Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183068 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fahreza Aditya
"ABSTRACT
Dalam upaya untuk memenuhi kebutuhannya, manusia menggunakan ruang kota sebagai tempat beraktivitas. Setiap kegiatan manusia pada ruang kota, dipengaruhi oleh persepsi dan latar belakang masing-masing individu. Hal ini membentuk akitivitas yang beragam, sehingga menjadikan kota sebagai ruang yang kompleks dan dinamis. Karena hal ini, banyaknya aktivitas manusia di ruang kota sulit untuk dipahami, sehingga fungsi ruang kota yang dapat memberi manfaat kepada kehidupan manusia justru terabaikan. Fotografi sebagai ekstensi dari indera visual, memiliki kemampuan untuk menangkap kejadian dengan membekukan kejadian ke dalam objek visual berupa foto, sehingga segala kejadian yang ditangkap dapat dievaluasi lebih lanjut. Oleh karena itu, skripsi ini akan fokus untuk membahas fotografi yang digunakan sebagai perangkat membaca aktivitas manusia dalam menggunakan ruang kota, sebagai upaya untuk memahami cara dari masing-masing individu dalam menggunakan ruang kota. Dalam kajian ini kegiatan pasar di dalam ruang kota akan dijadikan sebagai contoh studi kasus. Skripsi ini juga dilakukan untuk mendalami fotografi sebagai perangkat yang digunakan dalam kajian keruangan, sehingga fotografi dapat digunakan sebagai perangkat dalam meninjau lebih lanjut tentang ruang kota dan pengaruhnya terhadap manusia.

ABSTRACT
In an effort to fulfill their needs, humans use the city space as a place of activity. Every human activity in urban space is influenced by the perception and background of each individual, making the city a complex and dynamic space. Because of this, the function of urban space that can provide benefits to human become neglected because of the difficulty to comprehend the number of human acitvities in urban space. Photography as an extension of the visual sense has the ability to capture events by freezing it into visual objects in the form of photographs, so that all the events captured can be further evaluated. Therefore, this study will focus on discussing photography used as a tool for reading human activities, in an attempt to understand the ways of each individual in using urban space. In this study, market activity within the city space will serve as the case study. This study also explores photography as a tool used in spatial studies, so that it can be used as a tool in reviewing more about urban space and its effects on human life. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Pawitrasari
"Skripsi ini membahas penggandaan makna ruang yang terjadi pada ruang mal. Mal tidak hanya dimaknai sebagai ruang terjadinya kegiatan perdagangan saja, namun juga sebagai ruang terjadinya kegiatan catwalk. Hal ini terkait dengan kualitas ruang pada mal yang membentuk hubungan antara manusia, yaitu dilihat dan melihat, sehingga memicu manusia untuk tampil dalam atribut fesyen yang stylish.
Berfesyen merupakan cara bagi manusia untuk mengintimidasi ruang yang mereka jejaki. Fesyen sebagai tampilan luar manusia, dapat menggambarkan identitas manusia berdasarkan tingkat ekonomi, sosial, dan budaya. Semakin tinggi tingkatan ekonomi, sosial, dan budaya yang manusia punya, maka manusia semakin mempunyai kekuatan terhadap ruang yang dijejakinya.

This thesis discusses about doubling meaning of space that occurred at the mall space. Mall is not only defined as the occurrence of space commerce activities, but also as a space of catwalk events. This is related to the quality of space in malls that produce the relationship between humans, which is seen and see, leading them to appear in a stylish fashion attributes.
Wearing fashion is a way for people to intimidate their space. Fashion as the outer appearance of human, can describe human identity based on the level of economic, social, and cultural. The higher level of economic, social, and cultural that human have, the more she/he has the power of her/his space.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52274
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Devita Rahmadani
"Adanya ruang publik memberikan beragam manfaat untuk kehidupan sosial, ekonomi hingga
politik dalam suatu masyarakat. Salah satu manfaat adanya ruang publik adalah sebagai
tempat usaha pedagang kaki lima. Penempatan dalam menjajakan produk/dagangannya
didalam suatu ruang atau wilayah memiliki pola yang sama setiap harinya dan terlihat teratur
sesuai patok (penanda) yang ditinggalkan. Serta ada perbedaan konsentrasi di sepanjang jalur
tersebut. Dari pola ini terlihat adanya negosiasi dan kesepakatan antara beberapa pihak
seperti aktor penguasa untuk menetapkan dan mengatur atas pembagian wilayah atau
teritorialitas. Kanal Banjir Timur (KBT) dipilih sebagai wilayah penelitian karena menjadi
salah satu ruang publik yang peruntukannya dimanfaatkan oleh para pedagang kaki lima
dengan jumlah sangat besar. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pola serta alasan
pemilihan tempat berdagang PKL secara spasial dan mengkaji bagaimana PKL dan penguasa
pasar KBT dalam mengklaim wilayah kekuasaannya.. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif yang menggunakan metode observasi lapang, wawancara mendalam dan analisis
deskripstif. Penetapan informan dengan cara mewawancarai gate keeper terlebih dahulu.
Hasil penelitian ini menunjukan Pola persebaran pedagang kaki lima yang berada di Wilayah
Kanal Banjir Timur memiliki pola intensifikasi, yaitu setiap lokasi atau wilayah mempunyai
berbagai macam variasi produk atau barang. Sedangkan alasan pemilihan tempat yang
dipilih oleh mayoritas pedagang kaki lima adalah jarak tempat tinggal, sumber daya listrik
dan sarana fisik dagang. Keterkaitan pemilihan tempat berdagang pedagang kaki lima
terhadap teritorialitas di Wilayah Kanal Banjir Timur adalah mengenai keamanan dan
kenyamanan peraturan. Hal ini tersirat dari beberapa pedagang kaki lima yang memilih
tempat di paguyuban tersebut karena peraturan-peraturan dan tanda kebesaran paguyuban
atau komunitas tersebut.

The presence of public spaces provides many benefits for social, economic, and political
lives in a society. One of the public space benefits is as a place for street vendors to operate.
Placement in selling products in a place or area has the same daily pattern and appear as
organized according to the marks left. Concentration difference is also present along the
path. From this pattern, one can observe negotiations and agreements between several
parties, such as ruler actors determining and regulating the area distribution or territoriality.
The Kanal Banjir Timur (KBT) was chosen as the study site because it is a public space
utilized by street vendors in a considerable number. The study aimed to analyze the pattern
and reason behind street vendor selling place selection spatially and review how street
vendors and KBT ruler actors claim their territories. The study was a qualitative study using
the field observation method, in-depth interviews, and descriptive analysis. Informant
selection was conducted by firstly interviewing the gatekeeper. The study result
demonstrates the street vendor distribution pattern in the Kanal Banjir Timur area, with an
intensification pattern, where each location or area has various products or goods.
Meanwhile, the reasons behind the location selection by most vendors were the distance
from residence, electrical resources, and physical trade facilities. The association between
selling place selection and territoriality in the Kenal Banjir Timur area was safety and
comfort of regulations. It was implied by several street vendors selecting the place in such an
association because of the regulations and status symbol of the association or community"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Walmsley, D.J.
New York: Longman, 1993
304.2 WAL p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ashford, Jose B.
New York: Thomson Brooks, 2006
302 Ash h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Amarina Ashar Ariyanto
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan upaya menjelaskan tingkah laku bermasalah pada siswa SMA dan STM dengan menggunakan kerangka pemikiran Fishbein dan Ajzen sebagai dasar untuk menerangkan masalah yang disoroti. Selain itu, juga untuk mengetahui bagaimana penerapan teori yang mereka kemukakan pada lapangan tingkah laku yang belum banyak diteliti. Teori Reasoned Action, (dikembangkan oleh Fishbein ) sebagai teori yang berakar pada Teori Sikap, memfokuskan perhatian pada belief, sikap dan tingkah laku dalam upayanya menjelaskan tingkah laku. Menurut teori ini, determinan langsung dari tingkah laku overt individu adalah intensinya ( I ) untuk menampilkan tingkah laku tersebut. Intensi seseorang dapat diprediksi melalui 2 hal utama, yaitu Sikapnya terhadap hal tersebut dan Norma Subyektif yang ia miliki. Sikap seseorang dapat dilihat melalui belief ( b ) yang ia miliki dihubungkan dengan evaluasinya terhadap belief tersebut ( e ); sedangkan Norma Subyektifnya terbentuk melalui persepsi subyek tentang harapan orang lain yang ia anggap penting ( Normative belief -- NB ) dihubungkan dengan bagaimana keinginan dia untuk memenuhi harapan orang lain tersebut (Motivasi to Comply - MC ). Teori yang dikembangkan pada tahun 1975 ini dianggap dapat memberikan semangat baru pada bidang penelitian tentang sikap, setelah mengalami masa lesu di sekitar tahun 1970. Pada tahun 1988 Ajzen mengemukakan teori Planned Behavior, yang merupakan pengembangan dari teori Reasoned Action, dimana ia menambahkan aspek Perceived Behavioral Control Belief ( PBCB ), yaitu belief individu mengenai sejauh mana ia mempersepsikan akan dapat mengontrol dirinya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Belief ini selalu dikaitkan dengan situasi atau kondisi tertentu, dalam masalah diatas adalah kondisi kondisi apa saja yang mereka persepsikan dapat mendorong atau menghambat keterlibatan mereka dalam perkelahian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) bagaimana intensi terlibat perkelahian pada siswa SMA dan STM yang diteliti , 2) bagaimana peranan faktor sikap, Norma subyektif dan PBC Belief terhadap intensi, faktor mana yang lebih berperan pada kelompok yang diteliti, serta 3} bagaimana pula gambaran Belief, Evaluasi Belief, Significant Others serta Motivation to Comply mereka.
Responden penelitian adalah 315 siswa dari sekolah yang dalam laporan POLDA Metro Jaya tercatat sebagai sering berkelahi, paling sedikit 3x dalam periode '89 - '91. Sekolah yang dituju dipilih secara sangat purposif, sedangkan kelas yang dijadikan responden adalah kelas 1 dan 2 yang didalamnya ada siswa bermasalah maupun yang berprestasi. Responden seluruhnya pria, dan meliputi 26 kelas dari 3 STM dan 3 SMA di Jakarta. Pengelompokan responden kedalam 4 kelompok penelitian dilakukan berdasarkan 'peer rating' terhadap tingkat agresifitas teman sekelasnya. Instrumen yang diberikan ada 2 macam, yaitu alat A yang mengukur intensi terlibat perkelahian, dan alat B yaitu alat yang disusun untuk mengukur intensi untuk tidak berkelahi. Dalam pengolahan selanjutnya data dari alat B tidak dianalisa, karena ternyata alat A dapat mengukur intensi secara lebih tajam.
Hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah : Intensi seluruh kelompok adalah rendah. Antara Kelompok Tidak Agresif dengan Kelompok Agresif Sedang dan Kelompok Sangat Agresif, intensinya tidak berbeda signifikan, tetapi dengan kelompok Ditahan, intensinya berbeda signifikan.
Ketajaman Peramalan intensi maupun hubungan (multipel korelasi) dengan menggunakan 3 prediktor (S, SN, PBC belief) ternyata lebih tinggi daripada dengan 2 faktor saja (S dan SN).
Pada Kelompok Agresif (Total) maupun Agresif sedang, peran Norma Subyektif lebih besar daripada Sikap dan PBC Belief; tetapi pada Kelompok Sangat Agresif maupun Kelompok Ditahan, peran sikap yang lebih besar.
Belief yang dimiliki responden mengenai terlibat perkelahian adalah: membela nama sekolah, solider terhadap teman, menambah pengalaman dan memperluas.pergaulan. Normative Belief mereka adalah orang tua, guru dan teman sebaya. Sedangkan PBC Belief mereka adalah ingat akan orang tua, jarak lawan jauh, kehadiran polisi dan masa ujian/ulangan.
Disarankan untuk mencoba mengembangkan dan menggunakan instrumen lain untuk memancing intensi responden, juga untuk melihat kemungkinan lain dari penerapan teori ini pada berbagai lapangan tingkah laku yang secara sosial kurang diterima."
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarinadiyya Shaliha
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas pengaplikasian model Theory of Planned Behavior untuk memprediksi intensi perilaku remaja terhadap pola makan sehat. Pengumpulan data dilakukan melalui survey kepada 230 siswa berusia 12-18 tahun di sebuah sekolah di Jakarta Selatan. Hasil penelitian menemukan bahwa persepsi kendali perilaku diikuti dengan sikap terhadap pola makan sehat adalah faktor terpenting dalam memprediksi intensi perilaku. Pola makan sehat dianggap sangat diperlukan dan berguna, selain cukup enak dan menarik. Keluarga dan guru merupakan agen sosialisasi yang paling berpengaruh. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi bagi pendidik dan otoritas publik maupun pemasar dalam merencanakan strategi komunikasi dan menciptakan kesadaran bagi agen sosialisasi dalam perannya untuk mendorong remaja menjalankan perilaku pola makan sehat.

ABSTRACT
The purpose of the study was to apply the theory of planned behavior to predict adolescents? behavioral intention for healthy eating. A sample survey of 230 students aged 12-18 years was conducted in a school in South Jakarta. Perceived behavioral control followed by attitudes were the most important factors in predicting behavioral intention. Healthy eating was perceived to be desirable and useful, and, to a lesser extent, interesting and enjoyable. Family and teachers were influential socialization agents. The results may inform educators and policy makers in designing health communication campaigns, particularly in making socializing agents aware of their role in encouraging healthy eating behaviors in adolescents."
2013
S46353
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ernalem Bangun
"Penelitian ini mengungkapkan tentang kebudayaan organisasi Museum Nusantara, salah sate museum pemerintah di Jakarta. Sebagai organisasi administratif birokratis, Museum Nusantara dalam melaksanakan kegiatannya memiliki aturan-aturan formal dan prosedur tertentu, yang harus dilaksanakan secara hirarki sesuai dengan struktur formal yang ada Tetapi dalam kenyataannya terdapat kegiatan dan aturan-aturan informal yang dilakukan dalam kelompok kelompok informal dalam setiap level, yang melekat dan mendampingi struktur formal yang ada. Hubungan-hubungan sosial informal ini sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan museum secara formal.
Penelitian ini lebih memfokuskan pada kegiatan-kegiatan nyata yang bersifat informal, yang dilakukan oieh orang-orang museum sebagai unsur paling dalam organisasi. Peneliti menemukan bahwa kelompok informal di Museum Nusantara dapat dibagi 2 (dua) berdasarkan akses dalam pengelolaan sumber daya yang ada di museum. Kelompok pertama adalah kelompok pengelola somber daya museum, yang mengembangkan sikap toleran kepada orangorang di luar kelompoknya, patuh terhadap aturan-aturan yang ditentukan oleh kelompoknya, menerima dengan penuh kepercayaan, membina dan mengekalkan hubungan di antara anggota kelompok. Sedangkan kelompok kedua adalah kelompok yang tidak memiliki akses terhadap sumber daya di museum.
Ada 2 (dua) sikap yang berbeda dalam kelompok yang tidak memiliki akses terhadap sumber daya di museum ini. Sebagian besar mengembangkan sikap masa bodoh, mencari kegiatan lain, menguatkan hubungan antar anggota kelompok, dan berbagai kegiatan informal lainnya serta memanfaatkan fasilitas dan keunggulan sebagai pegawai negeri. Sedangkan sebagian kecil tetap menjalankan aturan-aturan yang ada semaksimal mungkin. Namun penelitian ini lebih memfokuskan pada kegiatan orang-orang museum yang bersifat informal karena orang-orang yang mengikuti aturan yang ada tersebut hanya sedikit sekali, tidak berpengaruh terhadap kegiatan museum serta hanya akan bertahan sesaat saja sebelum mereka mengetahui seluk- beluk kegiatan museum secara seutuhnya.
Orang-orang museum yang tidak ikut dalam kelompok yang mengelola sumber daya museum cenderung bersikap masa bodoh terhadap apa yang terjadi di museum, namun mencari kegiatan lain. Kegiatan yang dilakukan tersebut tentunya menyita waktu dan pikiran. Ditambah pula dengan kerja sama dari anggota kelompok yang tidak memiliki akses dalam mengelola sumber daya di museum, secara tidak langsung sudah menomorduakan pekerjaan museum. Kerja sama ini dilakukan untuk menjaga agar mereka terlihat patuh, tidak ada kesan pelanggaran. Hal ini disebabkan karena patuh dan tidak banyak tanya adalah nilai yang dijunjung tinggi. Pandangan bahwa berbahaya / tidak aman jika banyak bertanya meliputi hampir semua orang-orang museum, juga ketakutan akan resiko yang dapat merugikan diri sendiri sangat besar. Keselamatan diri sendiri menjadi hal yang diutamakan. Kehidupan aman sangat dijunjung tinggi, termasuk kelompok pengelola sumber daya di museum.
Bagi orang-orang museum pengelola sumber daya di museum, sikap patuh dalam menjalankan aturan yang diberlakukan oleh kelompoknya serta menerima apa yang dilakukan tanpa harus tahu tentang proses pelaksanaannya merupakan hal yang sangat penting, demikian pula sikap toleransi dalam membina hubungan dengan anggota sesama kelompok. Sikap toleransi dengan membagi-bagi rejeki dilakukan agar terdapat rasa aman untuk melakukan kegiatan tersebut, bahkan sering disebut sebagai upaya untuk menutup mulut. Jika mereka tidak dapat membagi- bagi rejeki yang mereka peroleh secara langsung, mereka membiarkan orang lain untuk mencari rejeki dengan cara masing-masing. Sikap inilah yang dianggap dapat mengurangi resiko disorot dan diguncang orang lain. Ketakutan akan resiko yang dapat merugikan diri sendiri mendorong mereka untuk bersikap toleransi dan menerima apapun yang diperintahkan dan diminta oleh kelompoknya. Ini pulalah yang mendasari sikap mereka untuk menjaga dan menguatkan hubungan sesama anggota kelompok hari demi hari.
Keberadaan kelornpok-kelompok informal di Museum Nusantara yang didasarkan pada akses pengelolaan sumber-sumber daya di museum seperti telah disebutkan di atas, mempengaruhi pembuatan rencana kerja dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, mempengaruhi oraag-orang yang ditunjuk sebagai pelaksananya sekaligus ini mempengaruhi pula dalam pembinaan orang-orang museum yang akhirnya menciptakan perilaku yang telah disebutkan di atas. Inilah budaya orang-orang museum yang memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan dan ketermanfaatan Museum Nusantara khususnya dan museum-museum pemerintah di Indonesia umumnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T929
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cece Permadi
"Pertumbuhan ekonomi dan kelestarian fungsi lingkungan merupakan kebutuhan yang dapat dicapai dengan menerapkan kaidah﷓kaidah keserasian dalam pembangunan yang berkelanjutan. Lingkungan hidup tidak selalu baik, apabila tidak ada pertumbuhan ekonomi. Kemiskinan penduduk sering kali menimbulkan kerusakan lingkungan hidup yang parah. Sebaliknya pertumbuhan ekonomi tidak akan berkelanjutan, jika lingkungan hidup diabaikan. Pala hidup masyarakat yang tidak dilandasi pemahaman lingkungan akan semakin memperburuk pola penataan lingkungan hidup yang tertib dan sehat. Begitu pula. kondisi sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi tingkah laku penduduk di dalam mengelola lingkungan hidupnya.
Tujuan penelitian ini adalah 1). Terungkapnya kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Kebon Bawang, 2). Terungkapnya persepsi masyarakat tentang keadaan wilayah yang mereka tempati, 3). Terungkapnya perilaku masyarakat di dalam mengelola lingkungan dimana mereka tinggal. Sedangkan masalahnya adalah: "Bagaimana persepsi dan perilaku masyarakat di Kelurahan Kebon Bawang di dalam mengelola lingkungan hidupnya dan seberapa jauh kondisi social ekonomi masyarakat mempengaruhi alas an betah/tidaknya penduduk tinggal di wilayah tersebut ?".
Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1). Diduga ada hubungan antara tingkat pendidikan seseorang dengan persepsinya tentang dimana mereka tinggal. Selanjutnya persepsi tersebut diduga akan mempengaruhi perilakunya di dalam mengelola lingkungan. 2). Bila perilaku penduduk di dalam mengelola lingkungan hidup baik, maka penduduk akan menyatakan rasa kepuasannya terhadap keadaan dimana mereka tinggal. 3). Diduga ada hubungan antara alasan betah/tidaknya seseorang dengan kondisi sosial ekonomi (kualitas pemukiman, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, mata pencaharian dan status tempat tinggal).
Berdasarkan hasil survei dan analisis data, maka ada beberapa hal yang dapat ditarik sebagai kesimpulan dan ringkasan dari penelitian ini, yaitu: Dari hasil pengujian statistik dapat diketahui bahwa antara persepsi penduduk tentang lingkungan dimana mereka tinggal adalah independen. Hal ini berarti bahwa persepsi yang dikemukakan penduduk karena perbedaan tingkat pendidikan tidak selalu menunjukkan adanya hubungan.
Sebagian besar penduduk (74,6 %) di Kelurahan Kebon Bawang berpartisipasi aktif di dalam mengelola lingkungan hidupnya. Baik yang dilakukan perseorangan maupun usaha bersama yang dibina melalui organisasi yang ada (formal dan informal). Partisipasi ini tidak lepas dari pada kesadaran dan persepsi sebagian besar penduduknya (61,2 %) akan pentingnya usaha penertiban kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Perilaku masyarakat di Kelurahan Kebon Bawang di dalam mengelola lingkungan hidup cukup baik, sehingga memberikan rasa kepuasan bagi sebagian besar penduduknya (96,7 %) betah tinggal di wilayahnya. Alasan betah yang dikemukakan sebagian besar, penduduk (32 %) karena tidak ada tempat tinggal lain. Kemudian karena tetangga menyenangkan (24 %) dan karena dekat tempat pekerjaan (21 %).
Dari hasil pengujian staitstik dapat diketahui bahwa hubungan antara alasan betahnya seseorang dengan kualitas pemukiman, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan mata pencaharian adalah independen. Kecuali status tempat tinggal (dependen). Hal ini berarti bahwa alasan betah yang dikemukakan karena perbedaan kondisi sosial ekonomi tersebut tidak selalu menunjukkan adanya hubungan. Dengan kata lain kondisi sosial ekonomi penduduk tidak begitu berpengaruh terhadap alasan betahnya seseorang."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1990
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Tono Setiadi
"ABSTRAK
Suatu rancangan rumah yang baik dapat memberikan Penampilan Bangunan (Building Performance) yang memenuhi kebutuhan kepuasan penghuni dalam penggunaan rumah itu sehari-hari. Dari ketiga aspek (aspek Teknikal, Fungsional, dan Perilaku) yang menentukan kualitas Penampilan Bangunan, aspek Perilaku (behavioral) sering kali kurang mendapat perhatian para arsitek dalam proses perancangan. Hal demikian diperkirakan terjadi pula pada unit rumah massal di lingkungan perumahan Real Estate yang dalam proses perancangan prototipe unitnya tidak dapat melibatkan partisipasi calon penghuni. Dengan kondisi proses seperti itu, memang patut dipertanyakan apakah karya arsitek tersebut benar-benar telah dapat memenuhi kebutuhan kesejahteraan sosiologikal dan psikologikal penghuni dari aspek Perilaku atau aspek lain-lain yang terkait. Pertanyaan yang sama pantas dilontarkan kepada para penghuni yang mendiami unit-unit rumah di lingkungan perumahan Bintaro Jaya. Penghuni dari golongan masyarakat berpenghasilan menengah ini dijadikan obyek penelitian karena memiliki beberapa kekhususan. Kelompok ini di Jakarta berjumlah cukup besar dan merupakan golongan profesional atau golongan tenaga terdidik yang potensial bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional. Dari segi reliabilitas penelitian, golongan ini dapat diandalkan karena kemampuan mereka dalam memberikan pendapat atau opini yang obyektif dan netral. Dengan pertimbangan demikian, diharapkan hasil evaluasi Penampilan Bangunan dari aspek Perilaku dapat terungkap lebih akurat, dan sekaligus bermanfaat sebagai umpan balik penyempurnaan Kriteria Rancangan (Design Criteria) dalam penyiapan pembangunan unit rumah berikutnya.
Penelitian ini terutama bertujuan untuk mengungkapkan tanggapan penghuni terhadap Penampilan Bangunan ditinjau dari aspek Perilaku (dengan sub aspek Privasi, Teritorialitas, Ruang Personal, Kesesakan, dan Citra) dan bagaimana kondisi saling hubungan antar sub aspek Perilaku tersebut. Selain itu ingin pula mengetahui tingkat Kepuasan Keseluruhan (Overall Satisfaction) yang dirasakan penghuni atas unit rumah itu, dan bagaimana kondisi saling hubungan antara Kepuasan Keseluruhan tersebut dengan tiap sub aspek Perilaku. Untuk memperoleh pendapat atau opini penghuni, sebagai instrumen utama telah disebarkan sebanyak 152 kuesioner berskala kepada responden yang memenuhi kriteria/persyaratan sebagai penghuni kelas menengah di lingkungan Bintaro Jaya. Dari kuesioner yang masuk, setelah diseleksi, ditetapkan 80 kuesioner yang memenuhi syarat untuk dijadikan data penelitian. Data tersebut disusun dalam Tabel Induk, untuk kemudian dianalisis dan uji statistik, diinterpretasi, dan dibahas untuk memperoleh kejernihan masalah dan pemecahannya. Arah pembahasan ditujukan untuk memberikan bahan masukan terhadap pembentukan Kriteria Rancangan yang nantinya akan bermanfaat bagi para arsitek.
Hasil penelitian dilaporkan sebagai berikut:
1 Profit Penghuni
a. 58% berpendidikan Sarjana ke atas dan 42% Sarjana Muda/ SLTA.
b. 81% Pegawai Swasta dan 19% Pegawai Negeri.
c. 29% berpenghasilan kurang dari. 1 juta rupiah, 47% berpenghasilan 1-2 juta rupiah, 9% berpenghasilan 2-3 juta rupiah, 9% berpenghasilan 3-5 juta rupiah, dan 6% berpenghasilan lebih dari 5 juta rupiah.
d. 60% berusia 40 tahun ke bawah, 29% antara 41-50 tahun, dan 11% berusia 51 tahun ke atas.
e. 62% mempunyai anak 1-3 orang, 13% antara 4-5 orang, dan 25% tidak mempunyai anak/tidak tinggal bersamanya.
f. 79% memiliki pembantu antara 1-2 orang, 19% memiliki pembantu 3-4 orang, dan hanya 2% yang tidak memiliki.
2. Penampilan Bangunan dari aspek Perilaku
a. Privasi, Ruang Personal, Teritorialitas, dan Citra, dirasakan telah memadai.
b. Kesesakan, dirasakan kurang memadai.
3. Hubungan antar sub aspek Perilaku
a. Tidak semua variabel sub aspek saling berhubungan/berkorelasi.
b. Hubungan yang cukup signifikan terjadi antara: Ruang Personal dengan Kesesakan, Ruang Personal dengan Citra, Kesesakan dengan Citra.
4. Hubungan antara sub aspek Perilaku dengan Kepuasan Keseluruhan
a. Unit rumah dirasakan telah memenuhi Kepuasan Keseluruhan pars penghuninya.
b. Tidak semua variabel sub aspek Perilaku berhubungan dengan Kepuasan Keseluruhan. Teritorialitas, Ruang Personal, dan Citra mempunyai hubungan yang signifikan terhadap Kepuasan Keseluruhan.
5. Tanggapan terhadap aspek Perilaku dan Kepuasan Keseluruhan ditinjau dari tingkat Pendidikan
a. Dalam menanggapi penampilan bangunan dari aspek Perilaku, penghuni berpendidikan Sarjana ke atas tidak berbeda jauh dengan penghuni yang berpendidikan Sarjana Muda/ SLTA. Perbedaan yang agak mencolok hanya terjadi pada sub aspek Teritorialitas dan Kesesakan.
b. Begitu pula terhadap Kepuasan Keseluruhan.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>