Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147413 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hafsah Afifah Tamimi
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai kemampuan degradasi kultur campuran konsorsium yang mengandung bakteri Dehalococcoides dalam mendegradasi B3 berupa senyawa PCE dan TCE. Konsorsium bakteri ditumbuhkan pada medium tercemar PCE/TCE yang divariasikan penambahan nutrisi ekstrak ragi serta sumber karbonnya asetat dan laktat. Medium yang diberikan penambahan ekstrak ragi mampu mengurai PCE dengan konsentrasi 650 M dalam kurun waktu kurang lebih 20 hari, dan TCE dengan konsentrasi 700 M dalam kurun waktu sekitar 10 hari. Selama 33 hari pengamatan, medium yang ditambahkan asetat mampu mengurai 600 M PCE hingga 85,41 dan 450 M TCE hingga 56,7. Dalam jangka waktu yang sama, medium yang ditambahkan laktat mampu mengurai 500 M PCE sebesar 80,56 dan 600 M TCE hingga 70,26. Meskipun konsorsium yang ditumbuhkan tanpa ekstrak ragi memiliki kemampuan degradasi yang lebih lambat, namun konsorsium tersebut menunjukkan rasio populasi Dehalococcoides yang lebih tinggi. Didapatkan rasio populasi bakteri Dehalococcoides pada medium yang diberi ekstrak ragi kurang dari 0,5. Rasio tersebut mampu mencapai 22-26 pada medium PCE, dan 4-13 pada medium TCE yang tidak ditambahkan ekstrak ragi. Selain itu, akumulasi produk turunan cis-DCE, t-DCE, 1,1-DCE, dna VC juga terjadi pada konsorsium yang diberi ekstrak ragi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa penambahan ekstrak ragi mampu mempercepat degradasi PCE/TCE akibat stimulasi pertumbuhan bakteri-bakteri dalam konsorsium, namun di sisi lain dapat menekan pertumbuhan Dehalococcoides sehingga mengakibatkan terjadinya akumulasi produk turunan PCE/TCE.

ABSTRACT
This research discussed the degradation ability of mixed culture consortium containing Dehalococcoides bacteria in degrading hazardous waste such as PCE and TCE compounds. The bacterial consortium is grown on PCE TCE contaminated medium with variation of nutrients yeast extract and carbon source acetate and lactate. The medium with yeast extract addition was able to break down PCE with 650 M concentration in approximately 20 days, and TCE with 700 M concentration in about 10 days. During 33 days of observation, the acetate amended medium was able to degrade 600 M PCE up to 85.41 and 450 M TCE up to 56.7. In the same duration, the lactate amended medium was able to break down 500 M PCE by 80.56 and 600 M TCE by 70.26. Although the consortiums grown without yeast extract has slower degradation ability, those consortiums shows a higher population ratio of Dehalococcoides. The ratio of Dehalococcoides bacteria in medium with yeast extract addition was less than 0,5, while those ratio were able to reach 22 26 for PCE, and 4 13 for TCE in mediums without yeast extract addition. Furthermore, PCE TCE daughter product such as cis DCE, t DCE, 1,1 DCE, and VC were accumulated at some point in yeast extract amended medium. Those findings indicate that yeast extract addition could accelerate the degradation of PCE TCE because the stimulation of other bacterias within consortium, but on other side, could surpress the Dehalococcoides growth resulting in accumulation of PCE TCE daughter products. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Springer, 2004
628.55 BIO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nurlete
"Permasalahan sampah telah menjadi permasalahan bersama bangsa Indonesia. Pertambahan jumlah penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin beragam. Kota Ternate merupakan salah satu kota yang masih menerapkan system pengelolaan yang konvensional kumpul-angkut-buang Sehingga tidak ada perubahan yang berarti dalam segi kuantitas sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir.
Dalam penelitian ini membahas mengenai karakteristik dan komposisi sampah di TPA Buku Deru-Deru, Takome Ternate. Rata-rata timbulan sampah yang masuk ke TPA Buku Deru-Deru sebesar 53621.47 kg/hari atau 53.62 ton/hari.Komposisi sampah di TPA Buku Deru-Deru, Takome Ternate sebagian besar komposisinya berupa bahan organik. Komposisi rata-rata sampah organik sebesar 54.90%, sampah kerta (HVS,Office Paper,koran, Tabloid) 2%, Kardus, karton, Tetra Pack 11%, Botol Plastik 1%, Kantong Kresek 6.60%, Plastik lainya 6.30%, Logam 1%, Kaca 2.60%, Elektronik 0.30%, Pampers & diapers + Sterofoam 7.50%, Lainya 6.80%. TPA Buku Deru-Deru, Takome Ternate didesain dengan kapasitas proyeksi tahun 2021 yaitu 385.34 m3/hari. Jika sampah yang masuk hanya sampah organik maka umur TPA dapat mencapai 36 tahun atau 16 tahun dan dibangun 2 unit UPS di TPA Buku Deru-Deru maka umur TPA dapat mencapai 43 tahun atau lebih panjang 23 tahun dari sampah yang tanpa pengolahan dan 7 tahun dari sampah yang masuk hanya organik.

Waste problem has been a problem with the Indonesian nation. The population growth and changes in consumption patterns produce the increasing of volume, type, and characteristics of waste which is increasingly diverse. Ternate city is one of the cities that still apply conventional management system, get-haul-throw away, so that there is no significant change in terms of the quantity of waste that goes to the landfill.
This research discuss about the characteristics and composition of the waste in the landfill of Buku Deru-Deru, Takome Ternate. The average of waste that goes to landfill of Buku Deru-Deru is 53621.47 kg / day or 53.62 tons / day. Most of the composition of waste in the landfill of Buku Deru-Deru, Takome Ternate is organic matter. The average composition of organic waste is 54.90%, paper garbage (HVS, Office Paper, Newspaper, Tabloid) 2%, Cardboard, cartons, Tetra Pack 11%, Plastic Bottles 1%, 6.60% Shopping Bags, 6.30% other Plastic, Metal 1%, 2.60% Glasses, Electronics 0.30%, and pampers diapers + Styrofoam 7.50%, and others 6.80% . Buku Deru-Deru landfill, Takome Ternate designed with projected capacity in 2021 is 385.34 m3/day. If the incoming waste is only organic waste, the age of the landfill will reach 36 years or 16 years and built 2 UPS units in the landfill of Buku Deru-Deru, the age of landfill may reach 43 years or 23 years longer from non-processing waste and 7 years from incoming organic waste only."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46824
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Putri Permatasari
"Permasalahan pengelolaan lingkungan masih menjadi aspek yang belum terimplementasi sesuai dengan regulasi yang berlaku, termasuk pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Untuk mendasari perencanaan pengelolaan limbah B3 yang belum diberlakukan di UI sebagai kampus berkelanjutan (sustainable campus), diperlukan studi analisis potensi limbah yang meliputi perhitungan volume, penentuan jenis, dan karakterisasi limbah B3 potensial untuk dilanjutkan menjadi studi inventarisasi limbah. Studi analisis limbah potensial dipaparkan dengan objek studi Laboratorium Teknik Penyehatan dan Lingkungan sebagai salah satu laboratorium di UI yang menghasilkan limbah B3. Laboratorium tersebut terbagi menjadi dua yaitu 1) Laboratorium Lingkungan dan 2) Laboratorium Mikrobiologi Lingkungan dengan fokus studi pada timbulan limbah B3 dari kegiatan praktikum mahasiswa. Basis analisis adalah PP No. 18 Tahun 1999 jo. PP No. 85 Tahun 1999 serta ditunjang oleh regulasi EPA. Perhitungan dilakukan melalui studi rasional berdasarkan hukum kimia dan karakterisasi limbah berdasarkan material safety data sheets (MSDS) sehingga diperoleh bahwa 1) Laboratorium Lingkungan menghasilkan limbah B3 potensial bersifat eksplosif, mudah terbakar reaktif, iritan, beracun, karsinogenik, korosif, mutagenik, dan ekotoksik dari keseluruhan 23 jenis limbah B3 potensial dengan volume limbah tersestimasi 173, 150 liter per tahun; 2) Laboratorium Mikrobiologi Lingkungan menghasilkan limbah B3 potensial bersifat eksplosif, mudah terbakar, iritan, beracun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, dan ekotoksik dari keseluruhan 8 jenis limbah B3 dengan volume limbah potensial tersestimasi 8,06 liter per tahun.

Environmental management is still a problem aspect that has not been implemented in accordance with applicable regulations, including the management of hazardous and toxic waste. For underlying hazardous waste management plan that has not been enforced in the UI campus, the necessary studies include analysis of potential waste volume calculations, the determination of the type, and a characterization of the potential to be continued later to hazardous waste into the waste inventory study. Studies of potential waste analysis study presented to the object Sanitary and Environmental Engineering Laboratory as one of the laboratories in the UI generating hazardous waste. The laboratory is divided into two: 1) Environmental Laboratory and 2) Environmental Microbiology Laboratory where this study is focused on the generation of hazardous waste practicum by students. The analysis base is PP. 18 Year 1999 jo. PP. 85 Year 1999 and supported by the EPA regulations. The calculation is done through rational study of law is based on the chemical and potential waste characterization based on Material Safety Data Sheets (MSDS) to obtain that 1) Environmental Laboratory‟s potential hazardous waste are charactherized as explosive, reactive flammable, irritant, toxic, carcinogenic, corrosive, mutagenic, and ecotoxic of the overall 23 type potenstial hazardous waste by estimated volume 173, 150 liters per year; 2) Environmental Microbiology Laboratory‟s potential hazardous waste are charactherized as explosive, flammable, irritant, toxic, carcinogenic, teratogenic, mutagenic, and ecotoxic of total 8 types hazardous waste with estimated potential waste volume 8.06 liters per year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56292
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jamal A. Rachman
"SiO2 merupakan lapisan yang sensitif dan aktif dalam komponen-konponen semikonduktor. Dalam proses oksidasi pembuatan komponen KOSFET, dapat terjadi pencemaran lapisan isolator ini karena kontaminasi. Pencemaran menyebabkan terjadinya ion-bergerak di dalam lapisan oksida, sehingga mengganggu kestabilan sifat listrik. Dengan menggunakan Trichloroethylene (TCE) sebagai ambient pada proses oksidasi, diharapkan jumlah ion-bergerak dapat ditekan dan terjadi efek pasivasi (passivatioti ability). Untuk melihat pengaruh Trichloroethylene, dilakukan proses biasa dan proses menggunakan TCE dengan variasi laju arus. Untuk mendapatkan informasi sifat listrik dilakukan pengukuran dengan menggunakan Q-meter dan C-V ploter. Konsentrasi ion-bergerak dapat ditekan dari 3.32 X 1011 sampai menjadi 3.08 X 1010 Coul.Cm-2. Dan mendapatkan sifat kestabilan karakteristik konduktifitas atas perubahan temperatur."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devita Enggar Fiasti
"Ketersediaan energi menjadi kebutuhan esensial bagi kehidupan manusia, namun saat ini produksi energi masih bergantung pada konsumsi bahan bakar fosil. Meningkatnya permintaan energi yang disertai dengan menipisnya cadangan bahan bakar fosil, menyebabkan ketertarikan untuk mencari sumber energi terbarukan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Salah satunya melalui penggunaan sistem berbasis biologis, yaitu Microalgae-Microbial fuel cell (MmFC). Microalgae-microbial Fuel Cell (MmFC) merupakan perangkat biokimia yang memanfaatkan,proses fotosintesis mikroalga untuk mengubah energi matahari menjadi listrik melalui reaksi metabolisme simultan dengan bakteri. Bakteri yang digunakan pada sistem ini dapat berupa kultur murni ataupun kultur campuran yang berasal dari limbah. Berangkat dari kondisi tersebut maka terdapat 2 optimasi yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu optimasi jenis bakteri (bakteri indigenous limbah tempe dan bakteri Acetobacter aceti) dan optimasi waktu inkubasi limbah tempe (0 hari, 3 hari, 7 hari, dan 14 hari). Kinerja MmFC pada optimasi jenis bakteri ditinjau berdasarkan power density, sedangkan pada optimasi waktu inkubasi limbah tempe ditinjau berdasarkan power density dan bioremediasi limbah (%penurunan BOD dan COD). Hasil optimasi jenis bakteri, menunjukkan bahwa bakteri indigenous limbah tempe memberikan nilai power density lebih besar daripada bakteri A. aceti (PDmaks = 812,746 mW/m2; PDrata-rata = 438,310 mW/m2). Sementara itu, hasil optimasi waktu inkubasi limbah tempe, menunjukkan bahwa inkubasi limbah tempe selama 14 hari merupakan waktu inkubasi yang paling optimal ( PDmaks = 1146,876 mW/m2; PDrata-rata = 583,491 mW/m2; %penurunan COD = 46,011%; %penurunan BOD = 47,172%)

The availability of energy is an essential need for human life, but currently, energy production still depends on the consumption of fossil fuels. The increasing energy demand, accompanied by the decrease of fossil fuel reserves, has caused interest in finding sustainable and environmentally friendly renewable energy sources. One of them is through the use of a biological-based system, namely Microalgae-Microbial fuel cell (MmFC).Microalgae-microbial Fuel Cell (MmFC) is a biochemical device that utilizes the photosynthetic process of microalgae to convert solar energy into electricity through simultaneous metabolic reactions with bacteria. The bacteria used in this system can be pure cultures or mixed cultures from waste. Based on these conditions, there are 2 optimizations carried out in this research, namely optimization of the type of bacteria (indigenous bacteria of tempeh waste and Acetobacter aceti bacteria) and optimization of incubation time of tempeh waste (0 days, 3 days, 7 days, and 14 days). The performance of MmFC on the optimization of bacterial species was reviewed based on the power density, while the optimization of incubation time for tempeh waste was reviewed based on the power density and waste bioremediation (% decrease in BOD and COD). The results of the optimization of the type of bacteria showed that the indigenous bacteria of tempeh waste showed a power density value greater than that of A. aceti bacteria (PDmax = 812.746 mW/m2; PDaverage = 438.310 mW/m2). Meanwhile, the optimization results of tempeh waste incubation time showed that incubation of tempeh waste for 14 days was the most optimal incubation time (PDmax = 1146.876 mW/m2; PD average = 583,491 mW/m2; % decrease in BOD = 46.011%; % decrease in COD = 47.172%)"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This paper is pondering about trafficking of dangerous waste across border. The reason why such act considered to be a harmful act to community health and environment since many industrious and developed countries were willing to pay a lot of money for undeveloped countries to be their dumping ground. This explains why many undeveloped countries tend to receive such dangerous waste.
Trafficking of dangerous waste from developed to undeveloped countries exists in two form, cargo and trade. Cargo means that trafficking dangerous waste across border were considered to be illegal. Trade means that it was conducted through a legal mechanism.
This paper explains such phenomenon by linking economic and political powers through the used of dependentia and world system theory. In concluding remark, it is recommended that industry from developed countries must produced, recycled and reused material on components it manufactured so it will not harm the environment. And for the undeveloped countries are expected to be consistent with the Basel Convention which banned receiving such dangerous waste."
[Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Departemen Kriminologi. FISIP UI], 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rara Vasya Putri
"Pasca berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PP Nomor 22 Tahun 2021) sebagai peraturan pelaksana dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU CK), pengaturan terhadap pengelolaan limbah B3 dan non-B3 mengalami perubahan. Perubahan tersebut salah satunya berlaku terhadap limbah fly ash dan bottom ash (FABA) yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Limbah FABA tersebut yang semula berstatus sebagai limbah B3 berubah menjadi limbah non-B3. Perubahan tersebut diyakini karena ukuran konsentrasi zat pencemar di dalam limbah FABA masih berada di bawah ambang batas yang dipersyaratkan pada PP Nomor 22 Tahun 2021. Selain itu, perubahan status limbah FABA tersebut juga tak lepas dari adanya komparasi yang dilakukan terhadap negara-negara yang tidak mengkategorikan limbah FABA sebagai limbah B3. Akan tetapi, perubahan status limbah FABA tersebut juga perlu ditinjau dari sudut pandang lingkungan hidup sebab perubahan status tersebut berakibat pada perubahan pengaturan pengelolaannya, yang dalam hal ini meninggalkan beberapa catatan penting terkait dampak buruk yang dibawa oleh zat-zat pencemar yang dikandungnya, seperti logam berat. Kandungan logam berat yang berbahaya di dalam limbah FABA akan membawa pengaruh buruk bagi kesehatan dan lingkungan hidup jika tidak dikelola secara layak. Dengan menggunakan metode penelitian yang berjenis penelitian hukum doktrinal dan bersifat normatif, penelitian ini akan memberikan analisis tentang bagaimana perubahan pengaturan atas pengelolaan limbah FABA di Indonesia, akibat hukumnya, serta menawarkan sebuah solusi atas prospek pengembangan pengaturan pengelolaan limbah FABA di Indonesia dengan belajar dari pengaturan di Amerika Serikat dan Afrika Selatan.

After the enactment of Government Regulation Number 22 of 2021 on Implementation of Environmental Protection and Management (PP Number 22 of 2021) as the implementing regulation of Law Number 11 of 2020 on Job Creation (UU CK), regulations on hazardous waste and non-hazardous waste management experienced several changes. One of these changes applies to the management of fly ash and bottom ash (FABA) as a waste from coal combustion process in steam power plants. FABA, which originally had the status of hazardous waste, turned into non-hazardous waste. It is believed that this change is because the measure of the concentration of pollutant substances in FABA waste is still below the threshold required in PP Number 22 of 2021. In addition, the change in the status of FABA is also inseparable from the comparisons made to countries that do not categorize FABA as hazardous waste. However, the change in status of FABA also needs to be reviewed from an environmental perspective because the change in status results in a change in its management regulations, which leaves several important notes regarding the adverse effects brought by the pollutant substances it contains, such as heavy metals. The content of dangerous heavy metals in FABA waste will have a negative impact on health and the environment if it is not managed properly. By using research methods that are in the type of doctrinal legal research and normative in nature, this research will provide an analysis about the management regulation changes of FABA in Indonesia, its legal consequences, and offer a solution to the prospects for developing FABA waste management regulation in Indonesia by learning from the regulations in United States and South Africa."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Paulus Anugrah Hasudungan
"Aturan-aturan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun atau yang biasa disebut limbah B3 yang adalah bagian dari pengelolaan lingkungan hidup yang berlaku di Indonesia dianggap tidak selaras dengan jalannya kegiatan industri yang merupakan penghasil limbah B3, oleh karena itu penelitian dilakukan untuk melihat apakah peraturan-peraturan yang mengatur limbah B3 di Indonesia telah sedemekian rupa sehingga tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan internasional dan untuk menjelaskan bahwa tidak selamanya limbah B3 itu tidak dapat dimanfaatkan kembali.
Penulisan ini dianalisis secara yuridis normatif dan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Peraturan-peraturan yang mengatur tentang limbah B3 yang telah ada masih dianggap rigid, karena dalam pelaksanaannya peraturan-peraturan tersebut belum dapat menyesuaikan perkembangan teknologi dalam pengelolaan limbah B3 dan juga dianggap tidak adanya keselarasan antara pengelolaan limbah B3 yang merupakan bagian dari pengelolaan lingkungan hidup dengan kegiatan industri sebagai penghasil limbah B3.
Kemajuan teknologi dalam pengelolaan limbah B3 di dunia mengakibatkan beberapa limbah B3 dianggap tidak lagi sebagai limbah B3 atau pun menyebabkan limbah B3 yang berbahaya tersebut dapat dimanfaatkan kembali oleh industri-industri lain baik sebagai bahan baku utama kegiatannya atau pun sebagai bahan baku sekunder yang mana memunculkan adanya kegiatan ekonomi yang mengakibatkan munculnya kegiatan lintas batas limbah B3 yang menurut beberapa negara masih sangat berbahaya tapi dianggap sebagai salah satu upaya pengelolaan limbah B3 apabila dilakukan sesuai dengan aturan dan pengelolaan yang baik.

The arrangements of hazardous and toxic waste management which is part of the prevailing environmental management in Indonesia is considered not aligned with the course of industrial activity as the producer of the hazardous and toxic waste, therefore the study was conducted to see whether the regulations governing hazardous and toxic waste in Indonesia have been in such a way that do not in contrary with the international provisions and to clarify that such hazardous and toxic waste not always can not be reused.
This study analayzed by juridical normative and using a qualitative approach. The existing regulations governing hazardous and toxic waste are considered rigid, due to in practice, such regulations have not been able to adjust the development of hazardous and toxic waste management technologies and also considered that there is no alignment between the hazardous and toxic waste management which is part of the environmental management with the industrial activity as the producer of the hazardous and toxic waste.
Technological advances in hazardous and toxic waste management in the world have caused several hazardous and toxic wastes are no longer considered as the hazardous and toxic wastes or even caused such harmful hazardous and toxic waste may be reused by other industries either as the main raw material of their activities or as the secondary raw material of which raises the economic activity resulting the emergence of transboundry movement of hazardous and toxic waste activity which according to some countries are still very dangerous however considered as one of the hazardous and toxic waste management efforts if conducted in accordance with the rules and proper management.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
T35302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pengelolaan sampah dengan pembuangan sampah ke TPA menimbulkan masalah pada keterbatasan lahan yang digunakan sebagai TPA dan ketidakbersediaan suatu wilayah untuk menyediakan lahan TPA yang menerima buangan sampah dari kota sekitarnya. Pendekatan baru dalam pengelolaan sampah dengan pendekatan zero waste skala kawasan. Pengelolaan sampah dilakukan dengan reduksi, reuse dan pemulihan materi (material recovery) yang melibatkan partisipasi masyarakat dengan menggunakan teknologi yang relatif sederhana. Pengelolaan baru tersebut mengubah kegiatan pembuangan ke TPA menjadi pengolahan sampah di Fasilitas Pengolahan Sampah. FK dan FKG merupakan salah satu wilayah yang memberikan buangan sampah ke TPA, dengan kondisi masyarakat dan fungsinya sebagai institusi pendidikan diharapkan dapat menjadi percontohan pelaksanaan zerowaste skala kawasan. Sebelum dilakukan perancangan sistem pengelolaan sampah perlu dilakukan survey terhadap kondisi eksisting pengelolaan sampah di FK dan FKG. Survey pengelolaan sampah di FK dan FKG meliputi waste generation, pewadahan, pengumpulan, tempat pembuangan sementara, pengelola pelayanan kebersihan, kegiatan pemanfaatan sampah serta pengukuran volume dan massa buangan sampah dalam 1 minggu. Dari hasil survey dibuat usulan sistem pengelolaan sampah yang meliputi sistem pewadahan, pengumpulan dan perancangan Fasilitas Pengolahan Sampah. Pada sumber sampah dilakukan pemilihan sampah dengan memisahkan 4 jenis sampah organik, sampah kertas, sampah plastik, sampah tissue dll. Input sampah yang masuk ke Fasilitas Pengolahan Sampah rata-rata dalam 1 hari adalah Sampah Organik 0.49 m-kuibik atau 128.55 kg, kertas 0.114m-kuibik atau 7.85 kg, plastik 0.07 m-kuibik atau 4.79 kg, tissue 0.031 m-kuibik atau 3.16 kg. Total input sampah sebesar 0.707 m-kuibik atau 144.35 kg. Kemudian dilakukan pemilihan teknologi dan penentuan proses-proses yang terdapat dalam Fasilitas Pengolahan Sampah. Didapatkan proses-prosesnya meliputi pengkomposan, pemilihan kertas, pencucian plastik, pembuangan ke TPA. Kemudian dihitung area yang dibutuhkan dan mesin dan peralatan yang digunakan. Setelah itu dibuat struktur organisasi dan dilakukan pengolahan data keuangan yang meliputi penentuan biaya investasi sebesar Rp. 129.363.250,- dan dijabarkan elemen-elemen biayanya, sehingga bisa ditentukan harga pokok penjualan per kg. Harga pokok penjualan dalan 1 bulan nilainya sebesar Rp. 275,-/kg atau Rp. 13.039.036,- untuk 47445.07 kg produk. Serta dilakukan perhitungan pemasukan 1 bulan sebesar Rp. 14.342.940,- dengan keuntungan Rp. 1.303.904,-."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S35426
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>