Ditemukan 131870 dokumen yang sesuai dengan query
Alexander Seran
"
ABSTRACTTujuan Komisi Etika adalag mengevaluasi proposal, penelitian, dan publikasi agar memenuhi standar etis. Komisi Etika menerbitkan pernyataan laik etik untuk proposal, penelitian, dan publikasi yang bebas dari penyimpangan jika kegiatan kegiatan tersebut tidak merusak harkat martabat manusia dan makluk hidup pada umumnya. Etika seringkali dikaitkan dengan ranah penelitian sebagai sebuah disiplin yang secara sistematik menguji apakah baik atau buruk jika sebuah penelitian dilakukan. Sebaliknya moralitas seringkali dihubungkan dengan cara sebuah kelompok biasanya bertindak dalam kehidupan sehari hari. Dalam hubungan itu, apa yang diklaim oleh sebuah kelompok sesuai moralitas bermoral harus diuji kehandalannya menurut standar rasionalitas dan keadilan yang umumnya diterima oleh semua pihak."
Jakarta: Pusat Pengembangan Etika Unika Atma Jaya, 2015
300 RJES 20:1 (2015)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Alexander Seran
"
ABSTRACTTampaknya pertanyaan tentang Orde Baru tidak lagi fokus pada kapan dimulai tetapi apa dan mengapa Orde Baru itu bisa berhasil mengakhiri sebuah rezim (Orde Lama) yang sejak awal, sehari setelah Proklamasi dikumndangkan, yakni 18 Agustus 1945, ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menjadi implementor nilai nilai dasar dan ideologi negara dalam membangun sistem demokrasi yang berkepribadian Indonesia. Dengan demikian pendidikan sejarah nasional tidak secara parsial dan deterministik mematok sebuah momen seakan akan itulah awal mula sejarah padahal momen itu lebih mendeskripsikan kepentingan penguasa ketimbang apa yang diklaim jati diri bangsa yang seharusnya dilaksanakan secara murni dan konsekuen (bukan terutama kemarin tetapi) hic et nunc (sekarang dan di sini). Filsafat tentang sejarah terletak pada pemikiran di balik apa yang nyata terjadi"
Jakarta: Pusat Pengembangan Etika Unika Atma Jaya, 2015
300 RJES 20:2 (2015)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Ignatius Haryanto
"
ABSTRACTTidak bisa dipungkiri kalau sekarang ini media massa di berbagai wilayah tak bisa beroperasi sebagai perusahaan yang sehat sehingga tampak tidak profesional dan lebih menunjukkan ketergantungannya pada dinamika yang terjadi dalam politik lokal (mulai dari soal langganan koran oleh kantor-kantor pemerintah, iklan ucapan selamat kepada pejabat, hingga berbagai bentuk suap lainnya). Bukan berlebihan pula jika Serikat Penerbit Pers melontarkan pernyataan bahwa perusahaan pers yang sehat hanya sekitar 30 persen dari total pers yang ada. Hal ini memberikan kondisi yang membuatnya sulit menjadi media yang ideal, independen dan tak terpengaruh dari kebutuhan ekonomi perusahaan pers tersebut. Pertanyaannya siapa mendidik siapa kalau media massa berkawan setali tiga uang dengan yang berani bayar? Ujiannya ada antara ada di saat penyelenggaraan pemilihan umum."
Jakarta: Pusat Pengembangan Etika Unika Atma Jaya, 2015
300 RJES 20:1 (2015)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Muhamad Said
Jakarta: Pradnya Paramita, 1980
170 MUH e
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Arung Samudra Adam
"Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kedalaman atau sofistikasi pemahaman seseorang mengenai politik memainkan peran penting dalam konsistensi antara nilai-nilai moral yang dipegangnya dengan berbagai ideologi dan sikap politik yang diekspresikan. Studi ini meneliti hubungan antara dua motif moral mengikat dan tiga orientasi politik serta bagaimana sofistikasi politik memengaruhi asosiasi tersebut. Sebanyak 112 mahasiswa Universitas Indonesia mengisi kuesioner motif moral, orientasi politik dan sofistikasi politik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motif keteraturan sosial berhubungan positif dengan orientasi konservatif dan fundamentalis sedangkan motif keadilan sosial berhubungan negatif dengan orientasi kapitalis. Sofistikasi politik juga ditemukan meningkatkan hubungan ini positif antara motif keteraturan sosial dengan orientasi konservatif dan orientasi fundamentalis. Meskipun demikian, sofistikasi politik tidak ditemukan memainkan peran moderasi pada hubungan negatif antara motif keadilan sosial dan orientasi kapitalis.
Various studies show that the depth or sophistication of one 39 s understanding of politics play an important role in how one 39 s moral values correspond to his or her expressed political ideology or attitudes. This study investigate how one 39 s political sophistication affects the association between morality and political orientation. 112 students answered in person and online questionnaires designed to measure their binding moral motives, political orientation and political sophistication. Results show that the moral motive of social order is strongly and positively correlated with socially conservative and religiously fundamentalist orientations while the moral motive of social justice correlates negatively to economically capitalistic orientation. Political sophistication also strengthens the positive correlation between the moral motive of social order and conservative and fundamentalist orientations but not the negative correlation between the moral motive of social justice and capitalistic orientation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
A. Ridwan Halim, 1954-
Jakarta: Pradnya Paramita, 1987
177 RID t
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
"Sains dan alam memilki relasi yang sangat erat. Sains merupakan hasil kreatifitas manusia guna menjawab kebutuhannya untuk memahami alam. Dalam perspektif tertentu, memahami alam dapat berarti juga sebagai usaha manusia untuk menaklukkan alam dengan sains. Hal inilah yang setidaknya dipikirkan oleh Francis Bacon dengan menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dapat berkuasa atas alam. Namun, selain Bacon terdapat banyak filsuf yang memandang alam sebagai suatu hal yang parsial dan tidak utuh. Mereka dapat dikategorikan ke dalam tiga bentuk paradigma, yakni materialistik, saintifik-sistematik, religiusistik. Mereka tidak menyadari bahwa mereka telah memandang alam secara parsial, sehingga dengan mengambil keputusan untuk menggunakan sains sebagai alat untuk “memahaminya”, sejatinya mereka telah merusak alam. Munculnya dampak negatif atas eksploitasi alam yang semakin sering, seperti banjir, longsor, dan global warming, hendaknya membuat manusia berpikir akan adanya suatu pembaharuan. Pembaharuan yang hendak ditawarkan dalam paper ini adalah merubah paradigma kita dan menyadari bahwa kita harus bertanggung jawab terhadap alam karena pada dirinya sendiri alam adalah realitas yang bernilai. Pun juga dengan sains yang adalah bernilai. Karenanya, keduanya harus bertemu bukan dengan mengeksploitasi satu dengan yang lain, melainkan bertemu dalam paradigma nilai guna perkembangan dan kesejahteraan bersama dalam realitas dunia."
JFW 2:1 (2013)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Yanita
Depok: Rajawali Press, 2023
174.4 YAN t
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Haryatmoko
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011
320.01 HAR e
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Steven Nugraha
"Memutuskan hal-hal yang benar atau salah adalah langkah paling penting dalam menentukan apakah seseorang akan terlibat dan melakukan sesuatu yang etis atau tidak etis. Ketika membuat penilaian moral, orang sering menggunakan standar sosial untuk mengurangi ambiguitas yang mereka hadapi dalam satu situasi. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara konsensus sosial dan penilaian moral pada sampel karyawan di negara berkembang dan kolektif. Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional dan menggunakan kuesioner yang berisi skenario dan instrumen konsensus sosial dan penilaian moral. Menggunakan survei online, ada 324 karyawan yang terlibat dalam penelitian ini, dan hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan antara konsensus sosial dan penilaian moral. Temuan ini menggambarkan bahwa ketika karyawan membuat keputusan etis, mereka juga mempertimbangkan perspektif sosial dalam situasi dilematis. Selain itu, perspektif sosial dalam budaya kolektivis lebih cenderung lebih kuat karena individu membuat penilaian berdasarkan kesejahteraan dan minat kelompok daripada individu itu sendiri.
Deciding what is right or wrong is the most important step in determining whether someone will be involved and do something ethical or unethical. When making moral judgments, people often use social standards to reduce the ambiguity they face in one situation. This study aims to investigate the relationship between social consensus and moral judgment on a sample of employees in developing and collective countries. This research is a cross-sectional study and uses a questionnaire containing scenarios and instruments of social consensus and moral judgment. Using an online survey, there were 324 employees involved in this study, and the results of the correlation analysis showed that there was a relationship between social consensus and moral judgment. These findings illustrate that when employees make ethical decisions, they also consider social perspectives in dilemmatic situations. In addition, social perspectives in collectivist cultures are more likely to be stronger because individuals make judgments based on the welfare and interests of the group than the individual itself."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library