Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148250 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sunardi
"Kenaikan harga timah dalam kurun waktu 1970-1980 telah menarik minat banyak negara penghasil timah untuk mencari cadangan baru dan meningkatkan usahanya. Karena produksi tidak terkendali akibatnya terjadi keadaan over supply di pasar dunia, terjadilah kemerosotan harga yang menyebabkan terjadi nya krisis harga timah pada tahun 1985. Produsen timah diseluruh dunia terancam kebangkrutan tak terkecuali Indonesia.
Menghadapi ancaman kebangkrutan, FT Tambang Timah satusatunya BUMN yang berusaha dibidang pertambangan timah di Indonesia, dihadapkan pada empat pilihan yaitu ; Digabungkan dengan BUMN sejenis, melakukan restrukturisasi, dijual kepada swasta atau di liquidasi. Dari empat alternatif tersebut dipi lih restrukturisasi guna menyelamatkan perusahaan dan usaha pertambangan timah di Indonesia.
Tahap awal dari restrukturisasi ialah menyusun konsep restrukturisasi. Guna menajami konsep dan menyusun action plan-nya perusahaan mendapat bantuan dari Bank Dunia dan Konsultan Arthur Andersen.
Mengingat PT Tambang Timah adalah BUMN itiaka diperlukan persetujuan dari pemerintah sebagai pemegang saham terlebih dahulu sebelum melaksanakan kebijaksanaan tersebut. Untuk men dapatkan dukungan dari pemerintah Direksi PT Tambang Timah melakukan pendekatan kepada Instansi Pemerintah, DPR RI dan DPRD serta ABRI.
Restrukturisasi mempunyai empat program ; Reorganisasi, Relokasi, Penglepasan Asset dan Rekonstruksi.
1. Reorganisasi bertujuan mendapatkan struktur organisasi yang sederhana, arus informasi yang cepat dan berorientasi pada fungsi. Reorganisasi pada fungsi produksi ialah dengan meru bah organisasi yang berorientasi geografis ke teknologi. Re organisasi telah menghasilkan organisasi yang ramping, yang semula ada 8 jenjang pengambil keputusan menjadi 4 jenjang. Reorganisasi juga menyebabkan pengurangan karyawan sebanyak kurang lebih 16 ribu, pengurangan karyawan telah berhasil tanpa menimbulkan gejolak. Dana untuk pengurangan karyawan diperoleh dari Pemerintah berupa Penyertaan Modal Pemerin tah sebesar Rp.113 milyard.
2. Relokasi ialah memindahkan Kantor Pusat dari Jakarta ke Pangkalpinang guna percepatan pengambilan keputusan, pengu rangan biaya overhead dan meningkatkan kebersamaan. Reloka si dapat dilakukan lebih cepat dari pada jadwal yang diren canakan.
3. Penglepasan asset yang tidak berkaitan dengan core business bertujuan untuk mengkonsentrasikan aktivitas perusahaan hanya pada bidang yang berkaitan dengan produksi timah, mengurangi beban usaha dan pengembangan ekonoiiii wilayah. Penglepasan asset dilakukan dengan hibah kepada Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah, dialihkelolakan, kerja sama operasi, dijual kepada BUMN lain dan Swasta.
4. Rekonstruksi alat produksi dan sarana pendukungnya bertuju an meningkatkan efisiensi teknis. Program rekonstruksi telah berhasil merekondisi seluruh Kapal keruk, pembukaan satu bengkel yang modern dan pemasangan sarana komunikasi melalui satelite.
Meskipun restrukturisasi telah berhasil mempertahankan hidup perusahaan dan meningkatkan daya saing, namun ada ekses ekses yang menyedihkan, terutama di wilayah yang ditinggalkan. Mengingat bahan galian adalah asset yang tak dapat diganti, hendaknya perusahaan dan pemerintah bekerja sama dalam me nyusun perencanaan jangka panjang berkaitan dengan usaha pertambangan dan dampaknya bagi masyarakat sekitarnya. Kasus PT Tambang Timah ini dapat dijadikan pelajaran bagi perusahaan BUMN ma upun swasta yang berniat untuk melakukan restrukturisasi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susanti
"Alasan dan tujuan penelitian ini adalah memberikan sumbangan pengetahuan mengenai kondisi persaingan perusahaan saat ini, masalah-masalah yang menghambat dan bagaimana masalah tersebut dapat mempengaruhi daya saing perusahaan serta peranan Total Quality Management untuk membantu perusahaan mengatasi hambatan-hambatan tersebut dan meningkatkan daya saing. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian lapangan yang meliputi observasi, wawancara dan membandingkan rancangan sistem dengan pelaksanaannya serta metode penelitian kepustakaan. Hasil penelitian yang diperoleh ialah perusahaan saat ini makin menghadapi persaingan yang ketat. Kualitas adalah kunci utama menuju sukses dan perbaikan yang berkesinambungan harus mulai diterapkan dengan terencana untuk dapat meningkatkan kualitas produk. Masalah perlu dicari penyebabnya dengan analisa yang mendalam. Masalah yang sangat mempengaruhi daya saing perusahaan saat ini adalah masalah kualitas yaitu bagaimana perusahaan dapat memproduksi sesuai produk sesuai dengan keinginan konsumen termasuk di dalamnya waktu pengiriman yang tepat. Perbaikan tidak dapat dilakukan hanya pada bagian tertenu tapi secara menyeluruh. Kesimpulan dan saran yang diberikan adalah bahwa perusahaan saat ini sedang dalam tahap perbaikan tetapi perbaikan yang dilakukan perlu dievaluasi keefektifannya dan perlu dianalisa lebih lanjut masalah-masalah yang tampaknya tidak ada jalan pemecahannya selama bertahun-tahun. Disarankan untuk meningkatkan sistem informasi untuk dapat menyediakan informasi yang lebih tajam untuk menemukan adanya masalah, penyebabnya dan penyelesaiannya. Diperlukan kerjasama yang terkoordinasi secara menyeluruh dari semua karyawan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S19054
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryadi Adipranata
"Strategic Cost Management merupakan suatu konsep pemikiran yang mendasari sistem akuntansi manajemen yang dapat membantu manajemen dalam mencapai keunggulan kompetitif yang berkesinambungan dengan menggunakan strategi yang sesuai. Terdapat tiga strategi dasar yang dapat diterapkan, yaitu low cost, diferensiasi dan fokus. Strategi yang diterapkan PT X adalah diferensiasi yaitu memberikan produk yang berkualitas dan pengiriman yang tepat livaktu. PT X memiliki 6 aktivitas utama, yaitu aktivitas pembelian, produksi, pemasaran, riset dan pengembangan, administrasi dan pengendalian mutu. Penerapan strategi diferensiasi pada aktivitas pembelian adaiah membina hubungan yang baik dengan pemasok yang ada serta menekankan pada manajemen mute yang balk untuk memperoleh bahan baku yang berkualitas balk dan tepat pada waktunya. Penerapan strategi diferensiasi pada aktivitas produksi lebih ditekankan pada faktor efisiensi dan efektivitas produksi dan faktor kualitas produk. Penerapan strategi diferensiasi pada aktivitas pemasaran adalah melakukan kegiatan promosi produk dengan mengikuti berbagai pameran yang bertujuan untuk menjaga hubungan yang baik dengan para konsumen serta untuk menunjukkan bahvva produk yang dihasilkan telah memenuhi standar kualitas yang tinggi. Penerapan strategi diferensiasi pada aktivitas rriset dan pengembangan ditekankan pda kegiatan yang akan memberikan manfaaat dalam penurunan biaya produksi dan peningkatan kualitas produk. Penerapan strategi diferensiasi pada aktivitas pengendalian mutu ditujukan untuk meningkatkan pengendalian mutu secara preventif pada berbagai tahap produksi. Penerapan strategi diferensiasi pada aktivitas administrasi ditujukan untuk meningkatkan kualitas, pengalaman dan keahlian dalam pemrosesan informasi sehingga dapat memberikan informasi yang berharga secara tepat waktu dan tegat guna, meningkatkan mutu atau kualitas tenaga kerja, yang secara tidak langsung juga akan meningkatkan efisiensi produksi serta kualitas produk yang dihasilkan. Kerjasama yang baik antar akitivitas utama juga penting dalam menunjang strategi perusahaan. Penerapan strategic cost management mendorong PT X untuk mengambil berbagai langkah-langkah strategis sehingga Perusahaan dapat unggul dalam persaingan dengan menghasilkan produk yang berkualitas dan pengiriman barang yang tepat tivaktu, yang pada akhirnya akan menuju kepada tercapainya tujuan Perusahaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agust Achirudin
"PT. Pola Gondola Adiperkasa (PT PGA) adalah perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang building maintenance unit atau biasa disebut dengan gondola system yaitu suatu alat bantu angkut untuk pekerja membersihkan bagian luar dari high rise building (gedung bertingkat tinggi). Sejalan dengan kesadaran akan pentingnya pemeliharaan dari suatu gedung bertingkat tinggi, membawa alat ini menjadi kebutuhan pokok pada setiap gedung. Alat ini dibuat berdasarkan pesanan, yang desainnya disesuaikan dengan arsitcktur gedung dimana alat tersebul akan dipasang, sehingga tidak ada kesamaan antara satu gondola satu gedung dengan gondola system di gedung lainnya. Dalam melakukan kegiatan usahanya, aktifitas utama perusahaan ini adalah membuat desain, merakit dan memasang gondola system di lapangan. Adapun untuk peiaksanaan produksi komponcn maupun unit gondola dilakukan olch produsen yang merupakan pemasok bagi perusahaan. Dengan jumlah dan kemampuan pemasok lokal yang terbatas, tingkat ketidakpastian pasokan menjadi tinggi, yang mengakibatkan keteriambatan penyerahan gondola. Sebaliknya Para pemasok Iuar negeri mempunyai kemampuan yang sangat baik. Perbedaan karaktcr pemasok ini mencerminkan perbedaan tingkat uncertainty pada sisi supply. Dengan berpedoman pada Hau L. Lee's Uncertainty framework, diketehui model supply chain yang sesuai dengan karakteristik produk gondola ada dua yaitu efficient supply chain untuk imported permanent gondola dan risk-hedging supply chain untuk lokal permanent dan temporary gondola. Model supply chain ini merupakan slrategi bersaing perusahaan dalam memenuhi permintaan. Untuk dapat menjadi model supply chain yang unggul, maka hares diteliti setiap aktifitas pada supply chain supaya tidak ada kegiatan yang menghambat proses supply chain sccara keseluruhan.
Melalui penelitian aktifitas saat ini, diketahui terdapat lima proses yang menjadi faktor penentu keberhasilan proses supply chain PT. PGA. Kelima faktor terscbut adalah proses engineering, fabrikasi, assembly, delivery dan insialasi. Dari kclima faktor ini. aktilitas pada proses engineering menjadi dasar dalam mcnetukan konligurasi supply chain perusahaan. Aktifitas engineering yang dimaksud adalah pembuatan gambar fabrikasi. Output dari proses engineering ini menjadi faktor penentu dalam meningkatkankan kinerja supply chain, karcna dengan gambar fabrikasi, perusahaan dapat rnembagi unit gondola menjadi bagian-bagian yang Icbih kecil berupa komponenkomponen. Dengan demikian akan memudahkan dalam rnendapatkan pasokan dan pemasoknya.
Keterlambatan penyelcsaian pckerjaan saat ini sebesar 32,5% discbabkan olch kurangnya kemampuan supply chain balk dalam proses engineering, produksi serta terbatasnya jumlah pemasok. Melalui perbaikan pada proses engineering dalam pembuatan gambar fabrikasi yang dilanjutkan dengan konfigurasi supply chain yang bar,. memungkinkan ditingkatkannya kapasitas, kualitas produksi dan jumlah pemasok schingga keterlambatan dapat ditekan menjadi 10% dari total proyek yang harus diselesaikan. Perubahan pola aktilitas ini, dimana sclanjutnya unit gondola di standarisasikan dan dibuat dalam bentuk komponen-komponen yang kemudian dirakit oleh perusahaan maka kegiatan ini memerlukan lebih hanyak sumber daya dari pada sebelumnya. Oleh sebab itu, perusahaan harus mempersiapkan sumherdaya untuk proses perakitan sehingga seluruh proses supply chain dapat bcrjalan sebagaimana yang diinginkan.

PT Pola_ Gondola Adiperkasa (PT PGA) is a privately owned company that produces building maintenance unit, or more commonly known as gondola system, a support system which assist workers to clean the outside of a high rise building. In line with the awareness of the importance of a high rise building maintenance, this product becomes a necessity in each building. The product is made based on order, to suit the architecture design of the building where the unit is to be installed, therefore the design of each gondola is not identical between one gondola for one building with the gondola of another building. The main activity of PT PGA is in designing, assembling and installing gondola system. The production of the component and the gondola unit is done by producer or supplier of P1' PGA. The small number of local supplier and their limited ability has caused high uncertainty in the supply and often lateness in the completion of the unit. On the other hand, overseas suppliers have better ability to supply the unit. The difference in the characteristic of the supplier reflects the difference in the uncertainty from the supply side. With reference to Hau L. Lee's "Uncertainty Frameworks", it is known that there are 2 (two) supply chain model that fit the characteristic of the gondola products, that is: efficient supply chain for imported permanent gondola and risk-hedging supply chain for local permanent and temporary gondola. These supply chain model become P7' PGA's competitive strategy in meeting demand. 'I'o become a competitive supply chain, each activity in the supply chain must be carefully examined to ensure that no activity is hampering the supply chain process as a whole.
Based on the careful examination of the current process, it is known that there are 5 (five) process which determine the success of P'1' PGA's supply chain process. These five processes are: engineering, fabrication, assembly, delivery and installation. From these five processes, the activity in the engineering process determine the configuration of the supply chain of the company. The engineering activity mentioned here is the drawing of the fabrication of the gondola unit. The output of this engineering process become the determining factor in the improvement of the performance of the supply chain, because based on the fabrication drawing, the company can then split the gondola unit into smaller components, and hence made it easier to find supply and the supplier.
Delay in the completion of work is caused 32.5% by the inadequacy of the supply chain, be it in the engineering process, production or the limitation in the number of supplier. Improvement of the engineering process, that is in the drawing of the fabrication and then continued with new configuration of the supply chain, may make it possible to improve the capacity, quality of production and the number of supplier involved, therefore delay can be minimized to 10% from the total project that must be completed. These changes in activity, where a gondola unit is standardized and made from components which then assembled by the company requires more resources than previously. Therefore the company must prepare enough resources to process the assembly so that the whole supply chain process can work as expected.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18246
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Kristiyanto Wahyu Indriya
"Kesulitan membayar kewajiban akibat utang dalam mata uang asing yang terdepresiasi dapat diselesaikan melalui restrukturisasi utang yang bertujuan untuk mengurangi beban cicilan pokok dan bunga sehingga meningkatkan kinerja keuangan di kemudian hari.
PT Bakrie & Brothers Tbk melakukan restrukturisasi atas utangnya sebesar US$ 1 miliar dalam rangka mengurangi beban cicilan pokok dan bunga. Pola yang dilakukan adalah dengan penjadualan kembali, pengalihan utang dengan aset, pengalihan utang menjadi penyertaan saham dan pemotongan utang pokok dan utang bunga. Dengan pola tersebut, kinerja keuangan perusahaan diharapkan menjadi semakin baik.
Restrukturisasi utang yang dilakukan oleh PT Bakrie & Brothers Tbk tidak memperbaiki kinerja keuangan bagi semua pihak yang berkepentingan (manajemen, pemegang saham dan kreditur). Hal ini dapat terjadi karena restrukturisasi utang hanya memperbaiki struktur modal (capital structure) tanpa mempengaruhi kinerja operasional.
Restrukturisasi utang dapat terlaksana karena adanya peran pemerintah yang menyeimbangkan posisi tawar menawar antara debitur dan kreditur, adanya rangsangan berupa insentif pajak dan adanya lembaga Pengadilan Niaga yang yang menjamin proses berjalan secara terbuka dan adil. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa peraturan yang dapat menghambat proses restrukturisasi utang terutama berkaitan dengan pengalihan utang dengan aset seperti yang dialami oleh PT Bakrie & Brothers Tbk untuk mengalihkan PT Arutmin Indonesia kepada pihak asing. Kondisi lain yang bisa menghambat proses restrukturisasi adalah kondisi ekuitas perusahaan yang sudah negatif atau mengalami defisiensi modal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T11409
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lien Lien Anggrahini
"Penelitian dilakukan dalam rangka meemnuhi sebagian syarat guna memperoleh gelar kesaijanaan. Disamping itu tujuan lainnya adalah untuk mencari alternatif perbaikan kualitas pelayanan dalam manajemen waktu dan biaya serta peningkatan daya saing perusahaan. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif analitis dengan melakukan riset lapangan yaitu penelitian langsung ke perusahaan yaitu PT AUTO 2000 yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Disamping itu juga melakukan riset perpustakaan yaitu dengan mencari dan memahami literatur-literatur yang berhubungan dengan tujuan dan tema penelitian. Melalui studi kasus yang telah dilakukan penulis, dapat dibuktikan bahwa metode Time Based Competition yaitu metode manajemen yang menekankan pada persaingan dalam waktu telah berhasil meningkatkan kualitas pelayanan dan daya saing perusahaan. Konsep Time Based Competition adalah konsep yang yang bertujuan menciptakan keunggulan bersaing melalui kecepatan pelayanan dengan manajemen waktu yang efisien dan efektif. Dan dalam pelaksanaannya PT AUTO 2000 melakukan perpaduan dengan konsep Total Quality Control yaitu konsep pengendalian kualitas yang .mengikutsertakan setiap personil dalam siklus pelayanan melalui gugus-gugus kendali mutu (QCC/QCP) sehingga waktu pelayanan dapat dipersingkat dan mutu tetap dapat dipertahankan. Dan pada akhirnya juga akan menyebabkan penghematan biaya dan peningkatan laba perusahaan. Kesimpulan yang penulis dapatkan dari penelitian ini adalah bahwa perpaduan konsep Time Based Competition dan Total Quality Control memberikan peningkatan kualitas pelayanan sehingga kepuasan konsumen meningkat. Disamping itu biaya juga dapat ditekan dan akhirnya keunggulan kompetisi dapat diraih."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
S19104
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Misna Ariati
"ABSTRAK
Dalam penulisan ini, penulis mencoba menganalisa kondisi suatu perusahaan
ditinjau dari aspek knowledge management dan aspek psikologi, serta menerapkan
teori-teori knowledge management dan teori-teori psikologi yang terkait, guna
mendapatkan solusi dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh
perusahaan, khususnya perusahaan engineering dan konstruksi.
Penulis mengambil contoh kasus pada salah satu perusahaan EPC nasional
mengenai pencapaian Organizational Knowledge Création untuk meningkatkan
daya saing perusahaan melalui pendekatan Knowledge Management khususnya
dengan peningkatan Budaya Knowledge Sharing dan Intervensi HR pada individu
dan kelompok.
Pembahasan dimulai dengan analisa organisasi menggunakan Strategy Map
(Kaplan & Norton) yang diketahui pokok permasalahan terletak pada Internal
Perspective dan Leaming and Growth Perspective.
Untuk mengetahui seberapa jauh knowledge process yang telah terjadi di
PTN, dilakukan analisis Enabler Condition. Selanjutnya dianalisa bagaimana
Knowledge Conversion terjadi yang meliputi Sosialisasi, Eksternalisasi, Kombinasi,
dan Internalisasi.
Berdasarkan hasil analisa di atas, ditemukan pokok-pokok permasalahan
yang perlu diperbaiki. Adapun usulan-usulan perbaikan akan dikategorikan menjadi
3 Alternatif Tujuan KM Project (Davenport) yaitu Knowledge Création
Repositories, Improve Knowledge Access and Transfer, dan improve Knowledge
Culture and Environment. Dalam menentukan alternatif perbaikan yang diusulkan,
alternatif-alternatif penyelesaian dinilai berdasarkan Tingkat Efektivitas, Dana, dan
Kemudahan.
Pada akhirnya penulis merekomendasikan alternatif ke 3, yaitu Improve
Knowledge Culture and Environment sebagai program awal untuk pemecahan
masalah meningkatkan daya saing perusahaan melalui pencapaian Organizational
Knowledge Création."
2007
T38146
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pudji Samekto
"PT Timah periode 1991-1995 dinilai berhasil melaksanakan pemulihan daya saing global dan perubahan budaya kerja melalui program restrukturisasi dengan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 17.000 orang relatif tanpa gejolak. Namun dalam waktu lima tahun kemudian perusahaan mengalami penurunan daya saing. Memburuknya kinerja tersebut salah satunya adalah adanya tambahan pasokan timah dunia dari tambang liar di kawasan Bangka, Indonesia. Karena berpotensi merugi, maka pada tahun 2001 perusahaan berencana melaksanakan restrukturisasi lagi dengan PHK sebanyak 3.750 orang, seolah PHK sesuatu yang wajar terjadi dalam upaya pemulihan daya saing. Restrukturisasi jilid kedua diinterpretasikan sebagai ancaman pengulangan PHK besar-besaran seperti sebelumnya.
Penurunan daya saing dan rencana PHK jilid kedua menjadi pertanyaan besar atas mitos keberhasilan restrukturisasi 1991-1995. Dengan demikian mites keberhasilan yang tertuang dalam teks, laporan manajemen, makalah seminar, case study maupun berita di media-massa tentang pemberitaan restrukturisasi PT Timah perlu didekonstruksi untuk mengungkap keberhasilan sesungguhnya. Selama ini keberhasilan restrukturisasi merupakan hasil pemaknaan oleh manajemen atau Direksi atau pihak yang menguasai. Sedangkan suara dari orang-orang bawah/ karyawan perusahaan/ pihak-pihak yang berkepentingan atau pihak yang dikuasai belum pernah diungkapkan dan dikritisi. Tujuan penelitian adalah mengungkap bagaimana PT Timah Tbk melakukan pemulihan daya saing global melalui program restrukturisasi 1991-1995 dengan PHK. Dan bagaimana sebaiknya langkah-langkah pemulihan daya saing melalui restrukturisasi tanpa harus melakukan PHK.
Penelitian posmodern ini ditujukan untuk mendekonstruksi mites keberhasilan restrukturisasi dalam konteks sosial. Mendekonstruksi berarti melakukan pembongkaran atas mitos-mitos keberhasilan restrukturisasi. Tujuannya untuk melacak dan mengetahui konstruksi awal atau yang pertama kali dengan maksud mengungkap apa yang ada di dalam dengan apa yang ada di luar teks meskipun pada akhirnya digunakan sebagai kritikal dan refleksivitas radikal (radical reflexivity).
Metode dekonstruksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Story deconstruction (Boje, 1994). Dalam dekonstruksi ini organisasi PT Timah dimetaforakan sebagai sebuah panggung sandiwara (Boje,1999), ada skenario utama, improvisasi, cerita di balik panggung serta penonton yang melihat pertunjukan tersebut. Dengan demikian ada narasi, teks, kata-kata, kalimat ataupun cerita yang kontradiktif, bias, tersembunyi dan belum terungkap yang akan dituturkan kembali.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa restrukturisasi1991-1995 secara ekonomi belum menghasilkan prestasi signifikan bagi shareholders, terbukti terjadi penurunan daya saing kembali. Bahkan terjadi manipulasi perhitungan sasaran teknis restrukturisasi. Terjadi PHK besar-besaran, sebaliknya terjadi dukungan luar biasa terhadap perubahan. Sehingga lebih bermakna keberhasilan dalam menjual konsep terhadap pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders). Kebijakan restrukturisasi juga merupakan paket pembenaran melakukan PHK yang dibungkus kemasan cantik konsep Business Process Reengineering dengan melepas aset non produktif. Dukungan pihak eksternal sangat kuat karena faktor lobi-lobi dan pelibatan lembaga-lembaga tinggi negara termasuk lembaga internasional Bank Dunia.
Penolakan rencana restrukturisasi jilid kedua bermakna kegagalan dalam menjual konsep penyelamatan perusahaan kepada stakeholders. Program penyehatan yang diusulkan merupakan tahapan lanjutan berupa penyadaran dan perawatan melalui pemberdayaan usaha -- perubahan orientasi untuk bertindak perbaikan berdasarkan dorongan internal dan pasar, rekayasa ulang proses usaha -- meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses kegiatan usaha dan biaya, serta pengembangan usaha berdasarkan kompetensi inti yang dimiliki dan dikuasai. Program penyehatan memerlukan gaya kepemimpinan spiritual untuk memberdayakan karyawan agar mampu bereaksi cepat beradaptasi terhadap perubahan. Penghargaan dan pengakuan perlu diberikan sebagai penghargaan atas prestasi dan kontribusi karyawan kepada perusahaan.
Dewasa ini banyak terjadi pergeseran paradigma. Konsep reengineering tidak lagi harus dibaca sebagai proses tekno-ekonomi melainkan harus dipahami sebagai proses sosio-teknis yang melibatkan spiritualisasi manajemen dan emosional organisasi dalam konteks sosial. Pelibatan stakeholders berdampak pada keputusan yang berkeadilan dan diterima semua pihak. Perlu mengedepankan harmonisasi hubungan, karena keunggulan organisasi tidak cukup ditentukan oleh ekonomi skala, namun kombinasi ekonomi skala, ekonomi lingkup dan ekonomi waktu."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13846
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S9084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niftira Jalanti Hanif
"Kualitas yang buruk ternyata menimbulkan biaya yang besar. Berdasarkan kenyataan tersebut, perusahaan mulai merasakan pentingnya untuk mengevaluasi quality cost. Sebagian besar perusahaan mengelompokkan quality cost ke dalam empat kategori besar, yaitu: internal failure cost, external failure cost, prevention cost dan appraisal cost. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan quality cost merupakan hal yang sulit, karena sistim akuntansi yang ada belum memungkinkan untuk menelusuri quality cost secara langsung. Oleh karena itu hams dilakukan estimasi dan perlu dukungan dari semua pihak di dalam perusahaan. Pada PT. Waskita Karya Cabang IV, penghitungan dan pengevaluasian quality cost akan lebih bermanfaat bila dilakukan per proyek, karena setiap proyek memiliki karakteristik khusus. Penulis menyarankan agar disusun anggaran quality cost sebelum proyek dimulai, dan membuat quality cost report secara periodik, agar dapat meningkatkan perencanaan dan pengendalian terhadap biaya yang harus dikeluarkan, untuk memperoleh kualitas yang di inginkan. Dengan pengendalian quality cost yang baik, perusahaan dapat menekan biaya yang harus dikeluarkan dan mengendalikan kualitas basil pekerjaannya, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Satu hal yang hams diingat adalah bahwa quality cost bukanlah merupakan langkah strategis untuk mengatasi masalah kualitas. Quality cost hanya merupakan alat manajemen untuk melakukan pengukuran dan penganalisaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18890
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>