Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66022 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deanita Adharani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan dari film Kaguya Hime no Monogatari yang diadaptasi dari cerita rakyat Taketori Monogatari. Sebagaimana yang dipaparkan Linda Hutcheon dalam teorinya mengenai adaptasi, tidak ada karya adaptasi yang dibuat sama persis dengan karya yang menjadi rujukan adaptasinya. Penelitian ini menggunakan metode Feminist Reading dan kualitatif deskriptif. Dari hasil penelitian, ditemukan dua perbedaan besar antara cerita rakyat dan film. Poin pertama adalah relasi tokoh kakek dan kaisar yang menggambarkan relasi kuasa patriarki terhadap tokoh Kaguya Hime. Relasi kuasa pada cerita rakyat digambarkan dengan baik-baik saja, sementara di dalam film, relasi kuasa digambarkan sebagai antagonis terhadap tokoh utama. Poin kedua adalah penggambaran tokoh Kaguya Hime di dalam cerita. Tokoh Kaguya Hime diceritakan dengan berafiliasi pada kecantikan penampilannya dalam versi cerita rakyat, sementara di dalam film, ia diafiliasikan dengan kebebasan dalam berekspresi. Kedua perbedaan tersebut mengerucut ke dalam sebuah gagasan bahwa dalam cerita rakyat, sistem patriarki seolah terlihat baik-baik saja sementara di dalam film, sistem patriarki adalah sesuatu yang bermasalah. Berangkat dari gagasan ini, apabila karya adaptasi dikaitkan dengan keadaan sosial masyarakat Jepang pada saat film ini diproduksi, yaitu tahun 2010an, film ini dapat diinterpretasikan sebagai sebuah refleksi keadaan masyarakat patriarki di Jepang yang didominasi oleh laki-laki dan mendiskriminasi perempuan dalam berbagai institusi.

ABSTRACT
This research is meant to seek for infidelity of Kaguya Hime no Monogatari film adaptation owards the folktale of Taketori Monogatari. As Linda Hutcheon explained in her theory of adaptation, that there is no adaptation work that is made exactly as the reference work. This research uses feminist reading approach with qualitative descriptive method. The difference lies in two big points, first, the relationship between the figure of grandfather and emperor who describes the patriarchal power relation to the character of Kaguya Hime. This patriarchal power are shown as something proper and common in the folktale version, meanwhile, in the film version, the patriarchal power are shown as the antagonist of the main character. The second point is the portrayal of Kaguya Hime's character in the story. Kaguya Hime in the folktale version is affiliated with beauty and beautiful appearance, meanwhile, in the film version, she is affiliated with freedom and expression. Based on this finding, it can be simplified that, patriarchy in the folktale version is shown as if nothing was wrong, while in the film, it is shown as a problem. Departing from this findings, the film can be interpretedas a reflection of patriarchal hegemony in Japan that dominated by males and discriminates females in many institution."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azimah Mardhiah
"Penelitian ini bertujuan mengungkapkan penggambaran wacana kebahagiaan perempuan dalam anime Kaguya Hime no Monogatari (2013) dengan mengaplikasikan teori kebahagiaan oleh Sara Ahmed (2010) di dalam analisis. Hasil penelitian menemukan bahwa anime Kaguya Hime no Monogatari menggambarkan wacana kebahagiaan sebagai sebuah naskah dengan serangkaian syarat mencakup lokasi, status sosial, penampilan dan perilaku, serta pernikahan yang harus perempuan penuhi untuk menjadi bahagia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa meskipun mengkritik wacana kebahagiaan normatif, pada dasarnya anime tersebut tetap mengimplikasikan gaya hidup konservatif adalah pilihan yang lebih 'aman' bagi perempuan Jepang. Hal itu menjadi penegasan terhadap temuan studi-studi terdahulu bahwa media populer Jepang cenderung mempromosikan jalur hidup konservatif sebagai cara terbaik dalam mencapai kebahagiaan perempuan.

This research aims to reveal the portrayal of women's happiness in anime Kaguya Hime no Monogatari (2013) by making use of the happiness theory by Sara Ahmed (2010) as an analysis tool. Results have shown that Kaguya Hime no Monogatari portrays happiness as a script with a set of conditions including location, social status, appearance, behavior, and marriage; all of which women must fulfill in order to be happy. This study concludes that despite its criticism of the idea of normative happiness, said anime essentially implies that a conservative lifestyle is the 'safer' choice for Japanese women. This reinforces previous findings that Japanese popular media tend to promote the conservative life course as the best way to achieve female happiness."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Ainun Sumantri
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan dari film pendek HANA yang diadaptasi dari cerpen “Hana” karya Akutagawa Ryunosuke dan mengaitkannya dengan kondisi sosial budaya masyarakat Jepang pada saat film pendek HANA diproduksi. Penelitian ini akan menggunakan teori adaptasi dari Linda Hutcheon (2006) dan konsep Beauty Myth dari Naomi Wolf dengan metode analisis teks dari sudut pandang feminisme. Dari hasil analisis tersebut, ditemukan bahwa sekalipun tokoh utama dalam cerpen Hana dan film HANA sama-sama tidak puas dengan bagian tertentu dari tubuhnya, tetapi ada dua perbedaan yang mencolok, yaitu deskripsi tokoh protagonis dan masalah yang menimpanya. Dalam cerpen Hana, protagonis adalah pendeta laki-laki dengan permasalahan hidung panjang, sedangkan dalam film pendek HANA, protagonis adalah gadis SMA dengan permasalahan payudara kecil. Ditemukan juga adanya suatu standar kecantikan ideal yang mengikat tubuh perempuan di Jepang, khususnya payudara, sehingga perempuan tidak memiliki kuasa akan tubuhnya sendiri. Jika dikaitkan dengan berbagai permasalahan mengenai payudara kecil yang terjadi di Jepang, film ini dapat dimaknai sebagai refleksi terhadap standar kecantikan berdasarkan norma patriarki yang masih membebani perempuan di Jepang.
Kata kunci: Cerita pendek; Hana; Payudara kecil; Kecantikan ideal; Adaptasi; Feminisme

This study aims to find differences from the short film HANA which was adapted from the short story “The Nose” by Akutagawa Ryunosuke by linking it to the Japanese socio-culture condition when this short film was produced. This study will use adaptation theory from Linda Hutcheon (2006) and the Beauty Myth concept from Naomi Wolf with textual analysis method from feminism perspective. From the results of the analysis, there were similarity between the protagonists, both of them were dissatisfied with certain parts of their bodies, but there were also two major differences, the description of protagonists and the problems they have. In The Nose, the protagonist is a male monk with a long nose as his problem, meanwhile in short film HANA, the protagonist is a high school girl with small breasts as her problem. There’s also an ideal beauty standard that binds the females’ bodies in Japan, especially breasts, which make females don’t have power over their own bodies. Linked to various problems regarding small breasts that occur in Japan, this film can be interpreted as a reflection of beauty standard based on patriarchal norms which still burdening females in Japan.
Keywords: Short story; The nose; Small breasts; Beauty ideal; Adaptation; Feminism
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Afina Rahmani
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas analisis psikologis tokoh Shirono Miki dalam film Shirayuki Hime Satsujin Jiken 2014 melalui aspek naratif dan sinematografis pada film. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis visualisasi kondisi psikologis Shirono Miki dan gejala-gejala neurosis yang ditunjukkan dalam film. Hasil analisis dengan menggunakan kerangka berpikir psikoanalisis Freud menunjukkan adanya obsesi kecantikan pada diri Shirono Miki yang menyebabkan dirinya memiliki gejala-gejala neurosis.

ABSTRACT
This study discusses about psychological analysis of Shirono Miki in the film Shirayuki Hime Satsujin Jiken 2014 through the analytical approach of narrative and cinematography aspects. This study rsquo s purpose is to analyze the visualization of Shirono Miki rsquo s psychological condition and the neurosis symptoms showed in the film. The results of the analysis using Freud rsquo s psychoanalysis show that Shirono has a beauty obsession which causes her to have the symptoms of neurosis."
2017
S68381
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmaudina Hidyanissa
"Film merupakan sebuah media komunikasi massa yang menampilkan cerita dalam bentuk audio visual. Mulan (2020) merupakan film hasil karya Disney yang diadaptasi dari cerita rakyat Cina. Film Mulan (2020) mengisahkan perjuangan seorang perempuan bernama Hua Mulan yang harus menyamar sebagai laki-laki untuk menggantikan posisi ayahnya dalam berperang melawan suku Rouran. Sebagai seorang perempuan yang menyamar menjadi laki-laki, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh Mulan. Penolakan yang didapat Mulan setelah menunjukkan identitas dirinya sebagai seorang perempuan di dalam pasukan mencerminkan adanya konsep patriarki. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan konsep patriarki di Cina dalam film Mulan (2020) dan untuk menunjukkan sejauh mana kesesuaian interpretasi sineas barat terhadap konsep patriarki di Cina dalam film Mulan (2020). Penelitian ini menggunakan teknik analisis semiotika John Fiske. Semiotika adalah cabang ilmu yang berhubungan dengan tanda-tanda. Melalui teknik analisis The Code of Television dari John Fiske yang terdiri dari level realitas, level representasi dan level ideologi, ditemukan tiga variabel patriarki menurut Kamla Bhasin yang paling menonjol dalam film yaitu kontrol atas tenaga kerja perempuan, kontrol atas seksualitas perempuan dan kontrol atas gerak perempuan. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya kesesuaian interpretasi sineas barat (Disney) terhadap konsep patriarki di Cina.

Film is a medium of mass communication that shows stories in audio visual form. Mulan (2020) is a Disney film that is adapted from the Chinese Folk Tales. Mulan (2020) tell the story about the struggle of a woman named Hua Mulan who must disguise as a man to replace her father's position in the war against the Rouran tribe. As a woman who is disguised as a man, many challenges has to face by Mulan. The rejection that Mulan received after show her identity as a woman in the army reflects the concept of patriarchy. This study aims to show the patriarchy concept in China in Mulan (2020) and to show how far suitability of western filmmaker interpretation of the concept of patriarchy in China in the Mulan movie (2020). This study uses the semiotic analysis technique of John Fiske. Semiotics is a branch of science that associated with signs. Through the analysis technique The Code of Television by John Fiske which consist of levels of reality, level of representation and level of ideology, three patriarchy variables according to Kamla Bhasin's which most prominent were found in the film is control of women's labour power, control of women's sexuality and control of women's mobility. The results of the study also show that there is a suitability of the interpretation of western filmmaker (Disney) with the concept of patriarchy in China."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Hadiansyah
"Adaptasi film ke dalam novel atau sebaliknya seialu menimbulkan perubahan, sebagai akibat dari perbedaan media dan hasil interpretasi penulis dan sutradara. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan sejumlah persamaan dan perbedaan mendasar yang dihasilkan oleh adaptasi dari film ke dalam novel Biala Tak Berdawai, dilihat dari unsurunsur penceritaan.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan strukturalisme yang memfokuskan pada unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam film dan novel Biola Tak Berdawai. Unsur-unsur film dan novel yang dianalisis dan dibandingkan dalam penelitian ini adalah alur penyajian, alur sebab akibat, tokoh dan penokohan, latar ruang dan Tatar waktu.
Hasil analisis film dan novel Biola Tak Berdawai terhadap unsurunsur di atas, menunjukkan persamaan sekaligus perbedaan. Cerita dalam film dan novel pada dasarnya sama tetapi menjadi terkesan berbeda ketika Dewa dijadikan penutur di dalam novel. Tokoh Dewa menjadi serba tahu dan mampu menuturkan dengan fasih mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekelilingnya, padahal di dalam film, tokoh Dewa digambarkan sebagai anak yang sangat sulit untuk berkomunikasi dengan prang fain dikarenakan penyakit autis dan cacat ganda. Dengan demikian, tokoh utama di dalam novel tidak hanya Renjani, tetapi juga Dewa. Perbedaan Iainnya terletak pada berupa kemunculan cerita pewayangan di dalam novel, juga terdapat penghilangan, dan penambahan beberapa cerita. Semua perbedaan tersebut menunjukkan adanya perbedaan interpretasi penulis novel atas cerita film Biola Tak Berdawai.
Berbeda dengan unsur alur penyajian, alur sebab akibat antara film dan novel tidak menunjukkan perbedaan. Dad awal hingga akhir cerita, novel adaptasi tetap bersetia terhadap film sebagai cerita pertama. Begitu juga dengan latar ruang dan waktu.

The adaptation of film into novel or vice verse always produces changes as the consequence of the different media and the result of the actor and the director's interpretation. This study aims to present some basic similarities and differences which are produced by the adaptation from film into novel Biola Talc Berdawai, and viewed from the story elements.
The method used is structuralism, focusing on the intrinsic elements in film and novel Biota Tak Berdawai. The film and novel elements which are analyzed and compared in this study are plot, the characters and characterization, and setting.
The result of the analysis of film and novel Biola Tak Berdawai to the mentioned elements presents similarities and differences at the same time. The story in film and novel is basically the same but it imprisons different when Dewa is made as a narrator in the novel. The character of Dewa knows everything and he can utter fluently what happens in his surrounding, whereas in film the character of Dewa is showed as the boy who has difficulty to communicating with other people because he is autistic and has double deformity. So the main character in the novel is not only Renjani but also Dewa. The other difference is on the presence of things pertaining to the wayang story in the novel. All those differences present the difference of the writer's interpretation on the story of Biota Tak Berdawai film.
It is different to plot presence, the cause and effect plot between film and novel does not present the difference. From the beginning until the end of story, adapted novel keep loyal to film as the original story. It also happens to the setting of place and time.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17618
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah Sani
"Penelitian ini membahas proses adaptasi dari film Sonnenallee ke dalam novel Am k rzeren Ende der Sonnenallee dilihat dari struktur penceritaan dan penyajiannya Penelitian ini menggunakan teori sintagmatik dan paradigmatik dan teori sekuensi yang digagas oleh Roland Barthes untuk mendapatkan hubungan logis sebab akibat Selain itu penelitian ini juga menggunakan teori adaptasi yang digagas oleh Linda Hutcheon untuk memahami hakikat dan proses adaptasi Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan cerita akibat dari penambahan peristiwa dan tokoh pada novel Am k rzeren Ende der Sonnenallee Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tokoh tokoh utama dalam cerita Sonnenalle ini berjuang untuk meraih kebebasannya di tengah kekangan hidup di Republik Demokratis Jerman RDJ Cerita Sonnenallee ini juga digunakan oleh Thomas Brussig dan Leander Haussmann untuk membangkitkan Ostalgie yakni kenangan akan kehidupan di masa masa RDJ Kata Kunci Adaptasi kebebasan struktur penceritaan protes

AbstractThe purpose of this study is to analyse the process of adaptation of Sonnenallee film into Am k rzeren Ende der Sonnenallee novel observed from the narrative elements of the story The method used in this particular research is structuralism from Roland Barthes This research is also used the Adaptation Theory from Linda Hutcheon to comprehend the process during adaptation The result of the research shows that there are some similarities changes and differences during the process of adaptation This research also revealed that the main characters in this Sonnenallee story struggled to get their freedom during the dictatorship era in the German Democratic Republic Thomas Brussig and also Leander Haussmann wanted to bring back all the memories good or bad during GDR era This memories called Ostalgie Key Words Narrative structures adaptation freedom protest "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T32664
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniar Cikita
"Children of Srikandi merupakan queer cinema pertama Indonesia yang merepresentasikan kehidupan perempuan queer, dengan nilai queer serta konteks budaya. Analisis film Children of Srikandi dilakukan dengan menggunakan pendekatan semantic-syntactic Rick Altman serta lima kode semiotika Roland Barthes. Dari hasil analisa tersebut ditemukan, bahwa dalam film ditemukan mitos anti-heteronormativitas. Mitos ini juga berinteraksi dengan budaya patriarki Jawa sebagai bagian dari kehidupan perempuan queer di Indonesia. Hasil penelitian ini berusaha memberikan pemahaman mengenai nilai anti-heteronormativitas serta interaksinya dengan konteks lokal.

Children of Srikandi is Indonesian first queer cinema who represent the reality of Indonsian queer women, with the queer value and cultural context. Children of Srikandi film analysis is using Rick Altman’s semantic-syntactic approach, and Roland Barthes’ five codes of semiotic. The result showed that in this film, there is anti-heteronormativity myth. This myth also interacts with Java patriarchal culture as part of Indonesian queer women’s live. The result of this study seeks to provide an understanding of anti-heteronormativity value and it’s interaction with cultural context.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S53641
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Cavalli
"ABSTRAK
Pansori adalah salah satu seni tradisional Korea dengan cerita musikal yang sangat digemari oleh masyarakat Korea. Pansori muncul dari kalangan bawah yang kemudian disukai oleh kalangan atas. Pansori dalam versi asli terdiri dari seorang penyanyi sorikkun laki-laki dan seorang pemukul gendang gosu . Perempuan tidak mendapatkan tempat layaknya laki-laki dalam kesenian pansori. Dalam film Dorihwaga terlihat kemunculan penyanyi pansori perempuan pada masa Joseon. Jurnal ini akan menganalisis tentang bagaimana kedudukan perempuan dalam kesenian pansori pada masa Joseon dalam film Dorihwaga, serta dekonstruksi budaya patriarki yang terdapat dalam ajaran Konfusianisme. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji perubahan budaya patriarki Konfusianisme dan posisi perempuan di dalam pansori pada masa Joseon. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan pengaruh budaya patriarki Konfusianisme dalam pansori dengan diakui dan diizinkannya perempuan untuk tampil. Hal itu juga menunjukkan bahwa paham Konfusianisme masa Joseon terhadap perempuan adalah keliru.

ABSTRACT
Pansori is one of the Korean traditional art with musical story which is greatly fancied by Korean people. Pansori emerged from lower class and later favoured by the upper class. Pansori in original version consists of a man singer sorikkun and a drum beater gosu . Women did not have special place as men in pansori art. The emergence of a woman pansori singer during Joseon period is seen through Dorihwaga film. This journal analyzes about women rsquo s position in pansori art during Joseon period through Dorihwaga film as long as deconstruction of patriarchal culture which is found in Confucian doctrines. This research aims to look at the change of Confucianism patriarchy culture and women rsquo s position through pansori during Joseon period. The qualitative research method is used as research method. Literature review method is used as data collection method. The result found from this research is that there was a change of Confucianism patriarchy culture influence in pansori which then acknowledged and allowed women to perform it. It also shows that Confucian concept in Joseon era towards women was mistaken."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf;
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Virinica Christy Santoso
"Kuroshitsuji Black Butler Live action merupakan film alih wahana dari manga Kuroshitsuji Black Butler karya Yana Toboso. Melalui pendekatan feminisme, penelitian ini berusaha menjelaskan mengenai perubahan yang dibuat serta menjelaskan pemikiran feminisme yang tercermin pada tokoh perempuan, dan perubahan latar cerita yang terjadi dalam film ini. Penelitian ini adalah penelitian yang menganalisis penerapan dan kritik nilai-nilai feminisme liberal, feminism psikoanalisis dan feminism marksis/sosialis terhadap sistem ie keluarga Jepang yang terdapat dalam film ini.

Kuroshitsuji Black Butler Live action is an adaptation movie from manga Kuroshitsuji by Toboso Yana. With feminism approach, this research will try to explain the reasons behind changes that were made during the production of this movies and the feminist thought that represented through the female characters and changes at the background story of this movie. This is a research that analyzedthe application and critics of liberal feminism, psychoanalysis feminism, and Marxist socialist feminism towards Japanese family system iein this movie."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>