Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50746 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erni Astutik
"ABSTRAK
Leprosy is a disease of neglected tropical diseases (NTDs) which becomes a global problem and causes the perceived stigma in people affected by leprosy. This study aimed to determine most dominant factors affecting perceived stigma in people affected by leprosy in leprosy village of Sitanala, Tangerang District, Banten Province, Indonesia. The data used was secondary data taken from cross-sectional survey of a thesis which determined factors related to perceived stigma of leprosy in leprosy village of Sitanala, Tangerang, Indonesia. Samples were selected by purposive sampling. The results of the study showed that factors related to perceived stigma were level of education, perception of knowledge about leprosy, level of disability, and cultural values. There was modification effect between the level of disability and perception of knowledge about leprosy, OR1=4.82 (95% CI 1.26-18,34) and OR2=1.18 (95% CI 0.2-6.98). The dominant factor is level of education with PAR% = 38.8%."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
613 KESMAS 12:4 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Astutik
"Kusta merupakan penyakit Neglected Tropical Diseases (NTDs) yang menjadi masalah global yang menyebabkan perceived stigma pada orang yang mengalaminya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perceived stigma dan faktor yang paling dominan mempengaruhinya pada orang yang pernah mengalami kusta di perkampungan kusta Sitanala, Tangerang tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Desain yang digunakan adalah cross-sectional. Sampel dipilih secara purposive sampling. Hasil peneltian menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perceived stigma adalah tingkat pendidikan (OR1=3,45 95% CI 1,08-11,06 dan OR2=2,47, 95% CI 0,9-6,82), persepsi pengetahuan, tingkat cacat, dan nilai budaya (OR=3,36, 95% CI 2,02-5,61).
Terdapat efek modifikasi antara tingkat cacat dengan persepsi pengetahuan, OR1=4,82(95% CI 1,26-18,34) dan OR2=1,18(95% CI 0,2-6,98). Faktor dominan adalah tingkat pendidikan dengan PAR%=38,8%. Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi, penyuluhan, dan konseling mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perceived stigma tentang penyakit kusta sehingga dapat menurunkan perceived stigma.

Leprosy is a disease of Neglected Tropical Diseases (NTDs) that becomes a global problem and causes the perceived stigma in people affected by leprosy. This study aims to determine the factors and the most dominant factor that related to perceived stigma in people affected by leprosy in leprosy villages Sitanala, Tangerang in 2013.
This research was conducted with quantitative and qualitative approaches. Using cross-sectional design. Samples were selected by purposive sampling. The results of the study showed that factors related to perceived stigma are level of education (OR1=3,45 95% CI 1,08-11,06 and OR2=2,47 95% CI 0,9-6,82), perception of knowledge about leprosy, level of disability, and cultural values (OR=3,36, 95% CI 2,02-5,61).
There is effect modification between the level of disability and perception of knowledge about leprosy, OR1=4,82(95% CI 1,26-18,34) dan OR2=1,18(95% CI 0,2-6,98). The dominant factor is level of education, PAR%=38,8%. Therefore it is necessary for intervention, counseling to factors related to perceived stigma about the leprosy so as to decrease the perceived stigma.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T36867
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhityawarman Menaldi
"Bagi orang-orang yang menderita penyakit tertentu, menjalani kehidupan sehari-hari seperti layalmya orang nomml bukanlah sesuatu yang mudah. [ni dapat discbabkan karena penyakit yang mengganggu fungsi tubuh, atau bisa juga adanya stigrnatisasi terhadap suatu penyakit yang membuat si penderita tidak dapat berfungsi optimal di masyarakat (Anderson, etal, 1997). Salah satu penyakit yang hingga saat ini masih memiliki stigma ”berbahaya” di masyarakat adalah kusta (Finlay, etal, 1996, dan Bainson & Van Den Bome, 1998). Halim & Kurdi (dalam Sjamsoe Daili, dkk,, 2003) menyebutkan bahwa dampak dari adanya penyakit kusta ini adalah kecacatan Cacat ini sendiri kernudian dibagi menjadi dua jenis yaitu cacat Esik dan cacat psikososial. Bayangan cacat ini seringkali membuat penderitanya tidak dapat menerima kenyataan bahwa ia. mendexita kusta, akibatnya akan ada perubahan mendasar pads. kepribadian dan tingkah lakunya. Tekanan psikis inilah yang rnembuat para penderita atau mantan penderita lebih memilih untuk berada bersama orang-orang yang menumtnya "senasib”. Meskipun demikian, tidak sedikit juga dari penderita kusta yang masih berusaha untuk bertahan hidup dan bekerja dengan segaja usaha yang dapat dilalcukml Bagi mereka yang mwih berusaha, sudah tentu memiliki kekuatan atau srreng1h yang menonjol dan diri mereka.
Pembahasan mengenai strength dari manusia merupakan bagian dari kajian Positive Psychology Penerapan dari strength dan virtue setiap individu pada berbagai aspek kehidupatmya sehari-hari akan menghmilkan kebahagiaan yang sejati (Seligman, 2002). Berangkat dan penjelasan di alas peneliti tertarik untuk melalcukan peneliiian yang dilandasi tclaah positive psychology terhadap penderita penyakit kronis khususnya kusla Langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan menyusun alat ukur character strengths penyandang kusta dengan mengadaptasi VIA-IS dan menguji validitas dan reliabilitasnya pada kelompok sampcl.
Hasil adaptasi alat ukur VIA-IS pada sampcl panyandang kusta adalah dari 240 item pada VIA-IS, 63 item memiliki koefisien korelasi yang rendah terhadap skor total. Koeisien reliabilitas masing-musing strengths dalam VIA-IS cukup beragam, berkisar antara 0,509 - 0,787 . Reliabilitas tertinggi ada pada pengukuran Playyitlness dan terendah pada Equity. Pembuatan norma pada alat ukur VIA-IS dilakukan pada 24 strengths clan kemudian ditetapkan klasifikasi dari sangat kuat, kuat, sedang, lemah, sangat lemzxh. Prom VIA-IS pada pcnyandang kusta menunjukkan bahwa lima strengths yang menonjol dengan rata-rata tertinggi adalah Gratitude, Kindness, Spirituality, Capacity to Love, dan Equity.

For people who suffer from a certain disease living life like normal people is not easy. Reason being is because certain disease can alfect body function or because of stereotypes against certain disease which make the person unable function fully in society (Anderson, et.al., 1997). One disease which still has a “dangerous” stereotype in society is leprosy (Finlay, et.al, 1996 and Bainson and Van Den Bome, 1998). The effect of leprosy is retardation (Halim and Kurdi in Daili, et.al., 2003). Retardation itself is divided into two types, namely physical retardation and psychosocial retardation. The thought of retardation olien makes people atfected with leprosy unable to time reality that they suffer from leprosy which impacts on a change in personality and behavior. This psychological pressure makes the leprosy or former leprosy patients decide to also live with leprosy patients. On the other hand, a lot of them try to survive living and working with every effort they can. Those who are still trying have a certain strength which stands up in them.
The study of strength in human is part of positive psychology. The application of strength and virtue in each individual in every aspect of daily life can outcome in true happiness (Seligman, 2002). Based onthat, researcher is interested in conducting a research based on positive psychology towards people alfected with chronic leprosy. Thus, the first step is designing an inventory for “character strength” in people affected with leprosy by adapting Values In Action-Inventory ofStrengrh (VIA-IS) and testing the validity and reliability of the sample group.
Result of the adapted VIA-IS of the sample group is that from 240 items on VIA-IS, 63 items have a low correlation coelicient against the total score. The reliability coetticient of each strength in VIA-IS are quite the same, namely between 0.509-0.787. The highest reliability score is on (dimention) “Playfulness” and the lowest on “Equity”. The nonns of VIA-IS was conducted on 24 strengths and four classifications are made ranging &om very strong, strong, weak and very weak. The VIA-IS profile on people a.E`ected with leprosy shows that five strengths have the highest score which are Gratitude, Kindness, Spirituality, Capacity to Love and Equiw.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T34074
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Detia Octrienda Ula
"Kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Tidak hanya dari sisi medis, kusta juga menjadi permasalahan sosial. Stigma yang timbul di masyarakat menjadi masalah orang dengan kusta untuk dapat bekerja dan beraktivitas seperti biasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi pasien kusta yang tidak produktif, dan faktor determinan produktivitas pada pasien kusta.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel yang digunakan adalah semua pasien kusta rawat jalan di RS Kusta Dr. Sitanala, Tangerang, Banten tahun 2012. Penelitian ini menghasilkan faktor-faktor yang berhubungan terhadap produktivitas pasien kusta di RS Kusta Dr. Sitanala adalah jenis kelamin (p=0.044; OR 0.543), status perkawinan (p=0.000;OR 3.681) dan pendidikan (p=0.026; OR 1.9).
Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor individu menjadi hal yang mempengaruhi produktivitas. Diperlukan suatu usaha yang mendukung agar pasien tetap produktif, seperti pelatihan keterampilan terhadap pasien dengan pendidikan rendah dan dukungan mental yang lebih untuk pasien yang belum/ tidak menikah.

Leprosy is still one of the important health issues in Indonesia. Not only the medical problem, leprosy is also a social problem. The Stigma that arises in society become a problem of people with leprosy to be able to work as usual. This research aims to know the prevalence of leprosy patients who are not productive, and determinants of productivity factors of leprosy patients.
This research is quantitative research withcross sectional design. The sample used is outpatientof Leprosy at RS Kusta Dr Sitanala, Tangerang, Banten in 2012. This research found that factors related to productivity in leprosy patients at RS Kusta Dr. Sitanala are sex (p=0.044; OR 0.543), marital status (p=0.000; OR 3.681), and education (p=0.026; OR 1.9).
This research shows that individual factors being affecting productivity. It needs an effort to support the patient to keep productive, such as skills training with low education and also mentally support for unmarried patients.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Rahayuningsih
"Stigma merupakan salah satu faktor tertundanya penanganan penyakit kusta yang membuat penderita merasa malu dan terlambat mencari pengobatan sehingga dan sudah mengalami kecacatan yang berakibat terjadinya penurunan kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perceived stigma dengan kualitas hidup setelah dikontrol umur, jenis kelamin, pendidikan, dan penghasilan.
Desain yang digunakan adalah cross sectional dengan data primer menggunakan instrumen WHOQOL-BREF, perceived stigma dan format isian karakteristik. Kualitas hidup penderita kusta lebih banyak yang memiliki kualitas hidup kurang (57,45%). Karakteristik responden sebagian besar perempuan (82,98%), berumur 18-40 tahun (72,34%), lama pendidikan 0-6 tahun sebesar 76,60% dan penghasilan dibawah UMR (91,49%). Terdapat hubungan signifikan antara perceived stigma dengan kualitas hidup setelah dikontrol variabel penghasilan.
Untuk meningkatkan kualitas hidup penderita diperlukan penanganan stigma seperti konseling, terapi kelompok, rehabilitasi fisik dan okupasi untuk mencegah timbulnya cacat dan penderita bisa melakukan pekerjaan yang bisa meningkatkan kualitas hidupnya.
Bagi peneliti lain disarankan untuk mencoba rancangan longitudinal, teknik analisis lain, menambah variabel, melakukan uji instrumen, mencoba instrumen lain dan membuat perbandingan responden. Masyarakat diharapkan lebih terbuka pada informasi kusta agar menambah pemahaman dan memiliki persepsi yang baik tentang kusta.

Stigma is one factor that delayed treatment of leprosy makes people feel embarrassed and too late to seek treatment and have experience of disability that results in decreased quality of life. The purpose of this study was to determine the relationship between perceived stigma to quality of life after controlling for age, sex, education, and income.
The design used was cross sectional with primary data using the WHOQOL-BREF instrument, perceived stigma and formatting characteristics of the field. Quality of life of leprosy patients more likely to have less quality of life (57.45%). Characteristics of respondents most women (82.98%), aged 18-40 years (72.34%), a study period of 0-6 years at 76.60% and earnings below minimum wage (91.49%). There is a significant relationship between perceived stigma to quality of life after the controlled variable income.
To improve the quality of life of patients required treatment stigma such as counseling, group therapy, physical rehabilitation and occupational therapy to prevent the onset of disability and the patient can do the work that could improve the quality of life.
For other researchers are advised to try the longitudinal design, other analytical techniques, add a variable, test instruments, other instruments to try and make a comparison of respondents. Expected to be more open to the public information in order to increase the understanding of leprosy and has a good perception of leprosy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31918
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Leny
"Latar Belakang : Indonesia adalah negara peringkat ke-3 di dunia sebagai penyumbang penderita baru kusta terbanyak dengan jumlah penderita cacat tingkat-2 sejumlah 2.025 atau 10.11% (indikator < 5%). Kabupaten Bogor memiliki proporsi cacat kusta yang tinggi bahkan melebihi angka nasional yaitu 15.18 %. Beberapa studi menunjukkan hubungan bermakna antara perawatan diri dengan kecacatan pada penderita kusta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perawatan diri dengan kecacatan pada penderita kusta di Kabupaten Bogor tahun 2012 setelah dinkontrol oleh faktor-faktor lainnya.
Metode : Desain penelitian kasus kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita kusta tipe MB usia ≥ 15 tahun yang sudah menjalani minimal 8 bulan pengobatan MDT dan tercatat pada register puskesmas tahun 2012 di 10 kecamatan di Kabupaten Bogor. Kasus adalah sebagian dari populasi yang mengalami kecacatan baik tingkat-1 atau tingkat-2 pada saat penelitian dilakukan yang diambil dari puskesmas yang dipilih secara purposive sedangkan kontrol adalah sebagian dari populasi yang tidak mengalami kecacatan pada saat penelitian dilakukan yang diambil secara purposive dari puskesmas yang terpilih. Jumlah sampel 86 orang terdiri dari 43 kasus dan 43 kontrol. Analisis data dilakukan secara bivariat dan multivariat.
Hasil : Terdapat variabel interaksi antara perawatan diri dengan faktor lama sakit sehingga pada analisis multivariat diketahui bahwa penderita kusta yang melakukan perawatan diri dengan baik dan lama sakitnya < 2 tahun diperoleh OR=0.68 (95% CI: 0.12 ? 3.72). Penelitian ini memberikan hasil bahwa perawatan diri tidak berdiri sendiri dalam mempengaruhi kecacatan penderita kusta melainkan ada interaksi bersama antara perawatan diri dengan faktor lama sakit. Bahwa risiko kecacatan semakin besar pada penderita kusta yang kurang baik dalam merawat diri dan lama sakitnya ≥ 2 tahun dengan OR=10.6 (95% CI: 1.03 ? 109.86).

Background : Indonesia is ranked 3rd in the world as a contributor to the new leprosy patients with the highest number of people with disabilities level-2 or 2.025 (10.11%). Bogor district has a high proportion of deformed leprosy even exceed the national rate is 15.18%. Some studies show a significant relationship between self-care disability in patients with leprosy. This study aims to determine the relationship of self-care with a disability in leprosy patients in Bogor Regency in 2012 after control by other factors.
Methode : Case-control study design. Population in this research is the type of MB leprosy patients aged ≥ 15 years who had undergone at least 8 months of treatment MDT and recorded in the register in 2012 health centers in 10 districts in Bogor Regency. Case is part of the population who have disabilities either level-1 or level-2 at the time of the study were drawn from purposively selected health centers while the control is part of the population who do not have disabilities at the time of the study were taken from the clinic were purposively selected . Number of samples 86 people consisting of 43 cases and 43 controls. Data analysis was performed bivariate and multivariate
Result : There is a variable interaction between self-care with a long illness factor that in multivariate analysis known that leprosy patients who perform self-care and well long illness <2 years obtained OR = 0.68 (95% CI: 0:12 - 3.72). This study provides results that self-care does not stand alone in influencing disability lepers but no interaction with the factor of self-care with a long illness. That the greater the risk of disability in leprosy patients in poor self-care and pain ≥ 2 years old with OR = 10.6 (95% CI: 1.03 - 109.86).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harits Ghiffari Hanif
"Kusta adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh bakteri M. leprae. Kusta mempengaruhi kulit dan saraf manusia yang infeksinya melalui droplet dari hidung dan mulut. Gejala klinis kusta disebabkan oleh respon imun tubuh serta dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, paucibacillary dan multibacillary. Kusta dapat disembuhkan dengan multidrug therapy (MDT). Penderita kusta yang telah menyelesaikan pengobatan dapat kembali terjangkit kusta. Sebuah model deterministik yang diadaptasi dari model-model matematika yang sudah ada dikonstruksi untuk mensimulasikan dinamika penyebaran penyakit kusta. Model tersebut dianalisis kestabilan global titik ekuilibriumnya menggunakan fungsi Lyapunov dan memanfaatkan basic reproduction number. Hasil analisis menunjukkan titik ekuilibrium bebas penyakit dari model bersifat stabil asimptotik global. Kemudian dilakukan simulasi pada model untuk melihat pengaruh variasi nilai parameter laju infeksi dan laju pemberian obat. Dari simulasi dapat diinterpretasikan bahwa laju infeksi yang lebih tinggi atau laju pemberian obat yang lebih rendah akan menyebabkan kusta tidak akan hilang dan jumlah individu yang terinfeksi semakin banyak.

Leprosy is an infectious chronic disease which is cause by M. leprae bacteria. Leprosy affects the human skin and nerve where the infection is caused through droplets from the nose and mouth. Leprosy clinical symptoms are caused by the body immune response and can be classified to two types, paucibacillary and multibacillary. Leprosy is curable with multidrug therapy (MDT). Leprosy patients that have completed treatments may get infected again. A deterministic model was constructed by adapting some existing leprosy mathematical models to simulate the spread of leprosy. The model is analyzed for the global stability of the equilibrium points using Lyapunov function and utilizing basic reproduction number. The result of the analysis is a global asymptotic stability for the disease-free equilibrium. Then, simulations were done on the model with various parameters value of the infection rate and drug-administering rate to see the effects of those variety on the model. From the simulations, it can be interpreted as the higher the infection rate or the lower the drug-administering rate, leprosy will prevail and more individuals will be infected."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar belakang: Berbagai studi menunjukkan pasien kusta memiliki status zinc yang rendah. Namun status zinc pada narakontak kusta, yang ditentukan dengan kadar IgM anti-PGL1, belum diketahui. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kadar zinc plasma dengan IgM anti-PGL-1 pada narakontak kusta.
Metode: Penelitian ini merupakan studi observasi. Subjek penelitian terdiri dari 186 narakontak kusta. Pengukuran status plasma zinc menggunakan atomic absorption spectrophotometer sedangkan pemeriksaan kadar IgM anti-PGL1 level menggunakan ELISA (Polyclonal rabbit anti human IgM/HRP/(Dako®).
Hasil: Kadar rata-rata IgM anti-PGL1 subjek adalah 804 unit/mL (± 439,4) dan kadar rata-rata plasma zinc adalah 16,6 μmol/L (± 3,5). Ada hubungan yang signifikan antara kadar plasma zinc dengan IgM anti-PGL1 (r = - 0,230; p =0,002).
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar plasma zinc dengan IgM anti-PGL1 pada nara kontak.

Abstract
Background: Previous study showed leprosy patients have low zinc status. Yet the status of zinc in close-contact, which indicated by IgM anti-PGL1 level, have not determined. The aim of the study was to determine the association of zinc plasma and IgM anti-PGL-1 levels among close contact of leprosy patients in Indonesia.
Methods: This was an observational study. Subjects were 186 close-contact leprosy patients. Measurement of zinc plasma status used atomic absorption spectrophotometer while examination of IgM anti-PGL1 level used ELISA (Polyclonal rabbit anti human IgM/HRP/(Dako®).
Results: The average level of IgM anti-PGL1 and zinc plasma were 804 unit/mL (± 439.4) and 16.6 μmol/L (± 3.5) consecutively. There was significant correlation between zinc plasma and IgM anti-PGL1 (r = - 0.230; p = 0.002).
Conclusion: There is a significant correlation between zinc plasma and IgM anti-PGL1 in close contact of leprosy"
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Diponegoro. Fakultas Kesehatan Masyarakat], 2012
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Latar belakang: WHO mencatat jumlah penderita kusta di Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia setelah India dan Brazil. Jumlah penderita kusta baru cenderung meningkat kemungkinan karena yang seropositif kusta telah berubah menjadi manifest klinis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi seng terhadap kadar interleukin 2 (IL-2) pada narakontak kusta yang seropositif dengan status seng marjinal. Metode: Dua puluh dua orang berusia 20 ? 40 tahun ikut dalam penelitian ini. Kelompok yang disuplementasi seng menerima dosis 40 mg seng/hari selama 3 bulan. Seropositif kusta ditentukan berdasarkan kadar IgM anti Phenolic Glycolipid?1, dan kadar IL-2 pada supernatan kultur sel limfosit diukur dengan metode Elisa. Hasil: Kadar IL-2 pada kelompok yang menerima seng relatif tidak berubah (p= 0,721), sedangkan pada kelompok plasebo terjadi penurunan bermakna kadar IL-2 (p= 0,025) pada akhir penelitian. Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna perubahan kadar IL-2 di antara ke dua kelompok (p= 0,037).

Abstract
Background: WHO classifi ed the number of leprosy cases in Indonesia as number three in the world after India and Brazil. The number of new leprosy patients tends to increase since there is a possibility that seropositive leprosy is turning into manifest leprosy. The aim of this study was to analyze the infl uence of zinc supplementation on interleukin-2 (IL-2) level of seropositive contact of leprosy patients with marginal zinc defi ciency. Methods: Twenty two subjects aged 20-40 years were recruited for this study. The zinc-supplemented group received 40 mg elemental Zn/d orally for 3 months. Seropositive leprosy was determined by examining IgM anti Phenolic Glycolipid?1 level and concentration of IL-2 in lymphocyte cell culture supernatant fl uid were measured by Elisa method. Results: The IL-2 concentration in the subject in the zinc group was relatively not changed (p= 0.721), whereas that in placebo group tended to be signifi cantly lower (p= 0.025) at the end of the study. Conclusion: There was a signifi cant change of IL-2 level between both groups (p= 0.037)."
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Universitas Diponegoro. Fakultas Kesehatan Masyarakat], 2011
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Endriyani
"Kusta merupakan penyakit infeksi kronis yang berdampak terjadinya kecacatan dan keterbatasan. Kondisi ini menimbulkan berbagai masalah psikososial yang dirasakan pasien. Stigma yang berkembang di masyarakat meyakini bahwa penyakit kusta sangat menular dan tidak dapat disembuhkan. Mereka harus mengalami penolakan dari masyarakat. Pasien kusta yang telah dinyatakan sembuh harus menjalani hari-hari di rumah sakit tanpa mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari keluarga. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran secara mendalam makna kehidupan pasien kusta yang telah dinyatakan sembuh. Metode penelitian kualitatif deskriptif fenomenologi terhadap 8 orang partisipan.
Hasil penelitian didapatkan delapan tema, yaitu : penolakan masyarakat, merasa tidak berarti, penggunaan aspek spiritual danm emosi dalam menghadapi masalah, kehilangan sumber kebahagiaan, dukungan keluarga untuk bertahan hidup, meraih kebahagiaan di masa depan, penghargaan terhadap hidup yang diberikan Tuhan dan kebahagiaan dalam kebersamaan. Penelitian ini menyarankan dikembangkannya standar asuhan keperawatan psikososial bagi pasien kusta.

Leprosy is a chronic infectious disease which affects the disability and limitations. This condition led to various psychosocial problems. Leprosy patients that has been considered recovery might not return to their families. The stigma that develop in society is confident that leprosy disease highly contagious and incurable. They experience rejection by the society. Leprosy patient have to stay in the hospital without getting attention and affection from their family. The purposes of this study was to describe the meaning of leprosy patient?s life. This research a descriptive phenomenology qualitative research methods. Engaging eight people participating.
The results obtained eight themes, there were: the public reject,feeingl meaningless, using spiritual and emotional aspect to cope the problem, loss resources of happiness, family support for keeping a life, reach happiness in the future, appreciate on life, and and happiness in togetherness. Based on the result of this study, it is recommended research to develop the standards of nursing for psychososial aspect leprosy patient.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35335
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>