Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208850 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maylan Wulandari
"Tingginya presentase keluhan kesehatan pada lansia di Indonesia pada tahun 2014 yaitu52,67 . Hal tersebut menunjukkan bahwa keluhan kesehatan di Indonesia masihmerupakan masalah kesehatan masyarakat. Adanya penurunan fungsi berbagai sistemorgan pada lansia dan akibat dari faktor lain memperburuk keluhan kesehatan pada lansia.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengankeluhan kesehatan pada lansia di Indonesia tahun 2015. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis lanjut data sekunder Susenas Kor 2015. Desain studi yang digunakan adalahcross sectional dengan jumlah sampel 94.326 lansia. Sampel diambil secara totalsampling.
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui lansia yang mengalami keluhankesehatan sebesar 46.202 lansia 49. Faktor yang berhubungan dengan kejadian keluhan kesehatan pada lansia yaitu usia ge; 80 tahun POR=1,17, usia 70-79 tahun POR=1, 18; jenis kelamin perempuan POR=0,82, status perkawinan hidup tanpa pasangan POR=1,08; pendidikan tidak pernah bersekolah/tidak tamat SD POR=1,68, pendidikan rendah POR=1,41, pendidikan sedang POR=1,12; sudah tidak bekerja POR=1,38; daerah tempat tinggal perdesaan POR=1,04 ; merokok POR=0,89 danmemiliki jaminan kesehatan POR=1,24. Status ekonomi tidak berhubungan denganterjadinya keluhan kesehatan pada lansia. Nilai EF tertinggi pada faktor pendidikan tidak pernah sekolah atau tidak tamat SD 38,56 dan berpendidikan rendah 26,78 dan faktor pekerjaan sudah tidak bekerja 14,78. Sedangkan nilai PF tertinggi padafaktor pendidikan tidak pernah sekolah atau tidak tamat SD 59,65 dan berpendidikanrendah 35,02 dan faktor pekerjaan sudah tidak bekerja 14,38.

The high percentage of health complaints in Indonesian elderly in 2014 is 52.67 .This shown that health complaints in Indonesia still be a public health problem.Decreased of multiple organ systems in the elderly and the consequences of other factorsmaked health complaints increased in the Indonesian elderly. The purpose of this studywas to determine the factors associated with health complaints in the Indonesian elderlyviiiUniversitas Indonesiain 2015. This study was analyze the secondary data of Susenas Kor 2015. This study useda cross sectional design with 94,326 sample. Samples were taken in total sampling.
The result showed that 46,202 elderly 49 the elderly had health complaints. Factorsassociated with the incidence of health complaints in the elderly are age ge 80 years POR 1.17, age 70 79 years POR 1.18 sex female POR 0.82, life without spouse POR 1.08 education never attended school did not complete primary school POR 1.68, low education POR 1.41, medium education POR 1.12 is not working POR 1.38 rural area POR 1.04 smoking POR 0.89 and have health insurance POR 1.24. Economic status is not related to the occurrence of health complaints inthe elderly. The highest EF were education factor never attended school or did notcomplete elementary school 38.56 and low educated 26.78 and work factor notworking 14.78. While the highest PF were education factor never attended schoolor did not complete primary school 59.65 and low education 35.02 and work factors already not working 14.38.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T51388
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriana Susilowati
"Studi ini menganalisis determinan pengakuan kebahagiaan lansia di Indonesia dengan menggunakan data kor Susenas triwulan 3 dan MSBP tahun 2012. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor penentu utama pembentukan kebahagiaan bagi lansia di Indonesia adalah status kawin, tingkat pendidikan, keaktifan mengikuti kegiatan di masyarakat, kemudahan mendapatkan bantuan, dan pengeluaran rumah tangga lansia.
Hasil temuan ini mendukung teori kebahagiaan dari Maslow dan Hurlock yang mengatakan bahwa faktor penentu kebahagiaan lansia adalah kasih sayang, penerimaan, dan prestasi/pencapaian. Apabila ketiga hal tersebut terpenuhi, lansia akan mengalami ketenangan, kebajikan dan kesenangan. Namun, status bekerja dan daerah tempat tinggal bukan faktor yang menjelaskan perbedaan pengakuan kebahagiaan lansia.

This research aims to study determinants of happiness stated by Indonesian's older people using data Susenas and modul of Social, Culture, Education on 2012. The results show that the main determinants of happiness statement of elderly are marital status, level of education, participation in social activities, social support, financial support, and household expenditure.
The results of this study are consistent with the theory of elderly happiness from Hurlock which states that the determinants of happiness elderly are affection, acceptance, and achievement. If those three things are fulfilled, it would raise tranquility, virtue and enjoyment in among the elderly. Nevertheless, working status and area of residence do not explain the differences in the statement of happiness elderly.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tetty Haryanty
"Studi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik demografi, sosial, ekonomi, lingkungan, perilaku dan disabilitas penduduk lansia di Indonesia. Status kesehatan buruk ditunjukkan oleh apakah memiliki efek negative pada kegiatan lansia (aktifitas terganggu) dengan menggunakan data Susenas 2012. Hasil regresi logistik biner menunjukkan bahwa faktor demografi, sosial, ekonomi, lingkungan, perilaku dan disabilitas memiliki pengaruh signifikan terhadap kesehatan terganggu pada lansia. Selain itu, faktor-faktor tersebut juga mempengaruhi risiko kesehatan terganggu lansia. Lansia dalam kelompok umur tua, berstatus tidak kawin/lainnya, tidak bekerja, pengeluaran menengah keatas, tinggal di kota, mengkonsumsi lainnya air bersih, menggunakan mck tidak sendiri, menggunakan bukan listrik PLN dan mempunyai disabilitas, memiliki peluang lebih tinggi terhadap risiko mengalami kesehatan terganggu.

This study aimed to determine the demographic, social, economic, environmental, behavioral and disability of elderly health status in Indonesia. Poor health status is indicated by whether is has negative effect on elderly activities (activitas terganggu) is using Susenas 2012 Data. The results of binary logistic regression showed that demographic factors, social, economic, environmental , behaviors and disabilities have a significant influence on poor health of elderly. In addition, these factors also affect the risk of impaired health of the elderly. Elderly in older age groups, status not married / other, not working, middle and upper expenditure, live in cities, consuming more water, using MCK did not own, using instead PLN and have disabilities, have the opportunity higher against the risk of having poor health."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vitalia Susanti
"Tesis ini bertujuan mengetahui tingkat disahilitas penduduk lanjut usia di Indonesia Serta menguji pengaruh status sosio-demograii, lingkungan fisik, perilaku kesehatan dan penyakit kronik/degeneratif terhadap tingkat disabilitas penduduk lanjut usia di Indonesia, berdasarkan data Susenas dan Riskesdas 2007. Sebanyak 79.445 penduduk berusia 60 tahun keatas menjadi sampel penelitian.
Hasil analisis deskriptif dan inferensial (regresi logistik multinomial) menyatakan bahwa status sosio-demogmfi, lingkungan fisik, perilaku kesehatan dan penyakit kronilddegeneratif berpengaruh terhadap tingkat disabilitas penduduk lanjut usia di Indonesia. Peningkatan pendidikan, pembangunan pedesaan, penerapfan perilaku hidup sehat serta pencegahan penyakit kronik/degeneratif adalah beberapa hal yang direkomendasikan berdasarkan hasil penelitian.

The goals of this study are to find out the level of disability among older persons in Indonesia and also test the impact of socio-demographic status, physical environment, healthy behavior and several chronic/ degenerative diseases to the level of disability among older persons in Indonesia., based on Susenas and Riskesdas 2007 data. The sample of this study is 79.445 people aged 60 and over.
The results show that socio-demo graphic status, physical environment, behaviour and several clironicfdegenerative diseases determine the level of disability among older persons in Indonesia. Raising the education and rural development, practicing healthy behavior and prevent chronic/degenerative diseases are recommended based on the results of this study."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T33224
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ruly Wahyuni
"Pemanfaatan pelayanan kesehatan mempunyai pengaruh dalam meningkatkan status kesehatan lanjut usia. Jumlah lanjut usia di Indonesia tahun 2012 merupakan nomor lima terbesar di dunia dan jika dibandingkan dengan tahun 1990 jumlah tersebut diprediksikan akan meningkat 414% pada tahun 2025 namun tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan lansia di Indonesia paling rendah di antara tetangga di Asia Tenggara, sedangkan angka kesakitan lansia tahun 2005 29,98% dan tahun 2007 meningkat menjadi 31,11%.
Penelitian ini merupakan analisis data sekunder Susenas tahun 2012 yang merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional dan menggunakan uji chi square. Penelitian ini bertujuan untuk melihat determinan yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di rawat jalan (RJTP/RJTL) dan rawat inap pada lanjut usia di Indonesia. Unit analisis adalah lanjut usia berumur ≥ 60 tahun yang mengalami keluhan kesehatan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pemanfaatan yankes pada lansia memang sangat rendah dengan masih banyaknya lansia dengan keluhan kesehatan namun tidak memanfaatkan yankes (unmet need), faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama (RJTP): pendidikan, kepemilikan jamkes, status ekonomi, variabel urban/rural, gangguan aktivitas; sedangkan di rawat jalan tingkat lanjut(RJTL) yaitu: status kawin, pendidikan, pekerjaan, kepemilikan jamkes, status ekonomi, urban/rural serta gangguan aktivitas; Serta di rawat inap(ranap): pendidikan, kepemilikan jamkes, status ekonomi, gangguan aktivitas.
Saran dari studi ini adalah Untuk meningkatkan utilisasi/pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas maka diharapkan adanya sosialisasi yang berkesinambungan kepada masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan lansia, meningkatkan akses informasi pelayanan kesehatan bagi lansia, mendorong Pemerintah Pusat dan Daerah untuk memberi dukungan anggaran dalam menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kondisi lansia, diantaranya Home Care bagi lansia, menambah dan memperkuat serta pemerataan tenaga kesehatan yang terlatih dalam menangani lansia, memperluas cakupan jaminan kesehatan yang menjamin seluruh biaya pengobatan para lansia termasuk lansia dengan kasus multipatologis, mendorong Pemerintah Pusat maupun Daerah untuk mensosialisasikan ke para dokter di pelayanan kesehatan tingkat Pertama seperti Puskesmas, Dokter praktek Umum supaya lebih memahami konsep dan penerapan SJSN.

Utilization of health services have an influence in improving the health status of the elderly. The number of elderly people in Indonesia in 2012 is the fifth largest in the world and when compared with 1990 that number is projected to be increased 414% by the year 2025, but the level of utilization of health services in the Indonesian elderly is the lowest among Southeast Asian countries, while the morbidity of elderly in 2005 is 29.98% and increased in 2007 which reached 31.11%.
This study is a secondary data analysis of Susenas Panel in 2012 which is a quantitative study with cross-sectional design and the use of chi square test. This study aims to look at the determinant related to the utilization of health services in outpatient (RJTP / RJTL) and hospitalization in the sick elderly in Indonesia. The unit of analysis is the elderly aged ≥ 60 years who had health complaints.
The analysis showed that the utilization of health services is very low in the sick elderly because still many elderly with health complaints but does not utilize health services (unmet need), factors related to the utilization of outpatient health services first level (RJTP): education, ownership health insurance, economic status, variable urban / rural, impaired activity; while in outpatient settings (RJTL) ie: marital status, education, occupation, ownership health insurance, economic status, urban / rural and impaired activity; in the facility of hospitalization (ranap): education, ownership health insurance, economic status, impaired activity.
Suggestions of this study is to increase the utilization of health services at the health center, it is expected that continuous socialization to the community about the importance of elderly health maintenance, improving access to health care information for the elderly, encourage the Central and Local Government to provide budget support in providing health care facilities in accordance with the conditions of the elderly such as home care service, add and strengthend the equity of health personnel trained in handling elderly, expanding health insurance coverage that ensures the entire cost of treatment of the elderly including elderly with multipatologis case, encourage central and regional government to socialize the doctors at first level health services such as health centers, physician practices, so that the health personel at the first level better understand the concept and application of the Social Security System.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41506
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Ariany Effendy
"Studi ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kemiskinan yang dilihat dari pendekatan moneter dan non moneter terhadap disabilitas penglihatan pada lansia di Indonesia dengan menggunakan data Susenas 2012. Hasil regresi logistik biner menunjukkan bahwa kemiskinan yang diukur dengan pendekatan moneter atau non moneter memiliki pengaruh signifikan terhadap disabilitas penglihatan pada lansia. Selain itu, faktor kebiasaan mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan tidak setiap hari, juga mempengaruhi risiko disabilitas penglihatan lansia. Lansia miskin dan merokok, memiliki peluang lebih tinggi terhadap risiko mengalami disabilitas penglihatan.

This research aims to study the effects of poverty as seen from the monetary and non-monetary approach to visual disability in the elderly in Indonesia using Susenas 2012. Results of binary logistic regression showed that poverty as measured by monetary or non-monetary approach has a significant influence on the visual disabilities elderly. In addition, factor consumption habits vegetables and fruits not everyday also affect the risk of vision disability elderly. Elderly poor and smoke, have a higher chance of the risk of vision disability.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiharti
"Penelitian ini menggunakan desain potong lintang yang bertujuan untuk mengetahui determinan diabilitas pada lanjut usia di Indonesia, khususnya mengenai ketidakmampuan melakukan kegiatan membersihkan seluruh tubuh seperti mandi dan mengenakan pakaian, dengan menggunakan data Riskesdas tahun 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa determinan disabilitas pada lanjut usia di Indonesia adalah tempat tinggal, umur, status kawin, pendidikan, penyakit jantung, diabetes, gangguan sendi, hipertensi, merokok, status ekonomi, dan aktifitas fisik.
Faktor yang paling dominan hubungannya dengan kejadian disabilitas pada lanjut usia adalah aktifitas fisik. Untuk meningkatkan aktifitas fisik lanjut usia disarankan untuk aktif dalam mengikuti kegiatan kelompok lanjut usia seperti kegiatan olahraga, pertemuan kekeluargaan dan rekreasi.

This research used cross-sectional design that aimed to identify disability determinants in Indonesia, in relation with inability for bathing and dressing, by using Basic Health Research Data in 2007.
The results of study showed that determinants of disability among elderly in Indonesia were urban and rural, age, marital status, education, heart disease, diabetes, musculoskeletal disorders, hypertension, smoking habit, economic status and physical activity.
The most dominant determinants of disability among elderly were lack of physical activity. To increase physical activity is recommended for elderly people active in participating in the elderly group activities such as sports activities, family meetings and recreation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T28453
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Asriani Putri
"Masalah kemiskinan tidak terlepas dari masalah kesehatan, keduanya memiliki hubungan yang timbal balik yang tidak dapat dipisahkan. Semakin tinggi angka kemiskinan akan semakin menciptakan kondisi kesehatan yang semakin buruk pula. Salah satu upaya Pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan yaitu melalui program jaminan kesehatan guna mengatasi ketimpangan akses terhadap pelayanan kesehatan.
Namun pada kenyataannya, masih terdapat ketimpangan akses terhadap pelayanan kesehatan antara masyarakat miskin dan kaya. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui determinan pemanfaatan pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin periode pra dan pasca JKN tahun 2013 dan 2017. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2013 dan 2017 dengan unit analisis individu pada kuintil 1 dan 2 yang memiliki jaminan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kunjungan rawat jalan pada masyarakat miskin mengalami penurunan dari pra JKN tahun 2013 ke pasca JKN tahun
2017, dengan rasio kunjungan tertinggi yaitu 1-3 kali. Sedangkan proporsi kunjungan rawat inap mengalami peningkatan dari pra JKN tahun 2013 ke pasca JKN tahun 2017, dengan rasio hari rawat inap tertinggi yaitu 1-10 hari. Faktor predisposisi, pemungkin, dan kebutuhan memiliki hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan pada masyarakat periode pra dan pasca JKN Tahun 2013 dan 2017. Faktor yang paling dominan terhadap pemanfaatan rawat jalan dan rawat inap periode pra dan pasca JKN tahun 2013 dan 2017 adalah keluhan kesehatan.

The problem of poverty is inseparable from health problems, related to reciprocal relationships that cannot be resolved. The higher the poverty rate the more it will create health conditions that are getting worse. One of the governments efforts in tackling poverty is through the Health Insurance program to overcome inequality in
access to health services. But in reality, there is still an inequality in access to health services between the poor and the rich. The purpose of this study was to determine the determinants of the utilization of health services in the poor pre and post JKN period in 2013 and 2017. The study used secondary data from the results of the 2013 and 2017 National Socio-Economic Survey with individual analysis units in quintiles 1 and 2 that had health insurance. The results showed that the proportion of outpatient visits in the poor had decreased from pre JKN in 2013 to post JKN in 2017, with the highest visit ratio of 1-3 times. While the proportion of inpatient visits has increased from pre JKN in 2013 to post JKN in 2017, with the highest hospitalization ratio of 1-10 days. Predisposing, enabling, and need factors have a significant relationship with the utilization of health
services in the community before and after JKN in 2013 and 2017. The most dominant factor in the use of outpatient care and hospitalization for the pre and post JKN periods in 2013 and 2017 is health complaints.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53874
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Kusdianto
"Penurunan tingkat kelahiran dan kematian di Indonesia telah menyebabkan jumlah rumah tangga dengan anggota berusia lanjut (berusia 60 tahun keatas) terus bertambah. Akan tetapi, secara umum tingkat kesejahteraan penduduk usia lanjut relatif lebih rendah. Rendahnya kesejahteraan rumah tangga usia lanjut menimbulkan permasalahan sosial dan ekonomi, seperti penelantaran penduduk usia lanjut, penurunan kualitas SDM, serta peningkatan belanja pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengembangkan generasi usia lanjut. Kebijakan untuk mengantisipasi dan mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi tersebut perlu ditetapkan berdasarkan analisis kependudukan dari tingkat rumah tangga. Studi ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara jumlah anggota rumah tangga usia lanjut dan kesejahteraan rumah tangganya. Menggunakan data 86.927 rumah tangga usia lanjut dari hasil Susenas pada Maret 2019, dengan regresi linier berganda, ditemukan bahwa jumlah penduduk usia lanjut dalam rumah tangga berhubungan signifikan dengan tingkat kesejahteraan rumah tangganya yang lebih rendah. Penduduk usia lanjut memiliki pengaruh paling signifikan terhadap lebih rendahnya rasio kesejahteraan rumah tangga dibandingkan anggota rumah tangga usia dewasa dan anak; dan penduduk usia lanjut juga berhubungan signifikan dengan rasio pengeluaran makanan rumah tangga yang lebih tinggi. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan, wilayah, lokasi, dan kesadaran anggota rumah tangga memanfaatkan akses kesehatan secara optimal serta lama pendidikan dan usia kepala rumah tangga berhubungan dengan kesejahteraan rumah tangga usia lanjut yang lebih tinggi.

Fertility and mortality decline in Indonesia has caused the number of households with elderly members (aged 60 years and over) to grow. However, in general, the level of their welfare is relatively lower. It leads to socio-economic problems such as elderly neglect, decreased quality of human resources, and increased government spending to improve welfare and develop the elderly generation. Policies to anticipate and deal with these problems need to be taken based on population analysis from the household level. This study aims to investigate the association between the number of older people in a household and their household's welfare. Using 86,927 elderly households data from the results of Susenas March 2019, with multiple regression analysis, this study found that the number of elderly is significantly associated with lower household welfare. The number of elderly has the most significant influence on the lower ratio of household welfare compared to adult and child; the number of elderly was also significantly associated with the higher household food expenditure ratio. The results of this study also found that income, region, location, awareness of household members to utilize health services optimally, and the length of education and age of the household head is positively related to better elderly household welfare."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1984
362.5 KEM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>