Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98001 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tetelepta, Yosua Wilgert
"Pada jaman modern ini manusia dalam menentukan keseharian dan identitas dirinya sering mencari gaya hidup yang akan menggambarkan dirinya. Gaya hidup yang ada tidak selalu baik tapi ada yang buruk juga bahkan terkadang kedua gaya hidup yang bertolak belakang ini digabungkan. Salah satu contoh kasusnya adalah menggabungkan olahraga yang merupaka gaya hidup positif dengan tujuan menjaga kesehatan dan kondisi tubuh manusia dengan merokok yang merupakan gaya hidup yang memberikan efek buruk ke tubuh manusia akibat zat-zat buruk didalamnya. Sehingga, peneliti melihat pengaruh buruk dari merokok dan olahraga tadi dalam bentuk poin V02 Max yang merupakan kapasitas maksimum paru-paru yang dipengaruhi dari faktor frekuensi latihan, jumlah batang rokok per hari dengan lama merokok. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Beep Test untuk memperoleh poin V02 Max yang nantinya akan dibandingkan dan dianalisis untuk melihat pengaruh kedua gaya hidup tadi secara langsung. Respondennya sendiri adalah laki-laki berumur 18-25 tahun dengan Body Mass Index BMI normal. Dari 48 datta yang ada sudah terbagi 50:50 untuk perokok dan non-perokok. Hasil menunjukan bahwa frekuensi latihan dan jumlah batang per hari memiliki pengaruh signifikan pada poin V02 Max baik secara independen maupun digabungkan namun untuk frekuensi latihan dan lama merokok hanya secara indpenden saja memiliki hubungan yang signifikan. Frekuensi Latihan olahraga memiliki hubungan yang positif kepada poin V02 Max sedangkan merokok memiliki hubungan yang negatiif untuk poin V02 Max. Maka merokok memiliki pengaruh negative pada pernafasan sekalipun kita sudah berolahraga secara rutin

In this modern day, human in determining his daily life and personal identity often seek a lifestyle that will describe him. The existing lifestyle is not always good but there are bad ones even sometimes these two opposing lifestyles are combined. One example of the case is to combine a sporty lifestyle that is a positive lifestyle with the purpose of maintaining our health condition with smoking which is a lifestyle that gives adverse effect to the human body due to bad subtances in it. Thus, the researchers looked at the adverse effect of smoking and sport in the form of V02 Max points which is the maximum lung capacity that is affected by the frequency factor of sport exercises, the number of cigarettes per day with smoking duration. The study was conducted using Beep Test method to obtain V02 Max points which will be compared and analyzed to see the influence of both lifestyle directly. The respondents were 18 25 years old man with normal Body Mass Index BMI . Of the 48 datas that are already divided 50 50 for smokers and non smokers. The result showed that sport exercise frequency and number of cigarettes per day had significant effect on V02 Max points either independently or combined but for sport exercise frequency and duration of smoking only independently had a significat relationship. Sport exercise frequency has a positive effect to V02 Max Points while smoking has a negative effect for V02 Max points. So Smoking has a negative effect on respiration even though we have been exercising regularly."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Putri Andana Kusuma
"ABSTRAK
Studi ini bertujuan untuk mengetahui apakah perilaku merokok remaja
dipengaruhi oleh keluarga yang merokok. Salah satu inisiasi merokok remaja
berasal dari lingkungan keluarga. Berdasarkan data SUSENAS 2012, hasil
estimasi model logit menunjukkan bahwa probabilitas remaja merokok
dipengaruhi oleh ayah perokok atau intensitas anggota keluarga dewasa yang
merokok dalam rumah tangga. Pengaruh dari anggota keluarga dewasa yang
merokok dalam rumah tangga relatif lebih besar dibandingkan dengan pengaruh
ayah perokok dan lingkungan tempat tinggal.

ABSTRACT
The study aims to analysis whether adolescent smoking behaviour is influenced
by smoking family. One of adolescent smoking initiations comes from family
environment. Based on SUSENAS 2012 data, logit estimation result shows that
the probability of adolescent become smokers is influenced by smoking father and
the intensity of adult family members? smoking in the household. However, the
influence which comes from the intensity of adult family members? smoking in
the household relatively larger than smoking father and the intensity of
neighborhood smoking."
2015
S58809
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Pratiwi Widowaty
"Penelitian ini membahas mengenai perilaku merokok pada siswa SMP. Hal ini dilatarbelakangi meningkatnya jumlah perokok muda di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh stereotipi perokok dan konformitas terhadap perilaku merokok sebagai upaya untuk memahami faktor-faktor yang dapat menjadi prediktor perilaku merokok pada siswa SMP. Pada stereotipi perokok, peneliti menggunakan hasil penelitian terdahulu dan hasil elisitasi. Sedangkan aspek konformitas disusun berdasarkan alasan untuk melakukan dan tidak melakukan konformitas (Baron & Byrne, 2003). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain ex post facto field study. Partisipan penelitian ini adalah 120 siswa SMP di Jakarta.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa stereotipi perokok dan konformitas memberikan sumbangan yang signifikan terhadap perilaku merokok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa stereotipi perokok dan konformitas dapat dijadikan sebagai prediktor pada perilaku merokok siswa SMP. Hasil analisis multiple regression, R =0, 631, R2 = .398, menunjukan bahwa stereotipi perokok dan konformitas secara bersama-sama menyumbang sebesar 39,8 % terhadap perilaku merokok pada siswa SMP. Di antara stereotipi perokok dan konformitas, ditemukan bahwa stereotipi perokok memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap perilaku merokok siswa SMP. Selain itu, melalui hasil analisis t-test ditemukan adanya perbedaan stereotipi perokok dan konformitas yang signifikan antara partisipan yang merokok dan yang tidak merokok.

The research studies smoking behavior among middle school students. This research's aim is to examine how much smoker stereotype and conformity influence smoking behavior on middle school students. To measure smoker stereotype the research uses the previous research and elicitation. While aspects of conformity arranged by reasons to conform and not to conform (Baron & Byrne, 2003). The design of this research is ex post facto field study. Participants of this research are 120 middle school students in Jakarta.
This research's results that smoker stereotype and conformity influence smoking behavior in middle school student. This meant that smoker stereotype and conformity was predictors toward smoking behavior on middle school students. The multiple regression analysis showed R =0, 631, R2 = .398. This meant that smoker stereotype and conformity were effectively contribution 39,4 %. Smoker stereotype had greater contribution than conformity. Beside that, this research also finds that there is a significant difference in smoker stereotype and conformity between smokers and non smokers.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Kurniawati
"Salah satu faktor risiko terjadinya berbagai penyakit tidak menular adalah perilaku merokok. Penyebab seseorang merokok antara lain kurangnya pengetahuan, pengaruh orangtua, teman dan juga iklan.
Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran dan hubungan antara pengetahuan, sikap, keluarga, teman dekat dan keterpaparan iklan rokok terhadap perilaku merokok pada mahasiswa Universitas Indonesia tahun 2010.
Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang dengan menggunakan data sekunder survei perilaku sehat 2010.
Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa yang mewakili 12 fakultas, sedangkan sampel yang digunakan adalah mahasiswa yang termasuk kedalam rentang umur remaja akhir (18-21 tahun) yang berjumlah 2.108 responden.
Penelitian menunjukkan bahwa ada 263 (12.5%) responden adalah merokok. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan antara jenis kelamin, rumpun, pengetahuan, sikap dan pengaruh keluarga terhadap perilaku merokok.

Smoking behavior is one of the factors that risk the infections diseases. The reason why someone smokes can be because of lacking of knowledge, family influence, friends and advertisement.
The objectives of this research are to know the description and connections among knowledge, attitude, family, close friends and exposition of cigarette advertisement toward smoking behavior of the students university of Indonesia year 2010.
Research design that is used is cutting across using secondary data survey of healthy behavior 2010.
Population of this research is from all student represent 12 faculties, while the sample that is used is from students within range of late teenages (18-21 years old) consist of 2108 respondents. The research shows that 263 (12.5%) respondents are smokers.
Result test statistically shows the connections among gender, faculty asociation, knowledge, attitude and family influence to wand smoking behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Rumah Sakit Olahraga Nasional, 2015
796 IJSS
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Puspitaria
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran mengenai smoking abstinence self-efficacy dan perilaku sehat pada mahasiswa perokok di Universitas Indonesia. Adapun perilaku sehat yang diukur dalam penelitian ini adalah aktivitas fisik, diet sehat, menjaga berat badan, dan tidak mengonsumsi alkohol. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan alat ukur Smoking Abstinence Self-Efficacy Questionnaire (SASEQ) untuk mengukur smoking abstinence self-efficacy dan alat ukur Perilaku Sehat untuk mengukur perilaku sehat. Partisipan penelitian ini adalah mahasiswa perokok di Universitas Indonesia (UI) dan terkumpul sebanyak 151 data dari partisipan yang diperoleh melalui teknik nonrandom sampling.
Berdasarkan analisis deskriptif dan perbandingan terhadap rata-rata hipotetik, diketahui bahwa mahasiswa perokok di UI memiliki smoking abstinence self-efficacy yang rendah. Sedangkan, perilaku sehat pada mahasiswa perokok di UI secara umum cukup tinggi. Berdasarkan masing-masing jenis perilaku sehatnya, aktivitas fisik, menjaga berat badan, dan tidak mengonsumsi alkohol tergolong tinggi, sedangkan diet sehat merupakan satu-satunya jenis perilaku sehat yang tergolong rendah.

This study aims to find the description of smoking abstinence self-efficacy and health behavior among smoker students of Universitas Indonesia. The type of health behavior that measured in this study is physical activity, healthy dietary, keep in healthy weight, and not drinking alcohol. This study is a quantitative research using Smoking Abstinence Self-Efficacy Questionnaire (SASEQ) for measuring smoking abstinence self-efficacy and Perilaku Sehat questionnaire for measuring health behavior. The participant of this study is smoker students in Universitas Indonesia (UI) and 151 data were collected from participants using nonrandom sampling technique.
Based on descriptive analysis and compared to hypothetical means, found that smoking abstinence self-efficay in smoker students in UI is low and the health behavior is high. Based on each type of the health behavior, smoker students in UI are high in physical activity, keep in healthy weight, and not drinking alcohol, whereas healthy dietary is low.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S64964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufik Hidayat
"Perilaku merokok mahasiswa keperawatan menjadi isu penting bagi pelaksanaan peran dan fungsi tenaga kesehatan di masa datang. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok mahasiswa keperawatan di Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan 252 responden diperoleh secara stratified random sampling.
Hasil menunjukkan terdapatnya hubungan bermakna antara pendidikan orang tua, penghasilan orang tua, stres, pengaruh orang tua, saudara, dan teman sebaya, pengetahuan bahaya rokok, sikap, dan iklan rokok dengan perilaku merokok (α < 0.05). Sikap merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi perilaku merokok. Program antisipasi pencegahan perilaku merokok perlu dikembangkan di institusi pendidikan keperawatan.

Smoking behavior of nursing students becomes issue for future implementation of health personnel?s roles and functions. This study aimed to identify factors associated to smoking behavior of nursing students in South Kalimantan. It applied cross-sectional design to 252 respondents.
The results indicate the presence of significant relationship between parental education and income, stress, influence of parents, siblings, and peers, knowledge of the dangers of smoking, attitudes, and cigarette ads to smoking behavior (α < 0.05). Attitude is the most dominant factor influencing smoking behavior. The prevention anticipation program of smoking in nursing education institutions need to be developed."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31785
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Kusmana
"Objektif : Penyakit Kardiovaskular berawal dari fungsi endotel pembuluh darah yang terganggu, berlanjut menjadi proses aterosklerosis. Mencegah proses aterosklerosis dengan membiasakan tidak merokok/stop merokok disertai olahraga teratur dan/atau pengaruh kerja fisik (trias SOK) adalah upaya preventif pada tingkat endotel. Untuk mengetahui pengaruh trias SOK terhadap daya survival,dilakukan penelitian kohort.
Metode: Pada tanggal I Juli 200 dilakukan penelitian kohort historis terhadap sampel MONICA 1988 di tiga kecamatan Jakarta Selatan, serta diikuti sampai 31 Agustus 2001. Sampel dibagi menjadi kelompok trias SOK dan tanpa trias SOK. Dilakukan wawancara, pemeriksaan fisik, gula darah dan kolesterol total serta perekaman EKG pada sampel yang hidup, otopsi verbal pada yang menyaksikan untuk mencari sebab kematian. Aktivitas fisik (kerja fisik dan olahraga perminggu) dikelompokan pada: tidak ada, ringan hampir setiap hari, sedang dan berat minimal 20 menit dua kali atau lebih. Merokok bila tetap merokok, mantan perokok bila telah berhenti 2 tahun atau lebih, tidak merokok bila tetap tidak merokok atau telah berhenti 10 tahun atau lebih. Kriteria hipertensi (JNC-VI), diabetes (gula darah puasa 140 mg/di atau sewaktu 200 mg/di), obesitas (IMT z 29,99 kglm2), EKG memakai kode Minnesota. Analisis statistik memakai suain (adjusted) regesi Cox, 95% interval kepercayaan, Kaplan Meier (daya survival), Log rank (rasio hazard/HR), uji kappa (degree of aggreement), Batas kemaknaan p
Hasil: Terdapat 479 (23,4%) sampel dari 2073 orang, umur 25-64 tahun (1988), terdiri dari 209 (43,6%) lelaki, 270 (56.4%) perempuan. Insiden kardiovaskular 1,2% pertahun, dengan proporsi kematian tertinggi penyakit jantung 42,9%. Sampel yang mengikuti this SOK mempunyai daya survival lebih baik (95,7%) dibanding tanpa trias SOK (81,1%), dan rasio kematian seperlima kali [rasio hazard (HR.) suaian = 0,20, 95% interval kepercayaan (III) = 0,08-0,57, p=0,002]. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan rasio kematian tinggi adalah: merokok (HR=4,99, IK 2,56-9,73, p=0,000) dibanding tidak merokok; hipertensi tingkat-3 (HR 5,96, 1K 2,69-13,21, p=0,000) dibanding tensi normal; diabetes (HR 2,74, 1K 1,37-5,47, p=0,004) dibanding normal. Sedangkan yang tidak dapat dimodifikasi: umur 60 tahun (HR 10,13, 1K 4,79-21,43, p=0,000) dibanding umur 25-49 tahun. Sedangkan aktivitas fisik mingguan mempunyai rasio kematian rendah/ringan HR=0,45, (1K 0,27-0,76, p=0,003), sedang HR--0,32, (1K 0,15-0,70, p=0,004) dan berat nol dibanding yang tidak ada aktivitas. Dihasilkan Skor Kardiovaskular Jakarta, Skor -7 sampai 1 risiko rendah (<10%), skor 2 sampai 4 sedang (10-20%), skor z 5 risiko tinggi (>20%), sensitivitas 77,9%, spesifitas 90,0%, kappa 0,652, DOA 82,67%, p=0,000.
Kesimpulan: Salah satu upaya pencegahan penyakit kardiovaskular melalui upaya tidak/stop merokok, dikombinasikan dengan olahraga teratur dan/atau kerja fisik merupakan cara tepat untuk meningkatkan daya survival. Dihasilkan Skor Kardiovaskular Jakarta untuk memperkirakan kematian kardiovaskular di masyarakat.
The Influence of Stop/Quit Smoking, Combine with Sport and or Physical Activity on Survival of the Population at Jakarta: a Cohort Study in 13 YearsObjective: Endothelial dysfunction as the beginning of atherosclerotic process in arterial vessel due to various risk factors. Prevention of atherosclerotic process in the endothelial level through quit or stop smoking, combine with regular physical activity and or sport (Trias SOK-Stop/no Smoking, Olahraga teratur/sport or Kerja fisik/physical activity) as a simple method in the community. To know the influence of trias SOK on survival of the population, a community survey was done in three districts of Jakarta.
Methods: A historical cohort study was done on the subpopulation of MONICA Jakarta 1988 using population survey since July 1, 2000 in three districts of South Jakarta until 31 of August 2001. Multistage stratified cluster sampling was done on 523.000 people, and 2073 total samples were included in 1988 study and 479 samples perform second survey. Sample was divided into exposed group (without trims SOK) and non-exposed (trios SOK). A complete history on daily habit, cardiovascular risk factors, laboratory examination and 12 leads ECG was carried. Physical activity as well as sport in one week also divided into: no physical activity, light physical activity almost every day, moderate physical activity and heavy physical activity at least 20 minutes or more. ECG criteria using Minnesota code, hypertension (INC-VI), diabetic (fasting blood sugar 140 mg/di or occasional > 200 mg/dl), obesity (BMI > 29,99 kglm2). Verbal autopsy was carried out to diagnose the cause of mortality. Statistical analysis using SPSS for Window 10 and Stata 6. Kaplan Meier to compare survival rate between trias SOK and non-trios SOK, log rank to measure hazard ratio, kappa test for degree of agreement and p<0,05 as statistical significance.
Results: They were 479 (23.4%) samples out of 2073, 209 (43.6%) males and 270 (56.4%) females, aged 25-64 years in 1988 and 37-77 years in 2000. Cardiovascular incidence 1.2% per year, and case fatality rate of 42.9% due to heart disease. Trios SOK survival rate was higher (95.7%) compared with non-trias SOK (81.1%), and hazard ratio 1/5 [HR= 0.20, 95% CI 0.008-0.57, p-0.002]. Multivariate analysis using Cox regression revealed the significant modifiable risk factors were: smoking HR 4.99 (CI 2.56-9.73, p=0,000) compare with non-smoking, grade 3 hypertension HR 5,96 (CI 2.69-13.21, p=0,000) compare with normal blood pressure, diabetic HR 2.74 (CI 1.37-5.47, p=0.004) compare with non-diabetic, obesity BMI 30 kg/m2 HR 2.18 (CI 0.94-5.10, p=0.071) compare with normal weight. Unmodifiable risk factor were: age ? 60 years HR 10.13 (CI 4.79-21.43) compare with 25-49 years. Physical activity as well as sport in one week has low risk for cardiovascular death, either: light physical activity HR 0.4 (CI 027-0.76, p=0.003), moderate HR 0.32 (CI 0.15-0.70, p-'0.004) or heavy almost zero compare with no physical activity. Jakarta Cardiovascular Score was found. Low risk (score -7 to 1) <10%, average (score 2 to 4) 10 to 20%, high (score ? 5) >20% for cardiovascular event in 10 years (sensitivity 77.9%, specificity 90.0%, kappa 0,652, degree of agreement 82.67% and p=0,000).
Conclusions: Cardiovascular prevention through quit or stops smoking combine with regular sports and or physical activities enhances a better survival. Jakarta Cardiovascular Score was found as a simple method to estimate the cardiovascular event in the community.
"
2002
D183
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Uramanda
"Salah satu cara untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan faal paru adalah dengan cara mengukur arus puncak ekspirasi (APE) menggunakan peak flow meter. Salah satu faktor resiko yang menyebabkan penurunan nilai APE adalah merokok. Merokok dapat menyebabkan terjadinya bronkokontriksi pada saluran pernapasan. Selain merokok, faktor lain yang berperan dalam menurunkan risiko terjadinya penurunan kapasitas fungsi paru adalah kurangnya aktivitas fisik. Oleh karena itu penelitian untuk melihat efek gabungan merokok dan aktifitas fisik terhadap penurunan nilai APE diperlukan untuk mengkonfirmasi besar asosiasi keduanya dengan mempertimbangkan faktorfaktor contributory (potential confounder) yang juga berhubungan terhadap penurunan nilai APE. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional. Sebanyak 8.823 responden pria 18-74 tahun menjadi sampel pada penelitian ini. Data diperoleh dari Indonesian family life survey 5(IFLS) dan dianalisis menggunakan uji Cox regresi. Penurunan nilai arus puncak ekspirasi lebih besar pada orang yang tidak merokok dan aktifitas fisik kurang,yaitu sebesar 1,26 kali serta perokok yang memiliki aktivitas fisik kurang sebesar 1,20 kali dibanding orang yang tidak merokok dan memiliki aktivitas fisik cukup. Sedangkan pada orang yang merokok dan memiliki aktivitas fisik cukup beresiko 0,84 kali protektif dibandingkan dengan orang yang tidak merokok dan memiliki aktivitas fisik cukup dengan kata lain aktivitas fisik lebih berperan dibanding kebiasaan merokok. Pada orang yang memiliki kebiasaan merokok sebaiknya juga melakukan aktifitas fisik secara rutin agar resiko untuk terjadinya penurunan nilai arus puncak ekspirasi menjadi lebih kecil.

The One way to detect early pulmonary function disorders is by measuring peak expiratory flow (PEF) using a peak flow meter. One of the risk factors that causes decrease in the value of APE is smoking. Smoking can cause bronchoconstriction in the respiratory tract. In addition to smoking, other factors that play a role in reducing the risk of a decrease in lung function capacity are lack of physical activity. Therefore, research to see the combined effects of smoking and physical activity on the decline in APE values is needed to confirm the magnitude of the two associations by considering contributory factors (potential confounders) which also relate to decreasing APE values. This study uses cross-sectional design. A total of 8,823 male respondents 18-74 years were sampled in this study. Data was obtained from Indonesian family life survey 5 (IFLS) and analyzed using the Cox regression test. The decrease in peak expiratory flow values was greater in people who did not smoke and less physical activity, which amounted to 1,26 times and smokers who had less physical activity of 1.20 times compared to people who do not smoke and have enough physical activity. Whereas in people who smoke and have physical activity is 0.84 times protective compared to people who do not smoke and have enough physical activity in other words physical activity has more role than habit smoke. In people who have a smoking habit, they should also carry out regular physical activities so that the risk of decreasing the value of peak expiratory flow becomes smaller."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53932
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Ulina
"Merokok sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia yang tidak dapat dilepas. Perilaku tersebut tidak hanya ditemukan pada orang dewasa saja, namun juga ditemukan pada remaja bahkan anak-anak. Banyak hal yang mempengaruhi remaja untuk berperilaku merokok, terutama lingkungan keluarga dan sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh Iingkungan keluargga itu orangtua, dan sekolah, yaitu guru dan teman sekolah, terhadap perilaku merokok pada remaja. Desain yang digunakan adalah cross-sectional. Remaja yang dijadikan sampel ialah 52 orangsiswa-siswi SMAN 28 Jakarta yang mempunyai orang tua, guru,dan teman sekolah yang merokok.
Sebagian besar responden terdiri dari remaja pada tahap pertengahan, yaitu sebanyak 80,7%. Lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah berperilaku merokok. Namun, perilaku kedua lingkungan tersebut tidak mempengaruhi perilaku merokok pada remaja.
Berdasarkan nilai hitung Chi-Square didapatkan bahwa p > nilai alpha, sehingga dapat diinterpretasikan Ho gagal ditolak. Sebanyak 86% remaja yang berasal dari keluarga yang merokok, tidak merokok.
Sebanyak 78,6% remaja yang memiliki guru dan teman sekolah yang merokok tidak merokok. Hal ini berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari lingkungan keluarga dan sekolah terhadap perilaku merokok pada remaja. Rekomendasi penelitian ini dilakukannya penelitian tentang faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku merokok pada remaja."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5679
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>