Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140012 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wening Sari
"ABSTRAK
belakang: Sambiloto Andrographis paniculata Ness. telah digunakan secara luas sebagai obat tradisional. Tanaman ini mempunyai potensi sebagai antikanker. Andrografolida sebagai senyawa aktif utama sambiloto telah terbukti bersifat sitotoksik terhadap berbagai jenis sel kanker. Evaluasi toksisitas penting dilakukan untuk memastikan keamanan andrografolida dan tanaman sambiloto. Penelitian ini bertujuan menganalisis efek andrografolida dan ekstrak/fraksi sambiloto terhadap viabilitas, siklus, serta faktor transkripsi diferensiasi sel punca mesenkimal asal sumsum tulang manusia bone marrow mesenchymal stem cells/BMMSC menjadi osteoblas. Metode: Penilaian efek andrografolida dan fraksi etil asetat sambiloto FEAS terhadap viabilitas, siklus sel serta tingkat ekspresi mRNA CDK4 dan p21 dilakukan dengan memaparkan andrografolida konsentrasi 5, 10 dan 15 g/mL dan FEAS konsentrasi 20, 40 dan 60 g/mL selama 12, 24 dan 36 jam. Viabilitas sel diperiksa berdasarkan prinsip reduksi garam formazan WST-8, analisa siklus sel menggunakan flow cytometer dan tingkat ekspresi mRNA dengan quantitative RT-PCR. Penilaian terhadap diferensiasi osteoblas dilakukan dengan menginduksi BMMSC dengan medium osteogenik disertai pemberian andrografolida konsentrasi 5 dan 10 g/mL serta FEAS konsentrasi 20 dan 40 g/mL selama 7, 14 dan 21 hari, kemudian dinilai intensitas pewarnaan alizarin red AR , kadar deposit kalsium ekstraseluler serta tingkat ekspresi runx2 dan osterik. Hasil: Andrografolida dan FEAS menurunkan viabilitas BMMSC sesuai tingkatan konsentrasi dan waktu paparan. Kedua bahan uji tersebut menghambat proliferasi BMMSC dengan meningkatkan secara bermakna persentase populasi sel pada fase G1 dan menurunkan populasi sel yang memasuki fase S dan G2 siklus sel pada paparan 24 jam. Tidak terdapat efek terhadap tingkat ekspresi mRNA CDK4 namun ekspresi mRNA p21 meningkat bermakna. Andrografolida dan FEAS menurunkan intensitas warna merah AR, kadar matriks kalsium ekstraseluler dan ekspresi mRNA runx2 secara bermakna, namun meningkatkan ekspresi mRNA osterik pada proses diferensiasi BMMSC menjadi osteoblas Kesimpulan: Andrografolida konsentrasi 5, 10 dan 15 g/mL maupun fraksi etil asetat sambiloto konsentrasi 20, 40 da 60 g/mL mempunyai efek toksik terhadap viabilitas, proliferasi dan diferensiasi osteoblas pada BMMSC secara in vitro. Kata kunci : Andrografolida, Andrographis paniculata, BMMSC, siklus sel, osteoblas.
Background: Sambiloto Andrographis paniculata Ness./AP , has been used extensively as a traditional medicine. Andrographolide as the main active component of this plant showed cytotoxic activity in vitro on various type of cancer cells line. Toxicity evaluation is important to ensure the safety of andrographolide and this bitter plant. The objective of this study was to investigate the effects of andrographolide and the extract of AP on viability, cell cycle, and transcription factors of osteoblast differentiation on human bone marrow mesenchymal stem cells BMMSC Methods: BMMSC were treated with andrographolide at 5, 10 and 15 ?g/mL and ethyl acetate fraction of AP EAFA at 20, 40 and 60 ?g/mL for 12, 24 and 36 hours. The cells viability was assessed using tetrazolium salt WST-8 assay, the cell cycle was evaluated using flow cytometer with propidium iodide DNA?binding fluorescent dyes and the expression of CDK4 mRNA and p21 was analyzed by RT-PCR. Further examination was investigated the effects of the compounds on the osteogenic differentiation of BMMSC. The cells were cultured on osteogenic medium and treated with andrographolide at 5 and 10 ?g/mL and EAFA at 20 and 40 ?g/mL for 7, 14 and 21 days. The matrix mineralization was assessed by alizarin red-s staining AR , the semi-quantification of calcium was determined by acetic acid extraction of calcium binding AR and the expression of runx2 and osterix were analysed by RT-PCR Results: This research was revealed that andrographolide and EAFA decreased the cell viability, arrested the cell cycle at G1 phase, and up regulated the expression of mRNA p21. Moreover andrographolide and EAFA supplementation decreased the intensity of AR and calcium deposition on cell culture. The expression of transcriptor factors runx2 was down regulated while osterix was up regulated. Conclusion: Andrographolide at 20, 40 and 60 ?g/mL and EAFA at 20, 40 and 60 ?g/mL showed potentially toxic on cell viability, arrested cell cycle and impaired osteoblast differentiation of BMMSC in vitro. "
2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ernawati
"Daun beluntas atau Pluchea indica (L.) Less telah lama dimanfaatkan sebagai makanan dan obat tradisional. Iradiasi sinar gamma sering digunakan untuk dekontaminasi bahan pangan maupun herbal, namun diperlukan dosis iradiasi yang tepat agar efektif dalam membunuh mikroorganisme dengan tetap memaksimalkan kadar senyawa bioaktif dan aktivitas biologisnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh iradiasi gamma 60Co terhadap cemaran mikroba, kadar senyawa turunan asam kafeoil quinat, dan aktivitas antioksidan daun beluntas. Serbuk daun beluntas diiradiasi dengan sinar gamma 60Co dengan dosis serap 0, 2,5, 5, 7,5, dan 10 kGy. Angka lempeng total bakteri aerob dan angka kapang khamir diuji menggunakan metode Petrifilm pada 0 dan 3 bulan setelah iradiasi. Setelah proses maserasi dengan etanol 70%, kadar 6 senyawa turunan asam kafeoil quinat dalam ekstrak daun beluntas ditentukan dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Aktivitas antioksidan ekstrak daun beluntas diukur dengan metode DPPH, ABTS dan ferric reducing antioxidant power (FRAP). Iradiasi gamma dosis 2,5–10 kGy efektif menurunkan angka lempeng total dan angka kapang khamir serbuk daun beluntas (p < 0,05). Kadar senyawa turunan asam kafeoil quinat dalam ekstrak daun beluntas meningkat signifikan pada dosis 5–10 kGy (p < 0,05). Sementara aktivitas antioksidan menunjukkan kenaikan signifikan pada dosis 2,5–10 kGy (p < 0,05). Diantara dosis iradiasi tersebut, dosis 10 kGy menunjukkan hasil yang terbaik. Dengan demikian, iradiasi gamma dosis 10 kGy bermanfaat dalam menurunkan cemaran mikroba sekaligus meningkatkan kadar senyawa asam kafeoil kuinat dan aktivitas antioksidan daun beluntas.

Pluchea indica (L.) Less or beluntas leaf has long been used as food and in traditional medicine. Gamma irradiation is widely used as a decontamination method of foodstuffs and herbs. However, the appropriate dose of gamma irradiation is necessary to reduce microbial contamination while maximizing the plant’s bioactive constituents and biological activities. This study investigated the effect of gamma 60Co irradiation on the microbial burden, caffeoylquinic acid derivatives content, and antioxidant capacity of beluntas leaf. Beluntas leaf powder was exposed to gamma rays from 60Co at the absorbed dose of 0, 2.5, 5, 7.5, and 10 kGy. The total aerobic bacteria count and total yeast and mold count were investigated using the Petrifilm method at 0 and 3 months after irradiation. After a maceration of beluntas leaf with 70% ethanol, the content of six caffeoylquinic acid derivatives (CQAs) was assayed using high-performance liquid chromatography. The antioxidant capacity of the extract was determined using the DPPH, ABTS, and ferric reducing antioxidant power (FRAP) methods. Gamma irradiation at 2.5–10 kGy effectively reduced bacteria, yeast, and mold in beluntas leaf powder (p < 0.05). The levels of CQAs in beluntas leaf extract were significantly increased at 5–10 kGy (p < 0.05). Meanwhile, the antioxidant activity was enhanced significantly at 2.5–10 kGy (p < 0.05). Among the irradiation doses, 10 kGy showed the best results. Thus, gamma irradiation at 10 kGy is useful in reducing microbial contamination as well as increasing caffeoylquinic acid derivatives content and antioxidant capacity of beluntas leaf."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhen Maulana
"Jamu gendong merupakan obat tradisional asli Indonesia yang dijajakan dalam keadaan segar oleh penjual secara berkeliling dari rumah ke rumah atau di tempat keramaian Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan persepsi konsumen tentang jamu gendong menganalisis hubungan pengetahuan penjual dengan pengetahuan dan persepsi konsumen tentang jamu gendong Desian riset menggunakan studi korelasi dan perbandingan dengan pendekatan crossectional Instrument menggunakan kuesioner yang diberikan kepada konsumen sebanyak 100 orang Tingkat pengetahuan konsumen 48 baik dan sisanya kurang baik dari 20 pertanyaan yang diajukan sedangkan persepsi konsumen ldquo cukup baik rdquo 85 sisanya berpersepsi ldquo baik rdquo Tidak terdapat hubungan pengetahuan penjual terhadap pengetahuan maupun persepsi konsumen Perbandingan pengetahuan konsumen tidak ditemukan perbedaan tetapi ditemukan perbedaan pada persepsi konsumen Saran penelitian dilakukan pengembangn jamu gendong dengan penyuluhan kepada penjual dan juga penelitian lebih lanjut.

Jamu Gendong is an Indonesian traditional medicine which is sold in fresh condition by seller who are going door to door or sell in the downtown The purposes of this research are to find out the customer rsquo s perception and level of knowledge about Jamu Gendong analyzing the relationship of seller rsquo s Knowledge with the customer knowledge and perception about Jamu Gendong Research design using correlation studies and comparison with cross sectional approach Furthermore the instruments using a questionnare which are given to customers amounted 100 people The level of customer rsquo s knowledge 48 is good and the rest is not good from 20 queries while the customer rsquo s perception is ldquo very good rdquo 85 percents the rest is ldquo good rdquo There is no correlation between seller rsquo s knowledge against customer rsquo s knowledge or perception Comparison of customer rsquo s knowledge did not discover any difference however there is the difference upon customer rsquo s perception Research suggestion to develop Jamu Gendong by educating the seller and to conduct a further research as well."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, [2014, 2014]
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronny Aruben
"ABSTRAK
Dua macam dukun yang mempunyai peranan penting da_am pengobatan penyakit di desa Binala adalah taha hopa an taha roro. Dukun yang disebut pertama melakukan engobatan dengan mengandalkan mantra, sedangkan yang keua enitikberatkan pengobatannya dengan menggunankan antuan mahluk halus. Derr kian taha hopa melakukan peng-obatan dalam keadaan sadar, sebaliknya taha roro melaku-kannya dalarn keadaan tidak sadar atau kesurupan. Persa-maannya, keduanya rnenggunakan unsur-unsur gaib dalarn praktek pengobatannya, yakni: mantra (lahopa), jimat (p-pehe'), dan roh pembantu (hapi'). Para dukun mernbagi penyakit ke dalam dua kategori, yakni: saki biasa ('penyakit biasa'), dan saki' kebiasa_an ('penyakit adat'). Penyebab 'penyakit biasa' dijelas_kan oleh mereka secara alarniah, seperti: masuk angin, da_rah kotor, dan sebagainya. Penyakit-penyakit yang terma_suk dalam kategori ini, misalnya pening, batuk, pilek, dan sebagainya. Penyakit-penyakit seperti ini dianggap oleh mereka sebagai penyakit-penyakit ringan. Sebaliknya penyebab'penyakit adat' dijelaskan oleh mereka secara

"
1984
S12898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sapto Purwiantono
"Tanainan mundu (Garcinia dulcis KURZ) merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang berasal dari Indonesia dan Philipina. Tanaman ml terutama ditemukan
di Asia Tenggara; Burma, Malaysia, Philipina, dan Indonesia. Di Indonesia,
tanainan mi tumbuh liar di selunih Jawa pada ketinggian 500 meter di ataz
permukaan laut. Pohon yang tinggnya hingga 12 meter dengan batang
berdiameter 20 cm mi termasuk dalam famili Guttiferae.
Hampir selunih bagian dari tanaman ml dapat dimsrnftkan. Terutaina
sebagai obat tradisional penyakit parotis (gondok), limpatis dan pembengkakan
kelenjar. Selain itu dapatjuga digunakan sebagai pewarna bahan anyalnan Penelitian liii bertujuan untuk mengisolasi senyawa organik yang terkandung
dalarn biji mundu. Isolath senyawa terebnt dilakukan melalui perendaman dalain pelarut
metanol. Ekatrak metanol yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan rotary
evaporator. Setanjutnya pemisahan komponen ditakukan dengan menggunakan
krornatografi kolorn. Hasil pernisahan dengan kroinatografi kolom diketahui melalui uji
bercak kembali untuk mengetahui banyaknya komponen yang diperoleh path masingmasing
fraksi, kristal yang diperoleh dimurnikan dengan cara rekristalisasi.
Komponen hasil rekristalisasi tersebut ditentukan slruktur molekulnya dengan
menggunakan spektrofotometer Inframerah (IR), spektrofotometer sinar tampak dan
spekiroineter (iCMS.
Senyawa kimia yang berhasil diisolasi dan diketahui gugus molekulnya adalah
komponen Y. Komponen Y diduga merupakan senyawa xanthon yang memiliki sistem
aromatis dengan ikatan terkonjugasi, gugus karbonil, gugus hidrokail, giigus metil dan
metilen"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Ima
"ABSTRAK
Hubungan Nilai-Nilai dan Keyakinan Budaya dengan Pengobatan Tradisional pada Masyarakat Suku Dayak Taman di Kalimantan BaratPengobatan tradisional merupakan praktek berdasarkan teori, kepercayaan, dan pengalaman adat budaya untuk pemeliharaan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan nilai-nila dan keyakinan budaya dengan pengobatan tradisional pada masyarakat Suku Dayak Taman di Kalimantan Barat. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 108 responden menggunakan teknik purposive sampling. Hasil uji Chi-square menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara nilai-nilai dan keyakinan budaya dengan pengobatan tradisional p= 0,001.

ABSTRAK
Relationship Between Values and Culture Beliefs with Traditional Medicine in the Community Dayak Taman Tribe in West Kalimantan.Traditional medicine is pratices based on the theories, beliefs, and excperience customary to health maintenance. The purpose of this research to describe relationship between values and culture beliefs with traditional medicine in the community Dayak Taman tribe in West Kalimantan. This research used cross sectional design. The number of samples in this study were108people that determined based on purposive sampling. The result test of Chi square indicated that there was significant relationship between the culture values and beliefs with traditional medicine p 0,001."
2017
S69172
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sianipar, T.
Jakarta: Grafikatama Jaya, 1992
291.144 SIA d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Kurnia Septiana
"Diabetes melitus adalah penyakit yang serius dan kronis di mana tingkat terjadinya meningkat seiring dengan peningkatan obesitas dan penuaan. Salah satu pendekatan terapi untuk mengurangi hiperglikemia postprandial adalah dengan memperlambat penyerapan glukosa karena adanya penghambatan terhadap α-glukosidase.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui beberapa tanaman yang memiliki aktivitas penghambatan α-glukosidase serta melakukan identifikasi golongan kandungan kimia dari famili Apocynaceae dan Clusiaceae.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga ekstrak yang memiliki nilai IC50<5μg/ml, yaitu ekstrak daun dan kulit batang Garcinia daedalanthera serta ekstrak daun Garcinia kydia menunjukkan nilai IC50 2,33 µg/ml, 3,71 µg/ml dan 3,88 µg/ml. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa famili Apocynaceae mengandung alkaloid, saponin, terpen, dan glikosida, sedangkan famili Clusiaceae mengandung tanin, terpen, saponin dan glikosida.

Diabetes mellitus is a most serious and chronic disease whose incidence rates are increasing with incidences of obesity and aging of the general population over the world. One therapeutic approach for decreasing postprandial hyperglycemia is to retard absorption of glucose by inhibition of a-glucosidase.
The aim of this research was to screen some plants that had α-glucosidase inhibiting activity and identified chemical groups of the Apocynaceae and Clusiaceae families. The results showed that three extracts have IC50 value<5μg/ml. The leaves and barks extracts of Garcinia daedalanthera also leaves extract of Garcinia kydia showed high inhibitory activities, with IC50 values of 2.33 µg/ml, 3.71 µg/ ml and 3.88 µg/ml.
The results of phytochemistry screening showed that Apocynaceae family contains class of alkaloid, terpen, saponin and glycoside, while Clusiaceae family contains tannin, terpen, saponin and glycoside."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S669
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Background: Jamu has be en a long history as an ancient heritage and indigenous wisdom for maintaining and restoring health of Indonesian people. However, as traditional medicine, jamu stilllacks of scientific evidence in terms of efficacy and safety On the other hand, there is a great demand to use jamu in medical services, including the direction of Indonesian President to raise jamu as a therapeutic modality of health care. Methods: To solve this problem, the Indonesian Ministry of Health has established the Programme of Jamu Scientification, trying to provide scientific evidence through research and development, regarding the efficacy and safety of jamu. Jamu Scientification can be seen as a breakthrough effort to accelerate jamu research in down stream side. Jamu, as part of traditional medicine, use naturopathic approach, focusing on healing instead of removing disease, as contrasted to allopathic medicine. Coventional medicine uses alloptahic approach, implementing more radical treatment, i.e. modern drugs and surgeries. Results: Jamu Scientification is trying to synthesize naturopathic approach and allopathic approach to be integrative medicine. Consequently, the evaluation of clinical outome for Jamu Scientification is using holistic approach, as the phylosophy of integrative medicine. The clinical outcome is not only measured by objective parameters (laboratory results and measurement) but also by subjective parameters (self­responded outcome, quality of life, and wellnes index). By doing Jamu Scientification for obtaining the scientific evidence of efficacy and safety, it is hoped that we can accelerate the integration of jamu into formal health services.
"
BULHSR 15:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>