Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110993 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Sulaiman Alwahdy
"ABSTRAK
Latar belakang : Stroke iskemik merupakan salah satu jenis stroke yang tersering dijumpai. Trombolisis (rt-PA) merupakan satu-satunya obat yang diakui oleh Food and Drug Administration (FDA). Untuk regenerasi sel saraf yang telah mati hingga saat ini masih dipertanyakan. Sel mononuklear darah tali pusat manusia merupakan salah satu pilihan yang cukup menjanjikan untuk terapi stroke iskemik melalui keuntungan yang dimilikinya antara lain; ketersediaannya yang mudah, efek pluripotensi dan imaturitas yang dimilikinya.
Metode Penelitian : Penelitian eksperimental dengan desain Prospective Interventional Study pada 4 kelompok perlakuan. Kelompok pertama adalah kelompok sehat dan tiga kelompok lainnya adalah kelompok perlakuan tikus yang dilakukan oklusi arteri serebral media (OASM) dengan jumlah enam tikus per kelompok. Tikus dibiarkan selama tujuh hari setelah dilakukan OASM dan sebelum dilakukan transplantasi secara intraarteri dan intravena dengan dosis 1x106 sel per kg. Penilaian fungsional dilakukan sebelum OASM, tujuh hari setelah OASM dan pada hari ke 3,4 dan 9 pasca transplantasi. Dilakukan evaluasi terhadap pengurangan luas area infark, sel yang mengekspresikan protein beta-III tubulin (TUJ1), glial fibrillary acidic protein (GFAP) dan vascular endothelial growth factor (VEGF) dalam proses neurogenesis dan angiogenesis.
Hasil : Pada tes sensorimotor didapatkan hasil yang tidak berbeda bermakna diantara kelompok. Terdapat perbedaan bermakna pada aktifitas spontan tikus yang dilakukan transplantasi dibandingkan kelompok kontrol (p<0.05). Membandingkan jumlah sel neuron didaerah hipokampus, terdapat jumlah sel yang lebih banyak pada kelompok transplantasi dibandingkan kelompok kontrol walaupun tidak berbeda bermakna secara statistik. Angiogenesis pada kelompok transplantasi memiliki hasil yang berbeda bermakna dibandingkan kontrol (P<0.001). Tidak ditemukan adanya pengurangan luas area infark dan efek samping pada kelompok transplantasi.
Kesimpulan : Baik dilakukan secara intraarterial ataupun intravena, kedua rute tetap memiliki efek dalam memperbaiki aktifitas spontan tikus. Dosis 1x106 sel per kg cukup aman dengan tidak ditemukannya efek samping yang serius seperti efek rejeksi dan tetap memiliki efek yang menguntungkan. Angiogenesis yang terbentuk pada kelompok transplantasi memberikan harapan dalam mempercepat proses neurogenesis.

ABSTRACT

Introduction : Cerebral ischemia is among the most common type of stroke seen in patient. Thrombolysis (rt-PA) is the only United States Food and Drug Administration (FDA) approved drug available.For regeneration of death neurons are remain questionable. Human umbilical cord blood mononuclear cell (cbMNC) is one of the option treatments for ischemic stroke through their various advantages; availability, pluripotency and immaturity.
Method : One group for healthy rat and three groups (n=6 per group) of male wistar rats were undergone permanent middle cerebral artery occlusion (MCAO). Rats were allowed to recover for 7 days before intraarterial (IA) and intravenous (IV) injection of 1x106 cells per kg of human cbMNC. Behavioural tests were performed before MCAO, 1 week after MCAO and at 3,9 and 14 days after cbMNC injection. Brain infarct area, Beta III tubulin (TUJ1), glial fibrillary acidic protein (GFAP) and vascular endothelial growth factor (VEGF) antibody marker were evaluated.
Results : Behavioral test in sensorimotor evaluation revealed no significant differences between all groups. Spontaneous activity were much significantly improved compared to placebo group (p<0.05). Comparing the survival of neurons in hippocampus, IA and IV have better result compare to placebo. Angiogenesis in IA group showed significant differences (P<0.001) compare to IV and placebo respectively. No effect of cbMNC transplantation in decreasing Infarct area. Serious adverse effects were not found.
Conclusion : IA and IV human cbMNC transplantation provides post stroke spontaneous activity recovery. Safety of xenogenic study were confirmed by this study when dosage 1x106 cells per kg were used and showed their beneficial effects. The existence of more neovascularization in the transplanted rats of cbMNC provide hope in accelerating repairement of the neurons. "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eny Nurhayati
"Latar belakang: Pentoksifilin belum memberikan hasil yang konsisten pada pasien stroke iskemik akut sehingga pada penelitian ini dipakai suatu penanda spesifik untuk melihat efektifitas terapi yaitu adanya hiperviskositas darah.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis acak tersamar tunggal. Pasien stroke iskemik akut onset kurang dari 72 jam yang mengalami hiperviskositas darah diacak menjadi kelompok perlakuan n=22 dan kontrol n=22 . Terapi standar stroke akut diberikan pada semua subyek. Kelompok perlakuan mendapat terapi tambahan berupa pentoksifilin 1.200mg/hari intravena selama lima hari dan dilanjutkan dosis oral 2x400mg per hari selama 23 hari setelahnya. Pemeriksaan viskositas darah dan interleukin-6 dilakukan pada hari pertama dan ketujuh perawatan. Luaran klinis dinilai dengan menggunakan national institute of health stroke scale NIHSS , modified rankin score mRS dan indeks barthel pada hari ketujuh dan juga pada hari ke-30.
Hasil: Kadar viskositas darah seluruh subyek mengalami penurunan pada hari ketujuh dan ketiga puluh. Pada kelompok perlakuan, rerata penurunan viskositas darah memiliki perbedaan bermakna pada subyek dengan faktor risiko merokok dan dislipidemia. Tidak didapatkan penurunan kadar interleukin-6 pada kedua kelompok. Kelompok perlakuan memiliki perbaikan defisit neurologis sebesar 32 risiko relatif [RR]1,00; 95 interval kepercayaan [IK] 0,421-3,556; p = 1,00 . Disabilitas dan kemandirian fungsional yang baik didapatkan pada 67 kelompok perlakuan RR 1,026; 95 IK 0,656-1,605; p = 0,9 . Pada kelompok perlakuan, luaran klinis berbeda bermakna pada subyek yang memiliki sakit jantung dan diabetes melitus.
Kesimpulan: Setelah pemberian pentoksifilin didapatkan penurunan kadar viskositas dan perbaikan luaran klinis. Studi lanjutan dibutuhkan dengan kriteria yang lebih spesifik dan jumlah sampel yang lebih besar.

Background: The role of pentoxifylline in acute ischemic stroke lacks objective markers of its efficacy. Therefore, we used blood viscosity to determine the efficacy of pentoxifylline.
Method: This was a randomized single blind, controlled trial. Acute ischemic stroke patients with blood hyperviscosity within 3 day onset were randomly allocated to the study n 22 or control n 22 group. All subjects received a standard treatment for acute ischemic stroke. The study group was administered with intravenous pentoxifylline 1,200 mg day for five consecutive days and continued with oral 800 mg in two divided doses for next twenty three days. Blood viscosity and interleukin 6 IL 6 were evaluated at the first and seventh day. Clinical outcomes were measured using the National Institutes of Health Stroke Scale NIHSS, modified Rankin Scale mRS, and barthel index BI at the seventh and thirtieth day.
Result: The level of blood viscosity of all subjects tends to be decreased on the seventh and thirtieth day. In study group, the decrement of blood viscosity was significant for smoking and dyslipidemic subject. There was no decrement of the IL 6 on both group. The improvement of NIHSS in study group was 32 relative risk RR 1,00 95 CI 0,421 3,556 p 1,00 . At 1 month follow up, 67 of study group had a good functional outcome RR 1,026 95 CI 0,656 1,605 p 0,9 and the good functional outcome was statistically significant for diabetes mellitus and heart disease subject.
Conclusion The decrement of blood viscosity and the improvement of clinical outcome were seen after pentoxifylline administration.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Risayogi Wicaksana Asaf Huntal
"Prosedur Trombektomi Mekanik (MT) pada stroke iskemik akut telah dilakukan sejak tahun 2017 di RSUPN Dr. Cipto Mngunkusumo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan ahli radiologi dan hasil klinis MT pada stroke iskemik akut dan faktor terkait lainnya. Studi observasional retrospektif memperoleh pasien telah menjalani MT pada Mei 2017-Desember 2020. Analisis univariat dan multivariat dilakukan untuk mengevaluasi hubungan antara demografi pasien, skor NIHSS pra trombektomi dan hasil seperti pasca trombektomi, skor mTICI pasca trombektomi, dan skor MRS pasca aksi. Dalam pemodelan multivariat p<0,05 digunakan untuk signifikansi statistik. Sebanyak 33 pasien dimasukkan. Pada analisis univariat demografi dan gambaran klinis didominasi oleh laki-laki, dengan rata-rata usia 55,8 tahun, GCS pra tindakan 11,9 hemiparesis, pra tindakan NIHSS 14,52, skor ASPECT 7,36, lokasi oklusi MCA, pemberian alteplase, MRS (90-day modified ranking scale: 3 sampai 6), onset rekanalisasi > 6 jam, MTICI post thrombectomy 2B-3 SICH, dan 39,4% meninggal dunia. Hubungan yang signifikan antara keberhasilan rekanalisasi dan mortalitas, dan waktu onset ke rekanalisasi secara rumit. Trombektomi mekanik di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo selama 2 tahun terakhir masih memberikan hasil luaran yang buruk.

The Procedure of Mechanical Trombectomy (MT) in acute ischemic stroke has been done since 2017 in RSUPN Dr. Cipto Mngunkusumo. The aim of this study are to detemining radiologist and clinical  outcome MT in the acute ischemic stroke and the other related factors. The retrospective observational study acquiring patient’s had undergone MT in May 2017-December 2020. Univariate and multivariate analysis were conducted to evaluate the relationship between patient’s demography, NIHSS score pre trombectomy and the outcomes such as post trombectomy, mTICI score post trombectomy, and MRS score post action. In multivariate modelling p<0.05 was used for statistical significance.  A total of 33 patients were included. On univariate analysis demography and clinical description were dominated by men, with 55.8 years age average, GCS pre action 11,9 hemiparesis, NIHSS pre action 14.52, ASPECT score 7.36, MCA occlusion location, given alteplase, MRS (90-day modified rank of scale: 3 to 6), onset to recanalization> 6 hours, MTICI post thrombectomy 2B-3 SICH, and 39.4% passed away. The significance association between recanalization success and mortality, and onset-to-recanalisation time complicationally. Mechanical thrombectomy in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo for in the recent past 2 year still giving the poor outcomes result. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq Rahmadi
"Tujuan pembuatan laporan serial kasus adalah diketahuinya peran tatalaksana nutrisi pada pasien stroke iskemik (SI). Kasus berupa empat pasien SI perempuan yang dirawat di ruang rawat inap divisi cerebrovascular disease (CVD) Departemen Neurologi RSUPNCM Jakarta yang mendapat tatalaksana dan pemantauan asupan nutrisi selama minimal lima hari. Data yang diambil meliputi usia, status gizi, faktor risiko/penyebab, hasil laboratorium, asupan nutrisi (makro dan mikronutrien), serta kapasitas fungsional (skor indeks Bartel). Karakteristik pasien dengan rentang usia 50-60 tahun, status gizi awal berdasarkan indeks massa tubuh/IMT pada 50% pasien termasuk kategori status gizi lebih, 25% status gizi obes dan 25% status gizi kurang (KEP 1). Asupan kebutuhan energi basal (KEB) berkisar 1200-1500 kkal (20-25 kkal/kgBB) dalam bentuk makanan cair per NGT dan kebutuuhan energi total (KET) 1700-2000kkal (27-32 kkal/kgBB) dengan pencapaian asupan oral sekitar 80-90%. Asupan protein antara 0,7-1,5 kg/kgBB, dengan komposisi lipid 25-30% dan KH 55-62% KET. Mikronutrien yang diberikan antara lain vitamin B (B1, B6, B12), asam folat, vitamin C serta mineral tablet CaCO3. Perbaikan kapasitas fungsional berdasarkan indeks Bartel terjadi sesuai peningkatan asupan nutrisi.

The purpose of case series report were to know the role of nutritional management for patients with ischemic stroke. The caseswere four female ischemic stroke patients treated in Division of cerebrovascular disease (CVD) Department of Neurology RSUPNCM Jakarta who received treatment and monitoring of nutrition for a minimum of five days. Data taken included age, nutritional status, risk factors, causes, laboratory results, intake of nutrients (macro and micronutrients), and functional capacity (Bartel index scores). Characteristics of patients was age 50-60 years, with nutritional status 50% of patients overweight, 25% obes and 25% underweight/malnutrition based on body mass index / BMI. The basal energy requiment range were 1200-1500 kcal (20-25 kcal / kg) in the form of liquid food per NGT and the total energy requiment 1700-2000kcal (27-32 kcal / kg) by oral intake of achieved 80-90%. Protein intake between 0.7 to 1.5 kg / kg, the lipid proportion 25-30% and carbohydrate 5-62% of total energy. The micronutruients which were administered including vitamin B (B1, B6, B12), folic acid, vitamin C and minerals tablet CaCO3. The improvement of functional capacity by Bartel index occurred in conjunction with increased nutrients intake.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Geofani
"Sel Punca Mesenkim (SPM) dianggap sebagai sel yang sangat menjanjikan untuk terapi penyakit berdasar inflamasi karena potensi proliferasi multilineagenya, imunogenisitas rendah, migrasi spesifik ke jaringan yang cedera, dan efek imunomodulator potensialnya. Diperlukan data pendukung mengenai potensi imunomodulasi SPM dalam menghadapi kondisi proinflamasi sebelum digunakan dalam uji klinis. Dilakukan desain penelitian eksperimental in vitro kultur sel untuk menilai potensi imunomodulasi SPM yang berasal dari tali pusat (SPM-TP) dan asal jaringan adiposa (SPM-AD). Untuk menciptakan kondisi inflamasi, menggunakan kultur PBMC yang distimulasi dengan mitogen PHA, diikuti oleh kokultur dengan dua jenis SPM. Pengujian proliferasi dengan Ki67 dilakukan dengan qRT-PCR, pengujian sitokin proinflamasi IFN-γ, IL-1β, dan antiinflamasi IL-10 dilakukan dengan metode Luminex dan pengujian sitokin TGF-β dan IDO dilakukan mnggunakan metode ELISA. Hasil studi menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara kelompok dengan perlakuan dan tanpa perlakuan, tetapi tidak terdapat perbedaan signifikan diantara dua kelompok perlakuan (SPM- TP dan SPM-AD). Namun, berdasarkan kemampuan untuk menekan proliferasi PBMC terlihat bahwa SPM-TP menunjukkan kemampuan yang lebih baik dibandingkan SPM-AD.

The Mesenchymal Stem Cells (MSCs) are considered highly promising for inflammatory disease therapy due to their multilineage proliferation potential, low immunogenicity, specific migration to injured tissues, and potential immunomodulatory effects. Supporting data on the immunomodulatory potential of MSCs in facing proinflammatory conditions are required before their use in clinical trials. An experimental in vitro cell culture research design was conducted to assess the immunomodulatory potential of MSCs derived from umbilical cord (UC-MSCs) and adipose tissue (AD-MSCs). To induce inflammatory conditions, peripheral blood mononuclear cells (PBMCs) were stimulated with PHA mitogen, followed by co-culture with the two types of MSCs. Proliferation testing using Ki67 was performed with qRT-PCR, proinflammatory cytokine testing (IFN-γ, IL-1β) and anti-inflammatory cytokine (IL-10) were conducted using the Luminex method, and TGF-β and IDO cytokine testing were performed using the ELISA method. The study results indicated significant differences between the treated and untreated groups, although no significant differences were observed between the two treatment groups (UC-MSCs and AD-MSCs). However, based on the ability to suppress PBMC proliferation, it was evident that UC-MSCs exhibited superior capabilities compared to AD-MSCs."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isti Nurul Afifah
"Pasien yang dirawat inap dengan stroke iskemik perlu mendapat perhatian khusus karena komorbiditas dan polifarmasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis masalah terkait obat dengan domain efektivitas terapi dan reaksi obat yang tidak diinginkan di bawah Jaringan Perawatan Farmasi Eropa. Metode penelitian ini adalah cross sectional berdasarkan data rekam medis, resep, dan catatan perawat. Sampel dari penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis primer stroke iskemik dan pasien berusia lebih dari sama dengan 23 tahun. Analisis dilakukan pada 115 sampel penelitian. Masalah terkait obat yang paling umum adalah masalah efektivitas pengobatan (65,00%) dengan efek sub domain dari pengobatan obat tidak optimal (29,58%) sebagai sub domain yang paling parah. Masalah terkait narkoba lainnya adalah masalah reaksi merugikan memiliki prosentase (35,00%) dengan subtitusi kejadian obat merugikan (tidak alergi) sebesar (34,58%) sebagai sub domain tertinggi. Penyebab tertinggi dari masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah bahwa kombinasi obat, atau obat, dan makanan yang tidak tepat yaitu (56,04%).

Patients who are hospitalized with ischemic stroke need special attention due to comorbidity and polypharmacy. This study aims to analyze drug-related problems with the domain of therapeutic effectiveness and unwanted drug reactions under the European Pharmaceutical Care Network. This research method is cross sectional based on medical records, prescriptions, and nurses' records. Samples from this study were patients with a primary diagnosis of ischemic stroke and patients aged more than equal to 23 years. Analysis was conducted on 115 study samples. The most common drug-related problem is the problem of treatment effectiveness (65.00%) with the sub-domain effect of suboptimal drug treatment (29.58%) being the most severe sub-domain. Another drug related problem is the problem of adverse reactions having a percentage (35.00%) with the substitution of adverse drug events (not allergic) of (34.58%) as the highest sub domain. The highest cause of the problems identified in this study was that the combination of drugs, or drugs, and food were not appropriate (56.04%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deddy Hermawan
"Latar belakang - Asam asetil salisilat (ASA) adalah obat antiplatelet yang telah digunakan secara luas dan terbukti efektif dalam pencegahan stroke iskemik berulang. Sebagian penderita tidak berespons terhadap terapi ASA diistilahkan sebagai resistensi ASA yang memiliki risiko tinggi mengalami stroke iskemik berulang. Resistensi ASA dapat disebabkan oleh banyak faktor. Saat ini, resistensi ASA dapat diketahui dengan pemeriksaan yang lebih sederhana, cepat dan akurat, dengan uji fungsi trombosit VerifyNow®.
Tujuan - Mengetahui prevalensi resistensi laboratorik ASA dengan uji fungsi trombosit Verifynow® pada pasien stroke iskemik di RSCM dan faktor - faktor yang mempengaruhinya.
Metode - Desain potong lintang melibatkan 50 penderita stroke iskemik yang hanya mendapatkan terapi ASA. Pemeriksaan resistensi ASA dengan uji fungsi trombosit Verifynow®. Resistensi ASA dinyatakan jika ARU ≥ 550.
Hasil - Dari 50 subyek didapatkan 7 penderita resistensi ASA. Hubungan prevalensi resistensi ASA dengan jenis kelamin laki-laki (OR= 5,217 ; p=0,115), merokok aktif (OR=4,625; p=0,1). Kelompok resistensi ASA rerata usia 51,3±9,2; median kolesterol total 140 mg/dL (124-283). Kelompok respons ASA rerata usia 57,8±9,7 (p=0,105), rerata kolesterol total 173,9 ±40,9 mg/dL (p=0,157). Analisis multivariat mendapatkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih berperan menyebabkan resistensi ASA dibanding merokok aktif (OR 5,22 ; p = 0,141).
Kesimpulan - Didapatkan prevalensi resistensi laboratorik ASA dengan uji fungsi trombosit Verifynow® pada penderita stroke iskemik di RSCM sebesar 14%. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara prevalensi resistensi laboratorik ASA dengan karakteristik sosiodemografi, penyakit penyerta, klinis, dan laboratoris serta terapi ASA. Terdapat kecenderungan prevalensi resistensi laboratorik ASA lebih banyak terjadi pada penderita laki-laki, merokok aktif, berusia lebih muda, dan hiperkolesterolemia. Jenis kelamin laki-laki lebih berperan menyebabkan resistensi ASA dibanding merokok aktif.

Background - Asetylsalicylic acid (ASA) is considered to be effective antiplatelet and widely used for the prevention of recurrent ischemic stroke. Some patients did not respond to ASA therapy. Those patients defined as ASA resistant, which are associated with high risk for experiencing recurrent ischemic stroke. ASA resistant cause by many factors. Recently, ASA resistent could be examined by more simple, rapid and accurate method, using platelet function test VerifyNow®.
Purpose - Determine the frequency of ASA resistant among ischemic stroke patients in Cipto Mangunkusumo Hospital using platelet function test Verifynow® and the factors that influence it.
Method - Design research is a cross-sectional study involving 50 ischemic stroke patients with ASA therapy only. ASA resistant measured by platelet function test Verifynow®. ASA resistant was defined as an ARU ≥ 550.
Results - From 50 subjects obtained 7 subjects with ASA resistant. Association between the frequency of ASA resistant with male gender (OR= 5,217 ; p=0,115), active smoking (OR=4,625; p=0,1). ASA resistant group with a mean age 51,3±9,2 years; median total cholesterol 140 mg/dL (124-283). ASA respond group with a mean age 57,8±9,7 years (p=0,105); median total cholesterol 173,9 ±40,9 mg/dL (p=0,157). Multivariance analysis found that male gender more influenced to ASA resistant compare to active smoking (OR= 5,22; p = 0,141).
Conclusion - The frequency of ASA resistant using platelet function test Verifynow® among ischemic stroke patients in Cipto Mangunkusumo Hospital is 14%. There is no significant correlation between the frequency of ASA resistant with sociodemographic, concomitant diseases, clinical, laboratory, and treatment characteristics. There is a trend that ASA resistant more likely occured in male gender, active smoking, younger patients, and with hypercholesterol. Male gender more influenced to ASA resistant compare to active smoking.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifah Dewi
"Tujuan: Menganalisis ekspresi gen manganese superoxide dismutase (MnSOD) pada jaringan jantung, otak dan darah tikus yang diinduksi hipoksia sistemik.
Desain: penelitian eksperimental in vivo dengan menggunakan hewan coba.
Metode: Sampe! penelitizm ini adalah 25 ekor tikus jantan strain Sprague Dawley (Rarms novergicus L), yang dibagi menjadi 5 kelompok: kelompok I tikus tanpa perlakuan hipoksia sebagai kontrol, kelompok II, III, IV dan V adalah kelompok tikus dengan perlakuan hipoksia 10% O2 selama 1, 7, 14 dan 21 hari. Setelah perlakuan tikus dimaiikan, kemudian darah, otak dan jantung tikus diambil untuk diperiksa tingkat ekspresi mRNA dengan menggunakan real time RT PCR dengan pewamaan SYBR green, serta diukur aktivitas spesifik MnSOD dengan menggunakan kit RanSOD® dengan ditambahkan NaCN untuk menghambat aktivitas CuZn SOD.
Hasil: Pada hipoksia awa] (1 hari) ekspresi relatif mRNA MnSOD dan aktivitas spesifik MnSOD menunjukkan penurunan di darah dan jantung, sedangkan pada otak tidak te1jadi penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam keadaan hipoksia sistemik perlindungan antioksidan pada otak terjadi lebih awal dibandingkan jantung dan darah. Pada hipoksia awal di jantung dan darah, mulai terjadi peningkatan ROS sehingga aktivitas spesink MnSOD menurun, namun belum dapat menstimulasi peningkatan eksprsi mRNA-nya_ Pada hipoksia I-I4 hari baik ekspresi mRNA maupun aktivitas spesiiik MnSOD pada ketiga jaringan tersebut mengalami peningkatan sejalan dengan lamanya hipoksia. Pada hipoksia lanjut (21 hari) terjadi korelasi negatif antara ekspresi relatif mRNA dngan aktivitas spesiiik MnSOD di jantung dan darah. Hal ini mnmgkin disebabkan karena produksi ROS yang sangat masif, sehingga ekspresi MRNA terus ditingkatkan namun stres oksidatif belum dapat diatasi, sedangkan pada otak fenomena tersebut tidak terjadi. Hal ini diduga karena peningkatan ROS pada hipoksia lanjut masih dapat diatasi dengan aktivitas enzim MnSOD yang tersedia tanpa harus meningkatkan ekspresi mRNA-nya. Hasil ini menunjukkan bahwa otak cenderung lebih dilindungi dalam keadaan hipoksia sistemik dibandingkan janrung dan darah. Hasil analisis uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa perubahan ekspresi relatif MRNA dan aktivitas spesifik MnSOD pada induksi hipoksia sistemik pada darah sejalan dengan perubahannya pada jantung dan otak.
Kesimpulan: Setiap jaringan mempunyai pola ekspresi gen MnSOD dan aktivitas MnSOD yang berbeda-beda pada kondisi hipoksia. Terdapat perbedaan regulasi ekspresi gen MnSOD antara hipoksia sistemik awal dan lanjut. Pengukuran ekspresi MnSOD (mRNA dan aktivitas spesifik) pada darah dapat sekaligus menggambarkan ekspresi tersebut pada jantung dan otak.

Background: The aim of this study is to determine the gene expression of manganese supenoxide dismutase (MnSOD) in rat?s heart, brain and blood induced by systemic hypoxia.
Design: This study is an in vivo experimental study.
Method: This study was conducted on 25 male Sprague Dawley rats (Rattus no1°e:~_gicn.s~ L) which were divided into 5 groups and subjected to systemic hypoxia by placing them in hypoxic chamber supplied by 10% O3 for O, l, 7. I4, 2.1 days. respectively. Rats were sacrified after treatment, and the blood. heart and brain were used for measurement of relative mRNA level ofMnSOD with real time RT PCR and measurement of spesitic activity of MnSOD enzyme using RanSOD® kit.
Result: Determination of gene expression of MnSOD (relative mRNA expression and specific activity) in rat blood and heart cells under early hypoxic induction (1 day) resulted in the lower levels compared to the level in control group. After l day of hypoxic induction the gene expression level was then increased and again decreased under very late hypoxic condition (21 days) compared to the control. This suggests that the blood and heart cells at early hypoxia have not enough time to provide more MnSOD enzyme through gene expression to eliminate the sudden accumulation of ROS. In contrast to the results in heart and blood cells. the gene expression of MnSOD in brain cells were demonstrated to be increased since early systemic hypoxia (day I) up to day l4_ and tends to decrease under late hypoxic condition (day 21) although the level still slightly higher compared to the level in control group. Under late hypoxic condition (21 days). the capacity of1VlnSOD to eliminate the accumulated ROS has been saturated as found in brain cells, or even reduced to the lower level than in normal condition as found in blood and heart cells. This study could demonstrate that brain cells have different pattern of gene expression of MnSOD compared to blood and heart cells during several time points of hypoxic induction, particularly at early stage. It should also be considered that the levels of gene expression of MnSOD in each tissue were distinct although measured under the same condition. Analysis of Pearson correlation test shows that pattern of gene expression ot`MnSOD in blood cells is appropriate with the pattern in heart and brain cells under hypoxic condition.
Conclusion: Every tissue has the different pattern of gene expression of MnSOD (relative mRNA expression and specific activity) under hypoxic condition There is different regulation of MnSOD gene expression at early and late hypoxia Analysis gene expression of MnSOD in blood cells could represent the analysis of gene expression of MnSOD in heart and brain cells under hypoxia condition.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T32890
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Kusumaningrum
"Latar Belakang: kematian dan kecacatan diseluruh dunia dan mempunyai dampak yang sangat besar baik dari segi klinis maupun sosio-ekonomi. Pada stroke iskemik akut, terdapat peningkatan kadar IL-6 yang berkorelasi dengan defisit neurologis yang lebih berat, kerusakan otak yang lebih luas dan prognosis yang lebih buruk.Oleh karena itu IL-6 dapat digunakan sebagai pemeriksaan biomarker awal untuk identifikasi pasien stroke akut yang memiliki risiko tinggi mengalami progresifitas defisit neurologis dan tingkat kematian yang lebih tinggi.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan kadar interleukin 6 dengan keluaran klinis jangka panjang menggunakan mRS (Modified Rankin Scale) pada pasien stroke iskemik akut.
Metode: Penelitian dilakukan menggunakan disain penelitian retrospective cohort, melanjutkan dari penelitian Al Rasyid. Semua sampel yang didapatkan di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, dari bulan Februari 2013 sampai selesai dilakukan follow up dilakukan pemeriksaan interleukin 6 serta penilaian keluaran fungsional mRS 3 bulan dan 6 bulan.
Hasil: Data sekunder yang berjumlah 135 subjek, diambil secara simple random sampling sebanyak 50 subjek. Masing-masing 25 subjek untuk kelompok interleukin 6 normal dan 25 subjek untuk kelompok interleukin 6 tinggi lalu dilakukan penilaian mRS 1 bulan dan 3 bulan. Hasil penelitian menunjukkan pada kedua kelompok IL-6 tidak memiliki perbedaan yang bermakna terhadap mRS 1 bulan dan 3 bulan (p= 0.244; p=0.155). Namun penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna pada kelompok penelitian IL-6 normal dan tinggi dengan perubahan nilai mRS 1 bulan ke mRS 3 bulan (p=0.012; p=0.021) dengan perubahan nilai mRS yang membaik menunjukkan proporsi yang lebih besar. Faktor risiko stroke lain seperti hipertensi, penyakit jantung, DM, dislipidemia dan merokok tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan perubahan nilai mRS (p=0.377; p=0.285; p=0.736; p=0.222; p=0.736).
Simpulan: Penelitian saat ini menunjukkan pada pasien stroke iskemik akut sirkulasi parsial anterior, tidak didapatkan hubungan langsung yang bermakna antara keluaran fungsional stroke fase akut berdasarkan mRS 1 dan 3 bulan dengan kadar IL-6 namun terdapat hubungan yang bermakna antara perubahan nilai mRS dengan IL-6 yang menandakan terdapat kecenderungan bahwa keluaran mRS buruk 1 dan 3 bulan dipengaruhi IL-6. Secara umum terdapat kecenderungan keluaran mRS buruk saat 1 maupun 3 bulan pada subjek dengan IL-6 tinggi.

Background: Stroke is one of the leading diseases that causes death and disability throughout the world. In acute ischemic stroke, there is an increase in IL-6 levels were correlated with more severe neurological deficit, brain damage is more extensive and a worse prognosis. Therefore, IL-6 can be used as an early biomarker screening for the identification of acute ischemic stroke patients who have a high risk of progression of neurological deficits and higher mortality rates.
Objective: To determine the relationship of interleukin 6 with functional outcome using mRS (modified rankin scale) in patients with acute ischemic stroke.
Methods: The study was conducted using a retrospective cohort study design, this study is a part of main study from Al Rashid research. All samples were obtained at Cipto Mangunkusumo, from February 2013 until complete follow-up. Interleukin 6 examination performed in all samples as well as evaluating the functional outcome based on mRS 3 months and 6 months.
Results: Secondary data totaling 135 subjects, drawn by simple random sampling of 50 subjects. Each group of 25 subjects for high IL-6 and 25 normal IL-6 subjects were assesed with mRS 1 month and 3 months. The results showed in both groups that IL‐6 does not have a significant difference in mRS 1 month and 3 months (p = 0.244, p = 0.155). However, this study shows there is a significant correlation between IL‐6 changes in mRS score mRS 1 month to 3 months (p = 0.012, p = 0.021) with changes that improved mRS score indicates a greater proportion. Other stroke risk factors such as hypertension, heart disease, diabetes, dyslipidemia, and smoking did not show any significant correlation with changes in mRS score (p = 0.377, p = 0.285, p = 0736, p = 0.222, p = 0736).
Conclusions: The present study showed in patients with acute ischemic stroke partial anterior circulation there is no significant direct relationship found between the acute phase of stroke functional outcome based on mRS 1 and 3 months with the levels of IL‐6 but there is a significant correlation between changes in mRS score with IL-6 indicates there is a tendency that poor mRS outcomes 1 and 3 months influenced by IL‐6. In general there is a tendency of poor outcomes pf mRS 1 and 3 months in subjects with high IL‐6.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Renny Wulan Apriliyasari
"ABSTRAK
Stroke merupakan cedera otak yang disebabkan adanya obstruksi dengan gejala Stroke Iskemik merupakan cedera otak yang disebabkan adanya obstruksi dengan gejala awal gangguan memori jangka pendek. Stimulasi auditori diberikan melalui pendekatan budaya dengan instrumen gamelan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian terapi musik gamelan terhadap memori jangka pendek pada pasien stroke iskemik. Penelitian ini menggunakan desain RCT dengan rancangan pretest-posttest with control group. Sampel yang digunakan sebanyak 19 responden kelompok intervensi dan 15 responden kelompok kontrol yang dibagi dengan cara randomisasi blok. Hasil penelitian ini dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan memori jangka pendek sebelum dan sesudah diberikan terapi musik gamelan, dengan p value 0,000 (α =0,05). Akan tetapi pada uji beda dua kelompok didapatkan hasil tidak terdapat perbedaan bermakna pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pada penelitian ini direkomendasikan bahwa penerapan terapi musik efektif digunakan sebagai stimulasi auditori pada pasien stroke iskemik.

ABSTRACT
Stroke is a brain injury caused by obstruction, one of the symptoms is short-term memory impairment. Auditory stimulation is given through a cultural approach with gamelan instruments. The purpose of the research was to know the effect of Gamelan music therapy to short-term memory in Ischemic stroke patients. RCT with using pretest-posttest with control groups design was used in this study. The number of respondents that used in the research was 19 respondents as intervention groups and 15 respondents as control group that used blok randomised. The result of the study show that there was significantly differences short-term memory between before and after Gamelan music therapy with a p-value .000 (α=.005). However, on two different test groups showed no significant difference in the intervention group and the control group. This study is recommended that the application of music therapy is effective as auditory stimulation in patients with ischemic stroke."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35435
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>