Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108993 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andinia Fathonah
"Kemoterapi merupakan pengobatan sistemik yang mulai banyak dikembangkan sebagai pengobatan rawat jalan. Namun, efek samping kemoterapi seringkali menyebabkan penurunan kondisi klinis yang mempengaruhi tingkat ketepatan jadwal kemoterapi intravena pasien.
Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan ketepatan jadwal kemoterapi intravena pada pasien kanker payudara dalam menjalani kemoterapi di rawat jalan. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 85 pasien kanker yang menjalani kemoterapi intravena, ditentukan berdasarkan purposive sampling. Instrumen yang digunakan meliputi kuesioner karakteristik demografi, Smilkstein's family system apgar APGAR, Symptom Management Self Efficacy Scale-Breast Care SMSES-BC dan lembar ketepatan jadwal kemoterapi intravena.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara usia, pendidikan, pendapatan, stadium penyakit, lamanya pengobatan dan dukungan keluarga dengan ketepatan jadwal kemoterapi p=0,563; p=0,240; p=0,195;p=0,195; p=0,743; p=0,681, ? =0,05. Ada hubungan positif bermakna antara efikasi diri dengan ketepatan jadwal kemoterapi, namun hubungannya lemah p=0,045, r=0,218. Peneliti menyarankan perlunya upaya peningkatan efiskasi diri untuk memperbaiki ketepatan jadwal kemoterapi.

Chemotherapy is a systemic treatment has been developed as an outpatient treatment. However, the side effects of chemotherapy often lead to decreased clinical conditions that affect the accuracy of the patients intravenous chemotherapy schedule.
This descriptive analytic study with cross sectional approach aims to identify factors related to the accuracy of intravenous chemotherapy schedule in breast cancer patients in undergoing outpatient chemotherapy. The number of samples in this study were 85 cancer patients who underwent intravenous chemotherapy, determined by purposive sampling. The instruments used include demographic characteristics questionnaires, Smilksteins family apgar system APGAR, Symptom Management Self Efficacy Scale Breast Care SMSES BS and intravenous chemotherapy compliance sheets.
The results of this study showed no significant correlation between age, education, income, disease stage, duration of treatment and family support with accuracy of chemotherapy schedule p 0,563 p 0,240 p 0,195 p 0,195 p 0,743 p 0,681, 0,05. There was a significant positive correlation between self efficacy with the accuracy of chemotherapy schedule, but the correlation was weak p 0,045, r 0,218. Researchers suggest improving self efficacy efforts to improve the accuracy of chemotherapy schedule.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Endah Handayani
"Kemoterapi merupakan salah satu metode pengobatan kanker. Meskipun kemoterapi dapat membunuh sel kanker, pemberian kemoterapi intravena juga dapat menimbulkan cedera pada pasien yaitu ektravasasi. Ekstravasasi merupakan proses keluarnya cairan atau obat-obatan secara tidak sengaja ke jaringan sekitar. Identifikasi yang adekuat terhadap faktor yang berpotensi menyebabkan terjadinya ekstravasasi sangat penting untuk meminimalisir risiko ekstravasasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan terjadinya ekstravasasi pada pasien kanker yang medapatkan kemoterapi. Desain penelitian berupa deskriftif korelasional berupa cross sectional. Data diperoleh dari kuesioner pada observasi dari bulan juni 2022 sampai Mei 2022 yang didapatkan 17 kasus ekstravasasi dari 133 pasien yang mendapatkan kemoterapi (12,8%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara lokasi pemasangan infus dengan kejadian ekstravasasi (p=0,055) dan kondisi vena (p=0,014). Pemilihan lokasi vena dan memperhatikan kondisi vena sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya ekstravasasi.

Chemotherapy is one of the methods of cancer treatment. Although chemotherapy can kill cancer cells, intravenous chemotherapy can also cause injury to the patient, namely extravasation. Extravasation is the process of accidentally releasing fluids or drugs into the surrounding tissue. Adequate identification of factors that have the potential to cause extravasation is very important to minimize the risk of extravasation. This study aims to determine the factors associated with the occurrence of extravasation in cancer patients receiving chemotherapy. The research design is a correlational descriptive in the form of a cross sectional. Data were obtained from questionnaires on observations from June 2022 to May 2022 which obtained 17 extravasation cases from 133 patients receiving chemotherapy (12.8%). The results of this study indicate that there is a significant relationship between the location of the infusion with the incidence of extravasation (p=0.055) and venous condition (p=0.014). Selection of the location of the vein and paying attention to the condition of the vein is needed to prevent extravasation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Metungku
"ABSTRAK
Kepatuhan merupakan hal penting bagi wanita dengan kanker payudara karena dapat menjadi penentu efektivitas
pengobatan dan manfaat klinis yang optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan umur, pekerjaan,
pendidikan, keikutsertaan dalam asuransi, depresi, dukungan sosial, efikasi diri dan pengetahuan dengan kepatuhan
kemoterapi pada pasien kanker payudara. Peneltian cross sectional ini melibatkan 89 responden yang dipilih dengan
teknik consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara kepatuhan
kemoterapi dengan pendidikan (p value 0,001), pekerjaan (p value 0,002), depresi (p value 0,001), dukungan sosial (p
value 0,03), efikasi diri (p value 0,002), dan pengetahuan (p value 0,001). Hasil multivariat menujukan bahwa
responden yang memiliki pengetahuan baik berpeluang 16 kali lebih patuh terhadap kemoterapi dibandingkan dengan
responden yang memiliki pengetahuan buruk, setelah dikontrol oleh variabel pendidikan,depresi, dukungan sosial, dan
efikasi diri. Rekomendasi dari penelitian adalah memberikan edukasi sesuai karakteristik pasien dan sesuai dengan
penilaian tingkat depresi, dukungan sosial, dan efikasi diri.

ABSTRACT
Adherence is the important thing for the woman with breast cancer as it determines the effectiveness of the medical
treatment and optimal clinical benefits. This research aims to find out the correlation of age, job, education,
involvement in insurance, depression, social support, self-efficacy, and the knowledge of chemotheraphy adherence for
the breast cancer patients. This cross sectional research involved 89 respondents selected through consecutive
sampling technique. The research result shows that there is meaningful correlation between the chemotheraphy
adherence with education level (p value 0,001), job status (p value 0,002), depression level (p value 0,002) social
support (p value 0,03), self-efficacy (p value 0,002), and knowledge (p value 0,001). The multivariate result shows that
the respondents havinggood knowledge have the possibility 16 times to be more obedient to the chemotheraphy than
those having poor knowledge. Theresult is obtained after being controlled by the variable of education, depression,
social support, and self-efficacy. This research suggests to give the education based on the patients characteristics and
the assessment of depression level, social support, and patients'self-efficacies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Husnul Fata
"Efek samping dari pemberian kemoterapi maupun beban penyakit kanker sering kali meyebabkan gangguan pada semua system dalam tubuh manusia serta masalah psikologis yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya fatigue pada pasien kanker. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor prediktor yang dapat menyebabkan fatigue. Metode dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi dengan cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 95. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan teknik concecituve samping. Penelitian ini menunjukkan bahwa 72,6% responden adalah perempuan dengan rerata usia 45,54 tahun, rerata kadar Hb 10,881 gr/dl, 38,9% kasus Ca Mammae, 69,5% termasuk stadium lanjut, 30,5% mendapat kemoterapi FAC, 29,5% menjalani kemoterapi lebih dari siklus 4, 55,8% fatigue ringan, 55,8% kategori nyeri sedang-berat, 82,1% kualitas tidur buruk, dan 38,9% termasuk katagori aktif minimal.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p value 0,05) antara kadar Hb, mual muntah, nyeri, tingkat aktivitas, depresi, dan kualitas tidur dengan fatigue. Analisis berikutnya didapatkan hasil bahwa variabel nyeri merupakan variabel yang berisiko paling besar untuk terjadinya fatigue. Rekomendasi dari penelitian ini adalah pentingnya mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan fatigue pada pasien kanker yang menjalan kemoterapi untuk mengurangi risiko kejadian atau semakin parahnya fatigue.

Side effect of chemotherapy and burden of cancer often cause interference with all the human body systems as well as psycological problems wich eventually can lead to fatigue in cancer patients. The purpose of the study was to identify predictor faktors that can be cause of fatigue. The method of the research applied correlation analysis with cross sectional. There were 95 respondents. Sample was taken by consecutive sampling technique. The research showed that 72,6% female respondents with 45,54 years of age in average, Hb rate 10,881 gr/dl in average, 38,9% Mammae cancer, 69,5% advanced stage, 30,5 % FAC chemotherapy, 29,5% more than 4 cycles of chemotherapy, 55,8% light fatigue, 55,8% moderate-severe pain, 82,1% bad sleep quality, 38,9% moderate nausea and fomiting, 36,8% bordeline anxiety, 62,1% no depression, and 44,2% minimal active.
The analysis showed that there was a significant relation between Hb, depression, physical activity, sleep quality, pain, nausea and vomiting with fatigue lavel of (p< 0,05). Further analysis showed that pain was the greatest risk for the occurence of fatigue. The reseacher recommends that should be to indentifying another factors that can cause fatigue in cancer patient undergoing chemotherapy to reduce risk occurrence and severity of fatigue.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T36084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Murwaningsih
"Kemoterapi merupakan salah satu modalitas terapi kanker pada pasien kanker payudara. Kemoterapi selain memiliki efek akut juga menimbulkan efek jangka panjang. Efek kemoterapi yang dirasakan menjadi gejala yang tidak hanya satu gejala tetapi memiliki berbagai gejala yang menjadi beban gejala. Spiritual sebagai koping dalam meningkatkan kesejahteraan spiritual sangat dibutuhkan dalam membantu mengatasi beban gejala. Beberapa faktor diduga berpengaruh terhadap kesejahteraan spiritual seperti usia, agama, pendidikan, pekerjaan, stadium kanker, siklus kemoterapi dan jenis kemoterapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban gejala dengan kesejahteraan spiritual pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di RS Kanker Dharmais. Penelitian ini menggunakan desain observasi studi cross sectional deskiritif analitik, dengan sampel 147 orang. Analisis data menggunakan uji korelasi, Chi Square dan uji Mann Whitney. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara beban gejala dengan kesejahteraan spiritual dengan nilai p sebesar 0,000 < 0.0. Faktor yang paling mempengaruhi kesejahteraan spiritual adalah agama dan stadium kanker. Penelitian ini merekomendasikan perawat untuk melakukan pengkajian spiritual sebagai screening awal untuk menentukan intervensi keperawatan spiritual dalam membantu mengatasi beban gejala, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.

Chemotherapy is one of the modalities of cancer therapy in breast cancer patients. Chemotherapy have an acute effect and long-term effects. Many symptoms result of the effects chemotherapy. Serious symptoms result of Chemo became a symptom burden. Spiritual as a coping in improving spiritual well-being is needed in helping to overcome the burden of symptoms. Several factors are thought to influence spiritual well-being such as age, religion, education, occupation, cancer stage, chemotherapy cycle and type of chemotherapy. This study aims to determine the relationship between symptom burden and spiritual well-being of breast cancer patients undergoing chemotherapy at Dharmais Cancer Hospital. This study used an analytical descriptive cross sectional observational study design, with a sample of 147 people. Data analysis used correlation test, Chi Square and Mann Whitney test. The results of this study indicate that there is a significant relationship between symptom burden and spiritual well-being with a p value of 0.000 < 0.05. The factors that most affect spiritual well-being are religion and the stage of cancer. This study recommends nurses to conduct a spiritual assessment as an initial screening to determine spiritual nursing interventions in overcoming the burden of symptoms, so as to improve the quality of life of breast cancer patients undergoing chemotherapy"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Ramadhana
"Salah satu gejala paling umum dan menyedihkan yang dilaporkan pasien kanker selama kemoterapi adalah fatigue. Fatigue yang dialami pasien berdampak besar terhadap aktifitas sehari-hari. Taichi merupakan salah satu intervensi mind-body yang terbukti meningkatkan kesehatan mental dan kondisi psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektifitas latihan tai-chi dalam menurunkan fatigue pada pasien kanker payudara yang sedang menjalankan kemoterapi. Desain penelitian Randomized Clinical Trial (RCT) dengan 50 sampel secara consecutive sampling, 25 kelompok intervensi dan 25 kelompok kontrol. Hasil penelitian latihan taichi efektif menurunkan skor fatigue pada pasien kanker payudara yang menjalankan kemoterapi dibandingkan kelompok kontrol yang mendapatkan standard care di rumah sakit (p= 0,01). Rekomendasi penelitian latihan taichi diberikan pada pasien kanker payudara untuk mengatasi fatigue dalam menjalankan kemotarapi.

Fatigue is one of the most common and distressing symptoms reported by cancer patients during chemotherapy. Patient fatigue has a significant impact on daily activities. Tai-chi is a mind-body intervention that improves mental health and psychological state. This research aims to evaluate the effectiveness of Tai-chi exercise in reducing fatigue in breast cancer patients undergoing chemotherapy. Research design Randomized Clinical Trial (RCT) with 50 samples by consecutive sampling, 25 intervention groups, and 25 control groups. The results of the Tai-chi exercise effectively reduced fatigue scores in breast cancer patients undergoing chemotherapy compared to the control group who received standard care at the hospital (p = 0.01). Research recommendations Tai-chi exercise is given to breast cancer patients to overcome fatigue in running chemotherapy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Syafitri
"Latar belakang: CTC sebagai bagian dari liquid biopsy berperan dalam melakukan monitoring pasien kanker payudara yang menjalani terapi. Adanya CTC menjadi pertanda resistensi terapi dan memengaruhi prognosis pasien. Penelitian ini bertujuan melihat adakah perubahan nilai CTC pada pasien kanker payudara stadium lokal lanjut atau lanjut yang mendapatkan kemoterapi serta melihat perubahan nilai CTC tersebut apakah dipengaruhi oleh usia, status menopause, subtipe, metastasis, dan grade.
Metode: Didapatkan 30 sampel pasien kanker payudara stadium lokal lanjut atau lanjut yang akan mendapatkan kemoterapi berbasis Anthracycline dan Taxan. Pre kemoterapi pasien diambil darah perifer dan dilakukan pemeriksaan CTC menggunakan flowcytometry dengan antibodi EpCAM. Pasien lalu menjalani siklus kemoterapi hingga lengkap. Setelah itu pasien kembali diambil darah perifer dan diperiksa nilai CTC post kemoterapi.
Hasil: Dari ke 30 sampel, didapatkan mean usia 47,93+7.30. Sebanyak 56,7 (n=17) belum menopause, 43,3% status tumor T3 dan T4, status kelenjar getah bening terbanyak adalah N0 dan N1 (43,3%). Hanya 2 pasien yang ditemukan ada metastasis. 56,7% pasien dengan grade 3, dan subtipe terbanyak adalah luminal B ( 63,4%, n=19). Terdapat 22 pasien (73,3%) dengan ER positif, 14 pasien (46,7%) dengan PR positif. Terdapat 11 pasien (36,7%) dengan Her2 positif dan 21 pasien (70%) dengan Ki67 high proliferation. Hasil CTC pre kemoterapi didapatkan nilai median 1460,50 sedangkan CTC post kemoterapi didapatkan nilai median 415,50 dilakukan uji Wilcoxon dan perbedaan bermakna dengan nilai p=0,002. Analisis multivariat regresi linier dihubungkan antara penurunan nilai CTC terhadap usia, status menopause, subtipe, metastasis, dan grading didapatkan status menopause berhubungan bermakna terhadap perubahan nilai CTC (p<0,05).
Kesimpulan: CTC pada pasien kanker payudara stadium lokal lanjut dan lanjut setelah kemoterapi lebih rendah bermakna dibandingkan sebelum kemoterapi. Status menopause memiliki hubungan bermakna terhadap penurunan jumlah CTC setelah kemoterapi pada kanker payudara stadium lokal lanjut dan lanjut
.
Background: As part of liquid biopsy, CTCs play a role in monitoring breast cancer patients undergoing therapy. The existence of CTCs is a sign of therapy resistance and affects patient prognosis. This study aims to examine whether there are changes in CTC values in patients with locally advanced or advanced breast cancer, who receive chemotherapy and are influenced by age, menopause status, subtype, metastasis, and grade.
Method: Of the 30 samples of locally advanced or advanced breast cancer patients receiving Anthracycline and Taxan-based chemotherapy were obtained. Pre-chemotherapy, peripheral blood, was drawn and CTCs were examined using flow cytometry with EpCAM antibody. Patients then undergo a complete chemotherapy cycle. After that, the patients were again taken peripheral blood and examined for post-chemotherapy CTC values.
Result: The study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital, started from December 2022 to December 2023. Of the 30 samples with the mean age was 47,93+7,30. A total of 56,7 (n=17) were not menopause, 43,3% of tumor status with the T3 and T4, and the most common lymph node status with the N0 and N1 (43,3%). Only two patients were found to have metastasis. Then, 56,7% of patients had grade 3, and the most common subtype was luminal B (63,4%, n=19). There were 22 patients (73,3%) with ER positive, 14 patients (46,7%) with PR positive, 11 patients (36,7%) with Her2 positive, and 21 patients (70%) with Ki67 high proliferation. Pre-chemotherapy CTC results obtained a median value of 1460.50, Meanwhile, post-chemotherapy CTC obtained a median value of 415,50. Wilcoxon test was performed and the difference was significant with a value of p = 0,002. Multivariate linear regression analysis was correlated between the decrease in CTC values with age, menopause status, subtype, metastasis, and grading. The menopausal status has a significant association with decrease CTC values (p<0,05).
Conclusion: CTC in locally advanced and advanced breast cancer patients after chemotherapy was significantly lower than before chemotherapy. menopause status has a significant association with decreased CTC values after chemotherapy in locally advanced and advanced breast cancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Rahman
"Radioterapi merupakan salah satu metode pengobatan utama kanker. Pasien yang akan menjalani radioterapi sangat rentan terhadap kecemasan. Ketidaktahuan mengenai prosedur radioterapi serta efek samping dari radioterapi dapat menimbulkan kecemasan pada pasien yang mendapatkan radioterapi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor internal yang berhubungan dengan kecemasan pada pasien kanker yang mendapatkan radioterapi di RS Kanker Dharmais tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan metode Cross Sectional, jumlah sampel 97 responden. Instrument yang digunakan adalah Depression Anxiety Stress Scale (DASS). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pasien dengan tingkat kecemasan ringan (64,9%), kecemasan sedang (18,6%) dan tingkat kecemasan berat (16,5%). Terdapat hubungan antara jenis kelamin, program dan frekuensi radioterapi dengan tingkat kecemasan pasien dibuktikan (p < α : 0,05). Penelitian ini merekomendasikan untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan dalam memberikan palayanan berupa konseling dan pendidikan kesehatan diperlukan pada pasien yang mendapatkan radioterapi.

Radiotherapy is one of the main methods for cancer treatment. Patients undergoing radiotherapy is very prone to anxiety. Ignorance about the procedure, side effects of radiotherapy can cause anxiety. The purpose of this study was to know the internal factors related to patients receiving radiotherapy at Dharmais Cancer Hospital in 2013. This study used a descriptive cross sectional method approach with 97 patients as a sample. Depression Anxiety Stress Scale (DASS) was used as a instrument. The results shows patients with mild anxiety level (64.9%), moderate anxiety (18.6%), and severe anxiety (16.5%). There was significant corelation between sex and the frequency of radiotherapy program with proved patient's anxiety level (p < α : 0,05). The study recommends to improve the quality of nursing care in providing services such as counseling and health education to reduce patient's anxiety level.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S45962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Mulya Sari
"Latar Belakang : Kanker ovarium merupakan penyebab kematian tertinggi pada kelompok kanker ginekologik dengan angka kekambuhan dua tahun sebesar 50%.
Tujuan: mengetahui faktor yang berperan pada kekambuhan kanker ovarium.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif dengan teknik analisis kesintasan untuk melihat peran faktor ekspresi Human Epidermal Receptor (HER-2), residu tumor post operasi, jenis subtipe sel kanker dan tingkat diferensiasi sel kanker terhadap kekambuhan kanker ovarium epitelial. Analisis bivariat menggunakan metode log rank test digunakan untuk menilai hubungan antara 2 variabel.
Hasil Penelitian : Sebanyak 65 pasien kanker ovarium epitelial (tahun 1998-2012) yang telah remisi diamati selama 24 bulan. Terlihat bahwa median usia 50 tahun dengan proporsi kekambuhan sebesar 36,9% pasien dan mean waktu kekambuhan pertama 19,15 bulan. Volume residu tumor post operasi berukuran lebih dari 1 cm meningkatkan Rasio Hazard kekambuhan dua tahun pasien kanker ovarium epitelial, nilai p: 0,02 dan HR 3,31 (IK95% 1,46-7,49) sementara jenis subtipe histologi dan tingkat diferensiasi sel kanker tidak berhubungan dengan terjadinya kekambuhan ini. Satu dari 38 pasien memperlihatkan adanya cytoplasmic staining pada pemeriksaan ekspresi HER-2 dengan metode imunohistokimia.
Simpulan : Volume residu tumor post operasi yang berukuran lebih dari 1 cm meningkatkan Rasio Hazard kekambuhan dua tahun pasien kanker ovarium epitelial, sementara jenis subtipe histologi dan tingkat diferensiasi sel kanker tidak berperan pada kekambuhan ini. Pada pemeriksaan ekspresi HER-2, menggunakan teknik imunohistokimia dilaporkan 1 sampel memperlihatkan cytoplasmic staining.

Background : Ovarian cancer was the leading cause of death in gynecologic cancer which had the two years recurrency rate of 50%.
Aim : to know factors that influenced on epithelial ovarian cancer recurrency.
Methods : We used retrospective cohort design with survival analysis technique for this study to examine the role of HER-2 expression, residual tumor post operation, cancer cell histological subtype and cancer cell grading on epithelial ovarian cancer recurrency. Bivariate analyze using log rank test methods were done to examine significance between two variables.
Results : Sixty-five epithelial ovarian cancer patient (1998-2012) who had achieved remission were observed for 24 months. We reported median age of 50 years with recurrency rate of 36.9% and mean time of recurrency was 19,15 months. Volume of post surgery residual tumor more than 1 cm increase Hazard Ratio of two years recurrency of epithelial ovarian cancer, p value 0.02 and HR of 3.31 (95% CI 1.46-7.49) but histology subtype and cancer cell grading did not influence the recurrency. One of 38 patients showed cytoplasmic staining in HER-2 expression examination by imunohistochemistry methods.
Conclusion : Volume of post surgery residual tumor more than 1 cm increase Hazard Ratio of two years recurrency of epithelial ovarian cancer while histology subtype and cancer cell grading did not influence the recurrency. One sample showed cytoplasmic staining on HER-2 examination by imunohistochemistry methods.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sapti Ayubbana
"Pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi dapat mengalami gangguan irama sirkandian berupa gangguan siklus tidur dan berakibat terjadinya fatigue. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektifitas kombinasi back massage dan aromaterapi lavender dengan back massage terhadap fatigue pada pasien kanker payudara. Penelitian ini menggunakan quasi experimental pretest-posttest group design, metode pengumpulan sampel secara purposive sampling. Sampel penelitian adalah 42 pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi dengan skor fatigue le; 30. Pengukuran fatigue menggunakan instrumen Brief Fatigue Inventory BFI . Hasil uji pooled t test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara efektifitas pemberian kombinasi back massage dan aromaterapi lavender dengan back massage terhadap fatigue pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi p value = 0,385 . Namun tindakan kombinasi back massage dan aromaterapi lavender serta tindakan back massage memberikan efektifitas terhadap penurunan fatigue pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi.

Breast cancer patients undergoing chemotherapy may experience circadian rhythm disturbances such as sleep disturbance and fatigue. The aim of this study was to determine the effectiveness of back massage and aromatherapy lavender combination compared with back massage toward fatigue in breast cancer patients. A quasi experimental pretest posttest group design with purposive sampling method was used. The study involved 42 breast cancer patients undergoing chemotherapy with fatigue score le 30. Fatigue was measured by using Brief Fatigue Inventory BFI instrument. The pooled t test results showed that there was no significant difference between the effectiveness of combination of back massage and lavender aromatherapy compared with back massage intervention p value 0.385 . However, the finding indicated that both intervention were effective for reducing fatigue in breast cancer patients undergoing chemotherapy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47688
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>