Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127011 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ade Nugraha Saefudin
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara modal psikologis dengan keterikatan karyawan di PT X. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Psychological Capital Questionnaire (PCQ) yang terdiri dari 12 item (I± = 0,84)  dan Employee Engagement yang terdiri dari 15 item (I± = 0,91). Alat ukur Psychological Capital Questionnaire (PCQ) dikembangkan oleh Luthans (2008) yang diadaptasi Mangundjaya (2015), sedangkan alat ukur Employee Engagement dikembangkan oleh Hewitt (2010) dan diadaptasi Mangundjaya (2013). Pengukuran dilakukan pada 107 responden yang ditunjuk sebagai sampel penelitian dengan karakteristik merupakan karyawan tetap, telah bekerja minimal 1 tahun, memiliki latar belakang pendidikan minimal D3 dan memiliki hasil penilaian kinerja minimal cukup baik. Peneliti menggunakan Pearson Correlation untuk menguji hubungan antara modal psikologis dengan keterikatan karyawan.
Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara modal psikologis dengan keterikatan karyawan (r=0,54, p<0,01). Peneliti selanjutnya merancang program intervensi berupa pelatihan "Be A HERO in The Workplace" yang diharapkan dapat meningkatkan keterikatan karyawan pada pekerjaannya. Kegiatan intervensi diikuti 15 orang partisipan yang merupakan perwakilan dari responden pada pengambilan data awal penelitian. Evaluasi yang dilakukan pada intervensi pelatihan ini adalah evaluasi reaksi (level 1) dan evaluasi pembelajaran (level 2). Hasil evaluasi reaksi menunjukkan partisipan secara umum merasa puas dengan materi, fasilitas dan fasilitator pelatihan. Selanjutnya peneliti menggunakan uji perbedaan Wilcoxon Signed Ranks Test untuk mengukur apakah ada perbedaan pengetahuan mengenai modal psikologis pada saat sebelum dan sesudah diberikan pelatihan. Hasil dari evaluasi pembelajaran yaitu terdapat peningkatan pengetahuan tentang modal psikologis yang signifikan setelah partisipan mengikuti kegiatan pelatihan (Z=-3,09, p<0,01).

This study aims to determine the relationship between psychological capital and employee engagement at PT X. Instrument used are Psychological Capital Questionnaire (I± = 0.84) and Employee Engagement (I± = 0.91). Psychological Capital Questionnaire (PCQ) was developed by Luthans (2008) and adapted by Mangundjaya (2015), while the Employee Engagement measure was developed by Hewitt (2010) and adapted by Mangundjaya (2013). The questionnaire was given to 107 respondents with characteristics: permanent employees, have worked at least 1 year with minimum education background of diploma (D3), and also had performance appraisal result. The relationship between psychological capital and employee engagement was measured using Pearson Correlation.
Results showed that psychological capital has a positive and significant relationship with employee engagement (r = 0.54, p <0.01). Furthermore, Intervention program, named Be A HERO in The Workplace, was designed to increase employee engagement. The intervention was followed by 15 participants, who were representatives of respondents during initial data collection. Evaluations carried out on this training intervention are reaction evaluation (level 1) and learning evaluation (level 2. The results of the reaction evaluation showed that participants were generally satisfied with the training materials, facilities and facilitators. The Wilcoxon Signed Ranks Test result showed that there's significant differences knowledges in psychological capital at the time before and after training (Z=-3,09, p<0.01). To conclude, the psychological capital training can be considered as an effective program intervention to improve employee's knowledge of psychological capital, which has an impact on employee engagement."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T52069
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Sakti Aria Yudisthira
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Modal Psikologis dan Kesiapan untuk Berubah serta efektivitas Self Improvement Training (pelatihan Modal Psikologi) dalam meningkatkan Modal Psikologis. Penelitian ini menggunakan pendekatan action research dengan dua desain penelitian yaitu cross-sectional dengan 531 sampel dan before-and-after study dengan 6 sampel. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Modal Psikologis (Luthans, Avey, Smith & Li, 2008) dengan α = .838 dan kuesioner Kesiapan untuk Berubah (Hanpachern, 1997) dengan α = .702.
Hasil analisis regresi berganda adalah R2 = .273 (p < .05) yang berarti Modal Psikologis menjelaskan 27.3% variance yang memprediksi Kesiapan untuk Berubah. Pelatihan Modal Psikologis diberikan kepada 6 karyawan. Hasil analisis Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan bahwa terdapat peningkatan skor Modal Psikologis yang signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukan intervensi (p < .05). Hal ini berarti, pelatihan Modal Psikologis efektif untuk meningkatkan Modal Psikologis.

This study aims to determine the relationship between Psychological Capital and Employee Readiness for Change, and effectiveness of Self Improvement Training (Psychological Capital training) to increase Psychological Capital. The study used action research approach with two research designs which are cross-sectional (531 samples) and before-and-after study (6 samples). Measuring instrument used is PCQ-12 (Luthans, Avey, Smith & Li, 2008) that has α = .838 and Readiness for Change (Hanpachern, 1997) that has α = .702.
Result of multiple regression analysis showed R2 = .273 (p < .05) which means the Psychological Capital explained 27.3% variances of Readiness for Change. Psychological Capital training was given to six employees. The paired Wilcoxon Signed Ranks Test's results showed that there was a significant difference in Psychological Capital's score between before and after intervention (p < .05). It means that Psychological Capital training is an effective intervention to increase Psychological Capital.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T43894
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Jovita
"Penelitian ini terdiri dari dua studi. Studi 1 merupakan studi korelasional kuantitatif, sedangkan studi 2 merupakan studi intervensi. Penelitian pada studi 1 bertujuan untuk mengetahui hubungan antara modal psikologis dengan kepuasan kerja serta komitmen organisasi afektif. Partisipan studi 1 berjumlah 154 orang Divisi A PT XYZ. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur kepuasan kerja (Warr, Cook, & Wall, 1979; a = 0,71), komitmen organisasi afektif (Meyer & Allen, 2002; a = 0,87), dan PCQ-12 untuk modal psikologis (Luthans dkk, 2007; a = 0,80). Hasil analisis korelasi dengan perhitungan Pearson Correlation menunjukkan modal psikologis berhubungan positif dan signifikan dengan kepuasan kerja (r = 0,25, p < 0,01). Selain itu, hasil juga menunjukkan bahwa modal psikologis berkorelasi positif dan signifikan dengan komitmen organisasi afektif (r = 0,39, p < 0,01). Studi 2 bertujuan untuk meningkatkan kepuasan kerja dan komitmen organisasi afektif partisipan melalui pelatihan "Be Your OwnHERO! ” dengan partisipan sebanyak 15 orang. Hasil dari uji Wilcoxon SignedRank menunjukkan perbedaan yang signifikan antara skor pengetahuan karyawan mengenai modal psikologis sebelum dan sesudah pelatihan “Be Your Own HERO! Berdasarkan peningkatan pengetahuan mengenai modal psikologis, diharapkan partisipan dapat menerapkannya untuk meningkatkan modal psikologis. Selanjutnya, peningkatan pada modal psikologis diharapkan terjadi pula pada kepuasan kerja dan komitmen organisasi afektif.
This research consists of two studies. Study 1 is a quantitative correlational study and study 2 is an intervention study. The purpose of study 1 is to determine the relationship between job satisfaction, affective organizational commitment, and psychological Capital. The participants of study 1 is 154 employees of Division A PT XYZ. Variables are measured by job satisfaction scale (Warr, Cook, & Wall, 1979; a = 0.71), affective organizational commitment (Allen & Meyer, 2002; a = 0.87), and PCQ-12 for psychological Capital measurement (Luthans et al, 2007; a — 0.80). The results of Pearson Correlation analysis showed that psychological Capital was positively and significantly related to job satisfaction (r = 0.25, p<0.01). In addition, psychological Capital also related to affective organizational commitment (r = 0.39, p<0.01). Study 2. aims to increase job satisfaction and affective organizational commitment through “Be Your Own HERO!” training, with 15 participants. The results of Wilcoxon Signed Rank show a significant difference on participant’s score of psychological Capital knowledge before and after training. Based on the enhancement of psychological Capital knowledge, we hope that participant can apply itto their job in purpose to increase their psychological Capital. Further more, the increasing on psychological Capital would happen on job satisfaction and affective organizational commitment as well."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T55489
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Anastasia Bintan Mangawe
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas pemberian intervensi coaching
dalam rangka meningkatkan iklim psikologis dan komitmen untuk berubah pada
karyawan di PT. X. Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang terdiri dari dua
studi. Pada studi I, digunakan cross-sectional study design dengan partisipan
sejumlah 48 orang karyawan Departemen Editorial A dan B di PT. X. Sementara,
pada studi II digunakan the before-and-after study design dengan partisipan sejumlah
3 orang karyawan Departemen Editorial A dan B di PT. X. Penelitian ini
menggunakan alat ukur Commitment to Change (Herscovitch & Meyer, 2002) dan
Psychological Climate (Brown & Leigh, 1996). Hasil uji Pearson correlation dan
regresi linear pada studi I menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara iklim psikologis dan komitmen untuk berubah (p = .009; p < .01), dimana
13,7% varians komitmen untuk berubah dapat dijelaskan oleh iklim psikologis
(R2 = .137; p = .009; p < 0.1). Uji korelasi menunjukkan bahwa dimensi
psychological meaningfulness memiliki hubungan yang signifikan dengan komitmen
untuk berubah (r = .439; p = .002; p < .01). Untuk itu, peneliti menjadikan dimensi
psychological meaningfulness sebagai fokus dalam memberikan intervensi coaching
kepada 7 pasang atasan-bawahan. Pada studi II dilakukan perhitungan dengan
Wilcoxon signed-rank test dan diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan skor iklim
psikologis (p = .045; p > .05) dan komitmen untuk berubah (p = .007; p > .05) yang
signifikan antara sebelum dan setelah diberikan intervensi. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa intervensi coaching yang diberikan efektif untuk meningkatkan
iklim psikologis dan komitmen untuk berubah.

ABSTRACT
This research was conducted to examine the effectiveness of coaching intervention in
order to improve psychological climate and commitment to change on employee in
PT. X. This research is a correlational research consisting of two studies. On study I,
cross-sectional study design was used for 48 employees of A and B Editorial
Department?s in PT. X as the research participants. Meanwhile, the second study used
the before-and-after study design for 3 employees of A and B Editorial Department?s
in PT. X as the research participants. This research used Commitment to Change
inventory (Herscovitch & Meyer, 2002) and Psychological Climate inventory (Brown
& Leigh, 1996). The result of Pearson correlation and linear regression test on study I
showed that there is a significant relationship between psychological climate and
commitment to change (p=.009; p<.01), where 13.7% of the variance of commitment
to change can be explained by psychological climate (R2 = .137, p = .009; p < 0.1).
Correlation test showed that the dimension of psychological meaningfulness has a
significant relationship with a commitment to change (r = .439, p = .002; p <.01).
Therefore, researcher made psychological meaningfulness as a focus in providing
coaching intervention to 7 pairs of superior-subordinate. Based on the calculation of
Wilcoxon signed-rank test on study II, it is known that there are significant
differences between before and after the intervention in psychological climate score
(p = .045; p > .05) and commitment to change score (p = .007; p > .05). Thus, it can
be concluded that the coaching intervention is effective to improve psychological
climate and commitment to change"
2016
T46794
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panuju, Nina Febriani
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara keterikatan karyawan dengan komitmen afektif organisasi pada karyawan PT X. Hasil studi korelasi terhadap 103 orang karyawan tetap di PT X menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara keterikatan karyawan dengan komitmen afektif organisasi (r=0.65, p<0.01). Berdasarkan hasil studi korelasi tersebut, peneliti menerapkan program perubahan secara terencana melalui pelatihan Make Things Happen. Secara keseluruhan hasil pre-test dan post-test terhadap 13 orang responden menunjukkan adanya peningkatan pada evaluasi pembelajaran yang signifikan. Meskipun demikian, berdasarkan uji Wilcoxon Signed-Rank Test, hasil pre-test dan post-test terhadap 5 orang responden yang menjadi target utama pelatihan, menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hasil yang tidak signifikan dapat disebabkan jumlah responden penelitian yang terlalu kecil dan adanya limitasi lainnya pada penelitian ini.

This study aims on examining the relationship between employee engagement (EE) and affective organization commitment (AOC). The result of correlational study on 103 permanent employees of PT X showed that there was significantly positive relationship between EE and AOC (r=0.65, p<0.01). Based on the result of said correlational study, the researcher implement structured change programme through Make Things Happen training. Overall the pre-test and post-test result to 13 respondents showed improvement on learning evaluation significantly. However, based on Wilcoxon Signed-Rank Test, the result of pre-test and post-test on 5 respondents who were the main target of tis study showed insignificant result. The insignificant result caused by the small amount of respondents and some limitations in this study."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T52042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inten Dwi Puspa Dewi
"Pengembangan organisasi merupakan upaya yang dilakukan untuk mencapai efektivitas organisasi. Fenomena yang diangkat pada penelitian ini merupakan perubahan nilai organisasi di sebuah perusahaan retail dengan tajuk SUCI (Sense of Urgency, Unity, Cost-Control, dan Integrity). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keterikatan karyawan dan komitmen afektif karyawan terhadap perubahan nilai organisasi (studi 1), serta untuk mengetahui efektivitas intervensi melalui pelatihan keterampilan yang dapat membantu karyawan untuk memahami pengimplementasian nilai organisasi berjudul  ‘SUCI Is The New Me’ (studi 2) pada karyawan PT X.  Subjek penelitian pada studi 1 adalah 327 karyawan PT X dengan karakteristik yaitu karyawan aktif dengan masa kerja minimal 1 tahun. Data studi 1 dianalisis menggunakan uji  korelasi Pearson  menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara keterikatan karyawan dan komitmen afektif untuk berubah (r = 0.451,  p<0.01). Adapun berdasarkan uji regresi ditemukan bahwa keterikatan karyawan menyumbang variasi sebesar 20% terhadap komitmen afektif untuk berubah.  Pada studi 2 subjek penelitian adalah 7 orang karyawan PT X. Pada studi 2 peneliti melakukan analisis evaluasi pembelajaran serta pengukuran ulang variabel keterikatan karyawan menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed-Rank Test. Hasil analisis evaluasi pembelajaran dan variabel keterikatan karyawan menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan cukup efektif untuk meningkatkan pengetahuan  terkait keterikatan karyawan atas nilai SUCI.

Organizational development is an effort to achieve organizations effectiveness.  The phenomena brought in this study was an organizational core-values change called as SUCI (Sense of Urgency, Unity, Cost-Control, dan Integrity). This study was conducted to determine the relationship between employee engagement and affective commitment to change (study 1), and to determine the effectiveness of core value soft-skills training named ‘SUCI Is The New Me’  (study 2). Study 1 were include 327 employees of PT X. Data were analysed using Pearson correlation and regression analysis. Data analysis showed a significant and positive relationship between employee engagement and affective commitment to change (r = 0.451,  p<0.01). The findings also indicate that employee engagement give a 20% variation in affective commitment to change. Meanwhile research subject for study 2 were include 7 employees of PT X. Researcher did analysis on knowledge evaluation and employee engagement variable using Wilcoxon-Signed Rank Test. Based on the results of evaluation  it was found that the training provided were effective to increase employees knowledge level of engagement."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuri Aprilia
"Tingkat turnover intention pada karyawan di PT X saat ini masih cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat pengaruh dari pemberdayaan psikologis dengan tingginya turnover intention karyawan di PT X. Penelitian dilakukan untuk mengukur pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap turnover intention dengan menggunakan kuesioner Psychological Empowerment dan kuesioner Turnover Intention. Responden penelitian ini berjumlah 164 orang pada level yang berbeda dimulai dari staff, sampai dengan manager. Seluruh responden bekerja di PT X pada divisi others project.
Hasil uji korelasi antara kedua variabel sebesar r = -0.214, maka terdapat hubungan negatif yang signifikan antara pemberdayaan psikologis dan turnover intention. Selanjutnya dilakukan uji regresi yang menunjukkan bahwa pemberdayaan psikologis terbukti secara signifikan mempengaruhi turnover intention R2 = -0.208, p.

The turnover rate of intentions on employees at PT X is still quite high. This study aims to see whether there is influence of psychological empowerment with turnover intention level of employees in PT X. Research conducted to measure the influence of psychological empowerment to turnover intention by using Psychological Empowerment questionnaire and Turnover Intention questionnaire. The study respondents required 164 people at different levels ranging from staff to managers. All respondents work in PT X on other project divisions.
The test result between the two variables is r 0.214, then there is a significant negative relationship between psychological empowerment and move intention. Subsequent regression test showed that the existence of psychological empowerment significantly affect the intention to move R2 0.208, p.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T48183
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manggala Purwakancana N.
"Ketangkasan karyawan diartikan sebagai kemampuan karyawan untuk bereaksi dan beradaptasi terhadap perubahan dengan cepat dan tepat (Alavi Wahab, 2013). Untuk tetap dapat berkompetisi dengan perkembangan bisnis secara global, PT X selaku pelaku bisnis menerapkan pendekatan ketangkasan ini di semua lini bisnisnya. Studi 1 bertujuan untuk melihat hubungan keterlibatan karyawan dan keterikatan kerja pada ketangkasan tenaga kerja. Responden dalam penelitian ini adalah karyawan tetap PT X yang berjumlah 154 orang. Pengumpulan data menggunakan teknik convenience sampling. Survei dilakukan dengan menggunakan instrumen keterlibatan karyawan (Adham, 2014), kuesioner keterikatan kerja (Scaufeli & Bakker, 2003), dan kuesioner ketangkasan tenaga kerja (Sherehiy, 2007). Hasil analisis korelasional menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara keterikatan kerja dan ketangkasan karyawan (r = 0.56, p 0.05). Terdapat hubungan antara keterlibatan karyawan dan ketangkasan karyawan (r = 0.48 , p 0.05). Pada studi 2, teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Responden intervensi terdiri dari 16 orang karyawan PT X. hasil studi intervensi menunjukkan bahwa terdapat peningkatan skor rata-rata yang signifikan pada keterikatan kerja (Z = -2.941, p 0.05) dan tidak terjadi peningkatan skor yang signifikan pada rata-rata ketangkasan karyawan (Z = -0.238, p 0.05).

Workforce agility is defined as the ability of employees to react and adapt to changes quickly and appropriately (Alavi & Wahab, 2013). To be able to compete with global business development, PT X as a business person applies this agility approach in all lines of business. Study 1 aims to look at the relationship of employee involvement and work engagement in workforce agility. Respondents in this study were permanent employees of PT X, amounting to 154 people. Data collection using convenience sampling techniques. The survey was conducted using employee involvement instruments (Adham, 2014), work engagement questionnaires (Scaufeli & Bakker, 2003), and workforce agility questionnaires (Sherehiy, 2007). Correlational analysis results show that there is a relationship between work engagement and workforce agility (r = 0.56, p 0.05). There is a relationship between employee involvement and workforce agility (r = 0.48, p 0.05). In study 2, research used purposive sampling technique. Intervention respondents consisted of 16 employees from PT X. The results of the intervention study showed that there was a significant increase in the average score on work engagement (Z = -2,941, p 0.05) and there was no significant increase in the average employee agility (Z = -0.238, p 0.05).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T55215
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Widiyawati
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mengenai hubungan antara followership dan employee engagement pada Operator Produksi PT. X yang dinilai sebagai perusahaan yang berhasil dan tidak terpengaruh isu-isu negatif seputar perburuhan yang biasa terjadi di perusahaan manufaktur sejenis. Pengukuran followership menggunakan Kelley's followership Questionnaire (Kelley, 1992) dan pengukuran employee engagement dengan Utrecht Work Engagement Scale (Schaufeli, 2002). Partisipan adalah 403 orang operator produksi di PT. X diperoleh secara purposive sampling.
Hasil penelitian ini menunjukan terdapat hubungan positif dan signifikan antara followership dan employee engagement (r= 0.392; p= 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Artinya, semakin tinggi followership, maka semakin tinggi employee engagement. Dengan demikian, agar menjadi perusahaan manufaktur yang sukses maka salah satu yang harus ditingkatkan adalah employee engagement operator produksi sebagai followers. Selain itu, dimensi followership yang memiliki sumbangan paling besar, yaitu independent critical thinking. Berdasarkan hal tersebut, seorang operator produksi perlu ditingkatkan followership-nya terutama dimensi independent critical thinking sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi employee engagement.

This research was conducted to find the relationship between followership and employee engagement of production operator PT. X which has considered as a success company and has not affected negative labor issues which commonly happened in similar manufacturing company. The followership was measured using an instrument named Kelley's followership Questionnaire (Kelley, 1992) and the employee engagement was measured using an instrument named Utrecht Work Engagement Scale (Schaufeli, 2002). The Participants of this research are 403 production operators in PT. X by using purposive sampling technique.
The main results of this research show that followership positively related significantly with employee engagement (r= 0.392; p= 0.000, significant at L.o.S 0.01). The implication of this study is the higher followership leads to the higher of employee engagement. Therefore, the results of this study suggest the company to become a success manufacturing company they should raise employee engagement of production operator as followers. In addition, the dimension of followership that has the greatest contribution is independent critical thinking. Based on this, the followership dimension of independent critical thinking of production operator needs to be improved as one of the factors that influence employee engagement.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47714
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alice Suzanna Marie Gleichmann
"Hasil penilaian kinerja pada PT X di akhir tahun 2019 menunjukkan bahwa keterlibatan kerja karyawan di PT X pada posisi yang rendah. Berkaitan dengan penilaian tersebut, model Job Design-Resources (JD-R) dari Bakker dan Demeroutti, menggambarkan salah satu anteceden keterlibatan kerja adalah sumber daya pribadi (personal resources) yang mempunyai turunan yaitu modal psikologis. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, adanya ketidakpastian bahwa hubungan modal psikologis karyawan dengan keterlibatan kerja akan berpengaruh lebih kuat atau lebih lemah apabila dalam situasi organisasi yang berbeda. Sementara itu PT X mempunyai visi dan misi yang mengarah pada budaya organisasi tipe market. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan peran budaya organisasi tipe market sebagai moderator dalam hubungan antara modal psikologis dan keterlibatan kerja dengan mengacu pada teori Conservation of Resource (COR) dari Hobfoll. Penelitian ini melibatkan karyawan PT X di daerah Sentul, Bogor sejumlah 71 karyawan. Alat ukur yang digunakan adalah Utrecht Work Engagement scale, Psychological Capital Questionaire serta Organization Culture Assessment Instrument. Penelitian ini dianalisis menggunakan analisis korelasi dan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi tipe market tidak memoderasi dan memberikan pengaruh hubungan yang tidak signifikan antara modal psikologis dan keterlibatan kerja karyawan di PT X. Namun, hasil penelitian ini juga menjelaskan semakin tinggi skor modal psikologis yang dimiliki karyawan PT X semakin tinggi keterlibatan kerja karyawan. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa dimensi harapan, daya lenting dan optimisme memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap keterlibatan kerja, namun dimensi harapan dan optimisme memiliki pengaruh signifikan yang lebih besar sehingga peneliti menyusun sebuah model rancangan program intervensi. PT X yang merupakan perusahaan manufaktur mengalami suatu perubahan kebijakan manajemen terkait dengan dampak dari pandemi Covid 19, selain itu ditambah pula dengan keterbatasan waktu, maka peneliti kesulitan untuk melaksanakan program intervensi. Selanjutnya peneliti hanya sampai melakukan presentasi kepada perwakilan manajemen PT X berjumlah tiga orang mengenai rancangan pelatihan harapan dan optimisme program Alpha Design Intervention. Peneliti juga mempertimbangkan apabila program intervensi dilaksanakan, penerapan nya lebih mudah diserap oleh peserta apabila hanya ada 2 dimensi terlebih dahulu. Berdasarkan hasil kuesioner evaluasi presentasi tersebut, menunjukkan pewakilan manajemen PT X merasa puas dengan nilai mean 78 % terhadap rancangan program pelatihan dan dapat dilaksanakan di PT X.

The results of the performance assessment at PT X at the end of 2019 shows that work engagement at PT X is at a low position. Related to this, based on the capital of Job DesignResources (JD-R model) from Bakker and Demeroutti, one of the anteceden of work engagement based on the JD-R model is personal resources. Derived from personal resources i.e. psychological capital. Based on earlier studies, there exists a diffident where the relation between work engagement will be stronger or weaker depending on different situations. PT X has a vision and mission that leads to a market type organizational culture. This study aims to prove the role of market type organizational culture as moderators in the relationship between psychological capital and work engagement. This research refers to Hobfoll's Conservation of Resource (COR) theory. This research involved a total of 71employees PT X in Bogor area. The measuring instruments used are Utrecht Work Engagement scale, Psychological Capital Questionnaire and Organization Culture Assessment Instrument. The study was analysed using correlation and regression analysis. The results showed that the culture of market type organization does not moderate and gives an insignificant influence of the relationship between psychological capital and employee work engagement at PT X. However, the results of this study also explain the higher the psychological capital score that employees have the higher the employee's work engagement. The results of the regression test showed that the dimensions of hope, resilience and optimism had a significant influence on work engagement. The situation of pandemic Covid-19 caused an impact on the management of PT X, and along with time constraints, researchers struggle to apply intervention program. Researchers was only able to create a presentation to the management representatives of PT X numbering three people about the design of the “Alpha Design Intervention program”. In the makings of the training programme, researchers only chose hope and optimism due to the higher count of significant coefficient compared to the resilliance values that is also significant and expected that its application to be easily understood by participants even if there are only 2 dimensions for the time being. The results of the presentation questionnaire received a fairly good response (mean value 78%) from the management representative of PT X who felt it was appropriate and applicable to be implemented at PT X."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>