Ditemukan 170983 dokumen yang sesuai dengan query
Noor Sulistyabudi
"The advancement of technology in social media has penetrated into all areas of life such as economies, business, entertainment, education, and culture. The need of the information media such as the internet is rapidly growing. Its role has been widely spread in human life for various aspects of life. This study aims to look at now The Culture and Tourism Office of Bantul Regency use social media in preserving local culture and disseminating information on art and culture as well as the natural wealth in Bantul Regency. This study drew the data from observation and related materials from libraries and internet. The results of this study indicate social media plays an important role in preserving culture preservation in Bantul regency. Websites have been used to inform the activities of The Culture and Tourism Office of Bantul Regency in preserving local culture. It also disseminates schedules of cultural events as well as photos and videos."
Yogyakarta: BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA D.I. YOGYAKARTA, 2017
400 JANTRA 12:1 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Ferdi Arifin
"Social media is a real product of civilization. The impact of social media very influential in the effort to preserve local culture, especially the preservation of wayang kulit purwa. Recently, millenials generation has used social media in internet as an effort to preserve wayang kulit purwa. Using participation action method, this research looks at how millenials use social media top reserve wayang kulit purwa. The result shows that social media is very effective to attract people. Young people, especially, help to preserve their local culture in a current and fashionable way. This study has demonstrated that millenials have actively utilized social media to preserve local culture."
Yogyakarta: BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA D.I. YOGYAKARTA, 2017
400 JANTRA 12:1 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Sumbayak, Megahati Trinita
"Peran media sosial dalam Hallyu sangat menarik karena media sosial membuka akses kepada lebih banyak khalayak untuk memperoleh serta menikmati K-Pop. Akibat dari perkembangan teknologi dan media sosial, konsumen tidak lagi hanya menikmati konten tetapi juga menghasilkan produk. Jenkins menyebutnya dengan istilah budaya partisipatif. Pada makalah ini, penulis akan menganalisis salah satu fa ndom yang terkenal di Twitter yaitu ARMY. Tujuan dari makalah ini adalah hendak melihat bagaimana penerapan budaya partisipatif yang dilakukan oleh penggemar BTS, dilihat dari akun penggemar di media sosial Twitter. Akun penggemar yang dipilih adalah @choi_bts2 dan @almostdita. Penulis menemukan bahwa kedua akun tersebut menerapkan empat bentuk budaya partisipatif oleh Jenkins yaitu keanggotaan (affiliations), ekspresi (expressions), kolaborasi memecahkan masalah (collaborative problem solving), dan sirkulasi (circulations).
Kata Kunci: Hallyu, Budaya Partisipatif, Fandom, Twitter, BTS, ARMY.
The role of social media in Hallyu is very interesting because social media opens access to more audiences to get and enjoy K-Pop. As a result of the development of technology and social media, consumers no longer only enjoy content but also produce content. Jenkins calls it participatory culture. In this paper, the author will analyze one of the famous fandoms on Twitter, ARMY. The purpose of this paper is to see how the implementation of participatory culture is carried out by BTS fans, seen from fan accounts on Twitter. The selected fan accounts are @choi_bts2 and @almostdita. The author finds that both accounts apply four forms of participatory culture by Jenkins, namely affiliations, expressions, collaborative problem solving , and circulations. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Laras Aridhini
"Di era yang semakin mengglobal, budaya lokal harus dipertahankan sebagai jatidiri bangsa. Kini, budaya lokal dapat disajikan melalui media sosial tanpa mengurangi nilai yang tersirat di dalamnya. Seni tari adalah salah satu wujud seni pertunjukan yang kompleks. Berbeda dengan musik nonpertunjukan yang bisa dinikmati sambil melakukan aktivitas lain. Tari dan seni pertunjukan lainnya memerlukan lebih banyak waktu bagi seseorang untuk menikmatinya karena memerlukan dimensi ruang dan waktu (Irianto, 2017). Wahana Budaya Nusantara (WBN) adalah kelompok seni yang selalu menarik minat masyarakat Belanda agar mencintai budaya Indonesia. Di dalam WBN terdapat sosok Rachma sebagai perempuan berdaya (agensi individu) yang merintis dan mengembangkan budaya Indonesia melalui berbagai jenis tarian. WBN perlu diulas dalam kajian ini agar pembaca (khususnya masyarakat Indonesia) semakin mencintai budaya nusantara. Selain itu, sosok seperti Rachma perlu dijadikan teladan dalam pelestarian budaya. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi partisipasi dan wawancara daring. Sementara itu, metode analisis menggunakan studi literatur. WBN terbentuk dari gagasan Rachma dan dikembangkan bersama para anggota yang jumlahnya tidak begitu banyak. Penampilan WBN selalu dinantikan dalam setiap pasar malam dan beberapa event semi-privatProses pembelajaran selalu terjadi dalam WBN selama ini sehingga diharapkan menjadi suatu pesan semangat agar kita tidak mengenal kata terlambat untuk memulai belajar hal baru."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta, 2020
400 JANTRA 15:2 (2020)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Soca Purwandini Massardi
"Mencari informasi melalui internet baik melalui media sosial mau pun portal berita online menjadi kebutuhan mayoritas masyarakat perkotaan tak terkecuali anak muda. Banyaknya informasi yang beredar membutuhkan keberagaman dalam pengemasannya. Inilah yang mendorong kemunculan situs-situs penyedia informasi yang menyasar anak muda, seperti Nyunyu.com. Situs ini memasukkan unsur budaya pop ke dalam berbagai topik artikel yang dimuat termasuk topik serius dan aktual. Dengan analisis kualitatif terhadap konten berita “Kenaikan Harga BBM” di Nyunyu.com, makalah ini berargumen mengenai unsur budaya pop yang masuk ke dalam penyajian berita. Dari hasil observasi online, ditemukan terdapat unsur budaya pop yang sengaja dimasukkan ke dalam konten artikel sesuai dengan target pasar.
Seeking information through internet either from social media or news portal is now becoming one of the primary needs among the majority of urban societies, including youngsters. The excessive number of information need various treatments. This phenomenon is one of the causes of the emergence of websites that targeted youngsters as their audience such as Nyunyu.com. This website utilises pop culture in their articles even if it is a serious or actual topic. Using qualitative analysis to one of its content, “The Rise of Fuel Prices”, I argue about pop culture becomes part of article writing or other content production. As I have observed, there are some evidences that pop culture is being included in the article based on the targeted market."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Laksmita Larasati
"Studi kasus ini bertujuan untuk menelaah aktivisme culture jamming yang dilakukan dengan perantara sosial media, yaitu kanal YouTube fluxcup. Persebaran citra perlawanan oleh aktivisme culture jamming oleh kanal YouTube fluxcup berimplikasi positif dengan demokrasi yang ditawarkan oleh sosial media. Penelitian ini mengeksplor praktik penyebaran citra subversif yang berkembang hingga keluar dari ranah online, seperti kegiatan jual-beli cenderamata dan penerimaan proyek dari klien. Penelitian ini lebih jauh berpendapat bahwa terjadi dialektika relasi kuasa dan kontestasi nilai dalam aktivisme. Data yang diperoleh dari wawancara dengan tiga aktivis culture jamming dan tiga konsumen citra culture jamming pada kanal YouTube fluxcup menghasilkan temuan bahwa praktik subversi citra meluas pada kanal-kanal media lain dan pada ranah offline yang memunculkan perputaran kapital di dalam aktivisme. Dalam memutar kapital, terjadi dialektika relasi kuasa dan kontestasi nilai dalam aktivisme yang dinegosiasikan oleh aktivis dengan kuasa atas perannya sebagai agen.
This case study aims to explore the activism of culture jamming that is mediated by social media in fluxcup YouTube channel. The distribution of image of resistance by the culture jamming activism relates in positive correspondence with the democracy offers by social media. This research also explores the dissemination of subversive images which branches beyond online activism, such as the sales of merchandise and client based projects. Putting the opposing values of culture jamming activism and the logic of product sales, this research argues that the dialectics of power relations and the contestation of values occur within the activism. Drawing on data obtained from observation and a series of interviews with three activists of fluxcup YouTube channel and three consumers of images made by fluxcup, this study further finds a system of capital circulation within the activism. In this matter, this study argues that the activists negotiate the dialectic in power relations and contested values with their power as agents."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S68929
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Thalia Nabasa
"Internet menjadi salah satu media yang paling berpengaruhi pada saat ini. Adanya internet mempermudah berbagai kebutuhan manusia mulai dari informasi, komunikasi, aktualisasi diri, dan lainnya. Banyaknya keuntungan yang diberikan oleh internet membuat banyak kegiatan yang tidak dapat terlepas dari penggunaan internet, salah satunya adalah penyebaran informasi khususnya melalui media sosial. Penyebaran informasi yang dilakukan melalui media sosial sangatlah cepat, baik informasi melalui tulisan, lisan, maupun gambar. Salah satu informasi yang cukup banyak beredar di media sosial adalah informasi mengenai kegiatan leisure. Penelitian ini ingin melihat apakah ada pengaruh dari penggunaan media sosial terhadap keputusan konsumsi seseorang, khususnya konsumsi leisure. Peneliti akan mencoba menjawab apakah mereka akan memiliki kecenderungan untuk mengikuti tren khususnya kegiatan leisure yang ada setelah melihatnya di media sosial mereka.
Internet has become one of the most influential media nowadays. People believes that the existence of internet will simplify lots of human needs and activities, such as information, communication, self actualization, and more. Because of its benefits and function, its hard to seperate internet with human activities. One of them is information dissemination through social media and all the information in social media can be spread rapidly, through articles, pictures, or even videos. One of the popular information that people like to access is the information about leisure activities and recreation. In this research, the researcher is trying to find wheter social media will influence individuals choice to consume leisure abd recreation. Is there any sign that the individual from this research do or done leisure and recreation activities after seeing them in their social media. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Jauza Almazhifa Sas Indirana
"Seiring dengan popularitas Korean Wave yang terus tumbuh, kini telah memasuki fase baru yang biasa disebut Hallyu 2.0 atau New Korean Wave yang menandakan penggunaan media sosial sebagai media distribusi utamanya. Makalah ini menunjukkan bagaimana media sosial digunakan untuk meningkatkan soft power Korea Selatan di era New Korean Wave dengan melakukan ringkasan komprehensif dari jurnal akademik dan bukubuku yang berhubungan dengan topik tersebut. Karena popularitasnya yang semakin meningkat, Korean Wave terbukti menjadi sumber daya budaya yang dapat meningkatkan soft power Korea Selatan dan media sosial telah berhasil membantu budaya populer Korea untuk menembus pasar global.
As the popularity of Korean Wave continuously grows, it has now entered a new commonly referred as Hallyu 2.0 or the New Korean Wave denoting the use of social media as its main medium of distribution. This paper shows how social media is being used to enhance South Korean soft power in the era of the New Korean Wave by undertaking a comprehensive summary from academic journals and books correlating with the topic. Due to its intensifying popularity outbreak, Korean Wave is proven to be a cultural resource that can increase South Korea`s soft power and social media have successfully aiding Korean popular culture to penetrate the global market."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Tanjungpinang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997
302.23 PER
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Bandar Lampung: Dep. P dan K, 1997/1998
302.23 UNI p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library