Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58037 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sigit Wibowo
"Menurut WHO, 54 kematian bayi disebabkan oleh masalah gizi. Berdasarkan GNR, Indonesia merupakan negara ke-17 dari 117 negara yang memiliki masalah gizi kompleks, sehingga mengancam kualitas SDM Indonesia di masa mendatang. Berdasarkan hasil Riskesdas dan PSG, permasalahan stunting, wasting, dan under weight cenderung tetap dan masih menjadi masalah gizi masyarakat karena berada di atas nilai ambang batas yang ditetapkan WHO. Berdasarkan Perpres Nomor 42/2013, untuk menanggulangi masalah gizi diperlukan kerjasama lintas sektor melalui upaya intervensi spesifik dan sensitif dimana diyakini intervensi gizi sensitif berkontribusi 70 dan intervensi gizi spesifik berkontribusi 30 dalam mengatasi permasalahan gizi. Agar pelaksanaan program intervensi gizi dapat berjalan optimal, maka diperlukan data daninformasi yang baik sehingga pelaksanaan program lebih tepat waktu dan tepat sasaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dasbor penyajian data dan informasi sistem informasi gizi terpadu. Pengembangan dasbor ini menggunakan model pengembangan dasbor berbasis user-centered design dentifikasi kebutuhan, analisis dan perencanaan, perancangan prototipe, pengujian dan evaluasi, dan implementasi. Luaran penelitian diharapkan dapat menjadi media yang efektif dan efisien dalam menyajikan data dan informasi gizi sehingga tindakan intervensi spesifik sektor kesehatan maupun intervensi sensitif sektor non kesehatan dapat berjalan lebih cepat, tepat, akurat, serta mendukung stakeholder terkait dalam proses pengambilan tindakan intervensi maupun perumusan kebijakan perbaikan gizi masyarakat. Selain itu, dasbor yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur kinerja organisasi.

According to WHO, 54 of infant deaths are caused by nutritional problems. Based onGNR, Indonesia is the 17th country out of 117 countries that have complex nutritional problems, thus threatening the quality of Indonesian human resources in the future. Based on the results of Riskesdas and PSG, stunting, wasting, and underweight problems tend to remain and still become a community nutritional problem because it is above theWHO's set of thresholds. Based on Presidential Decree Number 42 2013, to over comenutritional problems requires cross sectoral cooperation through the efforts of specific and sensitive interventions where it is believed that sensitive nutritional interventions contribute 70 and specific nutrient interventions contribute 30 in overcomingnutritional problems. In order for the implementation of nutritional intervention program can run optimally, it needs good data and information so that the implementation of theprogram is more timely and right on target.
This study aims to develop a dashboard of data presentation and information integrated nutrition information system. This dashboard development uses a user centered design dashboard development model needs identification, analysis and planning, prototype design, testing and evaluation, and implementation. The research output is expected to be an effective and efficient media in presenting nutritional data and information so that specific intervention health sector and sensitive non health sector interventions can run faster, accurately, and support relevant stakeholders in the intervention taking process as well as the formulation of community nutrition improvement policy. In addition, the resulting dashboard can serveas a tool for measuring organizational performance.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49911
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Lestriani
"Latar Belakang: Direktorat Gizi Kementerian Kesehatan Indonesia meluncurkan Sistem Informasi Gizi Terpadu (SIGIZI Terpadu), salah satu platformnya adalah E-PPGBM untuk membantu mengatasi permasalahan gizi di Indonesia dan mendukung Gerakan Nasional Penurunan Stunting. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara yang memiliki 47 Puskesmas telah menerapkan sistem informasi E-PPGBM sejak tahun 2017. Berdasarkan survei yang telah dilakukan terdapat beberapa masalah dalam penginputan data yang menjadi keluhan dari petugas gizi Puskesmas. Masalah tersebut antara lain : gangguan jaringan, aplikasi E-PPGBM sering sulit diakses, data yang sudah diinput ke aplikasi sering hilang pada saat aplikasi error serta didapatkan bahwa capaian entry data E-PPGBM masih ada yang di bawah 70%. Sehingga perlu dilakukan evaluasi pada sistem yang berjalan saat ini.
Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas penggunaan Sistem Informasi E-PPGBM dengan pendekatan HOT-Fit pada Puskesmas di Jakarta Utara.
Metode: Menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan desain cross sectional (potong lintang) serta pendekatan survei. Sampel penelitian diambil menggunakan metode total sampling dengan jumlah 50 responden.
Hasil: Variabel manusia dinilai responden sudah puas karena secara garis besar dapat membantu dalam pekerjaan tetapi masih kurang dalam kemudahan aksesibilitasnya. Variabel organisasi dinilai responden sudah puas karena adanya dukungan pimpinan dalam pelaksaan E-PPGBM.Variabel teknologi dinilai responden sudah baik tetapi masih kurang pada respon IT dan provider saat sistem mengalami gangguan.
Kesimpulan: Efektivitas penggunaan E-PPGBM pada Puskesmas di wilayah kerja Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara sudah baik, hal ini dapat dilihat dari keempat komponen HOT-Fit dengan hasil kategori baik. Tetapi dalam penggunaannya masih memerlukan beberapa perbaikan agar lebih optimal.

Background: The Directorate of Nutrition of the Indonesian Ministry of Health launched the Integrated Nutrition Information System (Integrated SIGIZI), one of its platforms is E-PPGBM to help address nutrition issues in Indonesia and support the National Movement to Reduce Stunting. The North Jakarta Health Office, which has 47 health centers, has implemented the E-PPGBM information system since 2017. Based on a survey that has been conducted, there are several problems in data entry that have become complaints from Puskesmas nutrition officers. These problems include: network disruption, the E-PPGBM application is often difficult to access, data that has been inputted into the application is often lost when the application errors and it is found that the achievement of E-PPGBM data entry is still below 70%. So it is necessary to evaluate the current system.
Objective: This study aims to determine the effectiveness of using the E-PPGBM Information System with the HOT-Fit approach at the Puskesmas in North Jakarta.
Methods: Using a descriptive quantitative approach with a cross sectional design and a survey approach. The research sample was taken using the total sampling method with a total of 50 respondents.
Results: Human variables are considered by respondents to be satisfied because they are generally helpful in the work, but still lacking in ease of access. Organizational variables are considered by respondents to be satisfied because of the support of leadership in implementing E-PPGBM.Technology variables are considered by respondents to be good but still lacking in IT and provider response when the system experiences interference.
Conclusions: The effectiveness of using E-PPGBM at Puskesmas in the working area of North Jakarta Health Office is good, this can be seen from the four HOT-Fit components with good category results. However, its application still needs some improvement to be more optimal.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karundeng, Andrea Maria
"Informasi Nilai Gizi (ING) merupakan sumber informasi kandungan gizi yang terdapat pada pangan olahan. ING jika digunakan dengan baik maka dapat mengarahkan konsumen ke pola konsumsi yang sehat. Remaja usia 15-19 tahun menjadi kelompok usia yang paling sering mengonsumsi mi instan, hingga mencapai lebih dari satu kali per hari yang artinya asupan natriumnya melebihi anjuran asupan harian. Jika kebiasaan diteruskan, maka akan timbul risiko hipertensi pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan ING pada mi instan oleh remaja di SMA Pangudi Luhur II Servasius. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2022 menggunakan desain cross sectional yang diikuti 181 responden melalui purposive sampling. Data diperoleh melalui kuesioner online yang kemudian dianalisis univariat dengan distribusi frekuensi dan bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi remaja di SMA Pangudi Luhur II Servasius yang menggunakan ING adalah sebanyak 54,7%. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara variabel status gizi, status diet, uang saku, pengetahuan gizi & ING, kemampuan membaca ING, sikap terhadap kesehatan dan ING, serta persepsi terhadap harga dan rasa produk mi instan dengan penggunaan ING. Keterpaparan informasi tentang ING dan persepsi terhadap kandungan gizi produk mi instan memiliki hubungan yang signifikan dengan penggunaan ING.

Nutrition Facts (NF) is source of information regarding on the nutritional content contained in processed food. If used properly, NF can lead consumers to healthier lifestyle. Teenagers aged 15-19 years consume instant noodles most often, reaching more than 1 time per day, which means that their sodium intake exceeds the recommended daily intake. If the habit is continued, risk of hypertension in adolescents will be higher. This study aims to analyze factors associated with the use of instant noodles NF by adolescents at SMA Pangudi Luhur II Servasius This research was conducted in August 2022 using a cross-sectional design, with 181 respondents using purposive sampling. Data were obtained through an online questionnaire which was analyzed using SPSS. The results: proportion of adolescents in SMA Pangudi Luhur II Servasius who used NF was 54.7%. There was no significant relationship between the variables of gender, nutritional status, diet status, allowance, nutrition & NF knowledge, ability to read NF, attitudes towards health and NF, as well as perceptions of the price and taste of instant noodle products with the use of NF. Exposure to information about NF and perceptions of instant noodle’s nutritional value have a significant relationship with the usage of NF."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfia Fitriani Nafista
"Pendahuluan : Malnutrisi merupakan salah satu masalah nutrisi yang banyak banyak terjadi pada anak-anak di seluruh dunia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh edukasi nutrisi terhadap pengetahuan, sikap ibu dan berat badan anak. Metode : Desain penelitian ini menggunakan quasi experiment dengan kelompok pre post test dengan kelompok kontrol. Pengumpulan data menggunakan kuesioner KAP yang berasal dari FAO. Hasil : Hasil penelitian ini didapatkan bahwa usia rata-rata ibu yang menjadi responden ≥ 30 tahun, sebagain besar ibu adalah ibu rumah tangga, ibu memiliki anak tunggal dan ≥ 2 orang, pendidikan mayoritas SMA, dan memiliki penghasilan ≥ UMR Kabupaten Jember. Berdasarkan analisis didapatkan bahwa setelah edukasi menggunakan PMBA dengan konsep pendekatan action-oriented-group pada kelompok intervensi mampu meningkatkan pengetahuan lebih tinggi dibanding kelompok kontrol , nilai p value untuk pengetahuan adalah 0,000, sikap ibu (p value 0,000) dan berat badan anak memiliki rerata 331,42 gram lebih tinggi dari kelompok kontrol dengan p value 0.000. Kesimpulan : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa edukasi kesehatan tentang makan sesuai rekomendasi WHO dengan PMBA melalui pendekatan action-oriented-group mampu meningkatkan pengetahuan, sikap ibu dan berat badan anak secara signifikan

Introduction : Malnutrition is among children's most common nutritional problems worldwide. This study aims to analyze nutrition education's effect on mothers' knowledge, attitudes, and children's weight. Methods: The design of this study used a quasi-experimental with a pre-post test with a control group. Data collection using KAP questionnaires from FAO. Results: This study found that the average age of the mothers who became respondents was over 30 years, most of the mothers were housewives, mothers had more than 2 children, and the majority of them were high school education and had an income ≥ UMR Jember Regency. Based on the analysis, it was found that after education using PMBA with the concept of the action-oriented-group approach, and the intervention group was able to increase knowledge higher than the control group; the p-value for knowledge was 0.000, the mother's attitude (p-value 0.000) and the child's weight had an average of 331.42 grams higher than the control group with a p-value of 0.000. Conclusion: This study shows that health education about eating according to WHO recommendations with PMBA through an action-oriented-group approach can significantly increase knowledge, and attitudes toward mothers and children's weight."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Petrorima Selva
"Penelitian ini membahas pengetahuan dan sikap masyarakat terkait perilaku konsumsi ikan lokal sebagai makanan penambah gizi bayi usia 6-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sebangki Kabupaten Landak Kalimantan Barat. Hasil penelitian ini yaitu Perilaku masyarakat ditunjukan dengan perilaku memberi makan bayi usia 6-24 bulan mulai dari kuahnya hingga porsi ikan dalam jumlah setengah potong. Masyarakat hanya memberikan kuah ikan karena kekhawatiran terkena koreng, bentol, dan gatal pada anak ataupun tidak sempat membersihkan duri pada ikan. Ikan yang dikonsumsi adalah ikan yang dijual di pasar maupun ikan yang didapatkan dari sungai dengan cara pengolahan digoreng, disup atau disalai. Masyarakat juga jarang mengonsumsi ikan karena tidak suka mengkonsumsi ikan sehingga anaknya juga tidak mengkonsumsi ikan. Pengetahuan masyarakat ditunjukan dengan informan yang tidak mengetahui kandungan gizi yang terdapat pada ikan, namun mereka mengetahui kalau ikan baik untuk tumbuh kembang anak. Sikap masyarakat yakni ditunjukan dengan penyikapan untuk memberikan ikan kepada anaknya ketika sudah berusia satu tahun. Masyarakat juga menyikapi pantangan memakan ikan khususnya ikan lokal untuk bayi usia dibawah satu tahun.

This research discusses community knowledge and attitudes regarding the behavior of consuming local fish as food to increase nutrition for babies aged 6-24 months in the Sebangki Community Health Center Working Area, Landak Regency, West Kalimantan. The results of this research are that community behavior is shown by the behavior of feeding babies aged 6-24 months, starting from soup to half a portion of fish. People only give fish broth because they are worried about children getting scabs, bumps and itching or not having time to clean the spines on the fish. The fish consumed is fish sold in markets or fish obtained from rivers by frying, soup or grilling. People also rarely eat fish because they don't like eating fish, so their children don't eat fish either. Community knowledge is shown by informants who do not know the nutritional content contained in fish, but they know that fish is good for children's growth and development. The community's attitude is shown by the attitude of giving fish to their children when they are one year old. The community also prohibits eating fish, especially local fish, for babies under one year old."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Sofia Parmawaty
"ABSTRAK
Seribu hari pertama kehidupan merupakan periode emas seorang anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Gangguan yang terjadi pada periode ini akibat asupan gizi yang kurang lengkap dalam jangka pendek terganggunya perkembangan otak, kecerdasan dan gangguan pertumbuhan fisik sedang dalam jangka panjang resiko penyakit tidak menular. Salah satu upaya yang dilakukan untuk penanggulangan melalui percepatan kegiatan intervensi gizi spesifik. Namun angka drop out pemeriksaan di Posyandu masih tinggi hal ini dapat menghambat intervensi yang seharusnya didapatkan. Penelitian ini bertujuan untuk membangun prototipe untuk memantauan intervensi gizi spesifik pada baduta di puskesmas serta mengidentifikasi baduta yang tidak datang periksa drop out ke posyandu. Penelitian ini merupakan pengembangan sistem informasi dengan teknik prototipe menggunakan metode System Development Life Cycle SDLC . Pengembangan sistem informasi ini dapat memberikan notifikasi informasi ketidakhadiran baduta di Posyandu berupa SMS kepada bidan desa dan ibu baduta sehingga dapat dilakukan follow up. Sistem ini juga dapat digunakan untuk memantau intervensi gizi spesifik pada baduta secara berkesinambungan sebagai salah satu upaya mencegah stunting.

ABSTRACT
The first thousand days of life is a golden period for a child to grow and develop optimally. Disorders that occur in this period due to the lack of complete nutritional intake in the short term disruption of brain development, intelligence and disruption of physical growth is in the long term risk of non communicable diseases. One effort was made to tackle through the acceleration of specific nutrition intervention activities. However, the number of out checks in Posyandu is still high. This can prevent the intervention that should be obtained. This study aims to build prototypes to monitor specific nutrient interventions in baduntas at puskesmas as well as to identify badans that do not come drop out to posyandu. This research is an information system development with prototype technique using System Development Life Cycle SDLC method. The development of this information system can provide notification of baduta absence go to Posyandu in the form of SMS to midwife and baduta rsquo s mother so it can be follow up. This system can also be used to monitor specific nutritional interventions on baduta on an ongoing basis as an effort to prevent stunting."
2017
T48842
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viramitha Kusnandi Rusmil
"Latar Belakang : Tingginya prevalensi stunting di Indonesia dipengaruhi oleh kebutuhan gizi yang meningkat disertai kuantitas dan kualitas MPASI yang terbatas. Pemberian protein hewani yang mengandung asam amino esensial lengkap dan berjumlah cukup diharapkan mendukung pertumbuhan linear adekuat. Penelitian mengenai efektivitas PMT protein hewani terhadap pertumbuhan linear pada setting komunitas belum pernah dilakukan di Indonesia.
Metode : Penelitian ini merupakan non-randomised controlled trial di Kelurahan Warakas Jakarta Utara pada bulan Agustus-November 2022 dengan subjek antara berusia 6-59 bulan mendapat intervensi PMT protein hewani (telur dan/atau susu) selama 4 bulan serta edukasi, dibandingkan dengan mendapatkan edukasi saja. Analisis dilakukan dengan membandingkan insidens stunting, delta WAZ dan LAZ, weight increment, dan length increment antara kedua kelompok.
Hasil : Analisis dilakukan terhadap 56 subjek kelompok intervensi dan 67 subjek kelompok kontrol. Insidensi stunting baru di akhir penelitian ditemukan sebanyak 11,9% pada kelompok kontrol dibandingkan kelompok intervensi 0% memiliki hasil berbeda bermakna (p=0,021, OR IK 95% 1,13). Median delta WAZ kelompok intervensi (0,13 SD) berbeda bermakna (p=0,01) dibandingkan dengan kelompok kontrol (-0,09 SD). Analisis kelompok intervensi delta WAZ menunjukkan perbedaan yang signifikan (p=0,01) dibandingkan dengan kelompok kontrol, namun hasil delta LAZ secara statistik tidak berbeda bermakna tetapi secara klinis intervensi ini bermanfaat. Persentase subjek mencapai weight increment dan length increment adekuat lebih besar pada kelompok intervensi dan berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol.
Kesimpulan : Pemberian edukasi dan PMT protein hewani mampu mencegah terjadinya stunting dengan mendukung tercapainya weight increment dan length increment adekuat dan memberikan efek bermakna terhadap perubahan WAZ.

Background : The high prevalence of stunting in Indonesia is influenced by increasing nutritional needs and the limited quantity and quality of complementary food. Supplementary feeding of animal proteins containing complete and sufficient amounts of essential amino acids is expected to support adequate linear growth. Research on the effectiveness of animal protein supplementation on linear growth in community settings has never been conducted in Indonesia.
Methods : This study is a non-randomized controlled trial in Warakas, North Jakarta, from August-November 2022. Subjects between 6-59 months in intervention group received supplementary feeding of animal proteins (egg and/or milk) for four months and education, meanwhile the control group received education only. Analysis was conducted by comparing the incidence of stunting, delta WAZ and LAZ, weight increment, and length increment.
Result : Analysis was conducted on 56 subjects of the intervention group and 67 subjects of the control group. The incidence of stunting at the end of the study (11.9%) was found in the control group compared to the intervention group (0%) has significant results (p=0.021, OR CI 95% 1.13). Analysis of the delta WAZ intervention group showed a significant difference (p=0.01) compared to the control group, however, the delta LAZ result was not statistically different but clinically the intervention was beneficial. The average of endline LAZ subjects at risk of stunting in the intervention group (-0.24 SD) differed significantly (p=0.001) compared to the control group (-0.93 SD). The percentage of subjects achieving adequate weight increment and length increment was greater in the intervention group and showed a significant difference from the control group.
Conclusion : The intervention of education and animal protein supplementation can prevent occurrence of stunting by promoting adequate weight increment and length increment and also has a meaningful effect on changes of WAZ.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Poppy Fitriani
"Peran keluarga sangat penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balita. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang pengalaman keluarga dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balita gizi kurang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (fenomenologi desktiptif) dengan wawancara mendalam yang datanya dianalisis dengan teknik Collaizi. Penelitian ini menemukan tujuh tema yaitu perasaan keluarga, penilaian keluarga, strategi pemberian makan, sistem pendukung keluarga dan masyarakat, motivasi, dan harapan keluarga. Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman keluarga dalam memenuhi kebutuhan nutrisi balita gizi kurang sangat beragam. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dalam memberikan intervensi keperawatan terhadap keluarga dalam mengatasi masalah gizi kurang pada balita dan memberikan masukan bagi pemerintah dalam upaya mengatasi masalah gizi kurang pada balita.

Family’s role is very important to fulfill on nutritional demand of children under five years. This study aimed to provide in-depth understanding of family’s experience in fulfilling nutrition for underweight children. This study design was descriptive phenomenology with in-depth interview and analyzed with Collaizi’s analysis method. This study identified seven themes, which are family’s feeling to children condition; appraisal to the causes of underweight; family use certain strategy to improve their feeding practice; family applies social support from family members and the community especially informational and instrumental support; the meaning of family’s experience is high motivation; family’s hope that the government has a good program to solve malnutrition problem. The result indicated that there was various experience of family in fulfilling nutritional demand. This study gave information about nursing intervention for family in managing nutritional problem and provided some ways to guide government programs which related to malnutrition management in children"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
610 JKI 14:3 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kania Nurmala
"Status nutrisi merupakan indikator utama dalam menilai kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, tertutama di wilayah dengan prevalensi masalah gizi yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan kader posyandu tentang status nutrisi balita dengan tindak lanjut penilaian status nutrisi di wilayah kabupaten karawang.  Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif dengan pendekatan cross-sectional. Dengan responden sebanyak 166 kader posyandu yang dipilih menggunakan metode simple random sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang telah dilakukan uji CVI, validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian menunjukan tingkat pengetahuan kader posyandu sebanyak 43,4% cukup, 39,8% kurang, dan hanya 16,9% kader yang berpengetahuan baik. Perilaku tindak lanjut penilaian kader di wilayah Puskesmas Ciampel terdapat 54,8% sesuai, dan 45,2% tidak sesuai. Hasil uji bivariat menunjukan  terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan kader posyandu tentang status nutrisi balita dengan tindak lanjut penilaian status nutrisi dengan nilai p atau p-value sebesar 0,002 (p < 0,05). Pentingnya pembinaan dan pelatihan rutin bagi kader posyandu, terutama dalam aspek pengukuran status nutrisi dan tindak lanjutnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan status nutrisi balita di masyarakat.

Nutritional status is a key indicator in assessing community health and well-being, especially in areas with a high prevalence of nutritional problems. This study aims to identify the relationship between the level of knowledge of posyandu cadres about the nutritional status of toddlers with follow-up assessment of nutritional status in Karawang district.  This study used a descriptive correlative design with a cross-sectional approach. The respondents were 166 posyandu cadres selected using simple random sampling method from five villages with high malnutrition cases. Data were collected through a questionnaire that had been tested for Content Validity Index, validity and reliability. The results showed that the level of knowledge of posyandu cadres was 43.4% sufficient, 39.8% lacking, and only 16.9% of cadres were well informed. The behavior of follow-up assessment of cadres in the Ciampel Health Center area is 54.8% appropriate, and 45.2% are not appropriate. The results of the bivariate test showed a significant relationship between the level of knowledge of posyandu cadres about the nutritional status of toddlers with follow-up assessment of nutritional status with a p value or p-value of 0.002 (p < 0.05). The importance of regular coaching and training for posyandu cadres, especially in the aspect of measuring nutritional status and its follow-up to improve the quality of health services and nutritional status of toddlers in the community. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Martha
"Skripsi ini membahas mengenai gangguan pertumbuhan yakni pendek (stunting), kurus (wasting), dan berat badan kurang (underweight) pada anak umur 0-59 bulan di Indonesia.Gizi mempunyai peranan penting dalam periode pertumbuhan dan perkembangan anak yang bersifat irreversible.Penilaian gizi dilakukan dengan pengukuran antropometri menggunakan, indeks tinggi badan terhadap umur (stunting), serta indeks tinggi badan terhadap berat badan (wasting), indeks berat badan terhadap umur (underweight).
Tujuan penelitian ini mengetahui keterkaitan faktor sosial ekonomi dan beberapa faktor lain seperti kecukupan energi dan protein, infeksi malaria dan pelayanan kesehatan sanitasi dasar serta status BBLR pada gangguan pertumbuhan anak 0-59 bulan. Penelitian bersifat kuantitatif, dengan desain studi cross-sectional dengan menggunakan data sekunder Riskesdas Tahun 2010. Sampel penelitian ini adalah semua anak umur 0-59 bulan yang menjadi responden dalam Riskesdas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status ekonomi, pendidikan ibu dan ayah mempunyai pengaruh terhadap gangguan pertumbuhan.Semakin rendah status ekonomi keluarga semakin tinggi juga risiko balita dalam keluarga tersebut untuk mengalami kejadian pendek, kurus dan berat badan kurang. Balita dari keluarga status ekonomi terbawah mempunyai risiko 1,8 kali lebih besar untuk mengalami kejadian pendek (stunting) 1,4 kali lebih besar mengalami kekurusan (wasting), dan 1,7 kali lebih besar untuk mengalami berat badan kurang (underweight) dibandingkan dengan balita dari keluarga status ekonomi tertinggi.
Balita yang mempunyai ayah dan ibu dengan tingkat pendidikan rendah mempunyai risiko lebih besar dalam mengalami gangguan pertumbuhan. Sosial ekonomi keluarga merupakan faktor yang mendasari gangguan pertumbuhan balita, sosial ekonomi keluarga baik akan berdampak baik juga dalam kesediaan asupan, lingkungan yang sehat, dan perilaku sehat.

This thesis mainly discusses about the growth disorders, stunting, wasting and underweight in children aged 0-59 months in Indonesia. Nutrition be an important role during the growth and development period of the children, which is irreversible. Nutritional assessment by anthropometric measurements performed using height of age index (stunting), height of weight index, weight of age index.
The purpose of this study is to determine the relationship of socio-economic factors and other factors, such as the adequacy of energy and protein, malaria infection, basic sanitation, and health care of LBW status in children 0-59 months of growth disorders. This research is quantitative, with a cross-sectional study design usingData Analysis of Primary Health Research 2010. Samples of this study are all children aged 0-59 months who were respondents in Data Analysis of Primary Health Research 2010.
Result of this study indicates that economic status and level of intelligence of the parents have influence on children's growth disorders. The lower the economic status of the family the riskier a toddler in the family would experience growth disorder.Toddlers from the family with lowest economic status have 1.8 times greater risk for experiencing stunting, 1.4 times greater risk for experiencing wasting, and 1.7 times greater risk for experiencing underweight compared with toddlers from family with highest economic status.
Toddlers with less educated parents also have greater risk for experiencing growth disorder. Socio-economic factors in family underly the growth disorder of the toddlers and would also affect the fulfillment of the nutritional intake, health services, and healthy behaviors in toddlers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55976
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>