Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186947 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maximilianus Felix Cipta
"ABSTRAK
Latar Belakang: Salah satu spesies bakteri pemicu penyakit periodontal adalah Treponema lecithinolyticum (T. lecithinolyticum). Pengambilan sampel mikrobiologi dapat dilakukan dengan dua metode yaitu absorption menggunakan paper point dan kerokan menggunakan kuret. Metode: Subjek penelitian terdiri dari 5 orang pasien periodontitis dengan 20 sampel mikrobiologi. Kuantitas T. lecithinolyticum dan korelasinya dengan parameter klinis (kedalaman poket, kehilangan perlekatan, pendarahan papila), masing-masing dianalisis dengan menggunakan qPCR, uji T-test independent, uji korelasi Spearman dan Pearson. Hasil: Kedua metode masing-masing menunjukan adanya korelasi positif antara kuantitas T. lechitinolyticum dan kedalaman poket maupun dengan kehilangan perlekatan, namun kedua metode menunjukan tidak terdapat korelasi yang signifikan antara kuantitas bakteri dan pendarahan papila. Kesimpulan: Kedua metode pengambilan sampel menunjukan efektifitas yang sama, namun terdapat perbedaan korelasi antara kuantitas T. lechitinolyticum dengan keparahan periodontitis berdasarkan metode pengambilan sampel mikrobiologi.

ABSTRACT
Background: One species of bacteria that triggers periodontal disease is Treponema lecithinolyticum (T. lecithinolyticum). Microbiological sampling can be done in two methods, namely absorption using paper points and scrapings using curettes. Aim: To analyze the relationship between T. lecithinolyticum and the severity of periodontitis through two methods of taking subgingiva dental plaque. Methods: The research subjects consisted of 5 periodontitis patients with 20 microbiological sampels. Quantity of T. lecithinolyticum and its correlation with clinical parameters (pocket depth, loss of attachment, papillary bleeding), each analyzed using qPCR, independent T-test, Spearman and Pearsons correlation test. Result: Both methods showed a positive correlaton between the quantity of T. lecithinolyticum and pocket depth also loss of attachment, but the two methods showed no significant correlation between the quantity of bacteria and papillary bleeding. Conclusion: Both sampling methods showed the same effectiveness, but there were differences in the correlation between the quantity of T. lecithinolyticum and the severity of periodontitis based on the microbiological sampling method.
"
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Akhsana Zahra Amala
"Latar Belakang: Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi antibiotik. Sebagai salah satu profesi yang banyak meresepkan antibiotik untuk mengobati infeksi pada rongga mulut, dokter gigi memainkan peran penting dalam memantau penggunaan antibiotik. Konsumsi antibiotik yang berlebihan dan tidak tepat dapat memperburuk masalah resistensi antibiotik ini sehingga sangat penting untuk dilakukannya upaya untuk mengawasi penggunaan antibiotik. Tujuan: Penelitian ini dilaksanakan untuk mengevaluasi pola penggunaan antibiotik, pola bakteri, dan uji sensitivitas antibiotik untuk mengetahui apakah antibiotik yang banyak diresepkan di Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI masih efektif terhadap bakteri pada sampel plak subgingiva dari pasien periodontitis di Unit Pelayanan Periodonsia. Metode: Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional pada resep yang masuk ke unit Farmasi RSKGM FKG UI periode Juli—November 2024 dan uji in vitro terhadap sampel plak subgingiva dari Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI. Sampel plak subgingiva diuji dengan uji sensitivitas antibiotik dengan metode disk diffusion dan uji RT-qPCR. Hasil: Rasio PDD/DDD dari antibiotik yang diresepkan oleh Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI berada di bawah 1. Uji RT-qPCR dapat mendeteksi keberadaan bakteri red complex pada sampel plak subgingiva pada kelompok periodontitis maupun kelompok sehat. Zona hambat amoksisilin menunjukkan kategori sensitif, intermediet dan resisten. Zona hambat amoksisilin+asam klavulanat menunjukkan kategori sensitif sebesar 100%. Zona hambat klindamisin menunjukkan kategori sensitif dan resisten. Zona hambat metronidazol menunjukkan kategori resisten sebesar 100%. Kesimpulan: Antibiotik yang paling banyak diresepkan di Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI pada periode Juli—November 2024 adalah amoksisilin+asam klavulanat 625 mg. Rasio PDD/DDD dari antibiotik yang diresepkan di Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI menunjukkan bahwa penggunaannya tergolong subuse. Proporsi bakteri red complex pada sampel plak subgingiva kelompok periodontitis lebih tinggi dibandingkan pada sampel kelompok sehat, namun perbedaannya tidak bermakna secara statistik. Amoksisilin, amoksisilin+asam klavulanat, dan klindamisin masih efektif melawan bakteri pada sampel plak subgingiva dari pasien periodontitis di Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI.

Background: Irrational use of antibiotics can lead to antibiotic resistance. As one of the professions that widely prescribe antibiotics to treat infections in the oral cavity, dentists play an important role in monitoring antibiotic use. Excessive and inappropriate consumption of antibiotics can exacerbate this antibiotic resistance problem so it is very important to monitor antibiotic use. Objective: This study was conducted to evaluate antibiotic use pattern, bacterial pattern, and antibiotic sensitivity testing to determine whether antibiotics that are widely prescribed from the Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI are still effective against bacteria in subgingival plaque samples from periodontitis patients in Periodontal Care Unit. Methods: This type of research is an observational descriptive study on prescriptions submitted to the Pharmacy Unit of RSKGM FKG UI for the period July-November 2024 and in vitro tests on subgingival plaque samples from periodontitis patients in Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI. Subgingival plaque samples were tested with antibiotic sensitivity test by disk diffusion method and RT-qPCR. Results: The PDD/DDD ratio of antibiotics prescribed by the Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI was below 1. RT-qPCR test can detect the presence of red complex bacteria in subgingival plaque samples from the periodontitis group and the healthy group. Inhibition zone of amoxicillin showed sensitive, intermediate, and resistant category. The inhibition zone of amoxicillin + clavulanic acid antibiotics showed sensitive category of 100%. The inhibition zone of clindamycin showed sensitive and resistant category. The inhibition zone of metronidazole showed resistant category of 100%. Conclusion: The most prescribed antibiotic in the Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI in the July-November 2024 period was amoxicillin+clavulanic acid 625 mg. The PDD/DDD ratio of antibiotics prescribed in the Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI shows that their use is classified as subuse. The proportion of red complex bacteria in the subgingival plaque samples of the periodontitis group was higher than in the healthy group samples, but the difference was not statistically significant. Amoxicillin, amoxicillin+clavulanic acid, and clindamycin are still effective against bacteria in subgingival plaque samples from periodontitis patients in the Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Akhsana Zahra Amala
"Latar Belakang: Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi antibiotik. Sebagai salah satu profesi yang banyak meresepkan antibiotik untuk mengobati infeksi pada rongga mulut, dokter gigi memainkan peran penting dalam memantau penggunaan antibiotik. Konsumsi antibiotik yang berlebihan dan tidak tepat dapat memperburuk masalah resistensi antibiotik ini sehingga sangat penting untuk dilakukannya upaya untuk mengawasi penggunaan antibiotik. Tujuan: Penelitian ini dilaksanakan untuk mengevaluasi pola penggunaan antibiotik, pola bakteri, dan uji sensitivitas antibiotik untuk mengetahui apakah antibiotik yang banyak diresepkan di Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI masih efektif terhadap bakteri pada sampel plak subgingiva dari pasien periodontitis di Unit Pelayanan Periodonsia. Metode: Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional pada resep yang masuk ke unit Farmasi RSKGM FKG UI periode Juli—November 2024 dan uji in vitro terhadap sampel plak subgingiva dari Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI. Sampel plak subgingiva diuji dengan uji sensitivitas antibiotik dengan metode disk diffusion dan uji RT-qPCR. Hasil: Rasio PDD/DDD dari antibiotik yang diresepkan oleh Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI berada di bawah 1. Uji RT-qPCR dapat mendeteksi keberadaan bakteri red complex pada sampel plak subgingiva pada kelompok periodontitis maupun kelompok sehat. Zona hambat amoksisilin menunjukkan kategori sensitif, intermediet dan resisten. Zona hambat amoksisilin+asam klavulanat menunjukkan kategori sensitif sebesar 100%. Zona hambat klindamisin menunjukkan kategori sensitif dan resisten. Zona hambat metronidazol menunjukkan kategori resisten sebesar 100%. Kesimpulan: Antibiotik yang paling banyak diresepkan di Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI pada periode Juli—November 2024 adalah amoksisilin+asam klavulanat 625 mg. Rasio PDD/DDD dari antibiotik yang diresepkan di Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI menunjukkan bahwa penggunaannya tergolong subuse. Proporsi bakteri red complex pada sampel plak subgingiva kelompok periodontitis lebih tinggi dibandingkan pada sampel kelompok sehat, namun perbedaannya tidak bermakna secara statistik. Amoksisilin, amoksisilin+asam klavulanat, dan klindamisin masih efektif melawan bakteri pada sampel plak subgingiva dari pasien periodontitis di Unit Pelayanan Periodonsia RSKGM FKG UI.

Background: Irrational use of antibiotics can lead to antibiotic resistance. As one of the professions that widely prescribe antibiotics to treat infections in the oral cavity, dentists play an important role in monitoring antibiotic use. Excessive and inappropriate consumption of antibiotics can exacerbate this antibiotic resistance problem so it is very important to monitor antibiotic use. Objective: This study was conducted to evaluate antibiotic use pattern, bacterial pattern, and antibiotic sensitivity testing to determine whether antibiotics that are widely prescribed from the Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI are still effective against bacteria in subgingival plaque samples from periodontitis patients in Periodontal Care Unit. Methods: This type of research is an observational descriptive study on prescriptions submitted to the Pharmacy Unit of RSKGM FKG UI for the period July-November 2024 and in vitro tests on subgingival plaque samples from periodontitis patients in Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI. Subgingival plaque samples were tested with antibiotic sensitivity test by disk diffusion method and RT-qPCR. Results: The PDD/DDD ratio of antibiotics prescribed by the Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI was below 1. RT-qPCR test can detect the presence of red complex bacteria in subgingival plaque samples from the periodontitis group and the healthy group. Inhibition zone of amoxicillin showed sensitive, intermediate, and resistant category. The inhibition zone of amoxicillin + clavulanic acid antibiotics showed sensitive category of 100%. The inhibition zone of clindamycin showed sensitive and resistant category. The inhibition zone of metronidazole showed resistant category of 100%. Conclusion: The most prescribed antibiotic in the Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI in the July-November 2024 period was amoxicillin+clavulanic acid 625 mg. The PDD/DDD ratio of antibiotics prescribed in the Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI shows that their use is classified as subuse. The proportion of red complex bacteria in the subgingival plaque samples of the periodontitis group was higher than in the healthy group samples, but the difference was not statistically significant. Amoxicillin, amoxicillin+clavulanic acid, and clindamycin are still effective against bacteria in subgingival plaque samples from periodontitis patients in the Periodontal Care Unit of RSKGM FKG UI."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raymond Utomo Salim
"Latar Belakang: Eliminasi Porphyromonas gingivalis (Pg) dan Treponema denticola (Td), dengan skeling dan penghalusan akar (SPA) meningkatkan densitas tulang alveolar. Tujuan: Analisis densitas tulang alveolar serta jumlah bakteri Pg dan Td sebelum dan sesudah SPA pada kasus periodontitis kronis.
Metode: Empat puluh subjek menyetujui informed consent, dilakukan pemeriksaan klinis, radiografis densitas tulang alveolar, penghitungan jumlah Pg dan Td dengan RT-PCR.
Hasil: Perbedaan bermakna jumlah bakteri Pg, Td, serta densitas tulang antara sebelum dan sesudah SPA (p<0,05); Hubungan bermakna antara jumlah bakteri Pg dan Td dengan densitas radiografis (p<0,05).
Kesimpulan: SPA menurunkan jumlah bakteri Pg, Td, dan meningkatkan
densitas radiografis tulang alveolar.

Background: Elimination of Porphyromonas gingivalis (Pg) and Treponema denticola (Td) with scaling and root planing (SRP) can increase the radiographic alveolar bone density.
Objective: To analyze radiographic bone density, amount of Pg and Td before and after SRP.
Methods: Fourty subjects fill the informed consent, clinical examination, radiographic examination for bone density, count of Pg and Td using RT-PCR.
Result: Significant differences between radiographic bone density, amount of Pg and Td before and after SRP. Significant association between amount of Pg and Td and bone radiographic density.
Conclusion: Scaling and root planing decrease the amount of Pg and Td and increase radiographic bone density.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hj. Sofa Inayatullah
"Latar belakang: Psoriasis adalah suatu penyakit inflamasi kulit yang kronik, ditandai oleh plak eritematosa dan skuama kasar berlapis, dengan fenomena Koebner dan tanda Auspitz. Salah satu faktor pemicu yang diduga berperan adalah infeksi. Periodontitis merupakan infeksi yang terjadi pada jaringan periodontal dan dapat menjadi fokus infeksi. Penelitian untuk mengetahui proporsi periodontitis pada pasien psoriasis belum pernah dilakukan di Indonesia dan belum ada penelitian yang melaporkan korelasi derajat keparahan psoriasis dengan kedalaman poket periodontal.
Tujuan: Mengetahui proporsi kasus periodontitis pada pasien psoriasis vulgaris dan korelasi antara derajat keparahan psoriasi dengan kedalaman poket periodontal.
Metode: Studi potong lintang ini dilakukan pada bulan Juli-November 2017 di poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dan poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo. Pemilihan sampel dilakukan secara consecutive sampling dengan jumlah sampel 34 pasien. Anamnesis dan pemeriksaan fisis lesi kulit dilakukan oleh peneliti, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan gigi dan mulut oleh dokter gigi spesialis Periodontologi.
Hasil : Didapatkan total 34 subjek dengan median usia 37,5 tahun 19-58 tahun . Subjek terdiri atas 20 pasien 58,8 dengan psoriasis derajat ringan dan 14 pasien 41,2 dengan psoriasis derajat sedang-berat. Hasil didapatkan 16 pasien 47,1 dengan periodontitis dan 18 pasien 52,9 tanpa periodontitis. Periodontitis didapatkan sebanyak 8 pasien 23,53 pada masing-masing kelompok psoriasis derajat ringan dan sedang-berat. Tidak terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara derajat keparahan psoriasis dengan kedalaman poket periodontal r 0,126, p 0,478.
Simpulan: Ditemukan proporsi periodontitis yang cukup tinggi pada pasien psoriasis vulgaris yaitu sebesar 47,1 dan tidak terdapat korelasi yang bermakna secara statistik antara derajat keparahan psoriasis dengan kedalaman poket periodontal. Hasil ini mungkin dikarenakan faktor perancu yang dapat memengaruhi derajat keparahan psoriasis maupun kedalaman poket. Kata kunci: Psoriasis, periodontitis, infeksi.

Background: Psoriasis is a chronic inflammatory skin disease, characterized by erythematous plaques and coarse grained scales, with the Koebner phenomenon and the Auspitz sign. One of the trigger factors that contributes is infection. Periodontitis is an infection that occurs in periodontal tissue and can be focus of infection. A study to determine the proportion of periodontitis in psoriasis patients has never been done in Indonesia and no studies have reported a correlation between psoriasis severity and periodontal pocket depth.
Objective: To determine the proportion of periodontitis in patients with psoriasis vulgaris and the correlation between psoriasis severity and periodontal pocket depth.
Methods: This cross sectional study was conducted in July November 2017 in Dermatovenereology clinics of dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital. The sample selection was done consecutive sampling with total sample of 34 patients. Anamnesis and physical examination of skin lesions were done by investigator, then dental and oral examination were done by periodontist.
Results: Total of 34 subjects were enrolled with median age of 37.5 years 19 58 years old. The subjects consisted of 20 patients 58.8 with mild psoriasis and 14 patients 41.2 with moderate severe psoriasis. The results showed that 16 patients 47.1 with periodontitis and 18 patients 52.9 without periodontitis. Periodontitis was found in 8 patients 23.53 in each group of mild and moderate severe psoriasis. There was no statistically significant correlation between psoriasis severity and periodontal pocket depth r 0.126, p 0.478 .
Conclusion: The high proportion of periodontitis was found in patients with psoriasis vulgaris 47.1 and there was no statistically significant correlation between psoriasis severity and periodontal pocket depth. The results may be due to counfounding factors that affect both psoriasis severity and pocket depth. Keywords Psoriasis, periodontitis, infection
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58968
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martin, Billy
"Latar Belakang: Kuantitas fimA bakteri Porphyromonas gingivalis pada akumulasi plak periodontitis kronis perokok belum pernah diteliti di Indonesia.
Tujuan: Menganalisis kuantitas fimA bakteri Porphyromonas gingivalis pada akumulasi plak periodontitis kronis perokok.
Material dan metode: Pemeriksaan Poket Periodontal, Status Merokok, Indeks Plak, dan ekspresi fimA dengan RT-PCR terhadap 37 subjek.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan ekspresi fimA pada periodontitis kronis perokok dengan bukan perokok pada poket 4 mm (p=0.522), 5 mm (p=0.181) dan 6 mm (p=1.000). Indeks plak perokok lebih buruk dibandingkan dengan bukan perokok (PI 1-3=40,51%).
Kesimpulan: Tidak ada perbedaan kuantitas fimA Porphyromonas gingivalis pada akumulasi plak periodontitis kronis perokok.

Background: Porpyhromonas gingivalis fimA quantity in plaque accumulation of smoker with chronic periodontitis haven't been studied in Indonesia.
Objective: Analyzing Porpyhromonas gingivalis fimA quantity in plaque accumulation of smoker with chronic periodontitis.
Material and Methods: Pocket Deph (PD), Smoking Status, Plaque Index, and RT PCR fimA quantity examination of 37 subject.
Result: fimA quantity difference between smoker and non smokers in 4 mm PD (p=0.522), 5 mm PD (p=0.181) and 6 mm PD (p=1.000) wasn't significant. Smoker has higher plaque index compare to non smoker (PI 1-3=40,51%).
Conclution: There was no differences of fimA quantity in smoker with chronic periodontitis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Rahma Prihantini
"Aplikasi Subgingiva antimikroba setelah Skeling dan Penghalusan Akar SPA mampu membunuh bakteri anaerob yang tersisa Penelitian ini bertujuan menganalisis efek klinis aplikasi subgingiva H2O2 3 setelah SPA pada periodontitis kronis poket le 6 mm 45 subjek periodontitis kronis poket le 6 mm diskor plak skor perdarahan kedalaman poket kehilangan perlekatan Satu sisi rahang diaplikasi subgingiva H2O2 3 dan kontrol pada kontralateral dievaluasi 4 minggu setelahnya Aplikasi subgingiva H2O2 3 secara statistik terbukti menurunkan skor perdarahan kedalaman poket kehilangan perlekatan pre dan post perawatan serta antar kedua kelompok periodontitis kronis poket le 6 mm Kata kunci Skor Perdarahan Poket Periodontal Kehilangan Perlekatan SPA Aplikasi subgingiva

Subgingival application with 3 H2O2 after scaling and root planing SRP is assumed to be kill the bacteria left behind after mechanical debridement The aim of this study was to analyze the clinical effects of subgingival application 3 H2O2 after SRP in the treatment of chronic periodontitis pocket depth le 6 mm Forty five patients chronic periodontitis pocket depth le 6 mm were scaled and root planed prior to baseline measurement BOP PPD CAL and evaluated on weeks 4 Subgingival application with 3 H2O2 produced a significant reduction in BOP PPD and CAL compared to the control Key words Gingival bleeding on probing probing pocket depth clinical attachment loss scaling and root planing subgingival application 3 H2O2 "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T33114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margareta Olivia Supangat
"Latar Belakang: Permasalahan gigi dan mulut pada anak di usia mixed dentition di Indonesia masih tinggi, salah satunya di daerah Jawa Barat. Permasalahan gigi dan mulut dapat disebabkan oleh status kesehatan oral yang buruk. Status kesehatan oral dapat dinilai dari nilai OHI-S. Status kesehatan mulut buruk ditandai dengan penumpukan plak (salah satunya plak supragingiva) dapat menyebabkan peningkatan jumlah bakteri, salah satunya bakteri Veillonella parvula. Bakteri Veillonella parvula berperan dalam proses adhesi dan metabolisme bakteri late colonizer seperti Treponema denticola yang berperan dalam patogenesis penyakit periodontal. Bakteri Veillonella parvula dan Treponema denticola memiliki protein berupa VtaA dan Msp yang berperan dalam proses adhesi ke biofilm. Sampai saat ini, belum ada penelitian yang meneliti hubungan kedua protein tersebut dengan status kebersihan rongga mulut. Tujuan: Mengetahui apakah ada hubungan dan korelasi antara ekspresi gen Msp dan VtaA dengan status kebersihan rongga mulut. Metode: Penelitian menggunakan 40 sampel plak supragingiva yang diambil dari anak berusia 9-12 tahun di SD Sukaluyu dan dikelompokkan berdasarkan kategori skor OHI-S. Sampel kemudian diekstraksi RNA dan DNA, lalu dianalisis menggunakan Real Time PCR. Hasil kuantifikasi DNA dianalisis menggunakan absolute quantification untuk mengidentifikasi jumlah bakteri, sedangkan hasil kuantifikasi RNA dianalisis menggunakan relative quantification untuk membandingkan ekspresi gen. Hasil: Terdapat korelasi positif bermakna (p=0.008) antara jumlah bakteri Treponema denticoladengan memburuknya nilai OHI-S. Terdapat perbedaan bermakna antara jumlah bakteri Treponema denticola pada OHI-S sedang dan buruk (p=0.016). Korelasi positif tidak signifikan ada pada jumlah bakteri Veillonella parvula dan ekspresi gen Msp, sedangkan korelasi negatif tidak signifikan ditemukan pada VtaA. Kesimpulan: Ada hubungan antara menambahnya jumlah bakteri Treponema denticola seiring dengan memburuknya status kesehatan oral. Tidak ditemukan korelasi dan perbedaan antara jumlah bakteri Veillonella parvula, ekspresi gen Msp dan VtaA jika dibandingkan dengan kategori OHI-S.

Latar Belakang: Dental and oral problems in children with mixed dentition in Indonesia are still highly prevalent, especially in West Java. These problems are caused by poor oral health status, which can be assessed by OHI-S score. Poor oral health status, which is characterized by plaque accumulation, can cause the quantity of bacteria in mouth to increase. One of those bacterias is Veillonella parvula, a bacteria which plays a role in the adhesion process and metabolism of late colonizer bacteria. Treponema denticola is a late colonizer bacteria which contributes to the progression of periodontal diseases. In order to adhere to a biofilm, Treponema denticola produces protein called Msp, while Veillonella parvula produces VtaA. However, the relationship between these proteins to oral health status has not been well studied. Objective : The aim of this study is to analyze the relationship and correlation between Msp and VtaA gene expression and oral health status. Methods: 40 samples are collected from supragingival plaque of children between the ages of 9-12 years old in SD Sukaluyu and grouped into 3 categories (poor, moderate, good) based on each samples’s OHI-S score. Samples are then extracted and analized by real-time PCR. DNA quantification results are analyzed using absolute quantification to identify the amount of bacteria present. RNA quantification results are analyzed using relative quantification to identify each gene expression relative to calibrator samples. Results: There is a significant positive correlation (p=0.008) found between the quantity of Treponema denticola and OHI-S score. A significant difference (p=0.016) is found between the amount of Treponema denticola in moderate OHI-S and poor OHI-S category. There is a non-significant positive correlation between the amount of Veillonella parvula and Msp gene expression and OHI-S score. VtaA gene expression showed a non-significant negative correlation. Conclusion: This study demonstrated there is a relationship between the increasing quantity of Treponema denticola and the worsening state of oral health status. There is no relationship between Msp and VtaA gene expression and the quantity of Veillonella parvula and oral health status."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Maria Tadjoedin
"ndonesia termasuk negara dengan struktur penduduk menuju tua. Prevalensi periodontitis dan hendaya kognitif meningkat seiiring dengan meningkatnya populasi lanjut usia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan implikasi periodontitis terhadap hendaya kognitif melalui status periodontal dan komposisi mikrobiota subgingiva. Desain penelitian adalah kasus kontrol. Status kognitif diperiksa menggunakan instrumen Hopkins Verbal Learning Test dan Mini-Mental State Examination yang telah divalidasi. Pemeriksaan faktor risiko hendaya kognitif meliputi status periodontal (indeks plak, indeks kebersihan mulut, indeks perdarahan papila, jumlah gigi, unit gigi fungsional, dan tingkat keparahan periodontitis), faktor sosiodemografi, serta sistemik dan lingkungan. Komposisi mikrobiota subgingiva diperiksa dari cairan krevikular gingiva. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks plak, indeks perdarahan papila, jumlah gigi, usia, lama pendidikan, dan status hipertensi merupakan faktor-faktor yang paling berperan terhadap status kognitif. Terdapat hubungan bermakna (p<0,05) antara semua variabel status periodontal dengan status kognitif. Terdapat keragaman mikrobiota subgingiva antara subjek periodontitis lansia yang hendaya kognitif dengan kognitif normal. Abundance Porphyromonas gingivalis dan Treponema denticola lebih tinggi pada subjek lansia hendaya kognitif. Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa periodontitis merupakan faktor risiko hendaya kognitif.

Indonesia is a country with an aging population. The prevalence of periodontitis and cognitive impairment increases along with the increase in the elderly population. This study aims to obtain the implications of periodontitis on cognitive impairment through periodontal status and subgingival microbiota composition. The design of this study was case-control. Cognitive status was assessed using the Hopkins Verbal Learning Test and Mini-Mental State Examination instruments. Examination of risk factors for cognitive impairment includes periodontal status (plaque index, oral hygiene index, papilla bleeding index, number of teeth, functional tooth units, and severity of periodontitis), sociodemographic factors, also systemic and environmental. The composition of the subgingival microbiota was examined from the gingival crevicular fluid. The results showed that plaque index, papilla bleeding index, number of teeth, age, length of education, and hypertension status were the factors that most contributed to cognitive status. There was a significant correlation (p<0.05) between all variables of periodontal status and cognitive status. There was a diversity of subgingival microbiota between cognitively impaired with cognitively normal in elderly subjects. The abundance of Porphyromonas gingivalis and Treponema denticola was higher in cognitively impaired elderly subjects. It can be concluded that periodontitis is a risk factor for cognitive impairment."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Melinda Rabekka
"Pendahuluan: Periodontitis merupakan penyakit inflamasi kronis pada jaringan periodontal yang disebabkan oleh disbiosis plak biofilm. Oral hygiene instruction (OHI) merupakan intervensi penting dalam perawatan periodontitis. Berbagai pendekatan OHI telah diesksplorasi, termasuk penggunaan aplikasi mobile. Tujuan: Mengevaluasi efektivitas aplikasi mobile “Perio UI Care” dalam manajemen periodontitis melalui evaluasi parameter klinis dan mikrobiota subgingiva. Metode: Total 44 pasien periodontitis dibagi secara acak ke dalam dua kelompok. Intervensi scaling dan root planing (SRP), OHI secara verbal, dan aplikasi “Perio UI Care” diberikan kepada kelompok pengguna aplikasi (n=22), sedangkan kelompok non-pengguna aplikasi (n=22) diberikan SRP dan OHI secara verbal. Evaluasi parameter klinis (probing pocket depth/PPD, bleeding on probing/BOP, dan full mouth plaque score/FMPS), serta pengambilan sampel plak subgingiva dilakukan pada kunjungan awal, satu, dan tiga bulan pascaperawatan. Analisis mikrobiota subgingiva menggunakan teknik next generation sequencing (NGS). Hasil: Terdapat penurunan PPD, BOP, dan FMPS yang signifikan pada re-evaluasi satu dan tiga bulan bila dibandingkan kunjungan awal (p<0,001), tanpa perbedaan antar kelompok (p>0,05). Analisis intra-grup antara kunjungan satu dan tiga bulan menunjukkan perbaikan yang lebih baik pada kelompok pengguna aplikasi, terlihat dari penurunan PPD (p<0,05) serta kestabilan nilai BOP dan FMPS. Analisis mikrobiota subgingiva menunjukkan dominasi bakteri orange dan red complex pada kunjungan awal. Tidak ada perbedaan keragaman dan komposisi mikrobiota subgingiva yang bermakna pascaperawatan, baik antar kelompok maupun ketiga waktu kunjungan (p>0,05). Namun, tren perubahan dapat diamati. Kesimpulan: Penggunaan aplikasi mobile sebagai tambahan dalam manajemen periodontitis cukup efektif, terlihat dari adanya perbaikan parameter klinis. Evaluasi lebih lanjut terutama pada fase terapi periodontal suportif tetap diperlukan.

Introduction: Periodontitis is a chronic inflammatory disease associated with dysbiotic plaque biofilms and characterized by destruction of the tooth-supporting apparatus. Oral hygiene instruction (OHI) is essential during periodontitis treatment. Various OHI approaches have been explored, including mobile application. Objective: To evaluate the mobile application’s effect (“Perio UI Care”) on periodontitis management by evaluating periodontal clinical parameters and subgingival microbiota. Methods: Fourty-four periodontitis patients were randomly assigned to two treatment groups. Scaling and root planing (SRP), verbal OHI, and the “Perio UI Care” app were given to the app group (n=22), while the non-app group (n=22) received only SRP and verbal OHI. Probing pocket depth/PPD, bleeding on probing/BOP, and full mouth plaque score/FMPS were assessed at baseline, one-, and three-month post-treatment. Samples of subgingival plaque were collected. Subgingival microbiota was analyzed using 16S rRNA next-generation sequencing (NGS). Results: Significant reduction in PPD, BOP, and FMPS at one- and three-month compared to baseline (p<0.001), with no significant differences across groups (p>0.05). Intra-group analysis showed better improvement in the app group, especially between the one- and three-month visits, with a decrease in PPD (p<0.05) and stable BOP and FMPS. At baseline, orange and red complex bacteria dominated the subgingival microbiota. Subgingival microbiota diversity and composition did not differ across groups or time points (p>0.05), yet the shifting between timepoints could be observed. Conclusions: Mobile application complements periodontitis patient management, as evidenced by the improvement of clinical parameters. Further evaluation is needed, especially in the periodontal maintenance phase."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>