Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154842 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ati Fadhilah
"ABSTRAK
Leukemia limfositik akut merupakan jenis kanker yang paling banyak dialami anak-anak. Penyakit tersebut membutuhkan kemoterapi jangka panjang yang dalam prosesnya seringkali menyebabkan fatigue atau kelelahan. Salahsatu cara untuk menurunkan kelelahan adalah aktivitas terstruktur atau latihan yang biasanya dilakukan di rumah sakit. Padahal, anak dengan leukemia limfositik akut pun diharuskan pulang beberapa kali diantara jeda diberikannya agen kemoterapi. Tujuan penelitian ini adalah mencari tahu hubungan antara aktivitas di rumah dengan kelelahan. Desain penelitian ini menggunakan crossectional dan metode consequtive sampling dengan besar sampel 45 anak. Ditemukan hubungan yang bermakna antara tingkat aktivitas fisik dan kelelahan dengan p 0,001 atau p.

ABSTRACT
Acute lymphocytic leukemia is the most common type of cancer among children. The disease requires long term chemotherapy which in the process often leads to fatigue. One way to reduce fatigue is a structured activity or exercise that is usually performed in a hospital. In fact, children with acute lymphocytic leukemia were required to go home several times between pauses given chemotherapy agents. The purpose of this study is to find out the relationship between activity at home with fatigue. The design of this study using crossectional and consequtive sampling method with a large sample of 45 children. There was a significant relationship between physical activity level and fatigue score with p 0,001 or p
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Dwi Darmayanti
"Leukemia limfoblastik akut (ALL) adalah jenis kanker yang paling umum pada anak-anak. Nyeri dan kelelahan berhubungan dengan faktor-faktor kanker dan perawatannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan hubungan antara kualitas nyeri dan kelelahan pada anak-anak dengan ALL 1-3 hari setelah kemoterapi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan menggunakan teknik consequtive sampling. Total sampel adalah 44 anak-anak dengan ALL (7-18 tahun) di Jakarta. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Simple Pain Inventory (BPI) untuk mengukur kualitas nyeri dan Kelelahan Onkologi Anak-Allen (FOA-A) untuk mengukur kelelahan. Nilai rata-rata kualitas nyeri adalah 1,63932 dan nilai rata-rata kelelahan adalah 9,25.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kualitas nyeri dan kelelahan (p = 0,006), status kambuh dan kelelahan (p = 0,058), dan antara seseorang yang menemani anak-anak dan kelelahan (p = 0,016). Hasil penelitian ini merekomendasikan pentingnya penilaian nyeri lebih lanjut dan pengobatan kombinasi antara farmakologi dan nyeri non-farmakologi setelah kemoterapi untuk mengurangi kelelahan pada anak-anak dengan kanker.

Acute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most common type of cancer in children. Pain and fatigue are related to cancer factors and their treatments. The aim of this study was to find an association between pain quality and fatigue in children with ALL 1-3 days after chemotherapy. This research uses cross sectional design and uses consequtive sampling technique. The total sample was 44 children with ALL (7-18 years) in Jakarta. The measuring instrument used in this study was a Simple Pain Inventory (BPI) questionnaire to measure the quality of pain and Fatigue Oncology of Children-Allen (FOA-A) to measure fatigue. The average value of pain quality is 1.63932 and the average value of fatigue is 9.25.
The results of this study indicate that there is a significant relationship between quality of pain and fatigue (p = 0.006), relapse and fatigue status (p = 0.058), and between someone who accompanies children and fatigue (p = 0.016). The results of this study recommend the importance of further pain assessment and combination treatment between pharmacology and non-pharmacological pain after chemotherapy to reduce fatigue in children with cancer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrye Fernandes
"Kemoterapi memiliki dampak terjadinya kelelahan pada anak yang menderita leukemia limfoblastik akut. Kelelahan pada anak dapat diperberat oleh masalah tidur yang dialami anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan masalah tidur dengan kelelahan pada anak dengan leukemia limfoblastik akut yang menjalani satu siklus kemoterapi fase induksi. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pengukuran berulang masalah tidur dan kelelahan pada anak berumur 7-18 tahun (n=62). Pengambilan data dilakukan selama 7 hari yaitu, satu hari sebelum, lima hari selama, dan satu hari setelah kemoterapi.
Hasil analisis data menggunakan uji korelasi Pearson dengan tingkat kemaknaan 95% menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0,001) antara masalah tidur dengan kelelahan. Kesimpulannya masalah tidur menjadi penyebab beratnya kelelahan pada anak sehingga penting untuk dilakukan pengkajian dan memberikan intervensi mengatasi masalah tidur untuk mengurangi kelelahan pada anak. Pelatihan manajemen masalah tidur dan kelelahan menjadi penting untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan perawat dalam mengatasi kelelahan pada anak leukemia limfoblastik akut yang menjalani kemoterapi fase induksi.

Chemotherapy had an impact of disruption in sleep patterns and fatigue in children who suffer from acute lymphoblastic leukemia. Fatigue in children can be exacerbated by sleep problems experienced by children. This study aimed to analyze the relationship of sleep problems with fatigue in children with acute lymphoblastic leukemia who underwent a cycle of induction phase chemotherapy. The design of this research used descriptive analytic with repeated measurements of sleep problems and fatigue in children aged 7-18 years (n = 62). The data were taken for 7 days, consist of one day before, five days during, and one day after chemotherapy.
The result of data analysis using Pearson correlation test with significance level 95% showed significant relationship (p <0.001) between sleep problems with fatigue. The conclusion were sleep problems cause severe fatigue in children so it is important to do the assessment and provide intervention to overcome sleep problems to reduce fatigue in children. Training on sleep problems and fatigue management becomes important to improve knowledge and abilities of nurses in overcoming fatigue in children with acute lymphoblastic leukemia undergoing chemotherapy on induction phase.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa Sita Devi
"Leukemia Limfoblas Akut merupakan salah satu jenis kanker yang banyak ditemukan pada anak-anak di Indonesia. Kemoterapi adalah salah satu pengobatan efektif untuk mengobati leukemia limfoblastik akut. Selain memberikan efek penyembuhan, kemoterapi juga memiliki efek toksik. Mucositis adalah efek samping kemoterapi yang umumnya ditemukan pada anak-anak yang menjalani kemoterapi. Pencegahan dan penatalaksanaan komplikasi rongga mulut diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup anak. Salah satu pencegahan dan pengobatannya adalah perawatan mulut. Perawatan mulut melibatkan empat komponen utama yaitu, sikat gigi, pembilasan, flossing, dan perawatan bibir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perawatan mulut dengan kejadian mucositis. Desain penelitian menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 34 anak yang dipilih dengan metode snowball sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Oral Assessment Guide (OAG) dan kuesioner perawatan mulut yang dikembangkan oleh peneliti. Analisis data menggunakan Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak mengalami mukositis setelah menjalani siklus kemoterapi terakhir (51,5%). Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara perawatan mulut dengan kejadian mucositis (p = 0,039). Hasil penelitian ini merekomendasikan kesadaran anak dan orang tua untuk melakukan perawatan mulut secara rutin yang berguna dalam mencegah dan mengobati mucositis.

Acute Lymphoblast Leukemia is a type of cancer that is mostly found in children in Indonesia. Chemotherapy is one of the effective treatments for treating acute lymphoblastic leukemia. Apart from providing a healing effect, chemotherapy also has toxic effects. Mucositis is a side effect of chemotherapy that is commonly found in children undergoing chemotherapy. Prevention and management of oral complications is needed to improve the quality of life of children. One of the prevention and treatment is oral care. Oral care involves four main components namely, toothbrush, rinsing, flossing, and lip care. This study aims to determine the relationship between oral care and the incidence of mucositis. The research design used a cross sectional design with a sample size of 34 children who were selected by the snowball sampling method. The measuring instruments used were the Oral Assessment Guide (OAG) and the oral care questionnaire developed by the researcher. Data analysis using Chi-square. The results showed that most children had mucositis after undergoing the last chemotherapy cycle (51.5%). The results of statistical tests showed a significant relationship between oral care and the incidence of mucositis (p = 0.039). The results of this study recommend the awareness of children and parents to carry out routine oral care which is useful in preventing and treating mucositis."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Dina Maritha
"Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah keganasan yang paling sering terjadi pada anak-anak. Angka kesembuhan yang besar terjadi akibat terapi kanker saat ini, namun respon toksik yang terkait dan pembentukan radikal bebas meningkatkan angka kematian akibat pengobatan daripada kematian akibat penyakitnya itu sendiri. Komplikasi kemoterapi meningkatkan rasa ingin tahu dokter untuk mempelajari penggunaan antioksidan sebagai pengobatan tambahan pada kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peran N-asetilsistein ​​(NAS) sebagai terapi antioksidan pada anak-anak dengan LLA SR (standard risk) selama fase induksi kemoterapi, dan kemungkinan peran mereka dalam pencegahan dan pengendalian komplikasi hati terkait dengan penggunaan agen kemoterapi. Sebuah uji klinis acak tersamar tunggal NAS dibandingkan dengan plasebo yang dilakukan pada pasien anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Hematologi dan Onkologi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada 11 pasien anak-anak usia mereka berkisar antara 2 dan 10 tahun dengan LLA SR yang menjalani kemoterapi fase induksi dan memenuhi kriteria inklusi. Pasien secara acak dialokasikan ke dalam dua kelompok, NAS atau kelompok plasebo. Mereka dievaluasi secara klinis untuk terjadinya komplikasi dan sampel darah dikumpulkan sebagai parameter laboratorium (plasma malondialdehid (MDA), enzim transaminase, dan bilirubin). Sebanyak 11 subjek dilakukan analisis yang terdiri dari 6 pada kelompok n-asetilsistein dan 5 pada kelompok plasebo. Karakteristik subjek didominasi oleh anak laki-laki dengan status gizi kurang. Kadar rerata MDA cenderung mengalami penurunan, sebanyak tiga subjek dari enam subjek pada kelompok perlakuan dan tiga subjek dari lima subjek pada kelompok plasebo. Insidens peningkatan kadar enzim transaminase sebesar 25%. Tidak terjadi kejadian kolestasis pada subjek penelitian. Pengobatan NAS ​​berdasarkan dosis antioksidan cenderung menurunkan kadar MDA, dan mencegah peningkatan enzim transaminase, dan bilirubin.

Acute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most commonly malignancy in children. Cancer therapies have experienced great success nowadays, yet the associated toxic response and free radicals formation have resulted in significant number of treatment-induced deaths rather than disease-induced fatalities. Complications of chemotherapy increases physicians curiosity to study antioxidant use as adjunctive treatment in cancer. This study aims to evaluate the role of N-acetylcysteine (NAC) as antioxidant therapy in children with ALL during the induction phases of chemotherapy, and their possible role in prevention and control of hepatic complications associated with the use of chemotherapic agents. A randomized single-blind clinical trial of NAC in comparison with placebo conducted in hematology and oncology pediatric patient of Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. The study was performed in 11 pediatric patients with ALL with their ages ranging between 2 and 10 years, undergoing induction phase chemotherapy that fulfilled the inclusion criteria consecutively. Patient were randomly allocated into of two groups, NAC or placebo group. They were evaluated clinically for the occurance of complications and blood samples were collected as the laboratory parameters (plasma malondyaldehide (MDA), transaminase enzyme, and bilirubin). A total 11 participants were included in analysis consisted of 6 in n-acetylcysteine group and 5 in placebo group. Characteristics of subject were predominated by boys and moderate malnourished. Mean MDA levels tended to decrease, as many as three subjects from six subjects in the NAC group and three subjects from five subjects in the placebo group. Incidence of increased levels of the transaminase enzyme by 25%. There was no cholestasis events in the study subjects. NAS treatment based on antioxidant doses tends to reduce MDA levels, and prevent the increase in the transaminase enzyme and bilirubin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T57623
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabeth Natalia
"Latar Belakang & Tujuan: Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah jenis kanker yang sering ditemukan pada pasien anak. Selama terapi, pasien akan menerima fase maintenance untuk mencegah remisi dengan diberikan obat utama 6-merkaptopurin. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi berjalannya fase maintenance, diantaranya kejadan anemia. Studi ini bertujuan untuk memperoleh prevalensi, karakteristik, dan faktor risiko dari pasien yang mengalami anemia selama fase maintenance diperlukan untuk membantu mengantisipasi dan mencegah diberhentikannya fase maintenance yang dapat berakibat pada kejadian relaps.
Metode: Penelitian ini menggunakan studi observational cross sectional. Sebanyak 101 rekam medis pasien anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang memenuhi kriteria inklusi digunakan sebagai sampel.
Hasil: Usia (p = 0.0025) dan jenis kelamin (p=0.004) memiliki hubungan yang signifikan dengan terjadinya anemia selama fase maintenance terapi ALL dengan 6-merkaptopurin. IMT (p = 0.052), kelompok risiko (p = 0.067), dan kadar serum albumin (p = 0.21) tidak menunjukkan hubungan yang signifikan.
Kesimpulan: Prevalensi kejadian anemia pada pasien LLA yang menjalankan fase maintenance terapi adalah 79.2% dengan karakteristik dimana pasien didominasi oleh pasien laki-laki, median usia 4 tahun, median BMI 16.10 kg/m2, mayoritas tergolong pasien LLA risiko standard, dan median kadar albumin dalam serum 4.50 g/dL. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia selama fase maintenance terapi LLA mencakup usia dan jenis kelamin.

Background & Aim: Acute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most common form of malignancies among children. During the therapy, ALL patients undergo maintenance phase therapy at the end of the protocol with 6-mercaptopurine as the main drug to prevent relapse. However, maintenance phase therapy may be interrupted in several conditions (i.e. anemia) increasing the risk of relapse. This study is done to obtain the prevalence, characteristics and contributing factors to anemia to prevent treatment interruptions and lower the risk of relapse.
Method: This research utilizes observational cross-sectional study. A total of 101 medical records of children patients in Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) that fulfil the inclusion criteria were used as samples.
Result: Age (p = 0.0025) and gender (p = 0.004) have significant relationship with the occurrence of anemia during the maintenance phase of ALL treatment with 6-mercaptopurine. BMI (p = 0.052), risk groups (p = 0.067), and serum albumin level (p = 0.21) do not show significant relationship to anemia in this population.
Conclusion: The prevalence of anemia in ALL patients that underwent maintenance phase therapy is 79.2%, with the several characteristics, including domination by male children patients, median age of 4 years old, median BMI of 16.10 kg/m2, categorized as standard risk group, and median serum albumin level of 4.50 g/dL. The contributing factors to anemia during maintenance phase therapy include age and gender.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Yulianti
"Kemoterapi fase induksi merupakan fase pertama tahap pengobatan pada anak dengan LLA dan dilakukan hampir segera setelah diagnosis ditegakkan, dimulai dan berlansung selama 4-6 minggu (28-42 hari). Hasil yang dicapai pada fase ini akan menentukan prognosis dan fase kemoterapi selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan lama rawat kemoterapi fase induksi pada anak penderita LLA. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain cross sectional, dengan jumlah sampel 94 melalui consecutive sampling.
Analisis yang digunakan dengan uji Spearman. Hasil menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat neutropenia (p value = 0,003) dan riwayat infeksi (p value = 0,000) dengan lama rawat kemoterapi fase induksi. Perawatan atau intervensi yang tepat selama kemoterapi fase induksi perlu menjadi perhatian untuk mencegah atau menurunkan kejadian neutropenia dan infeksi pada anak dengan LLA.

Induction chemotherapy phase is the first stage of the treatment in children with ALL and carried out immediately after been diagnosed, started and occurred at 4 to 6 weeks (28-42 days). The results achieved in this phase will determine the prognostic and the next chemotherapy phase. This study aimed to identified factors related to the length of stay of induction chemotherapy phase in children with ALL. The design used in this study is a cross-sectional design, with 94 samples got through consecutive sampling.
The Spearman test is used for analysis. Result showed a significant relationship between a history of neutropenia (p value = 0.003) and infection history (p value = 0.000) with the length of stay of induction chemotherapy phase. Appropriate treatment or intervention during the induction phase of chemotherapy needs to be concern to prevent or decrease the incidence of neutropenia and infection in children with ALL.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64997
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Selvina Rosdiana
"Hematotoksisitas pada leukemia limfoblastik akut (LLA) anak selama terapi fase pemeliharaan, merupakan hal penting, karena dapat menyebabkan kondisi mengancam jiwa dan penghentian dini terapi, yang dapat meningkatkan risiko relaps. Untuk menghindari hematotoksisitas, American Society for Clinical Pharmacology and Therapeutics merekomendasikan penyesuaian dosis awal merkaptopurin (6MP) berdasarkan genotip enzim pemetabolisme 6MP yaitu thiopurine S-methyl transferase (TPMT), berdasarkan studi-studi sebelumnya polimorfisme enzim tersebut memengaruhi kadar metabolit aktif 6MP dan hematotoksisitas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi hematotoksisitas dan melihat hubungannya dengan genotip TPMT, fenotip TPMT, dan karakteristik pada pasien LLA anak di Indonesia. Studi potong lintang dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo dan RS Kanker Dharmais pada bulan Juni 2017–Oktober 2018 terhadap 106 pasien LLA anak yang sedang mendapatkan 6MP minimal 1 bulan pada terapi fase pemeliharaan.
Prevalensi hematotoksisitas pada fase pemeliharaan pasien LLA anak di Indonesia 71,7%, dengan neutropenia 51,9%, anemia 44,3%, dan trombositopenia 6,6%. Neutropenia tingkat 3–4 sebesar 9,4%. Alel mutan yang ditemukan hanya TPMT*3C dengan frekuensi 0,95%. Kadar 6TGN, 6MeMP dan rasio kadar 6MeMP/6TGN sangat bervariasi, yaitu 6–234,04 pmol/8x108 eritrosit, 3,5–3167,01 pmol/8x108 eritrosit, dan 0,06–100,64 pmol/8x108 eritrosit, secara berurutan. Sebesar 76,4% pasien berusia antara 1–10 tahun dan > 95% pasien memiliki status gizi dan kadar albumin normal. Proporsi pasien berdasarkan stratifikasi risiko dan dosis harian 6MP sebanding. Tidak terdapat hubungan antara hematotoksisitas dengan genotip TPMT, usia, status gizi, kadar albumin, stratifikasi risiko, cara pemberian dosis harian 6MP, dan pemberian bersama kotrimoksazol. Faktor yang berhubungan dengan hematotoksisitas adalah fenotip TPMT: kadar 6MeMP (p = 0,004) dan rasio kadar 6MeMP/6TGN (p = 0,010). IMT ≤ 16,6 kg/m2 berhubungan dengan anemia dan kadar albumin serum ≤ 4,2 g/dL berhubungan dengan trombositopenia. Tidak terdapat hubungan antara genotip dengan fenotip TPMT pada pasien LLA anak di Indonesia.
Kesimpulan: Hematotoksisitas tidak berhubungan dengan genotip TPMT dan karakteristik pasien. Fenotip TPMT berhubungan dengan hematotoksisitas, namun kurang kuat untuk memprediksi hematotoksisitas.

Hematotoxicity in acute lymphoblastic leukemia (ALL) children during maintenance phase therapy is important, because it can cause life-threatening conditions and it is the major cause of drug discontinuation, which can increase the risk of relapse. To reduce hematotoxicity, American Society for Clinical Pharmacology and Therapeutics recommended to adjust starting dose of mercaptopurine (6MP) based on patient's genotype of thiopurine S-methyl transferase (TPMT), that affected 6MP active metabolite levels and hematotoxicity.
The aim of the study was to determine the prevalence of hematotoxicity and factors that affecting hematotoxicity, focus on genotype and phenotype of TPMT. A cross-sectional study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital and Dharmais Cancer Hospital in June 2017–October 2018 for 106 LLA patients who were receiving at least 1 month of 6MP during maintenance therapy.
The prevalence of neutropenia, anemia, and thrombocytopenia were 51.9%, 44.3%, and 6.6%, respectively. We found only TPMT *3C with a frequency of 0.95%. Erythrocyte levels of 6TGN, 6MeMP, and ratio of 6MeMP/6TGN levels vary greatly, 6–234,04 pmol/8x108 RBC, 3,5–3167,01 pmol/8x108 RBC, and 0,06–100,64 pmol/8x108 RBC. About 76.4% of patients aged 1–10 years, and > 95% of patients had normal nutritional status and serum albumin levels. The proportion of patients based on risk stratification and daily dose of 6MP were comparable. There was no association between hematotoxicity and genotype TPMT, age, nutritional status, serum albumin levels, risk stratification, daily dose of 6MP, and co-administration of cotrimoxazole. The factor associated with hematotoxicity was the TPMT phenotype: 6MeMP levels (p = 0.004) and the ratio of 6MeMP/6TGN levels (p = 0.010). BMI ≤ 16.6 kg/m2 was associated with anemia and serum albumin level ≤ 4.2 g/dL was associated with thrombocytopenia. There was no relationship between genotype and the TPMT phenotype in pediatric LLA patients in Indonesia.
Conclusion: Hematotoxicity is not associated with TPMT genotype and patient characteristics. The TPMT phenotype is associated with hematotoxicity but is not strong enough at predicting hematotoxicity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica
"Obesitas adalah salah satu masalah kesehatan kronik yang dialami oleh sebagian besar survivor LLA. Deksametason digunakan dalam terapi LLA dan memiliki efek samping peningkatan berat badan sehingga diduga memiliki hubungan terdahap risiko obesitas pada anak dengan ALL yang mendapatkan terapi. Data penelitian diambil dari 149 subjek, 43 kasus dan 106 kontrol. Analisis Odds Ratio menunjukkan bahwa dosis kumulatif deksametason berhubungan dengan angka kejadian obesitas pada setiap kelompok dosis dengan nilai paling besar pada dosis 100-200 mg (OR = 4,961 CI = 1,812-13,536). Analisis multivariat menujukan bahwa stratifikasi risiko merupakan faktor risiko obesitas (OR = 7,839 CI = 2,559-24,009), sedangkan usia merupakan faktor protektif (OR = 0,041 CI = 0,008 0,220).

Obesity is one of chronic health conditions that affect a majority of ALL survivors. Corticosteroid is used in the treatment of ALL and has the side effect of weight gain. Hence, the usage of corticosteroid in the treatment of ALL is suspected to be the cause of obesity in ALL survivors. The study was done on 149 subjects, consisted of 43 cases and 106 controls. Odds ratio analysis shows correlation between high corticosteroid dose and obesity in all dose ranges with highest value at 100-200 mg range (OR = 4,961 CI = 1,812-13,536). Multivariate analysis shows that risk stratification is a risk factor for obesity (OR = 7,839 CI = 2,559-24,009) whereas age is protective for obesity (OR = 0,041 CI = 0,008-0,220).
"
Depok: Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Yulianti
"Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah jenis kanker yang disebabkan oleh akumulasi limfoblas di sumsum tulang yang mempengaruhi banyak anak. Keberhasilan pengobatan pada pasien leukemia dapat dinilai berdasarkan tingkat kelangsungan hidup pasien LLA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kelangsungan hidup 5 tahun, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan nilai skor prediktor kelangsungan hidup pada anak usia 1-18 tahun yang didiagnosis dengan leukemia limfoblastik akut (LLA) di RSAB Harapan Kita. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yang menggunakan desain penelitian kohort retrospektif. Sampel adalah 130 pasien LLA yang didiagnosis pada tahun 2013-2014 yang diperoleh dari teknik pengambilan sampel non-probabilitas jenis consecutive sampling. Data dikumpulkan dengan melacak rekam medis pasien. Data dianalisis menggunakan analisis Kaplan-Meier dan Regresi Cox. Hasil penelitian menunjukkan bahwa probabilitas tingkat kelangsungan hidup pasien LLA tahun 2013-2014 adalah 92,25% dengan tingkat kelangsungan hidup rata-rata 60 bulan. Berdasarkan analisis multivariat menggunakan model interaksi regresi Cox, faktor yang paling berpengaruh pada tingkat kelangsungan hidup pasien LLA adalah komorbiditas (p = 0,002; HR = 10,76 CI; 2,38-48,55), remisi (p = 0,001; HR = 13,28 CI2,98- 59,73) dan kambuh (p = 0,014; HR = 7,92 CI; 1,53-41,12).

Acute lymphoblastic leukemia (LLA) is a type of cancer caused by the accumulation of lymphoblasts in the bone marrow that affects many children. The success of treatment in leukemia patients can be assessed based on the survival rate of LLA patients. The aims of this study were to identify 5-year survival, the factors that influence it, and the scoring value of predictors of survival in children aged 1-18 years diagnosed with acute lymphoblastic leukemia (LLA) in RSAB Harapan Kita. This study is an analytic observational study that used retrospective cohort study design. The sample was 130 LLA patients diagnosed in 2013-2014 who were obtained from a non-probability sampling technique consecutive sampling. Data were collected by tracking the patient's medical records. Data were analyzed using Kaplan- Meier analysis and Cox Regression. The results show that the LLA patient's survival rate probability from 2013-2014 was 92.25% with a median survival rate of 60 months. Based on multivariate analysis using Cox regression interaction models, the most influential factors on survival rate of LLA patients were comorbidity (p = 0.002; HR = 10.76 CI; 2.38-48.55), remission (p = 0.001; HR = 13.28 CI2.98-59.73) and relapse (p = 0.014; HR = 7.92 CI; 1.53- 41.12)"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>