Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120655 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ulfa Sekar Langit
"In the study Self talk as 8 Regulatory Mechanism: How You Do It Matters (Kross et al., 2014) shows the use of names when doing self talk strategies can be used as a mechanism of self regulation of stressors in the future. However, in Indonesia, there is a culture where people are accustomed to calling themselves by name when interacting daily. This study attempted to further understand the influence of name use strategies when self talk to the mechanism of self regulation of future stressors in individuals who have been accustomed to calling themselves by name. The study was conducted in two studies (N = 195) with a university student as a participant. In study 2 participants were people who were accustomed to calling themselves by name. The results of the analysis showed that participants who did self talk strategy using names (M: 0,913; SD=0,417) assessed the stressors in the future as a challenge rather than a threat compared to
participants who did self talk strategy using the first person pronoun (M: 0,732. SD=0,368). This difference is significant t(93) = min 1,107, p>0,05 (Study 1). Meanwhile, in participants who are accustomed to calling themselves by name, the assessment of stress triggers in the future does not differ significantly between the conditions of using names (M=0,71; SD= 0,29) and the condition of using first person pronoun (M=0,65; SD=0,27) with the results of the t test as follows, t(93) = min 1,107, p>0,05. (Study 2). That is, the selftalk strategy uses the name of the mechanism of self regulation in individuals who are accustomed to calling themselves by name unable to change judgment (from a threat to challenge) to future stressors."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI, 2018
150 JPS 15:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaeni Fajar
"Kasus penistaan agama pada pilkada DKI tahun 2016 memberikan gambaran bagaimana evaluasi bias dapat terjadi dalam relasi antar kelompok di Indonesia. Selain karena faktor agama, persepsi ketidakadilan dapat menjadi basis evaluasi bias antar kelompok. Kami menduga bahwa perbedaan konteks adil tidak adil memiliki peran terhadap evaluasi bias. Studi eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran persepsi ketidakadilan (vs. adil) terhadap evaluasi bias berdasarkan perspektif diri dan Tuhan (N = 219; M age = 21,63; 49% perempuan). Studi eksperimen ini menggunakan desain 2 (pengambilan perspektif: diri dan Tuhan; within) x 2 (konteks: adil vs. tidak adil; between) mixed design. Evaluasi bias diukur dengan menggunakan skenario pemberian hukuman orang ketiga dimana partisipan memiliki peran sebagai orang ketiga yang dapat memberikan hukuman kepada target outgroup (pemain fiktif). Hasilnya menunjukkan bahwa konteks tidak adil (vs. adil) memiliki perbedaan yang signifikan terhadap evaluasi bias outgroup berdasarkan perspektif diri dan Tuhan. Evaluasi bias akan cenderung untuk lebih tinggi pada konteks tidak adil daripada konteks adil. Hasil ini memiliki implikasi bahwa dalam relasi antar kelompok persepsi ketidakadilan dan penggunaan perspektif diri (vs Tuhan) memiliki pengaruh terhadap evaluasi bias outgroup."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI, 2017
150 JPS 15:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Giovanno Rachmat
"Previous studies showed that social distance has an important role in explaining donation behavior. This is built on the notion that a person is more likely to give donation to someone with similar group memberships. However, each person has different levels of proximity (or distance) towards the target with group memberships. Objective/y, they may have the same social background. Subjectively, however, the person may perceive that their personal identity not closely related to the social group in common that might cause to perceive a distant to the target and cosequently would not be able to increase donation behavior. This study attempted to further understand the relationship of social distance with donation behavior by examining the fusion identity as moderator. One hundred and ten undergraduate Muslim students of Universitas Indonesia (M=19.87, SD=1. 10) were recruited as participants. We used 2 (social distance: near vs. distant) x 2 (identity fusion: high vs. low) between subject design. The analysis showed that 15.30% variance donation behavior can be explained by social distance, F(5,104)= 3.756, p= 0.04, though social distance did not have a significant unique effect to wards donation behavior. However, there was a significant interaction effect between social distance and identity fusion 0.456, SE: 0187, 9500 0/ [0.086, 0.826], t= 2.443. p= 0.016268, 95% CI [min 1235, min 0.173], t: min 2. 631, p= 0.010) but not when the identity fusion is high). Specially, social distance affected donation behavior when the identity fusion is low (b: min 0. 704, SE: 0."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI, 2018
150 JPS 15:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Shinantya Ratnasari
"This study aims to determine differences in emotional regulation between women and men which are currently enrolled in the higher education. In this study, the proposed hypotheses are: ( 1) there is a difference in emotion regulation in general between women and men; (2) there was no difference in cognitive reappraissal between women and men; and (3) there is a difference in expressive suppression between women and men. We conducted the questionnaire survey method to determine the differences in emotion regulation between women and men. The instrument was adapted from questionnaires constructed by Gross and John (2003). Participants were 81 students of the Faculty of Psychology UI, consisting of 48 women and 33 men. The results showed no difference in the cognitive reappraisal dimension between women and men, while there is no difference in expressive suppression dimension between women and men. Thus, there is also a difference in general emotional regulation between women and men. These results are consistent with the hypothesis of the study."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI, 2017
150 JPS 15:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M. Himawan T. Arifianto
"Penelitian ini merupakan adaptasi dari konseptualisasi dan pengukuran yang baru dari orientasi dominasi sosial (perbedaan individu pada preferensi untuk hirarki dan ketimpangan berbasis kelompok) yang dinamakan SDO 7 S. Alat ukur SDO 7 S ini memiliki dua dimensi, yaitu dominasi (SDO-D) dan egalitarian (SDO-E). SDO-D merupakan preferensi untuk sistem dominasi berbasis kelompok, yang mewakili penjelasan bahawa kelompok dengan status tinggi secara langsung menekan kelompok dengan status rendah. SDO-E merupakan preferensi dari sistem ketimpangan berbasis kelompok yang dipertahankan dengan hubungan antara ideologi dan pengaturan sosial yang mendukung adanya hierarki dalam sistem sosial. Adaptasi SDO 7 S ini melibatkan 200 partisipan (69% perempuan; Musia= 21.6 tahun). Dalam adaptasi alat ukur ini, ditemukan dua item yang bermasalah, yaitu item nomor 1 (SDO1) dan 2 (SDO2). Kedua item ini dikeluarkan dari analisis. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa alat ukur adaptasi SDO 7 S merupakan alat ukur yang reliabel, begitu juga dengan uji validitas yang mengukur bahwa alat ukur adaptasi SDO 7 S merupakan alat yang valid dalam mengukur orientasi dominasi sosial. Hasil analisis faktor konfirmatori menunjukkan bahwa model dua dimensi dalam orientasi dominasi sosial, yaitu dominasi (SDO-D) dan egalitarian (SDO-E) tidak fit dengan data. Sedangkan model empat faktor dari orientasi dominasi sosial (D-Pro, D-Con, E-Pro, dan E-Con) merupakan model teoretis yang sesuai dengan data. Adaptasi alat ukur SDO 7 S menunjukkan bahwa pengukuran orientasi dominasi sosial memiliki empat"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI, 2017
150 JPS 15:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Azmi Nisrina Umayah
"Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh empati emosional terhadap perilaku prososial yang dimoderasi oleh jenis kelamin pada mahasiswa baru psikologi UNM. Empati emosional didefinisikan sebagai dorongan secara otomatis dan tanpadisadari untuk merespon keadaan emosi orang lain. Dan perilaku prososial diartikan sebagai tindakan dengan cara pemberian dua perlakuan berupa video yang membuat emosional individu meningkat ataupun netral dengan instrument untuk mengukur empati emosional dengan menggunakan Positive dan Negative Affect Scale (PANAS) yang dikembangkan oleh Watson, Clark &Tellegen (1988). Pengukuran perilaku prososial dilakukan dengan melihat jumlah donasi yang diberikan oleh responden. Responden penelitian berjumlah 32 mahasiswa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan kriteria mahsiswa baru psikologi UNM.Penelitian eksperimen ini menggunakan desain faktorial 2 (empati: netral vs empati) X 2 (jenis kelamin: laki-laki vs perempuan) between subject design. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara empati emosional terhadap perilaku prososial, tapi pengaruh jenis kelamin sebagai moderator terhadap perilaku prososial tidak memiliki efek yang signifikan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia da Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI, 2017
150 JPS 15:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Johan Wahyudi
"The purpose of this research was to answer the question regarding whether perceived social justice or interpersonal trust is the stronger predictors of political trust. The research method was correlational study, using accidental sampling method, with university students above 19 years old as the research respondents. We successfully gathered 1161 respondent. Perceived social justice was measured by Procedural and Distributive Justice Scale (Blader & Tyler, 2003), interpersonal trust was measured by Propensity to Trust Scale (Evans & Revelle, 2008), and political trust was measured by Citizen Trust in Government Organizations Scale (Grimmelikhuijsen & Knies, 2015). Results show that political trust was positively correlated with perceived social justice (r = 0.714, n = 1161, p>0.01, one-tailed) and interpersonal trust (r = 0.112, n = 1161, p>0.01, one tailed). Regression analysis showed that perceived social justice was the better predictor (B = 0.711) rather than interpersonal trust (8 = 0.114) towards political trust."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI, 2017
150 JPS 15:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aiyuda
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara keintiman, komitmen, dan kepercayaan terhadap pemaafan, serta peranan kepercayaan sebagai mediator hubungan antara keintiman dan komitmen terhadap pemaafan. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 203 orang istri yang diambil menggunakan tehnik purposive random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan empat skala adopsi, yaitu skala pemaafan-MOFS (The marital offence-specific forgiveness scale), skala keintiman PAIR (Personal assessment intimacy in relationship), skala komitmen, dan skala kepercayaan. Hipotesis penelitian meliputi: (1) ada hubungan positif antara keintiman dan kepercayaan (2) Ada hubungan positif antara komitmen dan kepercayaan (3) ada hubungan positif antara kepercayaan dan pemaafan (4) ada hubungan antara keintiman dan pemaafan dimediasi oleh kepercayaan (5) ada hubungan antara komitmen dan pemaafan dimediasi oleh kepercayaan. Hasil penelitian menunjukkan menemukan bahwa keintiman dan komitmen berhubungan dengan kepercayaan. Kepercayaan dapat menjadi mediasi hubungan keintiman dengan pemaafan, tapi tidak memediasi pada hubungan komitmen dengan pemaafan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI, 2017
150 JPS 15:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Munthe, Ricca Angreini
"Melayu merupakan salah satu suku di Indonesia yang menjunjung tinggi kolektivitas budaya. Hal ini dapat terlihat dari interaksi masyarakat Melayu, salah satunya dalam bentuk persaudaraan. Hubungan persaudaraan dalam budaya Melayu ditunjukkan dengan upaya saling menjalankan fungsi sebagai saudara agar hubungan yang ada dapat dijaga dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui saudara yang amanah dengan menggunakan pendekatan psikologi indijinus. Sebanyak 288 remaja di Pekanbaru-Riau diberi kuesioner pertanyaan terbuka modifikasi dari Kim (2009) dan informasi mengenai data diri. Analisis data penelitian menggunakan kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan Psikologi Indijinus, yaitu pendekatan yang dilihat dari sudut pandang budaya lokal, yang memungkinkan untuk melihat setiap fenomena dipandang sesuai dengan konteks terkait. Respon dikategorisasi berdasarkan persamaan tema, kemudian frekuensi respon dalam kelompok kategori ditabulasi silang dengan jenis kelamin responden. Hasil penelitian menemukan bahwa ada empat kategori ciri saudara yang dinilai amanah yaitu (1) karakter (59,5%), (2) peran (23,6%), dan (3) kebaikan hati (16,9%)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI, 2017
150 JPS 15:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahyani Radhiani Fitri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri orang tua yang amanah serta perbedaan antara ayah dan ibu yang amanah. Subjek penelitian adalah 444 pelajar SMA dan mahasiswa di Pekanbaru, Riau yang mendapatkan kuesioner dengan pertanyaan terbuka yang dimodifikasi dari kuesioner Kim (2009). Analisis data penelitian menggunakan kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan indigenous psychology, yaitu pendekatan yang dilihat dari sudut pandang budaya lokal, yang memungkinkan untuk melihat setiap fenomena berdasarkan konteks terkait. Analisis data dilakukan dengan mengkategorisasikan jawaban subjek berdasarkan persamaan tema, kemudian dilakukan tabulasi silang berdasarkan frekuensi respon dalam kelompok kategori. Hasil penelitian menemukan bahwa ada empat kategori ciri-ciri ayah dan ibu yang amanah yaitu (1) peran, (2) karakter, (3) integritas, dan (4) benevoleance. Peran merupakan kemampuan yang dilakukan orang tua untuk menunaikan amanah, karakter adalah tabiat atau sifat yang mengarahkan pada perilaku amanah orang tua, sedangkan integritas merupakan kesesuaian dan konsistensi antara komitmen dan perilaku orang tua pada anak, dan benevoleance merupakan bentuk perhatian dan kasih sayang orang tua yang dirasakan anak."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI, 2017
150 JPS 15:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>