Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132693 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Desandra Puspita Nugraha
"ABSTRACT
Latar belakang: Efek samping tindakan odontektomi yang sering terjadi adalah pembengkakan dan rasa nyeri.Banyak praktisitelah menggunakan terapi dingin untuk mengurangi pembengkakan dan rasa nyeri pasca odontektomi, namun masih sedikit dokter gigi yang menggunakan terapi dingin berupa larutan irigasi bersuhu dingin saat tindakan odontektomi. Tujuan: Mengevaluasi efek pemberian irigasi bersuhu dingin terhadap pembengkakan dan rasa nyeri pasca odontektomi. Metode penelitian:Studi prospektif pada pasien RSKGM FKG UI dengan gigi impaksi dan menjalani tindakan odontektomi. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok pasien yang mendapat perlakuan larutan irigasi bersuhu dingin dan kelompok kontrol larutan irigasi bersuhu kamar. Pembengkakan dan intensitas nyeri pasien pada kedua kelompok diukur dan dibandingkan pada hari H, ke-3, dan ke-7. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna (p<0.05) antarapembengkakan pada kelompok pasien yang diberikan larutan irigasi bersuhu dingin dengan kelompok pasien yang diberikan larutan irigasi bersuhu kamar, namun tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0.05) antara rasa nyeri pada kelompok pasien yang diberikan larutan irigasi bersuhu dingin dengan kelompok pasien yang diberikan larutan irigasi bersuhu kamar. Kesimpulan: Larutan irigasi bersuhu dingin berpengaruh terhadap pembengkakan, namun tidak berpengaruh pada rasa nyeri pasca odontektomi. Background: Side effects of mandibular third molar surgery that happen occur are swelling and pain. Many practitioners have used cold therapy to reduce swelling and pain after third molar surgery, but the use of cold irrigation solution by dentist is still rare. Objective: To evaluate the effect of cold irrigation solution on swelling and pain after third molar surgery. Methods:  Prospective study on patients in RSKGM FKG UI with impacted teeth and underwent third molar surgery. Patients were divided into two groups; intervention group with cold irrigation solution and control group with room temperature irrigation solution. Swelling and pain intensity on both groups were measured and compared on operative day, days 3 and 7 post operative. Result: There was significant swelling difference between both group, but there was no significant pain difference between both group. Conclusion: Cold irrigation solution effects swelling after third molar surgery, but doesnt effect the pain."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Chandra
"Gigi molar tiga merupakan gigi yang paling sering mengalami impaksi. Distribusi dan frekuensi impaksi gigi molar tiga yang mengakibatkan karies pada gigi molar dua dapat diteliti lebih lanjut.
Tujuan : Melihat dan menganalisis distribusi frekuensi karies pada gigi molar dua terkait impaksi gigi molar tiga rahang bawah berdasarkan usia dan jenis kelamin.
Bahan dan metode : Analisis dilakukan pada 442 kasus impaksi gigi pasien RSKGM FKG UI periode Januari 2014-Desember 2016 dengan melihat data sekunder pasien.
Hasil : Jumlah kasus karies pada gigi molar dua terkait impaksi gigi molar tiga rahang bawah pada jenis kelamin perempuan lebih besar dibanding jenis kelamin laki-laki dengan perbandingan persentase 54.9 : 45.1 atau 1,2 : 1. Sedangkan untuk kelompok usia yang mengalami kasus karies terkait impaksi gigi molar tiga rahang bawah berturut-turut adalah sebagai berikut : kelompok usia 16-25 tahun 42.4, 26-35 tahun 42.4, 36-45 tahun 12.5, 46-55 tahun 2.2, 55-65 tahun 0 dan 66-75 0.5.
Kesimpulan : Kelompok usia 21-25 tahun berjenis kelamin perempuan lebih rentan mengalami karies pada gigi molar dua terkait impaksi gigi molar tiga.

Impacted third molars often occur. Frequency and distribution of impacted third molars accociated with caries on second molars needs to be investigated.
Aim: To know and analyze the frequency distribution of caries on second molars associated with impacted mandibular third molars based on age group and gender.
Method: 442 Medical records of patients with impacted teeth in RSKGM FKG UI period of Januari 2014 December 2016 were analyzed.
Results: Female were more involved than male with percentage of 54.9 45,1 or 1,2 1. Based on age group, caries on second molars associated with impacted mandibular third molars are age group 16 25 years old 42.4, 26 35 years old 42.4, 36 45 years old 12.5, 46 55 years old 2.2, 55 65 years old 0 and 66 75 0.5.
Conclusion: Female within the age group of 21 25 years old have the highest risk in caries on second molars associated with thirs molars impaction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Coen Pramono Danudiningrat
"Odontektomi merupakan suatu tindakan bedah di bidang Kedokteran Gigi yang paling sering dilakukan, sehingga selalu menarik bagi klinisi untuk terus ingin melatih drinya agar dapat melakukan odontektomi dengan baik."
Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair (AUP), 2012
617.605 COE o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Indah
"Latar belakang: Cedera duktus bilier sewaktu operasi laparoskopi kolesistektomi berpotensi menimbulkan masalah untuk pasien dan ahli bedahnya. Rekonstruksi duktus bilier cukuplah sulit dimana diagnosis dini dan tatalaksana yang tepat diperlukan untuk mencegah morbiditas lanjut dan komplikasi yang mengancam jiwa. Operasi koreksi oleh ahli bedah hepatobilier yang berpengalaman di rumah sakit pusat rujukan penting untuk menjamin keberhasilan rekonstruksi.
Metode: Sepanjang Juni 2010 hingga Juni 2015 terdapat 7 kasus cedera saluran bilier. Dilakukan penelitian secera retrospektif, mengevaluasi karakteristik, tindakan dan keluaran dari operasi rekonstruksi.
Hasil: Satu dari 7 kasus cedera duktus bilier ditangani secara endoskopi, selebihnya menjalani pembedahan. Lima kasus (83,3%) menjalani operasi koreksi yang ditunda. Mean interval dari waktu terjadinya cedera hingga saat rujukan adalah 45 hari (median 45 hari). Mean interval dari waktu terjadinya cedera hingga operasi rekonstruksi adalah 182 hari (median 65 hari). Semua pasien mengalami biloma, dua pasien telah dilakukan drainase sebelum dirujuk. Satu pasien datang dengan ikterus dan 3 pasien mengalami peningkatan kadar bilirubin. Berdasarkan kolangiografi pra operasi; dua pasien dengan cedera Strassberg E3 dan satu pasien dengan cedera Strassberg E1. Dua pasien lain masing-masing mengalami cedera Strassberg C dan D. Pada semua pasien dilakukan rekonstruksi hepatikoyeyunostomi Roux en Y dan stent internal dipasang pada 2 pasien. Stent internal ini dilepas masing-masing pada hari post operatif ke-18 dan ke-20. Rerata durasi operasi adalah 4 jam 42 menit. Rerata durasi rawat inap adalah 38,2 hari. Hanya satu pasien yang mengalami morbiditas pasca operasi. Pasien ini memerlukan tindakan operasi untuk memperbaiki luka operasi yang terbuka. Dilakukan pemantauan pasca operasi selama 6-24 bulan. Semua pasein tidak ada yang mengalami ikterus maupun kolangitis pada periode tersebut.
Simpulan: Tindakan koreksi operatif pada cedera duktus bilier akan menunjukkan hasil yang baik bila dilakukan oleh ahli bedah hepatobilier yang berpengalaman. Hepatikoyeyunostomi merupakan tindakan yang terbaik untuk mengembalikan kontinuitas aliran bilier. Follow up jangka panjang tetap dibutuhkan untuk melihat keluaran pada seluruh pasien.

Background: Bile duct injury (BDI) during laparoscopic cholecystectomy (LC) procedure bears problem for the patients and the surgeon. Biliary reconstruction is often challenging while prompt diagnosis and proper treatment are needed to prevent long term morbidity and life threatenting complications. Surgical repair by an experienced hepatobiliary surgeon in a tertiary care is important to ensure the success of the reconstruction.
Methods: From June 2010 to June 2015 there are 7 BDI. We conduct a retrospective study by evaluating the characteristic, type of surgery and the outcome.
Results: One out of 7 BDI cases were managed endoscopically. The rest had surgical reconstruction. Five cases (83.3%) had a late surgical repair. The mean interval from the time of BDI to referral was 45 days (median 45 days). The mean interval from the time of BDI to the reconstruction surgery was 182 days (median 65 days). All of the patients had biloma, two patients had drainage prior of the referral. One patient had clinical jaundice, three patients with slightly elevated bilirubin level. Based on the cholangiography studies prior of the surgery, two patients had Strassberg E3 injury and 1 patient had Strassberg E1 injury. Two other patients each had Strassberg C and D injury . All of the patients had a hepaticojejunostomy Roux en Y reconstruction; an internal stent was placed in two patients. The internal stent were removed on POD 18 and POD 20. Mean operative time was 4 hours 42 minutes. Mean hospital stay was 38.2 days. Only one patient developed a post operative morbidity. She needed another surgery to repair the burst abdomen. The follow up period range from 6-24 months. All patients did not develop jaundice or cholangitis during that period.
Conclusion: Surgical repair for BDI will show a better outcome when being done by an experienced hepatobilliary surgeon. Hepaticojejunostomy offers the best chance to restore the continuity of the biliary flow. A long term follow up still needed to see the overall result on these patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Ristiyanto
"ABSTRAK
Fistel enterokutan (FEK) mengakibatkan sepsis, malnutrisi, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Tujuan penelitian ini supaya diketahuinya faktor risiko yang mempengaruhi penyembuhan FEK. Penelitian ini dirancang secara potong lhe purpose of this study be discovered the risk factors that affect ECF healing. The study was designed as a cross-sectional retrospective analytic, by recording medical records for the period January 2007 - December 2011 at Cipto Mangunkusumo Public Hospital. Obtained 69 cases, the appropriate inclusion criteria 57 cases, aged 17-76 years, the highest in the group 31-45 years, male 37 cases, 54 cases of post-operative, 3 cases of spontaneous. Factors that affect healing is albumin levels> 3.0 mg / dl 3.8 times, low output fistula 2.9 times, colon fistula site 2.9 times, Subjective Global Assessment A and B 1.6 times. Factors that affect healing is good nutrition, low output fistula, colon fistula site.intang retrospektif analitik, dengan mencatat rekam medis penderita pada periode Januari 2007 - Desember 2011 di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Didapatkan 69 kasus, yang sesuai kriteria inklusi 57 kasus, usia 17–76 tahun, terbanyak pada kelompok 31–45 tahun, laki-laki 37 kasus, 54 kasus pasca operatif, 3 kasus spontan. Faktor yang memengaruhi penyembuhan adalah kadar albumin >3,0 mg/dl 3,8 kali, fistel low output 2,9 kali, lokasi fistel kolon 2,9 kali, Subjective Global Assessment A dan B 1,6 kali. Faktor yang memengaruhi penyembuhan adalah nutrisi baik, fistel low output, lokasi fistel kolon.

ABSTRACT
Enterocutaneous fistula (ECF) resulting in sepsis, malnutrition, fluid and electrolyte imbalance. The purpose of this study be discovered the risk factors that affect ECF healing. The study was designed as a cross-sectional retrospective analytic, by recording medical records for the period January 2007 - December 2011 at Cipto Mangunkusumo Public Hospital. Obtained 69 cases, the appropriate inclusion criteria 57 cases, aged 17-76 years, the highest in the group 31-45 years, male 37 cases, 54 cases of post-operative, 3 cases of spontaneous. Factors that affect healing is albumin levels> 3.0 mg / dl 3.8 times, low output fistula 2.9 times, colon fistula site 2.9 times, Subjective Global Assessment A and B 1.6 times. Factors that affect healing is good nutrition, low output fistula, colon fistula site."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: McGrawHill education, 2015
617 SCH
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hoboken NJ: Wiley-Blackwell , 2016
617.522 MAN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press , 1992
617.026 HAM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aryono Djuned Pusponegoro
Jakarta: Sagung Seto, 2021
617 ARY b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pattiasina, Chusnul Chotimah
"PENDAHULUAN
Penelitian atau studi Tentang Impaksi Mahasiswa Fakultes Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Tahun 1985 telah mengambil mahasiswa sebagai subyek penelitian sebanyak 100 orang dari populasi sebanyak 500 orang. Sampel diambil secara random baik laki-laki maupun perempuan dengan proporsi seimbang dengan jumlah populasi. Objek pengamatan hanya dibatasi pada molar tiga bawah, di periksa secara intra oral dan pengamatan rontgent foto.
Tujuan penelitian adalah untuk melihat gambaran seberapa jauh penyebaran impaksi pada mahasiswa FKGUI dan melihat karakteristik molar tiga bawah impaksi menurut gambaran kelas, posisi, hubungan sumbu dan simetris kiri dan kanan.
Hasil yang diperoleh menunjukkan berapa luasnya impaksi yang terjadi pada subyek penelitian, yaitu mencapai setengah dari jumlah sampel yang diambil. Karakteristik impaksi pada mahasiswa FKGUI memperlihatkan gambaran adanya ketidakseimbangan pertumbuhan antara rahang kiri dan kanan pada mahasiswa perempuan sehingga impaksi yang terjadi lebih berat pada rahang sebelah kanan. Namun dalam penelitian pendahuluan ini belum dilakukan penelitian sebab-sebab mengapa terjadi ketidakseimbangan pertumbuhan molar tiga bawah tersebut.
Gigi molar tiga bawah baik kiri maupun kanan adalah gigi yang paling sering mengalami kesulitan erupsi yang memungkinkan terjadinya komplikasi seperti infeksi, rasa sakit atau fraktur rahang.
Gigi molartiga bawah yang erupsi sebagian, akan membentuk ruangan antara jaringan lunak dan mahkota gigi. Ruangan ini akan menyebabkan retensi sisa-sisa makanan yang sulit dibersihkan, dan merupakan .tempat yang baik bagi berkembang biaknya kuman-kuman karena suasananya yang lembab dan gelap. Bila terkena trauma, sekalipun kecil seperti pada waktu menyikat gigi, dapat menimbulkan infeksi. infeksi ini dapat berupa pericoronitis, bila keadaannya melanjut dapat menjadi osteomyelitis
Rasa sakit yang terjadi akibat gigi molar tiga yang tidak erupsi dapat menjalar sampai teling. Sedangkan fraktur rahang dapat terjadi karena gigi yang impaksi itu menempati sebagian besar tulang rahang. Pada kenyataannya, impaksi molar tiga bawah ini menyebabkan keluhan-keluhan subyektif pada penderita terutama rasa sakit yang ditimbulkan. Pada pengamatan kllnis penderita yang datang baik di poliklinik FKGUI maupun RSCM, diperoleh gambaran bahwa adanya berbagai macam impaksi baik posisi, klasifikasi, hubungan sumbu panjang molar tiga bawah dengan molar dua bawah serta keadaan simetrisitasnya.
"
1985
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>