Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125228 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chairul Huda Al Husna
"Hemodialisis adalah terapi pengganti ginjal yang paling banyak diberikan pada pasien Gagal Ginjal Terminal. Kepatuhan pasien hemodialisis terhadap pembatasan cairan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas dan angka harapan hidup serta mencegah dampak perburukan dari penyakit. Kepatuhan cairan dapat dipengaruhi berbagai macam faktor baik internal maupun eksternal. Tujuan penelitian: Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan cairan pasien HD di satu RS yang ada di Malang. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Jumlah sampel dalam penelitian 98 responden yang didapatkan dengan tehnik consecutive sampling. Metode pengumpulan data dengan kuesioner dan lembar pengumpulan data. Analisis hasil penelitian menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman dan analisis multivariat menggunakan regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kepatuhan cairan adalah: Usia p=0,001 , komplikasi p=0,017 , agreeableness p=0,013 , dan dukungan keluarga p=0,001 . Hasil analisis multivariat didapatkan faktor yang berhubungan paling dominan dengan kepatuhan cairan adalah usia r=0,255.

Hemodialysis is the most widely used renal replacement therapy in patients with End Stage Renal Disease. Fluid adherence of hemodialysis patients is an important aspect in improving quality and life expectancy and preventing the deterioration of the disease. Fluid adherence can be influenced by both of internal and external factors. Objective To analyze factors associated with fluid adherence among HD patients in Malang Hospital. This study used cross sectional design. The number of samples in the study of 98 respondents obtained by consecutive sampling techniques. Methods of data collection with questionnaires and data collection sheets. Analysis of research results used Pearson and Spearman correlation and multivariate analysis with linear regression. The results showed that factors related to fluid adherence were age p 0.001, complications p 0.017, agreeableness p 0.013 , and family support p 0.001 . The result of multivariate analysis found that the most dominant correlated factor with fluid adherence was age r 0,255."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51090
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Swastiara
"ABSTRAK
Gangguan tidur khususnya insomnia banyak terjadi pada pasien hemodialisis. Berbagai faktor diduga menjadi penyebab insomnia pada pasien hemodialisis, diantaranya faktor biologis, psikologis, dan dialisis. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan insomnia pada pasien hemodialisis. Penelitian menggunakan rancangan studi potong lintang, dengan sampel 50 responden di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi. Hasil penelitian menunjukan bahwa insomnia dialami oleh 54% responden dan ditemukan hubungan insomnia dengan umur (p=0,012), sesak napas (p=0,035), pruritus (p=0,002), sakit kepala (p=0,015), stress (p=0,000), jadwal hemodialisis (p=0,042), lama hemodialisis (p=0,012), dan quick of blood (p=0,011). Penelitian ini menyimpulkan bahwa insomnia berhubungan dengan faktor biologis, psikologis, dan dialisis. Pengkajian masalah insomnia pada pasien hemodialisis harus dilakukan secara akurat agar dapat menjadi dasar untuk menyusun rencana asuhan keperawatan yang efektif bagi pasien
hemodialisis yang mengalami gangguan tidur.

ABSTRACT
Insomnia is the most common sleep disorder in hemodialysis patients. Various factors are predicted to be the cause of insomnia, which are biological, psychological, and dialysis factors. The purpose of this study was to identify factors associated with insomnia on hemodialysis patients. This study used cross-sectional study design, with 50 respondents in Jakarta Islamic Hospital Pondok Kopi. The result showed that insomnia was experienced by 54% respondents and there were relationship between insomnia and age (p=0.012), physical complaints [(included dyspnea (p=0.035), pruritus (p=0.002), and headache (p=0.015)], stress (p=0.000), hemodialysis schedule
(p=0.042), dialysis vintage (p=0.012), and quick of blood (p=0.011). The study concluded that insomnia associated with biological, psychological, and dialysis factors. The assessment of insomnia should be done accurately in order to make an effective nursing care plan in hemodialysis patients who experience sleep disorder."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriani Agustina
"Pasien Gagal Ginjal Terminal GGT memerlukan terapi pengganti fungsi ginjal berupa hemodialisis HD . HD yang adekuat perlu dipertahankan untuk menjaga kualitas hidup pasien GGT. Adekuasi hemodialisis dapat dicapai dengan meningkatkan kepatuhan menjalani HD. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan hemodialisis di RSUD dr. Zainoel Abidin Aceh.
Desain penelitian menggunakan Cross Sectional dengan consecutive sampling, melibatkan 110 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan studi dokumentasi. Analisis menggunakan uji Chi-Square dan regresi logistik.
Hasil penelitian didapatkan proporsi pasien yang patuh menjalani hemodialisis sebanyak 60, terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan p=0.046, self efficacy p= 0.000, acceptance p= 0.009, dukungan sosial p= 0.003 dengan kepatuhan HD. Analisis regresi logistik ditemukan faktor yang paling dominan mempengaruhi kepatuhan menjalani hemodialisis adalah self efficacy p= 0.001.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah perawat perlu meningkatkan self efficacy pasien dan acceptance terhadap terapi serta melibatkan dukungan sosial untuk meningkatkan kepatuhan pasien menjalani program hemodialisis.

Patients with End Stage Renal Disease ESRD requires renal as a replacement therapy in the form of hemodialysis. Adequate Hemodialysis needs to be maintained to the quality of life of ESRD patients. Adequacy of hemodialysis can be achieved by improving adherence to hemodialysis. The study aimed to indetify related factors to hemodialysis adherence.
The research design was the Cross Sectional by concecutive sampling, recruited 110 sample. Data collection used questionnaires and documentation studies. The analysis used chi square and logistic regression.
The result showed that about 60 of samples adherence to hemodialysis, there was a significant associations between Satifaction p 0.046 , self efficacy p 0.000 , acceptance p 0.009 , and social support p 0.003 with hemodialysis adherence. The most dominant factor associated with adherence to hemodialysis was self efficacy p 0.001.
It is recommended for nurses to improve patients self efficacy, acceptance of therapy dialysis, and involve social support to increase patiens adherence with hemodialysis programs.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51478
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunardi
"Proses caring membentuk karakter perawat yang empati dan tulus dalam melakukan asuhan keperawatan. Tujuan untuk mengetahui faktor komitmen dan iklim organisasi yang paling dominan berhubungan dengan perilaku caring perawat pelaksana di RSWH. Desain penelitian menggunakan deskripif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Pengukuran faktor komitmen dan iklim organisasi menggunakan kuesioner, dan perilaku caring dengan observasi sistematik terhadap 77 perawat pelaksana diambil secara propotional simple random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara komitemen dan iklim organisasi dengan perilaku caring. Faktor komitmen dan iklim organisasi yang paling dominan berhubungan dengan perilaku caring perawat pelaksana adalah masa kerja, komitmen afektif, kultur organisasi, dan pendidikan. Rekomendasi pada rumah sakit sebaiknya melakukan evaluasi terhadap komitmen afektif perawat, perbaikan kultur organisasi, dan meningkatkan pendidikan perawat.

Process of caring are shaping the nurse character to be more emphatic and sincere in performing nursing care. The objective of this research is to determine the commitment factors and the most dominant climate associated with nurses caring behavior in RSWH. The design used in this research was descriptive correlative with cross sectional approach. Commitment factors and organizational climate has been measured by questionnaires, then the caring behavior has observed by systematic observation of 77 nurses which taken by proportional simple random sampling.
The result showed that the most dominant of commitment factors and organizational climate related to the nurses caring behavior in RSWH are; working period, affective commitment, organizational culture, and education. Conclusion The achievements of nurses? organizational commitment at RSWH was 73,3% , organizational climate was 71, 6% and then caring behavior was 87, 3% from total value. Recommendation to Hospital was evaluate the affective commitment of nurses, improving organizational culture, and increase nurse education.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34909
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malina Luthfiana
"Latar Belakang: Kelebihan volume cairan pasien hemodialisis akan berakibat pada peningkatan angka morbiditas dan mortalitas pasien. Self-efficacy penting dalam peningkatan perilaku kesehatan yang tercermin dari kepercayaan pasien akan kemampuannya dalam membatasi asupan cairan. Tujuan: Penelitian ini mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan self-efficacy pembatasan cairan pasien hemodialisis.
Metode: Pendekatan cross sectional digunakan untuk mengidentifikasi hubungan usia, jenis kelamin, lama hemodialisis, pengetahuan, kualitas hidup, dukungan sosial, dan IDWG dengan self-efficacy pembatasan cairan. Responden adalah 100 pasien hemodialisis yang diambil dengan teknik simple-random sampling.
Hasil: Analisis korelasi Pearson menunjukkan faktor yang berhubungan dengan self-efficacy pembatasan cairan adalah usia (p<0,001), pengetahuan (p=0,015), kualitas hidup (p<0,001), dukungan sosial (p<0,001), dan IDWG (p<0,001). Analisis regresi linier menunjukkan usia kualitas hidup, dan dukungan sosial adalah faktor dominan (r2=0,7) dengan kualitas hidup merupakan faktor paling dominan (r=0,543).
Rekomendasi: Untuk meningkatkan self-efficacy pasien, perawat perlu meningkatkan pengkajian terhadap kualitas hidup dan dukungan sosial untuk pasien hemodialisis.

Background: Fluid overload in hemodialysis patients will increase patients morbidity and mortality. Self-efficacy is important for improving health behavior which reflects patients believe about their capability to restrict fluid intake.
Objective: This study identified factors related hemodialysis patients self-efficacy to restrct fluid intake. Method: Cross sectional approach was used to identify the relationship of age, sex, duration of hemodialysis, knowledge, quality of life, social support, and IDWG with self-efficacy of fluid restriction. Respondents were 100 hemodialysis patients who were taken using simple random sampling technique.
Results: Pearson correlation showed that factors related to self-efficacy of fluid restriction were age (p<0,001), knowledge (p=0,015), quality of life (p<0,001), social support (p<0,001), and IDWG (p<0,001). Linear regression analysis showed that age, quality of life, and social support were dominant factor (r2=0,7). Quality of life was the most dominant factor (r=0,543).
Recommendation: To improve patients self-efficacy, nurses need assessment the quality of life of hemodialysis patients and social support for hemodialysis patients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggita Swastiara
"ABSTRAK
Gangguan tidur khususnya insomnia banyak terjadi pada pasien hemodialisis.
Berbagai faktor diduga menjadi penyebab insomnia pada pasien hemodialisis,
diantaranya faktor biologis, psikologis, dan dialisis. Tujuan penelitian ini adalah
mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan insomnia pada pasien
hemodialisis. Penelitian menggunakan rancangan studi potong lintang, dengan
sampel 50 responden di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi. Hasil penelitian
menunjukan bahwa insomnia dialami oleh 54% responden dan ditemukan hubungan
insomnia dengan umur (p=0,012), sesak napas (p=0,035), pruritus (p=0,002), sakit
kepala (p=0,015), stress (p=0,000), jadwal hemodialisis (p=0,042), lama hemodialisis
(p=0,012), dan quick of blood (p=0,011). Penelitian ini menyimpulkan bahwa
insomnia berhubungan dengan faktor biologis, psikologis, dan dialisis. Pengkajian
masalah insomnia pada pasien hemodialisis harus dilakukan secara akurat agar dapat
menjadi dasar untuk menyusun rencana asuhan keperawatan yang efektif bagi pasien
hemodialisis yang mengalami gangguan tidur.

ABSTRACT
Insomnia is the most common sleep disorder in hemodialysis patients. Various factors
are predicted to be the cause of insomnia, which are biological, psychological, and
dialysis factors. The purpose of this study was to identify factors associated with
insomnia on hemodialysis patients. This study used cross-sectional study design, with
50 respondents in Jakarta Islamic Hospital Pondok Kopi. The result showed that
insomnia was experienced by 54% respondents and there were relationship between
insomnia and age (p=0.012), physical complaints [(included dyspnea (p=0.035),
pruritus (p=0.002), and headache (p=0.015)], stress (p=0.000), hemodialysis schedule
(p=0.042), dialysis vintage (p=0.012), and quick of blood (p=0.011). The study
concluded that insomnia associated with biological, psychological, and dialysis
factors. The assessment of insomnia should be done accurately in order to make an
effective nursing care plan in hemodialysis patients who experience sleep disorder"
2015
S65712
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Toar Huberto Purnomo
"Aktivitas fisik dapat mengurangi risiko terjadinya dan mortalitas akibat Diabetes Mellitus DM tipe 2. Namun, hasil yang didapatkan dari aktivitas fisik oleh pasien DM tipe 2 berbeda-beda. Selain aktivitas fisik terdapat juga beberapa faktor lain yang memiliki hubungan signifikan terhadap faktor prognostik pasien DM tipe 2. Penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu hubungan antara aktivitas fisik dan faktor-faktor lain pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional pada 57 subjek pasien di Rumah Sakit Husada Jakarta yang dianalisis menggunakan uji chi-square.
Hasil menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik p > 0,05 antara aktivitas fisik terhadap faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, status gizi, asupan energi, asupan karbohidrat, asupan lemak, asupan protein dan pemberian tata laksana pada pasien DM tipe 2. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat dilakukan pada pasien DM tipe 2 tanpa harus memperhatikan faktor-faktor tersebut.

The effect of physical activity is known to be useful in Type 2 Diabetes Mellitus T2DM . However, the outcome of physical activity in T2DM patient is varied. Physical activity is not the only factor for the outcome for T2DM. This study objectives is to find the relation between those factors to physical activity in T2DM patient. A cross sectional study was designed in this study and 57 subject in Husada Hospital Jakarta is analyzed by using chi square analysis.
The result of this study shows that there are no significant relation p 0.05 between physical activity and related factors such as gender, age, nutritional status, energy intake, protein intake, carhbohydrate intake, fat intake and pharmacology therapy in T2DM patients. This result means that physical activity could be done in T2DM patients with or without the other related factors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Deswita
"ABSTRAK

Abstrak Latar belakang: Insomnia umum ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis. Insomnia berdampak negatif pada aspek fisiologis, fisik, psikologis dan sosial, bahkan menjadi ancaman kematian bagi pasien. Faktor biologis, psikologis dan gaya hidup serta dialisis diduga menjadi penyebab insomnia pada populasi ini. Metode: Menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional, sampel 105 responden, melalui consecutive sampling technique. Insomnia dievaluasi dengan menggunakan The Minimal Insomnia Symptom Scale (MISS). Hasil: Insomnia dialami oleh 54 responden (51,4%), insomnia berhubungan signifikan dengan kram otot (p value=0,047), nyeri, (p value=0,034), stress (p value=0,005), sleep hygiene (p value = 0,018), dan strategi koping (p value = 0,015). Strategi koping merupakan faktor yang dominan berhubungan dengan insomnia (p value= 0,015; OR: 2,9), kesemua faktor tersebut 97% berpeluang mempengaruhi insomnia. Rekomendasi: diperlukannya penelitian lanjutan mengenai intervensi yang dapat meningkatkan strategi koping untuk menurunkan angka insomnia pada pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialsis. Kata kunci: hemodialisis, gagal ginjal terminal, insomnia, strategi koping.


ABSTRACT


Abstract Background: Insomnia is commonly occur in end stage kidney disease patients who undergoing hemodialysis. Insomnia has negative impacts on physiological, physical, social, psychological aspects and furthermore, cause death threats in those patients. There are various factors are related to insomnia in this population, which are biological, psychological and lifestyle, dialysis. Method:This study used a Cross Sectional design, recruited 105 patients, selected by consecutive sampling technique. Insomnia was evaluated by using The Minimal Insomnia Symptom Scale (MISS). Results: Insomnia was experienced by 54 respondents (51.4%) and had significant associated with muscle cramps (p value=0.047), pain (p value=0.034), stress (p value=0.005), sleep hygiene (p value=0.018), and coping strategies (p value=0.015). Coping strategies was the dominant factor associated with insomnia (p value= 0,015; OR: 2.9), all these factors have 97% the chance to determine insomnia. Recommendation: further research needs to focus on interventions which may improve coping strategies to reduce insomnia incidence in end stage kidney diseases patients who undergoing hemodialsis. Keyword:hemodialysis, end stage kidney disease, insomnia, coping strategy

"
2019
T52123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Maulidina Sari
"Prevalensi Diabetes Mellitus tipe 2 cenderung meningkat setiap tahunnya serta menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di Indonesia. Kontrol glikemik harus dilaksanakan oleh penderita DM untuk menghindari timbulnya komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan keberhasilan kontrol glikemik pada pasien DM. Studi cross ndash; sectional dilakukan pada 57 pasien DM yang berobat di Rumah Sakit Husada Jakarta pada tahun 2015. Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien DM dengan kontrol glikemik yang buruk banyak ditemukan pada kelompok pasien usia 50-64 tahun, perempuan, durasi penyakit.

Prevalence of Diabetes Mellitus Type 2 tends to increase every year and causing high morbidity and mortality in Indonesia. Glycemic control should be carried out by people with diabetes to avoid the onset of complications. This study aims to determine the factors that related to the success of glycemic control in T2DM patients. A cross sectional study conducted on 57 patients with T2DM who seek treatment at Husada Hospital Jakarta in 2015. This study showed that T2DM patients with poor glycemic control are found in the group of patients aged 50 64 years, women, disease duration."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Yasmine Wardoyo
"Pendahuluan: Kekakuan arteri merupakan prediktor mortalitas pasien hemodialisis. Hemodialisis merupakan proses yang menginduksi inflamasi, ditandai dengan peningkatan penanda inflamasi, Pentraxin 3 (PTX3), intradialisis. Rerata kekakuan arteri pada pasien HD dua kali seminggu di Indonesia menunjukkan hasil yang lebih rendah daripada literatur.
Tujuan: Mengetahui faktor risiko kekakuan arteri pada pasien hemodialisis kronik dengan berfokus pada frekuensi hemodialisis dan PTX3.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang di RS Cipto Mangunkusumo, RS Fatmawati, dan RS Medistra pada pasien yang menjalani hemodialisis minimal 1 tahun dengan frekuensi dua dan tiga kali seminggu. Kekakuan arteri diukur dengan carotid-femoral pulse wave velocity. Pemeriksaan PTX3 dilakukan sebelum hemodialisis dimulai.
Hasil: Penelitian dilakukan pada 122 subjek, 82 subjek diantaranya menjalani hemodialisis dua kali seminggu. Tidak ada perbedaan kekakuan arteri antara pasien HD 2x dan 3x seminggu. PTX3 > 2,3 ng/ml berhubungan dengan kekakuan arteri (p=0,021). Pada analisis multivariat, PTX3 berhubungan dengan kekakuan arteri (adjusted OR 5,18; IK 95% 1,07-24,91), demikian juga penyakit kardiovaskular (adjusted OR 3.67; IK 95% 1.40-10.55), kolesterol LDL (adjusted OR 3.10; IK 95% 1.04-9.24), dan dialysis vintage (adjusted OR 2.72; IK 95% 1.001-7.38).
Simpulan: PTX >2,3 ng/ml berhubungan dengan kekakuan arteri. Tidak terdapat perbedaan kekakuan arteri antara pasien HD dua kali dan tiga kali seminggu.

Introduction: Arterial stiffness is a mortality predictor in hemodialysis patients. Hemodialysis induces inflammation, marked by intradialysis increment of inflammatory marker, Pentraxin 3 (PTX3). The mean arterial stiffness in twice-weekly hemodialysis patients in Indonesia is lower than studies done in thrice-weekly patients.
Objective: To determine factors associated with arterial stiffness in hemodialysis patients, focusing on the role of hemodialysis frequency and PTX3.
Methods: This study is a cross-sectional study conducted in Cipto Mangunkusumo Hospital, Fatmawati Hospital, and Medistra Hospital Jakarta in twice- and thrice-weekly hemodialysis patients. Arterial stiffness is measured by carotid-femoral pulse wave velocity.
Results: The study is conducted in 122 subjects, 82 of them undergo twice-weekly hemodialysis. There is no difference in arterial stiffness between twice- and thrice-weekly subjects. PTX3>2.3 ng/ml is associated with arterial stiffness (p= 0.021). In multivariate analysis, PTX3 is associated with arterial stiffness (adjusted OR 5.18; 95% CI 1.07-24.91), as well as cardiovascular disease (adjusted OR 3.67; 95% CI 1.40-10.55), LDL cholesterol (adjusted OR 3.10; 95% CI 1.04-9.24), and dialysis vintage (adjusted OR 2.72; 95%CI 1.001-7.38).
Conclusions: Predialysis PTX3 level above 2.3 ng/ml is associated with arterial stiffness. There is no difference in arterial stiffness between twice- and thrice-weekly hemodialysis patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>