Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195586 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Moza Arafati
"Tingginya kerentanan lansia terhadap risiko infeksi hingga kematian akibat COVID-19 menimbulkan masalah kecemasan pada lansia terhadap risiko tertular COVID-19. Peran keluarga dalam memberikan dukungan bagi lansia sangat penting, mengingat keluarga merupakan kelompok sosial yang paling penting dan paling dekat dengan lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan dari keluarga dengan tingkat kecemasan lansia tentang risiko tertular COVID-19. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan cross sectional dan pemilihan sampel dengan teknik cluster random sampling, yaitu sebanyak 107 lansia. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa dukungan dari keluarga memiliki hubungan yang kuat dengan kecemasan lansia terhadap risiko tertular COVID-19 (p value = 0.000). Penelitian ini merekomendasikan pemberi layanan kesehatan, terutama perawat komunitas untuk memberikan penguatan terhadap dukungan dari keluarga, terutama dukungan instrumental dengan memfasilitasi keluarga yang merawat lansia untuk ikut terlibat dalam memberikan dukungan dan perawatan bagi lansia terutama pada masa pandemi COVID-19 atau masa penyebaran penyakit menular. Hal tersebut dapat dilakukan melalui program penyuluhan yang dilakukan dengan mendatangi secara langsung keluarga yang merawat lansia untuk mengidentifikasi dan memberikan penguatan terhadap dukungan dari keluarga bagi lansia, sehingga lansia dapat merasakan dukungan dari keluarga secara maksimal.

The high vulnerability of elderly to the risk of infection to death from COVID-19 raises anxiety problem in the elderly against the COVID-19 transmission risk. The role of the family in providing support for the elderly is very important, considering that the family is the most important and the closest social group to the elderly. This research aimed to identify the correlation between the family support and elderly’s anxiety of COVID-19 transmission risk. This study used cross sectional design and cluster random sampling technique as the sample selection, applied to 107 elderly. Based on the results of the study, family support had a strong correlation with elderly’s anxiety of COVID-19 transmission risk (p value = 0.000). This study recommends health care providers, especially community nurses, to provide reinforcement of family support, especially instrumental support by facilitating the family who care for elderly to be involved in providing support and care for the elderly, during the COVID-19 pandemic or the spread of infectious diseases. It can be done by visiting the families who care for elderly directly to indentify and provide reinforcement of family support for the elderly, so that elderly can feel the support from their families.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Fitria
"Bencana kebakaran pasar menyebabkan fungsi ekonomi para pedagang hilang. Hal ini menyebabkan muncul permasalahan psikologis salah satunya ansietas. Psychological capital merupakan personal ability yang dimiliki individu yang diharapkan mampu menjadi sumber positif untuk pulih dari bencana. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan psychologycal capital hope, self efficacy, resilience, optimism dengan ansietas pada korban kebakaran pasar diwilayah Jakarta Pusat. Desain yang digunakan cross-sectional dengan metode nonprobability sampling. Responden berjumlah 174 orang. Analisa data menggunakan Independent T Test dan Chi-Square.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan psychological capital self efficacy optimism dengan ansietas pada korban kebakaran pasar diwilayah Jakarta Pusat. Hasil juga menunjukkan bahwa jumlah kios yang terbakar dalam jumlah banyak akan menaikkan ansietas korban sebesar 4,845 kali lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kios yang sedikit. Penelitian ini merekomendasikan psychological capital menjadi bagian pengkajian keperawatan bencana, sebagai dasar pemberian intervensi keperawatan bencana.

The market fire disaster caused economic functionality disappear. This causes the emergence of psychological problems one of them is anxiety. Psychological capital is a personal ability possessed by individuals who are expected to be a positive source to recover from disaster. The purpose of this research is to know the relation of psychological capital hope, self efficacy, resilience, optimism with anxiety to victim of fire of market in Central Jakarta region. The design used is cross sectional with nonprobability sampling method. Respondents numbered 174 people. Data analysis using Independent T Test and Chi Square.
Result of research indicate relationship of psychological capital self efficacy optimism with anxiety to victim of fire of market in area of Central Jakarta. The results also show that the number of booths burned in large quantities will increase the anxiety of victims by 4.845 times higher than the small number of booths. This study recommends psychological capital to be part of the assessment of disaster nursing, as the basic for providing disaster nursing interventions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47623
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaerul Nisa
"Tidur merupakan kebutuhan dasar agar tubuh dapat berfungsi dengan baik. Remaja merupakan salah satu kelompok umur yang sering mengalami masalah kualitas tidur buruk. Remaja rentan mengalami masalah kualitas tidur yang buruk karena penyesuaian berbagai faktor dan gaya hidup. Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan munculnya risiko kesehatan baik fisik dan psikis serta terganggunya perkembangan kognitif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kualitas tidur dan hubungannya dengan durasi tatap layar, kecemasan, aktivitas fisik, dan kebiasaan tidur pada remaja di SMA Negeri 1 Kebumen tahun 2024. Studi ini menggunakan desain cross-sectional dengan responden sebanyak 304 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,6% responden memiliki kualitas tidur yang baik. Analisis bivariat yang dilakukan memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan (p-value < 0,001) dengan nilai OR 8,971 dan kebiasaan tidur (p-value < 0,001) dengan nilai OR 3,24 dengan kualitas tidur remaja. Kemudian dari analisis bivariat juga memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara durasi tatap layar dan aktivitas fisik dengan kualitas tidur remaja (p-value>0,05). Intervensi mengenai tips mengontrol kecemasan dan edukasi terkait kebiasaan tidur yang baik diharapkan dapat diterapkan di sekolah untuk meningkat kualitas tidur remaja.

Sleep is a basic need for the body to function properly. Adolescents are one of the age groups that often experience poor sleep quality problems. Adolescents are susceptible to poor sleep quality problems due to adjustments to various factors and lifestyles. Poor sleep quality can lead to physical and psychological health risks and disrupt cognitive development. This study was conducted to determine the picture of sleep quality and its relationship with screen time, anxiety, physical activity, and sleep hygiene in adolescents at SMA Negeri 1 Kebumen in 2024. This study used a cross-sectional design with 304 students as respondents. The results showed that 53,6% of respondents had good sleep quality. The bivariate analysis showed that there was a significant relationship between anxiety (p-value <0.001) with an OR value of 8.971 and sleep hygiene (p-value <0.001) with an OR value of 3.24 with adolescent sleep quality. Then the bivariate analysis also showed that there was no significant relationship between screen time and physical activity with adolescent sleep quality (p-value>0.05). Interventions regarding tips for controlling anxiety and education regarding good sleep hygiene are expected to be implemented in schools to improve the quality of adolescent sleep.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dionisius Agnuza Jagadhita
"Kecemasan adalah masalah kesehatan mental yang paling umum terjadi pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan prevalensi, insiden, serta faktor psikososial yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan tinggi pada remaja. Penelitian menggunakan dua set data yang diambil dari partisipan yang sama pada tahun 2019 dan 2020. Terdapat 713 orang remaja yang berpartisipasi dalam penelitian ini, dengan usia antara 18-23 tahun (n perempuan = 54,6%). Prevalensi masalah kecemasan pada tahun 2020 adalah 68,7%, lebih tinggi dari angka di tahun sebelumnya (61,2%). Penelitian menemukan angka insiden sebesar 15 kasus setiap 100 orang dalam populasi selama satu tahun. Hasil penelitian menemukan model psikososial yang dapat secara signifikan mempengaruhi tingkat kecemasan remaja (R2 = 14.8%). Model akhir menunjukkan lima faktor risiko terhadap tingkat kecemasan, yaitu jenis kelamin (OR = 1.57), masalah emosional (OR = 1.22), kedekatan pertemanan (OR = 1.07), komunikasi dengan orangtua (OR = 1.05), serta alienasi dari orangtua, yang dinilai secara terbalik (OR = .94). Terdapat prevalensi dan insiden kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Faktor psikososial menunjukkan bahwa remaja yang berjenis kelamin perempuan, memiliki masalah emosional, memiliki tingkat komunikasi yang tinggi dengan orangtua, memiliki kedekatan dengan teman sebaya, serta mengalami alienasi dari orangtua, lebih rentan untuk memiliki tingkat kecemasan tinggi.

Anxiety is the most prevalent mental health problem that occurs for adolescents. This research aims to discover the prevalence and incidence rate, and also psychosocial determinants that took part in predicting the occurrence of anxiety. A set of paired data acquired in 2019 and 2020 was used. The total sample was 713 late adolescents between 18-23 years (n female = 54.6%). The prevalence for anxiety in 2020 was 68.7%, higher than the previous year (61.2%). An incidence rate of 15 cases per 100 person-years was found. The final model indicated several psychosocial determinants as significant risk factors of anxiety (R2 = 14.8%), which were gender (OR = 1.57), emotional problems (OR = 1.22), friendship closeness (OR = 1.07), and parental communication (OR = 1.05). Parental alienation (scored in reverse) was found to be a significant protective factor (OR = .94). The prevalence and incidence rate of anxiety were found to be higher than that of previous studies. The psychosocial determinants indicated that females, individuals with emotional problems, those who had high communication level with their parents, those who were close to their friends, and those who experienced alienation from their parents were more at risk to show high anxiety levels."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Sari Rizkiyah
"Anomali kongenital dapat mengakibatkan kematian pada anak apabila tidak ditangani secara tepat. Pembedahan merupakan intervensi utama untuk mencegah mortalitas, namun dapat menimbulkan kecemasan pada orang tua. Kecemasan orang tua erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan pra-operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan pra-operasi dan tingkat kecemasan orang tua pada anak dengan anomali kongenital. Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang (cross sectional) dengan metode consecutive sampling yang melibatkan 125 orang tua. Instrumen yang digunakan adalah instrumen pengetahuan pra-operasi dan State Trait Anxiety Inventory Form Y-1 (STAI Form Y-1). Analisis uji statistik menggunakan uji Chi-square dan Fisher exact. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan pra-operasi dan tingkat kecemasan orang tua pada anak dengan anomali kongenital (p= 0,014;α= 0,05). Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan ilmu keperawatan dimasa yang akan datang terkait edukasi pra-operasi untuk menurunkan tingkat kecemasan orang tua.

Congenital anomalies can result in death in children if not handled properly. Surgery is the main intervention to prevent mortality, but it can cause anxiety in the parents. Parental anxiety is closely related to the level of pre-operative knowledge. This study aimed to identify the relationship between preoperative knowledge and parents’ anxiety in children with congenital anomalies. The research design was cross-sectional with a consecutive sampling method involving 125 parents. The instruments used were preoperative knowledge instruments and State-Trait Anxiety Inventory Form Y-1 (STAI Form Y-1). Statistical test analysis using the Chi-square test and Fisher's exact. The results showed that there was a significant relationship between the level of preoperative knowledge and the anxiety level of parents in children with congenital anomalies (p= 0,014; α= 0,05). This research is expected to be useful for the development of nursing science in the future related to pre-surgery education to reduce parents' anxiety levels."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syena Aulia Tasya Pratiwi
"Fenomena kegiatan menggemari budaya korea terutama dari sektor industri musik yaitu K-pop marak terjadi di kalangan remaja. Pada masa remaja mereka mengalami masa transisi atau peralihan dari usia kanak-kanak menuju usia dewasa yang berisiko mengalami gangguan kesehatan mental. Usia remaja menjadi tempat proses dalam mencari jati dirinya yang mencari sosok figure yang dapat dicontohnya dan tak sedikit dari mereka memiliki sosok figure dari tokoh idola korea yang mereka gemari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat stres, kecemasan, dan depresi di wilayah kabupaten tangerang. Penelitian deskriptif ini menggunakan metode purposive sampling dimana mengikutsertakan 108 remaja penggemar K-pop yang berdomisili di Kabupaten Tangerang. Data penelitian dikumpulkan pada bulan Juni 2024 dengan menggunakan kuesioner DASS-42 (Depression, anxiety,stress scale). Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami stres tingkat sedang (33.33%), kecemasan tingkat sangat berat (33.33%) dan depresi tingkat normal (42.59%). Studi ini juga meneliti karakteristik responden seperti jenis kelamin, usia, pendidikan, dan ekonomi dimana mayoritas penelitian diikuti oleh remaja akhir (69.44%), paling banyak diikuti remaja yang berjenis kelamin perempuan (95.4%), responden mayoritas berasal dari perguruan tinggi (49.07%) dan mayoritas bersumber pendapatan masih ditanggung oleh orang tua (90.74%). Adanya perbedaan tingkat stres, kecemasan, dan depresi kemungkinan dipengaruhi oleh peggunaan coping strategy menggemari K-pop. Saran untuk penelitian selanjutnya dapat menganalisa lebih lanjut terkait hubungan tingkat stres, kecemasan dan depresi terhadap perilaku menggemari K-pop dengan memperhatikan keseimbangan pada karakteristik responden.

The phenomenon of Korean culture, especially from the music industry, is that K-pop is common among teenagers. In adolescence they experience a transition or transition from childhood to adulthood at risk of mental health disorders. Adolescence is the process of finding a figure that can be portrayed and not a few of them have the figure of a Korean idol that they love. The aim of this study is to get a picture of the levels of stress, anxiety, and depression in the district. This descriptive study uses a purposive sampling method involving 108 K-pop teenagers residing in Tangerang District. Research data collected in June 2024 using the DASS-42 questionnaire (Depression, anxiety,stress scale). The study also examined the characteristics of respondents such as gender, age, education, and economics where the majority of the study was followed by late adolescents (69.44%), the most followed adolescents of the female type (95.4%), respondents were mostly from college (49.07%) and the main source of income was still borne by parents (90.74%). There are differences in the levels of stress, anxiety, and depression that are likely to be influenced by the use of coping strategies by K-pop fans. Recommendations for further research could further analyze the relationship between levels of Stress, Anxiety and Depression to K-Pop fans' behavior by considering the balance in the characteristics of respondents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zhafira Alyani Nurfirdaus
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara parentification dan kecemasan pada remaja dari status sosial-ekonomi rendah. Sebagai tambahan, penelitian ini juga dilakukan untuk melihat gambaran parentification dan kecemasan pada remaja dari status sosial-ekonomi rendah. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Parentification diukur menggunakan Parentification Inventory (PI) yang disusun oleh Hooper (2009) yang telah diadaptasi dan diterjemahkan ke dalam konteks Indonesia. Kecemasan diukur menggunakan STAI Form Y1 yang disusun oleh Spielberger (1983) yang telah diadaptasi ke dalam konteks Indonesia dari penelitian sebelumnya oleh Suparyono (2003). Responden penelitian ini berjumlah 183 orang remaja dari status sosial-ekonomi rendah. Hasil utama penelitian ini menunjukkan bahwa parentification berkorelasi secara negatif dan signifikan dengan state-anxiety, r = -.175, n = 183, p < .05). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat parentification yang dialami remaja, maka semakin rendah pula tingkatan kecemasan yang dirasakan.

This research was conducted to find the correlation between parentification and anxiety in adolescents from lower socio-economic status. In addition, this research also aimed to depict parentification and anxiety among adolescents from lower socio-economic status. This study used the quantitative approach. Parentification was measured using a Parentification Inventory (PI) which is compiled by Hooper (2009) which has been adapted and translated into Indonesian context. Anxiety was measured using the STAI Form Y1 were compiled by Spielberger (1983) which has been adapted to the Indonesian context from previous research by Suparyono (2003). These participants of this research are 183 adolescents from lower socio-economic status. The main results of this study showed that parentification significantly and negatively correlated with state-anxiety, r = -.175, n = 183, p <.05). The results of this study stated that the higher level of parentification of one?s own, the lower his/her levels of state anxiety."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53610
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Maryati
"Penggunaan ponsel pintar berlebihan dapat menyebabkan Phantom Vibration Syndrome sehingga memicu masalah kesehatan jiwa seperti kecemasan dan interaksi sosial pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan Phantom Vibration Syndrome dengan tingkat kecemasan dan interaksi sosial remaja. Desain penelitian menggunakan deskriptif korelasi bersifat cross-sectional dengan 64 mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia angkatan 2019 yang dipilih melalui teknik Simple Random Sampling. Pengumpulan data dilakukan online dengan instrumen penelitian Phantom Vibration Syndrome, Hamilton Anxiety Rating Scale, dan interaksi sosial. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan ada hubungan antara Phantom Vibration Syndrome dengan tingkat kecemasan (p=0,015), sedangkan uji Chi-Square juga menunjukkan ada hubungan antara Phantom Vibration Syndrome dengan interaksi sosial (p=0,026). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Phantom Vibration Syndrome berhubungan dengan tingkat kecemasan dan interaksi sosial. Phantom Vibration Syndrome dapat dicegah dengan membatasi penggunaan ponsel dan jika sudah terjadi kecemasan dapat dilakukan teknik relaksasi dan melakukan belajar secara berkelompok untuk meningkatkan interaksi sosial remaja.

The excessive use of smartphones can cause Phantom Vibration Syndrome that triggers mental health problems such as anxiety and social interaction issue. This study was conducted to identify the relationship between Phantom Vibration Syndrome with anxiety levels and social interaction in adolescents. Descriptive correlative with cross-sectional study used with 64 students of the Faculty of Nursing at the University of Indonesia batch 2019 through Simple Random Sampling. The data were collected online by using three instruments, including Phantom Vibration Syndrome, Hamilton Anxiety Rating Scale, and social interaction. This study was found that Phantom Vibration Syndrome associated with anxiety and social interaction. Spearman correlation test showed a relationship between Phantom Vibration Syndrome and anxiety level (p=0.015). Meanwhile, chi-Square test also found a relationship between Phantom Vibration Syndrome and social interaction (p=0.026). Phantom Vibration Syndrome can be prevented by limiting smartphone usage. If anxiety has occurred, relaxation techniques can be used and group study can be useful to improve adolescent social interaction.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyun Setiyawati
"Kecemasan lanjut usia (lansia) dapat disebabkan oleh ketidaksiapan mental menjalani proses menua. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik lansia dan perubahan proses menua dengan tingkat kecemasan di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur. Desain penelitian adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 79 lansia yang diambil secara purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan 55,7% lansia mengalami kecemasan ringan dan 44,3% kecemasan sedang. Teridentifikasi adanya hubungan antara jenis kelamin (p =0,004) dan perubahan proses menua (p = 0,028) dengan tingkat kecemasan. Pihak panti disarankan untuk memberikan pelatihan menangani kecemasan untuk petugas panti.

"Anxiety in elderly can be caused by mental unpreparedness undergo aging" "process. The aim was to determine the relationship of elderly characteristics and aging process changes with the level of anxiety at the elderly social institution Bina Mulia 1. A descriptive correlation design was applied and 79 samples were taken by purposive sampling.
The results showed 55,7% elderly experiencing mild anxiety and 44,3 % were moderate. The relationship between sexes (p =0,004) and aging process changes (p= 0,028) with the level of anxiety were identified. The social institution is advised to provide staff training about dealing with elderly anxiety.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S52852
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>