Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119959 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ika Maya Sandy
"Latar belakang: Limfadenopati servikal merupakan pembesaran kelenjar getah bening >1 cm di regio servikalis. Etiologi bervariasi, di negara maju 70% merupakan kasus limfadenitis reaktif, sedangkan di negara berkembang 56,67% merupakan infeksi tuberkulosis. Belum ada penelitian di Indonesia tentang hal ini.
Tujuan: Mengetahui profil kejadian limfadenopati servikal pada anak di Klinik Rawat Jalan RSCM Kiara, Jakarta.
Metode: Desain potong lintang deskriptif pada 6126 subyek usia 1 bulan – 18 tahun, didapatkan 93 subyek mengalami limfadenopati servikal. Subyek kemudian dianamnesis dan diikuti proses diagnosisnya.
Hasil: Prevalens limfadenopati servikal adalah 1,5%. Dari 93 subyek, 70% limfadenopati servikal bukan sebagai keluhan utama. Gejala konstitusional tersering adalah demam (43%), malaise (37,6%) dan penurunan berat badan (36,5%). Sebagian besar limfadenopati berukuran 1,1-2 cm, jamak, lokasi di anterior, 25,8% teraba berkonglomerasi dan terfiksasi, nyeri tekan hanya 2,1%. Diagnosis medis terbanyak adalah infeksi tuberkulosis (35,5%), keganasan (20,5%) dan hanya 2,1% yang merupakan kasus limfadenitis servikal akut. Biopsi dilakukan pada 28 subyek (FNAB/biopsi jaringan), 35,7% merupakan infeksi tuberkulosis, 25% kasus keganasan dan 14,2% merupakan radang kronik non-spesifik.
Kesimpulan: Prevalens limfadenopati servikal pada anak sebesar 1,5% dengan diagnosis medis dan hasil biopsi terbanyak adalah kasus infeksi tuberkulosis.

Background: Cervical lymphadenopathy is an enlargement of lymph node > 1 cm in the cervical region. Etiology varies, in developed countries 70% are reactive lymphadenitis, whereas in developing countries 56.67% are tuberculosis infections. No studies in Indonesia about this topic.
Aim: To know the profile children with cervical lymphadenopathy in Outpatient Clinic, RSCM Kiara, Jakarta.
Method: Descriptive cross-sectional design on 6126 subjects aged 1 month – 18 years, found 93 subjects experiencing cervical lymphadenopathy. These subjects underwent interviews and the diagnosis process observed.
Result: Prevalence of cervical lymphadenopathy is 1.5%. From 93 subject, 70% cervical lymphadenopathy is not the main complaint. The most often constitutional symptoms are fever (43%), malaise (37.6%) and weight loss (36.5%). Most of the lymphadenopathy are 1.1-2 cm in size, multiple, location in anterior, 25.8% felt to be conglomerated and fixed, only 2.1% are tenderness. Most common medical diagnoses were tuberculosis infections (35.5%), malignancies (20.5%) and only 2.1% are acute cervical lymphadenitis. Biopsy was done to 28 subject (FNAB/open biopsy) 35,7% are tuberculosis infections, 25% are malignancies and 14,2% are non-specific chronic inflammation.
Conclusion: Prevalence of cervical lymphadenopathy in children is 1,5% and the most often medical diagnose and biopsy profile are tuberculous infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Tunjung Wijayanti
"Remaja dengan talasemia berisiko memiliki permasalahan psikosial seperti tingkat self-esteem dan kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat self-esteem dan kualitas hidup remaja talasemia di rawat jalan IPT KIA Kiara RSCM. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Data diambil dengan teknik consecutive sampling terhadap 108 remaja talasemia di rawat jalan anak. Hubungan tingkat self-esteem dengan kualitas hidup dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara tingkat self-esteem dengan kualitas hidup remaja talasemia (P-value 0,000 dan r= 0,526). Mayoritas remaja memiliki tingkat self-esteem dan kualitas hidup yang rendah. Rekomendasi terkait penelitian ini adalah perlunya layanan konseling psikososial bagi remaja talasemia untuk meningkatkan self-esteem.

Adolescents with thalassemia are at risk for psychosocial issues related to their self-esteem and quality of life. This study aims to determine the association between the level of self-esteem and quality of life among thalassemia adolescents in outpatient IPT KIA Kiara RSCM. This quantitative study used a cross-sectional approach and collected data through consecutive sampling of 108 adolescents in the pediatric outpatient. The results shown there was a quate strong association between the level of self-esteem with the quality of life of thalassemia adolescents (P-value 0,000 and r= 0.526). Based on these results, it is recommended that psychosocial counseling services be provided to improve the self-esteem of thalassemia adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Surjadinata
"ABSTRACT
Latar Belakang. Sebagai klinisi, dokter diharapkan mampu menegakkan diagnosis etiologi keluhan BKB dengan cepat, tepat, hemat biaya dan tidak hanya bersifat simptomatik belaka. Sayangnya, hingga kini masih sedikit penelitian mengenai etiologi BKB pada anak, padahal setiap pusat pelayanan kesehatan memiliki data etiologi BKB yang berbeda-beda. Perbedaan etiologi ini disebabkan oleh perbedaan definisi yang dianut, batasan usia anak, serta karakteristik dan tingkat pusat pelayanan kesehatan yang menjadi tempat penelitian.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalens keluhan utama BKB pada pasien anak dengan keluhan batuk, tiga etiologi tersering, waktu yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis etiologi BKB, profil klinis dan pemeriksaan penunjang pada pasien di unit rawat jalan Departemen IKA-RSCM dari bulan Juli 2007 sampai dengan Juli 2013.
Metode. Metode penelitian ini adalah deskriptif retrospektif dengan melakukan penelusuran dan analisis data rekam medis pasien berusia 1-18 tahun (12-216 bulan) dengan keluhan utama batuk (ICD 10-R05.0).
Hasil. Prevalens BKB dari seluruh subjek dengan keluhan batuk adalah 437 subjek (87,6%), dengan median usia 54 bulan (12-220 bulan). Etiologi spesifik tersering adalah United airway diseases (46,9%), asma (31,7%) dan TB paru (15,4%). Riwayat penyakit dahulu dan keluarga dengan atopi, alergi dan asma membantu penegakan diagnosis. Dari 28 subjek yang tidak mendapat imunisasi BCG, 15 (53,6%) subjek didiagnosis TB paru dan 1 subjek TB milier. Sebanyak 362 (82,9%) subjek yang didiagnosis etiologi batuk pascainfeksi virus, rinitis alergi, asma dan TB paru telah mendapat terapi antibiotik sebelumnya. Median waktu yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis etiologi BKB adalah 2,5 hari/pasien (0-8 hari/pasien) untuk diagnosis BKB nonspesifik batuk pasca infeksi virus dan diagnosis etiologi spesifik yaitu rinitis alergi adalah 3,7 hari/pasien (0-21hari/pasien), rinosinusitis 4,8 hari/pasien (2-21 hari/pasien), asma 2,5 hari/pasien (0-53 hari/pasien) dan TB paru 6,2 hari/pasien (3-60 hari/pasien). Pemeriksaan penunjang yang banyak dilakukan untuk penegakan diagnosis meliputi uji tuberkulin (84,7%), foto toraks (72,5%), spirometri (14%), dan foto polos sinus paranasal (26,8%).
Simpulan. Prevalens BKB mencapai 87,6% dengan etiologi tersering adalah penyakit saluran respiratorik atas, asma dan TB paru. Kata kunci. Batuk kronik berulang (BKB) pada anak,

ABSTRACT
Background. As clinician, a physician should be able to diagnose the etiology of chronic cough in children, therefore the therapy could be done promptly, precisely, cost-effectively, and not merely symptomatic. Unfortunately, publication on the etiology of chronic cough in children is limited up to now, and every health care centers may have different etiologic data. This differences might be caused by the gaps of chronic cough definition, the child's age restrictions, as well as the characteristics and the level of health care services.
Objective. To determine the prevalence of chronic cough in pediatric patients with chief complaints of cough, the three most common etiology, the duration of time to establish the etiology, clinical profiles and supportive investigation in outpatient pediatric unit at CMH from July 2007 to July 2013.
Method. A descriptive retrospective analysis was conducted from medical records of patients aged 1-18 years (12-216 months) with a chief complaint of cough (ICD-10 R05.0)
Result. Chronic cough prevalence of all subjects with complaints of cough was 87.6% (437 subjects), with a median age of 54 months (12-220 months). The most common specific etiology is upper respiratory tract disease (44.7%), asthma (31.7%%) and pulmonary tuberculosis (15.4%). Past medical history and family with atopy, allergy and asthma aid diagnosis. In 28 subjects who had never received BCG immunization, 15 (53.6%) subjects were diagnosed as pulmonary tuberculosis and 1 subject as miliary TB. Prior antibiotic treatment had been given in 362 (82.9%) subjects that were diagnosed as post viral cough, allergic rhinitis, asthma and pulmonary TB. Median duration of time to diagnose the etiology of nonspesific post viral cough was 2.5 days/patient (0-8 days/patient) and specific etiologic such as allergic rhinitis was 3.7 days/patient (0-21 days/patient), rhinosinusitis in 4.8 days/patient (2-21 days/patient), asthma in 2.5 days/patient (0-53 days/patient) and pulmonary TB in 6.2 days /patient (3 - 60 days/patient). Investigations that commonly done to established the diagnosis were tuberculin test (84.7%), chest Xray (72.5%), spirometer (14%), and plain radiography of paranasal sinuses (26.8%).
Conclusion. The prevalence of chronic cough from all subjects with complaints of cough in the outpatient pediatric unit at CMH is 87.6% with the most common etiologies are upper respiratory tract disease, asthma and pulmonary tuberculosis."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Samaria Santosa
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemelekan kesehatan pasien di
Klinik Dokter Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (KDK FKUI)
Kiara dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kemelekan kesehatan

Abstract
The objective of this study was to assess patient?s health literacy level in Kiara
Family Medicine Clinic of Medical Faculty University of Indonesia and its
determinants. This was a quantitative research with cross sectional design. The
results showed that 27,4% respondent had high health literacy level and 72,6%
respondents had low health literacy level. The most dominant influencing factor
of health literacy was accessibility to health information. Health information by
family medicine approach by Kiara Family Medicine Clinic had a role in patient?s
health literacy. More efforts are needed in promoting patient?s health literacy
through improving health information access.
tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan disain cross sectional.
Hasil penelitian menunjukkan 27,4% responden memiliki tingkat kemelekan
kesehatan tinggi dan 72,6% memiliki tingkat kemelekan kesehatan rendah.Faktor
yang paling berhubungan dengan tingkat kemelekan kesehatan adalah akses
informasi kesehatan. Terdapat peranan informasi kesehatan dari pendekatan
kedokteran keluarga KDK FKUI Kiara pada tingkat kemelekan kesehatan pasien.
Diperlukan upaya peningkatan kemelekan kesehatan pasien melalui peningkatan
akses informasi kesehatan."
2012
T31204
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Ika Hapsari
"Di Indonesia diare masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada balita dengan insidensi mencapai 6.7%. Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku orangtua tentang diare mungkin berhubungan dengan angka kejadian diare pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku, serta mengetahui hubungan antara ketiga variable.
Penelitian potong lintang dengan menggunakan data primer berdasarkan wawancara kuesioner dilakukan di RSCM Kiara pada bulan September 2015 terhadap 102 subjek. Analisis statistik dilakukan dengan metode Chi square atau Fischer. Ditemukan sebanyak 101 subjek (99%) memiliki tingkat pengetahuan baik, 55 subjek ( 53.9%) memiliki sikap positif, dan 55 subjek (53.9%) memiliki perilaku baik tentang diare.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan hampir seluruh orangtua memiliki tingkat pengetahuan yang baik namun hampir setengah orangtua masih memiliki sikap dan perilaku yang kurang. Ditemukan hubungan yang tidak bermakna antara tingkat pengetahuan dengan sikap (p = 0.353) dan antara pengetahuan dengan perilaku orangtua tentang diare. (p=0.29).

In Indonesia, diarrhea is still considered as the main cause of child?s death with numbers of incidence reaching 6.7%. Parental knowledge, attitude, and behavior towards diarrhea is probably associated with the rise of diarrhea incidence in child. This study aims to explore the parental knowledge, attitude, and behavior, also the association between the three variable.
A cross sectional study was conducted in RSCM ? Kiara on September 2015 in 102 subjects. Chi-square / fischer hypothesis testingwass used to conduct bivariate analysis. Among 102 subjects, 101 subjects (99%) had good knowledge , 55 subjects (53.9%) had positive attitudes, and 55 subjects (53.9%) had good behavior regarding childhood diarrhea.
This study confirms that almost all of the parents had a good knowledge, yet almost half of them still had unfavourable attitude and behavior. There was no significant association between parental knowledge towards behaviour (p = 0.353) nor between parental attitudes towards behavior regarding childhood diarrhea (p = 0.29).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inosensia Diajeng Kusumo
"Campak merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada balita. Kematian tersering campak terjadi akibat komplikasi campak seperti pneumonia, diare, dan ensefalitis. Setiap 1 atau 2 dari 1000 anak yang sakit campak akan meninggal. Campak masih menjadi penyebab 4% kematian balita di Indonesia. Pengetahuan, sikap, dan perilaku orangtua tentang campak yang rendah mungkin menjadi penyebab masih tingginya angka kejadian dan kematian campak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku orangtua serta mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku orangtua tentang campak pada balita. Penelitian potong lintang dilakukan di RSCM Kiara pada bulan September 2015. Data demografi, pengetahuan, sikap dan perilaku diambil melalui wawancara berdasarkan kuesioner. Jumlah sampel dihitung dengan rumus survei sederhana. Analisis statistik dilakukan dengan uji Chi Square atau Fischer. Terdapat 91 orangtua balita yang mengikuti penelitian ini. Orangtua yang memiliki pengetahuan baik 31 subjek (34,1%), sikap baik 33 subjek (36,3%), dan perilaku baik 46 subjek (50,5%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku orangtua tentang campak pada balita (p=1,00). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku orangtua tentang campak pada balita (p=0,463). Orangtua yang memiliki pengetahuan dan sikap tentang campak yang baik hanya sepertiga, dan hampir setengah orangtua masih memiliki perilaku yang kurang tentang campak. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku orangtua tentang campak pada balita.

Measles is one of the most leading cause of death among under-five children. Its complication such as pneumonia, diarrhea, and encephalitis be the most causes death of measles. Every one or two of 1000 children with measles will die. Measles contributes 4% in one of the most of death causes among under five children in Indonesia. Low level of knowledge, attitude, and practice of parents regarding measles may contribute in high incidence and mortality of measles. This study was to explore level of knowledge, attitude, and practices, and also the association between knowledge and attitude with parent’s practice regarding measles among under five children.This cross-sectional study was conducted in RSCM Kiara on September 2015. Data of demography, knowledge, attitude, and practice was taken by interview based on questionnaire. Sample was calculated based on survey formula. The data was analyzed by Chi Square or Fischer test. There were 91 under five children parents who joined this research as our research subject. There were 31 subjects had good knowledge (34.1%), 33 subjects had good attitude (36.3%), 46 subjects had good practice (50.5%). There was no significant association between knowledge and practice with p value 1.00 nor significant association between attitude and practice with p value 0.463 regarding measles. Subjects who had good knowledge and attitude were one-third of all subjects, and almost half of the subjects still had bad practice regarding measles among under five children. There was no significant association between knowledge and practice nor significant association between attitude and practice regarding measles among under five children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Rachmaniyah Fauziah
"TUJUAN: Mengetahui prevalensi serta karakteristik yang berhubungan dengan DDP, termasuk kasus POP, IU dan IF di poliklinik rawat jalan RSCM.
LATAR BELAKANG: Disfungsi dasar panggul DDP termasuk prolaps organ panggul POP. inkontinensia urin IU dan inkontinensia fekal IF. Prolaps organ panggul prevalensinya semakin meningkat seiring dengan usia. Perubahan pada demografi populasi dunia akan menghasilkan pula dampak yang lebih besar pada perempuan, yang akan meningkatkan kelainan ginekologi salah satunya adalah terhadap permintaan pelayanan kesehatan terkait DDP. Diperkirakan peningkatan jumlah permintaan akan pelayanan DDP pada 30 tahun mendatang akan meningkat sebanyak dua kali lipat dari populasi. Rasa malu dan tidak nyaman pada saat pemeriksaan dasar panggul merupakan batasan yang signifikan bagi perempuan yang datang ke poliklinik.
DESAIN DAN METODE: Penelitian ini merupakan suatu studi potong lintang, dengan populasi terjangkau yang dipilih secara konsekutif, berlangsung pada bulan Januari hingga April 2016 di poliklinik rawat jalan ginekologi, uroginekologi dan endokrinologi RSCM. Data diambil dari subjek penelitian menggunakan form penelitian serta dilakukan pemeriksaan dasar panggul menggunakan formulir POP-Q.
HASIL: Sebanyak total 197 subjek, didapatkan prevalensi pasien DDP di poliklinik rawat jalan RSCM sebesar 33. Prevalensi kasus POP adalah 26,4. kasus IU sebesar 15,3 serta kasus IF sebesar 2,5. Dilakukan uji Chi square untuk menilai hubungan antara masing-masing karakteristik dengan kejadian DDP didapatkan kelompok usia. 60 tahun sebanyak 69 kali berisiko terjadinya DDP dan 14 kali pada kelompok usia 40-56 tahun; sebanyak 76 kali risiko terjadinya DDP pada kelompok multiparitas dan 14,2 kali pada primiparitas. Kelompok perempuan dengan persalinan pervaginam mempunyai risiko sebanyak 1,9 kali terjadinya DDP. Kelompok postmenopause mempunyai risiko terjadinya DDP sebesar 18 kali. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian DDP ddidapatkan terbesar adalah usia diikuti oleh paritas, suku, cara persalinan dan menopause.
KESIMPULAN: Disfungsi dasar panggul mempunyai pengaruh cukup besar terhadap perempuan dan meningkat dengan usia, paritas serta penuaan.

AIM: To determine the prevalence and characteristics related to pelvic floor dysfunction PFD. including pelvic organ prolapse POP. urinary incontinence UI. and fecal incontinence FI in RSCM outpatient clinic.
BACKGROUND: Pelvic floor dysfunction including pelvic organ prolapse, urinary incontinence and fecal incontinence. Prevalence of pelvic organ prolapse increasing with age. Changes in the demographics of the world population will generate. greater impact on women, which will increase gynecological disorders which will impact the services demand related to PFD. It is estimated that demand of DDP services in the next 30 years will increased as much as twice of the population. The embarrassment and discomfort during the pelvic floor examination is. significant limitation for those who come to the clinic.
DESIGN AND METHODOLOGY: Cross sectional study was conducted in the RSCM outpatient clinic, patients selected using consecutively sampling lasted from January until April 2016 at the gynecology, endocrinology and uroginekologi RSCM outpatient clinic. Data were taken from the study subjects using research form and pelvic floor examination using POP. form.
RESULTS: total of 197 subjects obtained in this study, the prevalence of patients with PFD found 33. The prevalence of POP was 26.4 UI case of 15.3 and the case of FI of 2.5. Chi square test performed to assess the relation between individual characteristics and PFD, found women aged 60 years and aged 40 59 years have probability 69 and 14 times respectively to developed PFD.The probability of developing PFD are 76 and 14,2 times in multiparity and primiparity. Woman with vaginal delivery had. change to developed PFD 1,9 times. Postmenopausal woman had. probability 18 times developing PFD. Strongest risk factor in PFD are age parity, race, mode of delivery and postmenopausal women.
CONCLUSION: Pelvic floor disorder affect. substantial of women and increases with age, parity and aging.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Audrey Darmadi
"Latar Belakang: Retinoblastoma adalah keganasan intraokular paling sering dan juga salah satu tumor padat tersering pada anak-anak. Di negara berkembang dimana terdapat perawatan dan deteksi dini yang baik, prognosis umumnya baik dengan tingkat kesintasan tinggi. Sayangnya, di negara berkembang termasuk Indonesia diagnosis umumnya tertunda dan kesintasan masih rendah. Hitung darah lengkap merupakan uji yang secara relative mudah dan murah serta dikatakan dapat memberikan informasi prognostik yang bernilai dan membantu menilai kesintasan pada berbagai jenis kanker. Namun, studi mengenai hal tersebut masih sangat sedikit pada kasus retinoblastoma.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara profil darah tepi pada presentasi awal dan kesintasan pada retinoblastoma.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang retrospektif dengan cara mengumpulkan rekam medis pasien retinoblastoma yang didiagnosis sejak Januari 2011 sampai Desember 2013 di Rumah Sakit Ibu dan Anak Cipto Mangunkusumo 'Kiara'. Demografi dan profil klinis pasien dikumpulkan dan keluaran dikategorikan menjadi event mati dan censored tidak mati . Analisis kesintasan dilakukan menggunakan metode Kaplan Meier dengan SPSS.
Hasil: Analsis survival dengan metode Kaplan-Meier dan log-rank test menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antar kesintasan pasien, baik berdasarkan status hemoglobin p=0,219 , status leukosit p=0,903 , dan status trombosit p=0,649 sebelum menerima terapi sistemik. Namun demikian, terlihat ada trend kesintasan.

Background: Retinoblastoma is the most common intraocular malignancy and is also one of the most common solid tumors in children. In developed countries where treatment is good and early detection is available, the prognosis and survival is good. Unfortunately, in developing countries including Indonesia diagnosis is still often delayed and survival is still low. Complete blood count as a relatively accessible and affordable test has been studied to provide valuable prognostic information and help in assessing the survival in various types of cancers. However, such studies is still very limited in retinoblastoma cases.
Objectives: This study aims to identify the relation between peripheral blood profile on first presentation and survival in retinoblastoma.
Methods: This study uses retrospective cross sectional study design by collecting medical records of retinoblastoma patients diagnosed from January 2011 to December 2013 in Cipto Mangunkusumo Children and Maternal Hospital 'Kiara'. The demography and clinical profile of patients is collected and outcome is categorized into event dead and censored not dead. Survival analysis is done using Kaplan Meier with SPSS.
Results: Survival analysis using Kaplan Meier method and log rank test shows no significant difference in survival between patients, either according to hemoglobin status p 0,219 , leukocyte status p 0,903 , and thrombocyte status p 0,649 before receiving systemic therapy. Nevertheless, there seem to be a trend of lower mean survival in group with abnormal Hb and leukocyte, although such relation is not seen in thrombocyte.Conclusion Although there is no significant relation, there seem to be a trend in which patients with worse peripheral blood profile has worse survival.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Celina Azhura Harmen
"Duktus arteriosus persisten adalah penyakit jantung bawaan yang terjadi ketika duktus arteriosus gagal menutup tepat waktu. Beberapa faktor termasuk usia prematur, berat badan lahir rendah, sindrom genetik, usia ibu selama kehamilan, diabetes ibu, merokok orang tua dikatakan sebagai faktor risiko duktus arteriosus persisten. Untuk profil klinis, beberapa penelitian telah menunjukkan jenis kelamin, kelompok usia, keluhan utama, komplikasi, dan manajemen duktus arteriosus persisten terisolasi yang umum ditemukan. Namun, informasi faktor risiko dan profil klinis pasien duktus arteriosus persisten terisolasi di RS Cipto Mangunkusumo masih belum jelas, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mencari tahu informasi tersebut.
Metode: Studi potong lintang ini dilakukan dengan melibatkan 39 pasien duktus arteriosus persisten yang diisolasi dan 39 pasien kontrol dari RS Cipto Mangunkusumo pada tahun 2020. Setelah dilakukan simple random number sampling, data dikumpulkan dari rekam medis dan/atau melalui wawancara pasien. Selanjutnya, data dianalisis menggunakan Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 24 untuk Mac. Analisis asosiasi variabel diselidiki menggunakan Pearson Chi-squared Test, Fisher’s Exact Test, and Kruskal-Wallis Test.
Hasil: Profil pasien duktus arteriosus persisten terisolasi memiliki beberapa perbedaan dengan kelompok kontrol. Untuk faktor risiko, kelahiran prematur (p=0,003), berat badan lahir rendah (p=0,01), dan adanya sindrom genetik (p=0,013) dikonfirmasi sebagai faktor risiko duktus arteriosus persisten terisolasi pada populasi ini. Namun, riwayat merokok ibu selama kehamilan (p=0,494), usia ibu saat hamil (p=0,349), ayah yang merokok (p=0,364), dan diabetes ibu (p=1,00) tidak terbukti meningkatkan risiko duktus arteriosus persisten terisolasi dalam populasi ini.
Kesimpulan: Studi ini mengungkapkan hubungan yang signifikan antara kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan sindrom genetik dengan duktus arteriosus persisten terisolasi. Selain itu, penelitian ini juga menjelaskan secara luas profil klinis pasien duktus arteriosus persisten terisolasi pada populasi ini. Namun, penelitian lebih lanjut direkomendasikan untuk membangun bukti yang lebih kuat dan untuk mengeksplorasi faktor risiko yang tidak dapat dianalisis dalam penelitian ini dan penelitian lebih lanjut harus menggunakan populasi yang lebih besar untuk menghasilkan data profil pasien yang lebih baik.

Introduction: Patent ductus arteriosus (PDA) is a congenital heart disease that happens when the ductus arteriosus fail to close in a timely manner. Several factors including premature age, low birth weight, genetic syndrome, maternal age during pregnancy, maternal diabetes, parental smoking are said to be the risk factors of patent ductus arteriosus. For clinical profile, several studies have shown the commonly found gender, age group, main complains, complications, and managements of isolated PDA. However, the information for risk factors and the clinical profile of isolated PDA patients in Cipto Mangunkusumo Hospital is still unclear, thus a study is needed to explore these information.
Method: This cross-sectional study was conducted involving 39 isolated PDA patients and 39 control patients from Cipto Mangunkusumo Hospital in 2020. After a simple random number sampling, data were gathered from the medical records and/or through patient interview. Next, the data were analyzed using the Statistical Package for Social Sciences (SPSS) version 24 for Mac. Analysis of association of the variables were investigated using the Pearson Chi-squared Test, Fisher’s Exact Test, and Kruskal-Wallis Test.
Results: The profile of isolated PDA patients have several differences with the control group. For the risk factors, preterm birth (p=0.003), low birth weight(p=0.01), and presence of genetic syndrome(p=0.013) are confirmed as the risk factors of isolated PDA in this population. However, maternal smoking history during pregnancy (p=0.494), maternal age during pregnancy (p=0.349), paternal smoking (p=0.364), and maternal diabetes (p=1.00) weren’t proven to increase the risk for isolated PDA in this population.
Conclusion: This study revealed significant association between preterm birth, low birth weight, and genetic syndrome with isolated PDA. In addition, this study also explained extensively the clinical profiles of isolated PDA patients in this population. However, further studies are recommended to establish stronger evidence and to explore risk factors that couldn’t be analyzed in this study and more studies should use bigger population to yield a better patient profile data.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ece Yurika Wulandari
"Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak pada balita di Indonesia. Tingginya tingkat kejadian pneumonia pada balita dapat berhubungan dengan rendahnya pengetahuan, sikap serta perilaku orangtua terhadap pneumonia dan pencegahannya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku orangtua balita tentang pneumonia. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional. Data diambil dari wawancara berdasarkan kuesioner terhadap orangtua pasien balita berusia 9 bulan - 5 tahun tahun di RSCM Kiara tahun 2015. Analisis data dilakukan menggunakan uji Chi Square atau Fisher. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional. Data diambil dari wawancara berdasarkan kuesioner terhadap orangtua pasien balita berusia 9 bulan - 5 tahun tahun di RSCM Kiara tahun 2015. Analisis data dilakukan menggunakan uji Chi Square atau Fisher. Dari 96 subjek didapatkan 51 orang (53,1%) memiliki kategori pengetahuan cukup baik, 74 orang (77,1%) memiliki sikap positif, dan 49 orang (51%) berperilaku baik terhadap pencegahan pneumonia. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan perilaku orangtua tentang pneumonia (p= 0,712). Hubungan tidak bermakna juga didapatkan antara sikap dengan perilaku orangtua (p=0,649). Lebih dari setengah subjek memiliki pengetahuan dan perilaku yang baik, sedangkan tiga perempat subjek memiliki sikap postitif tentang pneumonia. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku orangtua tentang pneumonia.

Pneumonia is one of the most leading causes of death among under 5 children in Indonesia. The high incidence of pneumonia among under 5 children might be related to parents low level of knowledge, attitude, and behavior regarding pneumonia and its prevention.. This study was a cross-sectional study. Data was collected from parents of children aged 9 months - 5 years, using guided questionnaire, in RSCM Kiara during September 2015. The data was analyzed by Chi Square or Fisher test. There were 96 subjects recruited and 51 subjects (53,1 %) had fair knowledge, 74 subjects (77,1 %) had positive attitude, and 49 subjects (51 %) had good behavior regarding pneumonia. There were no significant associations between the level of knowledge toward parents’ behavior (p = 0,712), nor between the level of attitude toward parents’ behavior (p = 0,649) regarding pneumonia. Based on the research, more than a half of the subjects had good knowledge and behavior, while three quarters of the subjects had positive attitude regarding pneumonia. There were no significant associations between knowledge and attitude toward parents’ behavior regarding pneumonia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>