Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 212295 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Clarisa Irene
"ABSTRACT
Melihat persoalan representasi pengungsi dan pencari suaka tidak seharusnya terbatas pada kajian terhadap liputan media. Tulisan ini berfokus pada self representation pengungsi di Instagram, salah satu platform media sosial yang paling banyak digunakan di dunia, yang juga tidak dapat dipahami secara terpisah dari kehidupan sehari-hari mereka sebagai pengungsi. Berangkat dari pengamatan terhadap pengungsi muda Oromo, dipahami bahwa penggunaan Instagram dan media sosial lainnya merupakan sebuah partisipasi online untuk mengisi hari-hari mereka selama hidup dalam transit. Tidak hanya memfasilitasi mereka untuk mengakses hiburan dan pengetahuan baru, Instagram juga menjadi sebuah ruang untuk mereka membangun dan mempertahankan relasi, serta merepresentasikan diri mereka sendiri, untuk berbicara tentang dan untuk diri sendiri dengan foto, video, dan caption. Hal ini termasuk merayakan momen-momen duniawi mereka, sekaligus mengakses dan mengekspresikan kegembiraan itu sendiri. Berbagai postingan mereka tersebut memicu rekonstruksi refugeeness dalam benak audiens atau sesama pengguna Instagram yang mengenal mereka sebagai pengungsi dan telah berinteraksi secara online dan offline. Oleh karena itu, tulisan ini menawarkan untuk menempatkan refugeeness dalam ruang dialektis agar membuka pemahaman yang menyeluruh dan kontekstual terhadap kehidupan para pengungsi, khususnya urban refugees yang hidup dalam transit. 

ABSRTRACT
Seeing the matter of representation of refugees and asylum seekers should not be bounded in terms of media coverage, this paper focuses on refugees self-representation in Instagram, one of the most used social media platform in the world, which also cannot be understood separately from their daily life as refugees. Drawing from the observation on young Oromo refugees, it is realized that the use of Instagram and other social media is a form of online participation to fill their days while living in transit. Not only facilitates them to access entertainment and new insights, Instagram also provides a space for them to build and maintain relations, and represent themselves, to talk about and for themselves with photos, videos and captions. This includes celebrating their mundane moments as well as accessing and expressing happiness itself. Their posts later become even more interesting in regards to its effect on the audience or other users who know them as refugees and have interacted with them online and offline, for it evokes a reconstruction of refugeeness. Therefore, this paper offers to place refugeeness in a dialectic space to open a thorough and also contextual understanding towards the lives of refugees, especially urban refugees living in transit."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Betharia Nurhadist
"ABSTRAK
Kolaborasi musik yang dilakukan bersama pengungsi Oromo asal Etiopia menjadi sebuah upaya bantuan kemanusiaan non-programatik di luar sistem intervensi humanitarian yang programatik. Upaya bantuan kemanusiaan dapat dilakukan melalui berbagai aspek atau bidang salah satunya melalui pendidikan. Institusi pendidikan seperti kampus memiliki peluang untuk memberikan pengalaman baru dan perubahan bagi individu di dalamnya. Penelitian ini secara khusus memerhatikan terciptanya arena interaksi sosial eksperimental di dalam institusi pendidikan. Berkat adanya kolaborasi musik yang berawal dari lingkungan kampus, ditemukan bahwa di dalam sebuah institusi pendidikan yang formal, programatik, serta hierarkis, dapat terbentuk sebuah arena interaksi sosial eksperimental. Arena interaksi sosial tersebut berupa sebuah grup musik bernama Poliritmik yang terdiri dari: pengungsi Oromo, mahasiswa, staf pengajar, alumni, dan musisi profesional Indonesia. Proses kreatif yang terjadi dalam Poliritmik, mulai dari proses rekaman sampai dengan tampil di atas panggung menjadi rangkaian peristiwa yang membentuk pengalaman baru dan transformatif, serta membuka peluang aktivitas baru bagi setiap individu yang terlibat. Kolaborasi berasaskan demokrasi, spontanitas, dan improvisasi ini merupakan sebuah proses dari kehidupan sosial. Penelitian yang berbasis kolaborasi musik ini menggunakan metode observasi partisipan dan wawancara mendalam yang merefleksikan bahwa praktik antropologi dapat berperan dalam kehidupan sosial dan sebagai sebuah disiplin dalam institusi akademik.

ABSTRACT
A music collaboration with Oromo refugees from Ethiopia became a non-programmatic humanitarian practice outside the programmatic humanitarian intervention system. Humanitarian aid can be done through various aspects or fields, education is one of them. Campus as an educational institution presumably provide new experiences and transformation for the individuals involved. This research specifically looks at the creation of an experimental social interaction arena in academic institution. Due to the campus-based music collaboration, it was found that in a formal, programmatic, and hierarchical academic institution, an arena of experimental social interaction can be formed. This arena of experimental social interaction called Poliritmik is a musical group that consists of refugees, students, lecturers, alumni, and Indonesian professional musicians. As an arena of experimental social interaction, Poliritmik can negotiate the categories of identity and self-representation of individuals involved. Poliritmiks creative process that starts from the recording sessions to performing on stage becomes a series of events that forms a new and transformative experience and creates other opportunities for individuals involved. A collaboration based on democracy, spontaneity, and improvisation is a process of social life. This music collaborationbased research use participant observation and interviews as methods that reflects the practice of anthropology in social life also as a discipline in academic institutions."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maunah
"Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang rekonstruksi representasi perempuan Arab di tahun 1980-an dalam novel remaja yang berjudul Faten karya Fatima Sharafeddine. Landasan teori yang digunakan adalah teori ginokritik Elaine Showalter yang menekankan pada tulisan perempuan yang berbicara tentang perempuan. Permasalahan yang diangkat di dalam penelitian ini adalah representasi perempuan Arab di tengah kultur masyarakat Arab yang patriarkal yang menempatkan perempuan Arab pada posisi yang tidak menguntungkan. Para perempuan, baik remaja maupun dewasa dituntut secara budaya untuk tunduk pada kekuasaan laki-laki. Hal ini yang dipotret oleh Fatima Sharafeddine dalam novelnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat rekonstruksi representasi perempuan yang diwakili oleh para tokoh remaja perempuan di dalam novel. Remaja perempuan sanggup memenangkan cita-cita dan keinginannya yang bertentangan dengan konstruksi budaya patriarkal melalui berbagai strategi. Di samping itu, berdasarkan penelitian ini, remaja perempuan di dalam novel juga mampu menjadi diri mereka (self) dan menemukan dunia mereka sendiri.

This thesis is a research about the reconstruction of Arabic women representation in young adult literature that the titled Faten by Fatima Sharafeddine. The researcher will apply gynocritic theory by Elaine Showalter that focus on women?s writing that speak about women. The problem in this research is about Arabic women representation in the pathriarchal culture. Almost all of Arabic women still in the marginal position.
From this study, the researcher find the reconstruction of women representation that showed by adolescent in this novel. Women adolescent can reach their dreams which are contrary to the construction of pathriarchal culture by any strategy. Moreover, based on the research, woman adolescents in this novel can be themselves & find their own world in their lives.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
T30799
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"At the present time, public?s access to news sources is no longer limited. Mass audiences are offered not only different coverage of an issue but also completely different sides of story with opposing beliefs. Essentially, the purpose of this essay is to examine these differences and how they can be very distinct to one another. In this essay, there are two types of media in which become the focuses of study ? they are mainstream and alternative media. These media have their own strong characteristics and contradictory in many aspects, this essay will analyse one media outlet from each type of media ? such as, CNN in which will represent mainstream media and Counterpunch, its alternative counterpart. The methods are applied in this essay are observation and comparisons approaches. Finally, This essay will do an in-depth analysis of how Syrian Conflict is interpreted differently by Mainstream and Alternative media."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Masinambow, Arnold A E.
"Tulisan ini berusaha memetakan pengetahuan pengungsi dan pencari suaka di Indonesia yang relatif masih jarang mendapatkan sorotan dalam studi Hubungan Internasional. Pembacaan yang melihat serta memproblematisasi bias kolonial dalam rezim pengungsi internasional serta kategorisasi dari migrasi transit dan pengungsi-pencari suaka, akan menjadi titik berangkat tulisan ini. Melalui tinjauan taksonomis terhadap 22 literatur, tulisan ini kemudian berusaha mengkontekstualisasikan dinamika pengungsi di Indonesia dengan migrasi-pengungsi secara lebih luas lewat pembacaan genealogis yang menyentuh aspek legal, multisiplistas aktor, dan (re)konseptualisasi konsep transit yang kerap disematkan kepada konteks Indonesia, sembari berusaha mengedapankan pengetahuan yang dibawa oleh pengungsi di Indonesia itu tersendiri. Penulis menemukan bagaimana di Indonesia, diskursus pengungsi, yang baru masuk ke Indonesia di periode gelombang pengungsi Indochina pada dekade 1970-an, berkelindan erat dengan pola migrasi-pengungsi internasional, utamanya lewat fractioning dan kategorisasi transit-pengungsi-pencari suaka, dan terus direproduksi dalam kerangka pengamanan hingga sekarang. Secara tataran pengetahuan, penulis menilai bahwa produksi pengetahuan di ranah akademik tentang pengungsi di Indonesia kurang lebih berada di bawah satu payung ‘kritis’ yang sama dan berusaha mengarusutamakan pengetahuan dari pengungsi di Indonesia, namun masih banyak ceruk pengetahuan yang masih bisa diisi dan dinavigasi lebih lanjut.

This article seeks to map the knowledge of refugees and asylum seekers in Indonesia, which, relatively speaking, has not been thoroughly investigated by International Relations-adjacent scholarship. An outlook that problematizes colonial biases on international refugee regime, as well as the categorization of transit migration and refugee-asylum seeker, will be central to this reading. Departing from taxonomic appraisal of 22 accredited-literatures, this article aims to contextualize the dynamics of refugees in Indonesia within the broader scope of migration-refugee studies through a genealogical reading that encompasses legal aspects, multiplicity of actors, and the (re)conceptualization of the transit concept oft-attributed to the Indonesian context, whilst trying to posit decentralized knowledge coming from refugees themselves. This author postulates that in Indonesia, discourses (and the language) of refugees, which predominantly emerged during the influx of Indochinese refugees in the 1970s, were/are heavily intertwined with the patterns of international migration-refugees, primarily through fractioning and categorization-labelling of transit-refugees-asylum seekers, and continues to be reproduced under securitized framework and language to this day. Insofar knowledge production on academia level, this author remarks that knowledge production of refugees in Indonesia virtually falls under a similar 'critical' umbrella, which seeks to prioritize knowledge from refugees in Indonesia, whilst acknowledging a plethora of knowledge gaps that can be probed and inquired further."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vincentius Gitiyarko Priyatno
"Tulisan ini membahas titik-titik liminalitas yang dialami pengungsi dalam masa tinggal sementaranya di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Para pengungsi di Cisarua yang sebagian besar berasal dari negara-negara di Timur Tengah terpaksa meninggalkan negara asalnya karena persekusi yang dialami terkait suku, agama, ras dan pandangan politik mereka. Persekusi ini mengancam nyawa mereka sehingga secara mendadak dan terpaksa para pengungsi harus mencari tempat yang lebih aman. Selama masa tinggal di Indonesia ini, pengungsi bersinggungan dengan orang-orang yang berperan sebagai tuan rumah. Pengungsi internasional memiliki keunikan sebab mereka sebenarnya berdaya. Namun, aturan-aturan legal membuat mereka tidak bisa bekerja dan berpenghasilan. Pertalian sosial yang terbentuk menjadi salah satu daya hidup yang membuat mereka bertahan di Indonesia sebagai wilayah transit. Pendekatan konsep tuan rumah dan tamu menawarkan analisis terhadap relasi mikro yang terbentuk meskipun persoalan pengungsi kerap kali dipandang dalam sudut pandang permasalahan migrasi internasional. Karenanya, tulisan ini memberikan perspektif mikro yang kerapkali luput didiskusikan dalam masalah kepengungsian. Tulisan ini berargumentasi bahwa ketakutan-ketakutan yang muncul dalam penolakan anti-imigran, terbukti tidak bisa menjadi sebuah generalisasi. Di Cisarua, terjalin hubungan-hubungan unik bahkan berlanjut antara tuan rumah dan pengungsi sebagai tamu. Dari sisi pengungsi, pertalian sosial yang terbentuk dengan tuan rumah malah menjadi salah satu daya hidup di tengah ketidakpastian masa depan mereka untuk mendapatkan negara tujuan yang bisa memberikan suaka.

This paper discusses the points of liminality experienced by refugees during their temporary stay in Cisarua, Bogor Regency, West Java. The refugees in Cisarua, mostly from countries in the Middle East, are forced to leave their home countries due to persecution based on their ethnicity, religion, race, and political beliefs. This persecution threatens their lives, leading refugees to suddenly and involuntarily seek safer places. During their stay in Indonesia, refugees interact with people who act as hosts. International refugees have a unique status because they are actually capable individuals. However, legal regulations prevent them from working and earning income. The social ties formed become a lifeline that helps them survive in Indonesia as a transit area. The approach using concept of host and guest offers an analysis of the micro-level relationships formed, although refugee issues are often viewed from the perspective of international migration problems. Therefore, this paper provides a micro perspective that is often overlooked in refugee discussions. It argues that fears arising from anti-immigrant rejection cannot be generalized. In Cisarua, unique relationships develop even continue among hosts and refugees as guests. From the refugees' perspective, the social ties formed with hosts become a lifeline amid the uncertainty of their future to reach a destination country that are able to offer asylum."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Restu Kusuma Setyaninggalih
"

Lonjakan pengungsi yang kemudian disebut sebagai ‘vluchtelingencrisis’ turut memicu perdebatan masyarakat di Belanda. Berbagai media massa, mulai dari berita, karya sastra hingga film turut menyoroti situasi dan respon Belanda terhadap masalah pengungsi. Penelitian ini akan mengkaji bagaimana film pendek Valt een Man uit de Lucht (2018) merepresentasikan perbedaan respon masyarakat Belanda terhadap arus kedatangan pengungsi ke Belanda pasca terjadinya lonjakan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kepustakaan. Dalam menganalisis masalah penelitian menggunakan pendekatan semiotika Roland Barthes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam film pengungsi digambarkan sebagai orang lemah, tidak berdaya, terluka, dan membutuhkan pertolongan. Pada analisis tokoh, ditemukan dua respon berbeda yaitu negatif dan positif. Tokoh Ton merepresentasikan respon negatif. Sedangkan respon positif direpresentasikan oleh tokoh Ineke. Kedua tokoh ini merupakan representasi dari masyarakat Belanda. Secara konteks, terdapat kemiripan sifat tokoh Ton dengan interpretasi lukisan Landschap met de val van Icarus (c. 1555) karya Pieter Bruegel de Oude.


The surge in refugees, later referred to as the 'refugee crisis', also sparked a public debate in the Netherlands. Various mass media, ranging from news, literature, to films, also highlighted the situation and the Dutch respone to the refugee problem. This research will examine how the short film Valt een Man uit de Lucht (2018) represents the difference in the respone of the Dutch community to the flow of refugee arrivals to the Netherlands after the surge. This research is qualitative research using the literature study method and using the semiotic approach of Roland Barthes in analyzing research problems. The results showed that refugees are depicted as weak, helpless, injured, and in need of help in the films. In the character analysis, two different respones were found, namely negative and positive. The character Ton represented a negative respone. Meanwhile, the positive respone is represented by the character Ineke. Both of these figures is a representation of Dutch society. In context, there are similarities between Ton's character with the interpretation of Pieter Bruegel de Oude's painting Landschap met de val van Icarus (c. 1555).

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adhika Pertiwi
"ABSTRAK
Jurnalisme bencana adalah bagaimana media memberitakan bencana. Jurnalisme bencana menjadi bahasan penting dalam dunia jurnalistik karena Indonesia adalah negeri rentan bencana. Namun pemberitaan mengenai bencana oleh media massa di Indonesia selama ini selalu menuai kritik karena cenderung ditampilkan secara dramatis. Pemberitaan tersebut terbentuk lewat pemahaman subjektif jurnalis.
Penelitian ini ingin mengetahui pemahaman jurnalis mengenai konsep jurnalisme bencana, dilihat dari proses peliputan bencana, pemahaman mengenai prinsip peliputan jurnalisme bencana, dan peliputan di tiap fase bencana. Peneliti menemukan bahwa jurnalis memahami mengenai konsep jurnalisme bencana dalam ranah kognitif.

ABSTRACT
Disaster journalism is how a mass media reports about disaster. Disaster journalism is very important topic because Indonesia is susceptible country of disaster. However, reporting of disaster by mass media has always criticized because there was dramatization tendency in journalism report. That reporting is established through a subjective understanding of journalist.
This research aims to determine the comprehension of journalist on the concept of disaster journalism, ranging from the process of disaster reporting, a comprehension of the principles of disaster reporting, and coverage in each phases of disaster. The research found that journalists has understanding about disaster journalism concept in the realm of cognitive."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yohana Supialfi Benu
"Selama UNHCR beroperasi di Timor Barat untuk menangani pengungsi yang eksodus dari Timor Timur pada tahun 1999, idealnya UNHCR menjalankan mandat utamanya, yaitu melindungi hak-hak dasar pengungsi dan menggalakkan solusi tahan lama bagi pengungsi. Akan tetapi, mandat tersebut tidak mampu UNHCR penuhi sehingga berakibat pada termarjinalisasinya pengungsi dalam kehidupan tanpa kepastian solusi. Melalui kacamata situasi pengungsi berlarut-larut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor penyebab ketidakmampuan UNHCR memenuhi mandatnya tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan empat faktor yang menghambat UNHCR memenuhi mandatnya di Timor Barat, yaitu:
1) kemampuan pendekatan terhadap pengungsi,
2) kepentingan politik negara host,
3) kapasitas organisasi dan
4) kompleksitas relasi antar aktor terkait.

During UNHCR operation in West Timor to deal with the exodus of refugees from East Timor in 1999, ideally UNHCR ran its primary mandate, which is to protect the basic rights of refugees and promote durable solutions for refugees. However, the mandate has not been able to be accomplished resulting in the marginalization of refugee's life without any certainty of solution. Through the lens of protracted refugee situations, this study aims to analyze the factors that cause the inability of UNHCR to fulfill its mandate.
The results show four factors that hinder UNHCR to fulfill its mandate in West Timor, namely:
1) the ability of approach to the refugees,
2) the political interests of host country,
3) the organizational capacity and
4) the complexity of relationships among the relevant actors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55602
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahirah Karamatullah
"Penelitian ini akan membahas sebuah film yang ditulis dan disutradarai oleh Nadine Labaki, yang berjudul Capernaum. Film ini mendapatkan standing ovation selama lima belas menit, karena berhasil menyentuh emosional para penontonnya di Cannes Festival Film pada bulan Mei 2018 di Prancis. Film Capernaum merupakan salah satu film yang menarik perhatian penulis karena di dalamnya menggambarkan realita kehidupan para pengungsi di Lebanon yang dikemas dalam sudut pandang anak-anak. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analisis dengan pendekatan objektif. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori pengkajian fiksi Burhan Nurgiyantoro. Dimulai dari memaparkan unsur intrinsik meliputi tema, latar, alur/plot, tokoh, dan moral. Unsur-unsur intrinsik akan diaplikasikan dalam menganalisis kritik sosial yang terdapat pada film Capernaum. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui unsur-unsur intrinsik dan menganalisis tentang kritik sosial yang terkandung dalam film Capernaum. Hasilnya, terdapat kritik sosial yang ingin disampaikan terkait pemerintah, keluarga, dan masyarakat pada film Capernaum.

This research will discuss a film written and directed by Nadine Labaki, entitled Capernaum. This film received a standing ovation for fifteen minutes, because it managed to touch the emotions of the audience at the Cannes Film Festival in May 2018 in France. The film Capernaum is one of the films that has caught the attention of the author because it depicts the reality of the lives of refugees in Lebanon, packaged from the perspective of children. This study uses a descriptive-analysis method with an objective approach. In this research, the writer used Burhan Nurgiyantoro's fiction assessment theory. The first is from the presentation of intrinsic elements including themes, settings, plots, characters, and morals. Intrinsic elements will be applied in the analysis of social criticism contained in the film Capernaum. The purpose of this research is to know the intrinsic elements and to analyze the social criticism contained in Capernaum's film. As a result, there is social criticism to be conveyed regarding the government, family and society in the film Capernaum."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>