Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44844 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Triatmojo Turangga Jaya Sena
"ABSTRAK Film merupakan salah satu media perkembangan fotografi tingkat tinggi, perkembangannya yang pesat mengubah fungsi film itu sendiri. Film kini tidak lagi menjadi produk industri untuk mendapatkan keuntungan bagi instansi tertentu, melainkan telah menjadi salah satu media untuk menyampaikan pesan atau kritik tersirat terhadap isu-isu budaya yang terjadi pada masa itu. Fungsi film tersebut kemudian digunakan oleh Joseph Goebbels sebagai alat propaganda pada saat NAZI berkuasa. Setelah berakhirnya Perang Dunia II banyak sutradara film yang ingin membuat reka ulang peristiwa holocaust dari berbagai sudut pandang. Namun Aaron Kerner (2011:2) menyatakan film-film yang bertemakan sejarah harus direpresentasikan secara akurat dengan menggunakan pendekatan retorikal yang tersedia pada pemain dan pembuat film, dengan tujuan agar tidak terjadi kritik terhadap film. Quentin Tarantino membuat film berjudul Inglourious Basterds, film dengan cerita sejarah alternatif dengan latar belakang perburuan Yahudi saat Perang Dunia II. Film ini menceritakan perlawanan sekelompok Yahudi bernama The Basterds yang memiliki misi untuk membunuh seluruh anggota Nazi dan menghentikan Perang Dunia II. Selama melakukan rencana itu, film ini memperlihatkan bagaimana cara The Basterds membunuh setiap anggota NAZI yang mereka temui dengan cara yang kejam menggunakan tongkat baseball, menguliti kulit kepalanya, hingga ditembak secara membabi buta dalam satu ruangan. Penelitian ini akan melihat bagaimana kemenangan yang diraih oleh Yahudi dalam fim Inglourious Basterds berdasarkan narasi cerita yang disampaikan dengan cara satir. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis film sebagai teks dengan pendekatan semiotik. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pihak minoritas berupaya menjadi pihak yang berdaya terhadap pihak mayoritas tanpa bantuan pihak eksternal untuk meraih kemenangan.

ABSTRACT
Film is one of the media for the development of high-level photography, its rapid development changes the function of the film itself. Film is now no longer an industrial product to gain profits for certain agencies, but has become one of the media to convey implied messages or criticism of cultural issues that occurred at that time. The function of the film was later used by Joseph Goebbels as a propaganda tool during Nazi rule. After the end of World War II many film directors wanted to re-create the holocaust from various perspectives. But Aaron Kerner (2011: 2) states films with historical themes must be represented accurately by using rhetorical approaches available to players and filmmakers, with the aim of avoiding criticism of the film. Quentin Tarantino made a film called Inglourious Basterds, a film with alternative historical stories against the background of hunting Jews during World War II. The film tells the resistance of a group of Jews named The Basterds who have a mission to kill all Nazi members and stop World War II. During the plan, the film shows how the Basterds killed every NAZI member they met in a cruel way using a baseball bat, skinned his scalp, and shot blindly in one room. This study will look at how the victory achieved by Jews in the Inglourious Basterds program is based on story narratives delivered in a satirical way. The research method used is film analysis as a text with a semiotic approach. Based on this research, it can be concluded that the minority party seeks to be a powerful party towards the majority without the help of external parties to achieve victory.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anes Dena Septia
"[ ABSTRAK
Film To Livemerupakan film yang diadaptasi dari novel karya Yu Hua(余华) yang dipublikasikan pada tahun 1992 dengan judul yang sama dengan karya filmnya. Film ini merupakan film garapan dari sutradara generasi kelima yang terkenal bernama Zhang Yimou(张艺谋). Film ini merupakan film yang menceritakan mengenai kehidupan keluarga Xu Fugui(徐富贵)dan usaha mereka untuk bertahan hidup di beberapa dekade sejarah Cina yang dinodai dengan perang, perselisihan internal, bencana alam dan kelaparan, serta kekacauan politik.Sepanjang cerita di dalam film, sosok Mao Zedong (毛泽东)tidak ditampilkan sebagai tokoh dalam film tetapi ditampilkan dalam beragam bentuk seperti foto, lukisan, syair lagu dan dialog.Rumusan masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalahapakah makna dari sosok Mao dalam film To Live. Penulisan ini bertujuan untuk mengkaji makna dari sosok Mao dalam berbagai bentuk yang ditampilkan dalam film To Live. Dalam melakukan penulisan, penulis menggunakan metode analisis deskriptifdengan teori semiotik Peirce.
ABSTRACT To Live is a movie that adopted from Yu Hua?s (余华)novel which is publicated in 1992 with the same title as the movie title. This movie was created by fifth generation director, Zhang Yimou (张艺谋). The movies tell us about Xu Fugui?s family life and how they get hard to survive through decades of wars, internal friction, disaster and starvation, and political madness. In the whole story, Mao Zedong never been showed as a movie?s character but as many object like photo, paint, song lyric, and dialogue. This paper is about to answer on what is the meaning of Mao figure in this To Live movie. This paper have objective to examine the meaning of Mao figure which appear as difference object in To Live movie. In this paper, the film is analyzed using descriptive analysis method with Peirce Semiotic Theory., To Live is a movie that adopted from Yu Hua’s (余华)novel which is publicated in 1992 with the same title as the movie title. This movie was created by fifth generation director, Zhang Yimou (张艺谋). The movies tell us about Xu Fugui’s family life and how they get hard to survive through decades of wars, internal friction, disaster and starvation, and political madness. In the whole story, Mao Zedong never been showed as a movie’s character but as many object like photo, paint, song lyric, and dialogue. This paper is about to answer on what is the meaning of Mao figure in this To Live movie. This paper have objective to examine the meaning of Mao figure which appear as difference object in To Live movie. In this paper, the film is analyzed using descriptive analysis method with Peirce Semiotic Theory.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Rosalina Debbybriela
"[ ABSTRAK
Film merupakan salah satu sarana komunikasi massa untuk menyampaikan pesan melalui simbol-simbol yang muncul di dalam adegan film. Tak sedikit pula film dijadikan sebagai sarana untuk menyampaikan pandangan tentang suatu kondisi masyarakat tertentu pasca terjadinya suatu peristiwa sejarah besar di suatu wilayah. Film Coming Home adalah salah satunya yang menggambarkan kondisi sebuah keluarga yang menjadi korban atas peristiwa Revolusi Kebudayaan di Tiongkok pada tahun 1966-1976 yang masih menyisakan kesedihan walau peristiwa tersebut telah lama dinyatakan selesai. Melalui pendekatan semiotik, penulisan ini bertujuan menganalisis simbol angka lima yang juga muncul di dalam lima adegan film Coming Home sebagai gambaran kondisi suatu keluarga yang masih menjadi korban pasca Revolusi Kebudayaan.
ABSTRACT Film is one of the mediums of mass communication to deliver messages through symbols that appear in a movie scene. Not a few films are made as a medium to deliver the views of a particular community conditions after the occurrence of a major historical event in a region. Coming Home film is one that describes the condition of a family who became victims of the events of the Cultural Revolution in China in 1966-1976 with lingering sadness even though the event has long finished. Through a semiotic approach, this paper aims to analyze the symbol of number five who also appears in five scenes of the Coming Home film as a picture of the condition of a family who are still being killed after the Cultural Revolution.;Film is one of the mediums of mass communication to deliver messages through symbols that appear in a movie scene. Not a few films are made as a medium to deliver the views of a particular community conditions after the occurrence of a major historical event in a region. Coming Home film is one that describes the condition of a family who became victims of the events of the Cultural Revolution in China in 1966-1976 with lingering sadness even though the event has long finished. Through a semiotic approach, this paper aims to analyze the symbol of number five who also appears in five scenes of the Coming Home film as a picture of the condition of a family who are still being killed after the Cultural Revolution., Film is one of the mediums of mass communication to deliver messages through symbols that appear in a movie scene. Not a few films are made as a medium to deliver the views of a particular community conditions after the occurrence of a major historical event in a region. Coming Home film is one that describes the condition of a family who became victims of the events of the Cultural Revolution in China in 1966-1976 with lingering sadness even though the event has long finished. Through a semiotic approach, this paper aims to analyze the symbol of number five who also appears in five scenes of the Coming Home film as a picture of the condition of a family who are still being killed after the Cultural Revolution.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Pappilon Halomoan
"Media massa sebagai regime of looking membentuk penilaian yang didasarkan pada 'yang terlihat'. Hubungan kekuasaan yang terjadi adalah pengaturan tentang bagaimana tubuh harus hadir dan juga dialektika antara tubuh yang hadir dan yang tidak hadir (absence). Konsekuensinya terjadi `normalisasi' dalam representasi. Media massa menentukan siapa yang berada dalam batas `normal' siapa yang kurang normal dan siapa yang melanggar kenormalan. Media massa melakukan kategorisasi terhadap tubuh.
Subjek penelitian ini adalah majalah Kawanku, yang merepresentasikan tubuh dan identitas remaja melalui teks berupa artikel maupun foto-foto di dalamnya. Mitos dan ideologi teks tersebut dibaca dengan menggunakan pendekatan semiotika. Melalui metode semiotika ini, akan diungkapkan identitas ideologis yang dibangun dalam penanda-penanda foto maupun tulisan dan juga ideologi apa yang disampaikan melalui representasi tubuh dalam media tersebut.
Ada tiga bingkai teori yang juga menjadi titik perhatian masalah ini, yakni: (1) Identitas ideologik. Bagian ini berisi uraian tentang praktik mode of address oleh media. Beberapa pendapat Althusser tentang ideologi yang berbentuk ajakan bagi pembaca untuk masuk dalam sistem makna media massa menjelaskan proses ini. (2) Media sebagai name of the father. Mendiskusikan proses pembentukan identitas dalam media massa dengan menggunakan teori psikoanalisis dari Lacan. Bagian ini adalah eksplorasi lebih jauh identitas ideologis. (3)Tafsir tubuh. Berisi gagasan-gagasan Foucault tentang tubuh dan disiplin. Bagaimana bentuk kekuasaan yang terus berubah dalam menangani tubuh. Mulai dari hukuman fisik sampai psikis. Yang utama adalah proses kategorisasi tubuh dalam berbagai bidang.
Kawanku membangun mitos-mitos tentang cantik, remaja, cewek, sehat, yang menuju pada pembentukan ideologi tertentu. Ideologi dengan tujuan naturalisasi makna, penyalahpahaman identitas, dan pembentukan subjek bagi tatanan simbolis majalah tersebut, adalah salah satu bagian dari strategi pengontrolan tubuh. Misrecognition, interpellation dan naturalisation adalah bagian dari strategi pengontrolan dan pendisiplinan terhadap tubuh dan identitas individu. Pengontrolan dan pelatihan membentuk tubuh yang patuh, efisien, efektif dan produktif. Majalah ini mengawasi individu supaya tetap berada dalam bingkai nilai-nilai Kawanku. Penekanan pada suatu bentuk kecantikan tertentu memaksa individu untuk juga membentuk tubuhnya sejalan dengan mitos yang direpresentasikan Kawanku. Dengan pendisiplinan dan pengawasan ini maka roda produksi budaya akan tetap berputar. Tubuh yang sudah siap dan terlatih menjadi komoditi bagi produksi dan konsumsi. Pelatihan dan pengawasan terhadap tubuh yang terus menerus bisa mengantisipasi kekurangan persediaan tubuh. Tubuh menjadi stock dalam proses ini."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T10718
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam melakukan penelitian, metode kualitatif digunakan untuk menjelaskan dan menganalisa film ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu bagaimana skema aktansial yang ada dalam film The Book of Life (2014) digambarkan dengan menggunakan pendekatan semiotika naratif dari Greimas. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mencari ideologi gender dalam film ini dengan menganalisa dua adegan dengan menggunakan pendekatan tersebut. Pendekatan ini kemudian akan disandingkan dengan beberapa penelitian tentang ideology gender dalam film untuk melihat apakah film ini, sebagai film yang baru diproduksi, membawa ideologi gender yang baru. Setelah analisis dilakukan, diketahui bahwa film ini gagal untuk membawa ideologi gender yang baru dalam film animasi. Meskipun pada awalnya karakter wanita utama dalam film ini terlihat memegang kendali akan hidupnya sendiri, pada akhir film, ia ternyata jatuh pada penggambaran tentang wanita yang sama seperti yang ada di film animasi lainnya.
In doing the research, qualitative method is used to describe and analyse the movie. The aim of this research is to find out how the actantial scheme in the movie The Book of Life (2014) is depicted by using Greimas‟ narrative semiotics approach. Besides that, it also aims to discover the gender ideology in this movie by analysing two selected scenes using the approach. The approach later is matched with some studies of gender ideology in movies to see whether this movie, as a newly-produced movie, brings a fresh gender ideology. After the analysis is done, it is found that this movie fails to give new gender ideology in animated movies. Though at first the lead female character seems to be in charge of her own life, at the end of the movie, she falls under the same gender portrayal of women in other animated movies."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Prahara
"Penelitian ini membahas tentang bagaimana cerita dan juga peranan seorang tokoh di dalam naskah Cariyos Ki Betal Jemur. Penelitian ini bertujuan untuk menerbitkan suntingan teks Cariyos Ki Betal Jemur dan menjelaskan peranan tokoh Betal Jemur yang terkandung di dalam cerita. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada langkah kerja filologi, yaitu meliputi inventarisasi naskah, deskripsi naskah, dan alih aksara. Penelitian ini menghasilkan suntingan teks dengan menggunakan edisi standar sebagai asas dalam proses alih aksara. Sedangkan untuk analisis peranan salah seorang tokoh, berdasarkan teori sastra mengenai analisis tokoh dan penokohan yang terdapat di dalam buku Memahami Cerita Rekaan (1991) oleh Panuti Sudjiman. Dari hasil suntingan teks tersebut diketahui isi cerita dan juga peranan-peranan yang dilakukan oleh Betal Jemur.

This study discusses about the main story and also the role of a character in the Cariyos Ki Betal Jemur manuscript. The purpose of this study is to publish the text editing of Cariyos Ki Betal Jemur and to describe the role of characters that contained in the story. Methods used in this study refers to the work step philology, wich includes an inventory of manuscripts, manuscripts description, and transliteration. This study produced a text edits by using the standart edition as the basis for the process of transliteration. Whereas for the analysis of the role of one of the characters, based on literary theory of character analysis and character building on Memahami Cerita Rekaan (1991), a book by Panuti Sudjiman. By that text edits can knowing content of the story and also the roles that Betal Jemur has done."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S249
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zoest, Aart van
Jakarta: Intermasa, 1990
801.953 ZOE w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Seha
"Tulisan ini membahas tentang empat cerita rakyat Banten yakni Asal Usul Kampung Jiput, Nyi Parung Kujang, Asal Usul Desa Bojong dan Asal Usul Mandalawangi. Keempat cerita tersebut mengungkap tentang rambut panjang sebagai sumber kelemahan dan kekuatan tokoh perempuan. Kajian deskriptif kualitatif ini menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Simpulan kajian adalah 1) pengungkapan makna denotatif dari rambut panjang tokoh perempuan yaitu rambut panjang berwarna hitam dan dimiliki tokoh perempuan berparas cantikjelita, (2) medan makna konotatifyang terungkap dari keempat tokoh perempuan berambut panjang adalah keberadaan rambut panjang menjadi titik kelemahan pada AUKJ, NPK, dan AUDB. Sementara pada AUM, rambut panjang menjadi kekuatan tokoh perempuan; dan (3) selubung ideologis melalui pemaknaan mitos pada empat cerita mengungkap ideologi patriarki, ibuisme, dan kesetaraan gender."
Serang: Kantor Bahasa Banten, 2023
400 BEBASAN 10:1 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Sharfina Adiwidya
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan analisis perbandingan karakterisasi dan ideologi antara Thomas Jefferson dan Alexander Hamilton dalam lsquo;Hamilton: An American Musical rsquo; sebagai analisis wacana musikal teater menggunakan pendekatan semantik Penelitian ini menggunakan teori penilaian dari Systemic Functional Linguistic SFL , yang berfungsi untuk mengidentifikasi makna sebagaimana pengaruhnya terhadap orang yang dituju. Teori ini diterapkan ke dalam dialog rap battle mereka dalam lsquo;Cabinet Battle 1 rsquo; untuk mempelajari dinamika persaingan antara kedua karakter dalam konteks sejarah dan linguistik yang sesuai. Hasil penelitian ini menemukan hubungan dekat antara karakterisasi dan konflik kepentingan yang tidak hanya diperlihatkan dalam dialog, namun juga dalam karakterisasi dari Jefferson dan Hamilton.

ABSTRACT
This research aims to find the comparison of characterization and ideology between Thomas Jefferson and Alexander Hamilton in 39 Hamilton An American Musical rsquo as an analysis of music theatrical discourse of a historical adaptation using a semantic approach. The research is conducted using the appraisal theory from the Systemic Functional Linguistic SFL , which identifies meaning as it affects its addressee. The theory is applied onto Jefferson and Hamilton rsquo s rap battle verses in lsquo Cabinet Battle 1 rsquo in order to study the dynamics of rivalry between the two characters in the text within the appropriate linguistic and historical context. The result of this research finds a close association between the characterization and their conflict of interest. The discussion indicates that the conflict of interest is not only represented in the verses, but also in the characters itself, thus illustrating the multilayered portrayal of archrivals in Jefferson and Hamilton rsquo s character."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Kurnia Dewi
"Skripsi ini membahas novel Мертвые Души/Mertvie Dusi/Jiwa-jiwa Mati Karya Nikolai Vasilevič Gogol'. Di dalam skripsi ini, pembahasan difokuskan pada kepribadian tokoh utama, yakni Chichikov, yang dianalisis dengan menggunakan teori Psikoanalisis Sigmund Freud. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Hasil analisis skripsi ini menyatakan bahwa perilaku-perilaku Chichikov yang menyimpang dikarenakan dia tidak memiliki struktur kepribadian yang berimbang dalam dirinya. Masa kanak-kanak berpengaruh penting bagi pembentukan karakter seseorang.

Abstract
This thesis discusses the novel Мертвые Души/Mertvie Dusi/Dead Souls, written by Nikolai Vasilevič Gogol'. Within this thesis, the discussion focused on the main character?s personality, named Chichikov, which was analyzed by using Sigmund Freud's theory of Psychoanalysis. The method used is known as the "descriptive analytical method". The results of the analysis of this thesis states that Chichikov's deviated behavior was because he did not have a balanced personality structure in himself. Childhood has an important influence for the formation of a person's character."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S224
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>