moda) dan ojek. Oleh karena itu, setiap produk pelayanan diharapkan mempunyai nilai yang lebih baik dan berada pada posisi yang unggul di mata konsumen sebagai faktor utama dengan memuaskan pelanggan dan mengoptimalkan produktivitas. Mengantisipasi persaingan dan agar perusahaan tetap eksis maka diperlukan penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yaitu suatu metode pengambilan keputusan dengan mengkualitifikasi sebuah penilaian yang bersifat Kwaiitatif.
Pelaksanaannya adalah dengan cara menyederhanakan suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur, kemudian mengaturnya ke dalam suatu hierarki. Berdasarkan hierarki dibuat kuesioner dan dibagikan ke para responden terdiri dari beberapa Stake Holder : para pengguna jasa, pengemudi, teknisi, beberapa pakar yang terkait dan lainnya, terlibat langsung pada permasalahan yang diteliti. Hasil kuesioner diolah dengan program AHP dan expert choice.

Analisis hasil penelitian memperhatikan bahwa faktor yang paling mempengaruhi upaya untuk strategi pelayanan angkutan khusus Bandara Soekamo Hatta di Perum Damri Jakarta adalah Manajemen dengan bobot 0,387. Aktor atau pelaku yang paling berpengaruh dalam menentukan strategi pelayanan angkutan tersebut yaitu Pengemudi dan Tenaga Tehnik dengan nilai bobot 0,307. Tujuan utama dari strategi pelayanan angkutan yaitu Keselamatan Penumpang dengan nilai bobot 0,287. Kemudian altematif strategi pelayanan angkutan khusus Bandara Soekamo Hatta Perum Damri memprioritaskan yang paling baik Penyempumaan Pelayanan dengan nilai bobot 0,254.
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan, maka saran yang diajukan untuk strategi pelayanan adalah secara berkesinambungan dan terus menerus melakukan Penyempumaan pelayanan, dengan meningkatkan pelayanan secara intensif disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat pengguna jasa angkutan dari dan atau ke Bandara Soekamo Hatta

"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Oka Putra
"

Tesis ini membahas pencapaian program prioritas bidang transportasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun 2013-2016 dengan menggunakan data rencana strategis yang dibandingkan dengan data realisasi anggaran. Penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Hasil penelitian menunjukan bahwa realisasi program prioritas bidang transportasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun 2013-2016 tidak sesuai dengan rencana strategis. Oleh karena itu disarankan untuk menggunakan Balanced Scorecard untuk memperbaiki pencapaian realisasi atas program prioritas bidang transportasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta perlu menyusun


This thesis discusses the  DKI Jakarta Government priority program in transportation 2013-2016 using the strategic plan data that compares with budget realization data. This research is a case study research. The results of the study showed how the priority programs for the transportation sector of the DKI Jakarta Provincial Government in 2013-2016 were not in accordance with the strategic plan. Therefore it is recommended to use the Balanced Scorecard to improve the assessment of priority program areas prepared by the Provincial Government of DKI Jakarta

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>