Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 189579 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Clara Alverina Jovita
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran pengungkapan diri dan status identitas pada perempuan penyintas pemerkosaan di Jabodetabek. Penelitian ini dilatarbelakangi dengan keprihatinan akan tingginya angka kekerasan terhadap perempuan, salah satunya kasus pemerkosaan. Pengukuran status identitas menggunakan Extended Objective Measure of Ego Identity Status II EOM-EIS II dan pengukuran proses pengungkapan diri menggunakan wawancara semi terstruktur dengan mengembangkan tinjauan pustaka terkait pengungkapan diri menjadi pertanyaan-pertanyaan wawancara. Pengolahan statistik deskriptif menunjukan bahwa frekuensi tertinggi status identitas partisipan berada pada status Diffusion f=10. Dari hasil olah data kualitatif ditemukan bahwa pengungkapan diri berdampak positif terhadap pemulihan identitas seseorang jika diikuti dengan reaksi sosial positif. Usia ketika pemerkosaan terjadi dan stabilitas keluarga menjadi dua variabel penting yang mempengaruhi pengaruh pengungkapan diri.

ABSTRACT
The objective of this research is to describe the identity status and self disclosure process among rape survivors in Jabodetabek. This research was based on the increasing number of violence against women, especially rape. To measure identity statuses, we used Extended Objective Measure of Ego Identity Status II EOM EIS II and self disclosure was measured using semi structured interview in which the questions were developed from literature study on the matter. Descriptive statistics analysis shows that identity Diffusion is the most frequent identity status among all the participants f 10. Qualitative analysis found that self disclosure has big impact on survivors rsquo identity healing process if it is followed with positive social reactions. Individuals age and family stability are two important variables that affect the impact self disclosure. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aminah Swarnawati
"Maraknya acara konsultasi melalui media elektronik akhir akhir ini menarik minat peneliti untuk mengkajinya, terutama karena topik yang dibahas seringkali menyentuh wilayah yang bagi sebagian orang masih tabu untuk dibicarakan, apaiagi dibicarakan melalui media dan didengar oleh banyak orang.
Konsultasi melalui radio pada penelitian ini ada 2 (dua) jenis yaitu yang melibatkan expert sebagai pemberi solusi pada radio Pesona FM dan radio Trijaya FM dan non-expert pada radio TMI dan Muara FM. Perbedaan expert dan non-expert membuat perbedaan pada model konsultasinya dan topik yang dibicarakan. Pada expert, konsultasi langsung dijawab oleh expert, pengasuh acara lebih berfungsi sebagai moderator atau pemberi komentar tambahan, sedangkan pada non-expert, konsultasi terlebih dahulu dilempar pada khalayak untuk urun rembuk baru pada akhir session pengasuh acara membahasnya atau menarik kesimpulan. Dari segi topik yang dibicarakan, pada expert: topik lebih khusus yaitu masalah seks, sedangkan pada non-expert topik lebih beragam antara lain masalah pergaulan, pekerjaan, percintaan, konflik keluarga.
Konsultasi yang dilakukan melalui radio pada penelitian ini dilihat sebagai bentuk tindak self-disclosure dilihat dari segi fungsi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Berkaitan dengan topik yang menyentuh masalah seks mempunyai dampak pada etika, yaitu masalah pantas - tidak pantas, bermoral - tidak bermoral dalam kerangka budaya Indonesia. Masalah etika menjadi penting karena walaupun diasuh oleh expert akan tetapi pembawa acara kadang-kadang memberikan komentar yang tidak pantas dan tidak mendukung terhadap penyelesaian masalah yang dikonsultasikan.
Hal yang menarik pada penelitian ini adalah bahwa selama ini pembahasan tentang self-disclosure selalu dalam lingkup komunikasi interpersonal yang dicirikan terjadi dalam hubungan yang penuh keakraban atau keintiman dan idealnya dalam komunikasi dyadic, akan tetapi pada penelitian ini justru melalui media. Dengan sendirinya unsur-unsur keintiman tidak ada lagi, begitu pula komunikasi yang terjadi bukan komunikasi dyadic karena melibatkan lebih dari dua orang, paling tidak terdiri dari Wien, konselor dan khayalak. lmplikasi tentu saja pada bagaimana teori-teori interpersonal menjawab fenomena ini. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaen, Ratna Juwita
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
S2356
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ilham Bustari
"Skripsi ini bertujuan untuk melakukan analisis terhadap peraturan perundang-undangan di Indonesia yang berkaitan dengan korban perkosaan guna memposisikan dan mengakamodasi perlindungan terhadap para korban tersebut. Peneliti melakukan analisis terhadap hukum adat Nagari Lunang terkait perlindungan terhadap korban perkosaan. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berperspektif sosio-legal dengan melakukan analisis terhadap aturan terkait perlindungan korban perkosaan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang pengesahan CEDAW, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban serta dengan pengumpulan data yang dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pengamatan, wawancara secara mendalam dengan bantuan instrumen berupa pedoman wawancara, dan dokumentasi dalam rangka mengungkapkan gejala-gejala dalam kehidupan di masyarakat seperti yang dipersepsikan oleh warga masyarakat Nagari Lunang tentang kondisi mereka sendiri. Perlindungan terhadap perempuan korban perkosaan baik secara yuridis maupun non-yuridis merupakan hal yang penting guna menjamin tegaknya rasa keadilan dalam masyarakat. Namun, hingga saat ini, perlindungan terhadap perempuan korban kekerasan masih sangat minim, seperti yang ditunjukkan dari kurangnya komitmen negara dalam melindungi mereka. Untuk mewujudkan perlindungan yang dimaksudkan tersebut maka dibutuhkan suatu instrumen hukum yang dapat mengakamodir hak-hak perempuan atas kebenaran, keadilan dan pemulihannya secara utuh menyeluruh.

This undergraduate thesis aims to analyze the laws and regulations in Indonesia relating to rape victims to positioning and accommodate the protection of these victims. Researchers conducted an analysis of the customary law of Nagari Lunang related to the protection of rape victims. The method used in this study is a socio-legal perspective by analyzing the rules relating to the protection of rape victims regulated in Law Number 7 of 1984 concerning the ratification of CEDAW, Criminal Law Book, and Law Number 13 Year 2006 concerning Protection of Witnesses and Victims, as well as by collecting data carried out in several ways, namely observation, in-depth interviews with the help of instruments in the form of interview guidelines, and documentation in order to express symptoms in life in the community as perceived by residents of Nagari Lunang about their own condition. Protection of women victims of rape both legally and non-legally is important to ensure the upholding of a sense of justice in society. However, until now, the protection of women victims of violence is still very minimal, as shown by the lack of state commitment to protect them. To realize the intended protection, a legal instrument is needed that can fully accommodate the rights of women to truth, justice, and its full recovery."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Cokro
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat penerimaan mitos pemerkosaan yang ada pada mahasiswa Strata 1 dan sederajat di perguruan tinggi negeri dan swasta di Jabodetabek. Data yang digunakan untuk analisis pada penelitian ini sejumlah 1004 partisipan. Penelitian ini juga akan melihat peran konservatisme dan religiusitas sebagai prediktor dari penerimaan mitos pemerkosaan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Hasil dari penelitian ini yaitu konservatisme dan religiusitas terbukti memprediksi penerimaan mitos pemerkosaan. Saran yang diberikan berdasarkan penelitian ini menyangkut tindakan-tindakan yang dapat dilakukan organisasi sosial untuk memberikan edukasi mengenai isu ini.

The focus of this research is to study about rape myth acceptance among college students in Jabodetabek area. There are 1004 data from college students that is used in the analysis of this research. This research talks about the role of conservatism and religiosity as predictor of rape myth acceptance. This research is a quantitative correlational. Results from this research indicate conservatism and religiosity is a significant and positive predictor of rape myth acceptance among college students. The result of this research can also give insights on how social organizations working issued like this can use the right method to educate college students about rape myth."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68197
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natarudin
"Penelitian mengenai Penyidikan Tindak pidana perkosaan di Polda Metro Jaya bertujuan untuk menunjukkan proses penyidikkan tindak pidana perkosaan yang dilakukan oleh tim penyidik Ruang Pelayanan Khusus selaku aparatur penegak hukum bagian dari sub system peradilan pidana. Adapun permasalahan yang diteliti adalah mengenai penyidikan tindak pidana perkosaan yang dilakukan oleh tim Ruang Pelayanan Khusus. Ruang lingkup masalah penelitian mencakup mengenai proses penyelidikan dan penyidikan termasuk di dalamnya adalah tindakan-tindakan penyidik tim Ruang palayanan khusus dalam penanganan tindak pidana perkosaaan, manajemen operasional penyidikkan, faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyidikan, pola-pola hubungan yang terjadi dalam proses penyidikan dan fakta-fakta empiris yang ditemukan dalam penanganan korban perkosaan oleh penyidik tim Ruang Pelayanan Khusus. Dengan Fokus penelitian dalam tulisan tesis ini adalah penyidikan tindak pidana perkosaan oleh Tim Ruang pelayanan khusus Polda Metro Jaya.
Proses penyidikan adalah serangkaian tugas penyidik dalam hal menurut cara yang diatur dalam Undang - Undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi guna menemukan tersangkal pelaku tindak pidana. Dalam proses penyidikan tindak pidana perkosaan yang dilakukan oleh anggota Tim Ruang pelayanan khusus Polda Metro Jaya ditemukan beberapa hal spesifik antara lain dalam hal pembuktian medis terhadap tindak pidana perkosaan, pemeriksaan terhadap korban perkosaan dan timbul suatu pertanyaan kenapa dalam Tim ruang pelayanan khusus tersebut semua penyidiknya Polisi Wanita (Polwan). Hal tersebut dapat diabstraksikan diantaranya adalah bahwa pembuktian secara medis kedokteran adalah mutlak diperlukan untuk membuktikan apakah benar korban tersebut merupakan korban dari tindak pidana perkosaan dan juga ditemukan rasa traumatic korban terhadap peristiwa yang dialaminya, serta jawaban dari pertanyaan tersebut adalah agar dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik Polwan (Tim Ruang pelayanan khusus) korban tidak merasa canggung/korban dapat menerangkan secara gamblang mengenai peristiwa yang dialaminya.
Selain itu karena kesamaan jender dalam hal ini rasa traumatic korban dapat dinetralisir oleh anggota Tim Ruang pelayanan khusus yang dalam hal ini juga dapat sebagai konseling.
Namun demikian dalam proses penyidikan terhadap tindak pidana perkosaan yang dilakukan oleh anggota Tim Ruang pelayanan khusus bukan berarti berjalan dengan mulus begitu saja. Pengetahuan, pengalaman dan perasaan sesama perempuan yang dimiliki oleh anggota Tim Ruang pelayanan khusus dalam hal penyidikan sangatlah membantu untuk mengungkapkan suatu tindak pidana perkosaan.
Tindakan Tim Ruang pelayanan khusus tersebut tidak hanya berhenti sampai dengan selesainya proses penyidikan/ setelah berkas perkara dan tersangkanya dilimpahkan kepada Penuntut Umum namun penyidik masih berusaha untuk merehabilitasi perasaan traumatic dan medis dan memberikan jaminan keamaan/keselamatan korban dan keluarganya.
Dalam tesis ini ditunjukkan bahwa tindakan penyidik Tim Ruang pelayanan khusus Polda Metro Jaya secara formal telah mengacu pada Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Kapolri tentang proses penyidikan tindak pidana dan Petunjuk Tehnis (Juknis) Kapolri tentang penyelidikan Reserse.
Selain hal tersebut penyidik Tim Ruang pelayanan khusus dalam melakukan penyidikan tindak pidana perkosaan juga mengikuti pada pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diinfentarisir bahwa tindakan-tindakan yang dilakukan oleh penyidik dalam penanganan korban perkosaan dihadapkan oleh rasa traumatic korban sehingga dibutuhkan kesabaran dari penyidik untuk menciptakan nuansa pemeriksaan yang tidak diliputi perasaan takut, cemas dan emosional yang tidak menentu.
Untuk dapat melaksanakan proses penyidikan tindak pidana perkosaan secara professional, benar dan adil serta dapat memberikan jaminan keamanan dan perlindungan baik terhadap korban maupun saksi-saksi maka dibutuhkan seorang penyidik yang memiliki pengetahuan tentang tindak perkosaan, pembuktian medis, pemahaman mengenai psikologi individu. Selain pengetahuan tersebut juga diharapkan penyidik Tim Ruang pelayanan khusus juga dapat melakukan kerjasama dengan paramedis/dokter, unit-unit lain yang terkait dalam membantu pengungkapan kasus serta sub system CJS (criminal justice system) lainnya tidak dapat lepas dari keberhasilan dalam pengungkapan kasus secara benar dan adil. Sehingga diharapkan bahwa kasus perkosaan tersebut dapat terselesaikan secara tuntas dan dapat memenuhi rasa keadilan dari korban."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Syahvita Ananda Bustaman
"Akun pseudonim menjadi fenomena unik dalam penggunaan anonimitas di media sosial. Berdasarkan penelitian sebelumnya, anonimitas dapat diikuti dengan peningkatan self disclosure. Dengan itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anonimitas dan self disclosure pada akun pseudonim di Twitter pada populasi kelompok usia generasi Z. Penelitian ini diikuti oleh 246 partisipan pengguna akun pseudonim di Twitter yang merupakan bagian dari generasi Z. Anonimitas diukur menggunakan Skala Anonimitas dan self disclosure diukur menggunakan Revised Self Disclosure Scale. Hasil teknik korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan negatif antara anonimitas dan self disclosure (r(246)=-0,233, p=0,001, r2=0,054).

Pseudonym accounts are a unique phenomenon in the use of anonymity on social media. Previous research shows anonymity can be followed by increased self-disclosure. This study aims to determine the relationship between anonymity and self-disclosure on pseudonym accounts on Twitter among generation Z. This study was followed by 246 user of pseudonym accounts on Twitter who are part of generation Z. Anonymity’s measured using the Anonymity Scale and self disclosure’s measured using the Revised Self Disclosure Scale. Spearman correlation technique result showed a significant and negative relationship between anonymity and self-disclosure (r(246) =-0,233, p = 0.001, r2= 0.054)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gisella Rusli
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dalam perbandingan dimensi jumlah, kedalaman, dan valensi dalam pengungkapan diri antar individu dalam interaksi di forum roleplay dan dunia nyata. Pengukuran pengungkapan diri menggunakan alat ukur Wheeless Revised Self-Disclosure Scale yang dikembangkan oleh Wheeless pada tahun 1976. Partisipan dalam penelitian ini adalah 51 pengguna internet di Indonesia yang pernah atau sedang mengikuti forum roleplay.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam perbandingan dimensi jumlah, kedalaman, dan valensi dalam tingkat pengungkapan diri antara komunikasi antar individu dalam forum roleplay dengan dunia nyata. Hal ini dapat disebabkan oleh sedikitnya anonimitas yang dimiliki oleh roleplayer yang menjadi penentu untuk mengungkap dirinya, atau dikarenakan oleh beragamnya forum roleplay dan partisipan yang tergabung dalam penelitian ini.

This research is conducted to find whether there was a significant difference in comparing amount, depth, and valence dimensions in self disclosure between individuals in roleplay forums and real world interactions. In this research, self disclosure was measured using a modification instrument named Wheeless Revised Self Disclosure Scale that originally was constructed by Wheeless at 1976. The participants of this research are 51 internet users in Indonesia who were or currently are members of roleplay forum's.
The main results of this research show that there is no significant difference in comparing amount, depth, and valence dimensions in self disclosure between individuals in roleplay forums and real world interactions. This result could be caused by the little anonimity gained by the roleplayer which became the key point to their self disclosure, or it was because the variety of roleplay forums and the participants that were included in this research.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S66449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adine Berlianti
"Pemberitaan tentang anak laki-laki yang menjadi korban perkosaan seringkali mendapat tanggapan buruk oleh pembaca berupa komentar negatif. Hal tersebut dapat disebut sebagai secondary victimization terhadap anak laki-laki korban perkosaan. Munculnya tanggapan tersebut berhubungan dengan upaya patriarki untuk menegakkan mitos tentang perkosaan laki-laki di masyarakat atau disebut male rape myth. Untuk menjelaskan hal tersebut, penulis menggunakan konsep male rape myth dari Turchik dan mengelaborasinya dengan konsep secondary victimization dari Tavares. Data yang digunakan untuk menjelaskan fenomena ini diperoleh dari kolom komentar pada dua pemberitaan di media massa online TribunNews, dan dianalisis menggunakan metode analisis isi kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa komentar buruk yang diberikan masyarakat merupakan bentuk secondary victimization terhadap anak laki-laki korban perkosaan. Komentar buruk tersebut muncul karena adanya upaya untuk menegakkan male rape myth dalam masyarakat patriarki. Pemberitaan tentang anak laki-laki yang menjadi korban perkosaan seringkali mendapat tanggapan buruk oleh pembaca berupa komentar negatif. Hal tersebut dapat disebut sebagai secondary victimization terhadap anak laki-laki korban perkosaan. Munculnya tanggapan tersebut berhubungan dengan upaya patriarki untuk menegakkan mitos tentang perkosaan laki-laki di masyarakat atau disebut male rape myth. Untuk menjelaskan hal tersebut, penulis menggunakan konsep male rape myth dari Turchik dan mengelaborasinya dengan konsep secondary victimization dari Tavares. Data yang digunakan untuk menjelaskan fenomena ini diperoleh dari kolom komentar pada dua pemberitaan di media massa online TribunNews, dan dianalisis menggunakan metode analisis isi kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa komentar buruk yang diberikan masyarakat merupakan bentuk secondary victimization terhadap anak laki-laki korban perkosaan. Komentar buruk tersebut muncul karena adanya upaya untuk menegakkan male rape myth dalam masyarakat patriarki.

News about boy being a victim of rape is often get bad responses from readers in the form of negative comments. This can be referred as secondary victimization towards boy victim of rape. The emerge of these responses is related to patriarchal efforts to enforce false beliefs about male rape in society known as male rape myth. To explain this, the authors uses Turchik’s male rape myth concept and elaborates it with Tavares’ concept of secondary victimization. The data used to explain this phenomenon were obtained from the comments column on two news reports in the online mass media TribunNews, and analyzed using qualitative content analysis methods. The results of the analysis show that bad comments that given by the community are form of secondary victimization towards boy victim of rape. These bad comments arise because of efforts to enforce male rape myth in patriarchal society."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Fitri Nugraheni
"[ABSTRAK
Hubungan antara self-disclosure di Facebook dengan kepribadian narcissistic sudah pernah diteliti, namun belum ada penelitian mengenai hubungan antara self-disclosure berdasarkan topik dengan kepribadian narcissistic. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah terdapat hubungan antara self-disclosure dalam topik beliefs, relationships, personal matters, interests, dan intimate feelings dengan kecenderungan kepribadian narcissistic. Penelitian dilakukan terhadap 126 partisipan berusia 18-22 tahun yang menggunakan Facebook. Alat ukur yang digunakan adalah Self-Disclosure Scale (SDS) dan Narcissistic Personality Inventory 16 item (NPI-16). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara tiap topik self-disclosure dengan kepribadian narcissistic.

ABSTRACT
The relationship between self-disclosure on Facebook with narcissistic personality has already empirically supported. However, there’s no research about the relationship between topic-based self-disclosure with narcissistic personality yet. This present research purpose was to find whether each self-disclosure topic (beliefs, relationships, personal matters, interests, and intimate feelings) correlated with narcissistic personality. Participants were 126 late adolescents ages 18-22 using Facebook. The instruments used were Self-disclosure Scale (SDS) and Narcissistic Personality Inventory 16 items (NPI-16). Result showed that there was relationship between each self-disclosure topic with narcissistic personality., The relationship between self-disclosure on Facebook with narcissistic personality has already empirically supported. However, there’s no research about the relationship between topic-based self-disclosure with narcissistic personality yet. This present research purpose was to find whether each self-disclosure topic (beliefs, relationships, personal matters, interests, and intimate feelings) correlated with narcissistic personality. Participants were 126 late adolescents ages 18-22 using Facebook. The instruments used were Self-disclosure Scale (SDS) and Narcissistic Personality Inventory 16 items (NPI-16). Result showed that there was relationship between each self-disclosure topic with narcissistic personality.
]"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57832
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>