Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5594 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Barling, Julian
"Research over the past decade has begun to show the many ways in which work affects sleep, and sleep affects work; this book brings all these research findings together in a state-of-the-art review. The book opens with a chapter on sleep disorders meant to ground organizational researchers in the science of sleep. Workplace issues that have benefitted from research for decades, such as shift work, occupational safety and road and transportation are covered in detail. In addition, emerging topics such as the intersection of sleep and work stress and non-work experiences, mood and emotions, energy management, unethical behaviors and work withdrawal (e.g., absenteeism) are considered in detail. Given the changing demographic composition of many workplaces, a separate chapter focuses on sleep and older workers. The book concludes with a consideration of how this information must now be integrated into the curricula of all business programs to enhance the practice of management, and individual and organizational functioning."
Oxford: Oxford University Press, 2016
e20470538
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Nida Rohadatul A’isy
"Sektor pendidikan masih menjadi sektor pekerjaan yang secara konsisten menerapkan metode Bekerja Dari Rumah (BDR) untuk meminimalkan transisi Covid-19 di kalangan tenaga pendidik dan peserta didik. Metode BDR memungkinkan guru memiliki lebih banyak waktu yang dapat dialokasikan untuk istirahat atau tidur, maka lama waktu BDR dengan kualitas tidur pada guru SMA di Kota Bandung. Penelitian ini adalah penelitian kuanttitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Pengambilan data penelitian ini menggunakan teknik stratified random sampling. Sampel pada penelitian ini sebanyak 104 orang guru SMA di Kota Bandung. Penelitian ini berlansung saat masa pandemi Covid-19 sehingga pengambilan data dilakukan secara daring. Peneliti menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini didominasi oleh responden yang memiliki lama atau jam kerja BDR ≤ 40 jam per minggu sebanyak 86 orang (82.7%) dengan selisih 65,4% dari responden dengan jam kerja BDR > 40 jam per minggu sebanyak 18 orang (17,3%). Sebanyak 42 orang (48,8%) guru SMA dengan lama BDR ≤ 40 jam per minggu memiliki kualitas tidur baik dengan selisih 2,4% dari guru dengan lama BDR yang sama namun memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 44 orang (51,2%). Di sisi lain, sebanyak 3 orang (16,7%) guru SMA dengan lama BDR > 40 jam per minggu memiliki kualitas tidur baik dengan selisih 66,6% dari guru dengan lama BDR yang sama namun memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 15 orang (83,3%). Hasil uji kai kuadrat atau Pearson Chi-Square menunjukkan nilai signifikansi 0,012 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama BDR dengan kualitas tidur guru SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung. Penelitian ini masih dapat dikembangkan dengan memperluas jangkauan responden sehingga variasi dalam populasi pekerja terutama tenaga pendidik atau guru lebih terlihat atau dengan menambahkan faktor-faktor lain yang berkaitan dengan metode kerja BDR dan kualitas tidur.

The education sector is still the employment sector that consistently applies for the Work From Home (WFH) method to minimize the Covid-19 transition among educators and students. The WFH method allows teachers to have more time that can be allocated for rest or sleep, so the length of time for WFH is related to the quality of sleep for high school teachers in Bandung. This study is a quantitative study with a cross-sectional research design. The data collection of this research used a stratified random sampling technique. The sample in this study was 104 high school teachers in the city of Bandung. This research took place during the Covid-19 pandemic, so data collection was done online. Researchers used the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire. The results showed that the respondents in this study were dominated by respondents who had WFH working hours 40 hours per week as many as 86 people (82.7%) with a difference of 65.4% of respondents with WFH working hours > 40 hours per week as many as 18 people. (17.3%). A total of 42 people (48.8%) high school teachers with a WFH duration of 40 hours per week had good sleep quality with a difference of 2.4% from teachers with the same WFH duration but had poor sleep quality as many as 44 people (51.2%). On the other hand, as many as 3 people (16.7%) high school teachers with WFH duration > 40 hours per week had good sleep quality with a difference of 66.6% from teachers with the same WFH duration but had poor sleep quality as many as 15 people (83,3%). The results of the Pearson Chi-Square show a significance value of 0.012 <0.05 so it can be concluded that there is a significant relationship between the length of WFH and the sleep quality of public and private high school teachers in Bandung. This research can still be developed by expanding the range of respondents so that variations in the working population, especially educators or teachers, are more visible or by adding other factors related to WFH work methods and sleep quality. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joni Fiter
"Pendahuluan: Pekerja gilir memiliki risiko gangguan tidur akibat kerja gilir karena terganggunya irama sirkardian. Pemberian melatonin diyakini dapat mengatasi masalah ini. Tujuan dari laporan kasus berbasis bukti ini adalah untuk menentukan efektivitas pemberian melatonin dalam mengatasi gangguan tidur akibat kerja gilir.
Metode: Pencarian literatur dilakukan melalui PubMed, Scopus dan Cochrane. Kriteria inklusi adalah RCT, tinjauan sistematis, pekerja gilir/pekerja malam dengan gangguan tidur, pemberian melatonin dan plasebo, dan hasil luaran gangguan tidur. Kemudian dilakukan telaah kritis dengan menggunakan kriteria yang relevan dari Oxford Center for Evidence-based Medicine.
Hasil: Telah dipilih dua artikel yang relevan dan valid. Tinjauan sistematis dan meta-analisis oleh Liira J, dkk (2014) menyatakan bahwa total waktu tidur pada hari berikutnya pada kelompok melatonin adalah 24,34 menit lebih lama daripada plasebo. Total waktu tidur pada malam berikutnya pada kelompok melatonin adalah 16,97 menit lebih lama dari plasebo. Melatonin meningkatkan kewaspadaan selama kerja gilir malam. Tidak ada perbedaan efek samping antara plasebo dan melatonin. Sebuah RCT oleh Sadeghniiat-Haghighi K, dkk (2016) menyatakan bahwa efisiensi tidur melatonin secara statistik meningkat sekitar 2,96%. Latensi onset tidur melatonin membaik secara statistik sekitar 6,6 menit.
Kesimpulan: Melatonin dapat dipertimbangkan sebagai pilihan untuk mengatasi gangguan tidur akibat kerja gilir, terutama untuk meningkatkan total waktu tidur. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan kualitas yang lebih baik.

Introduction: Shift workers have a risk of shift work sleep disorder because of circardian rhythm disturbing. Melatonin administration is believed to overcome this issue. The purpose of this evidence-based case report was to determine the effectiveness of melatonin to overcome shift work sleep disorder.
Method: The literature search was conducted through PubMed, Scopus and Cochrane. Then, they were critically appraised using relevant criteria by the Oxford Center for Evidence-based Medicine.
Results: Two relevant and valid articles were included. A systematic review and meta-analysis by Liira J, et al (2014) states that total sleep time in the next day on melatonin group was 24.34 minutes longer than placebo. Total sleep time in the next night on melatonin group was 16.97 minutes longer than placebo. Melatonin increased alertness during the night shift work. The side effects were not differ between placebo and melatonin. One RCT by Sadeghniiat-Haghighi K, et al (2016) stated that sleep efficiency of melatonin was statistically improved about 2.96%. Sleep onset latency of melatonin was statistically improved about 6.6 minutes.
Conclusion: Melatonin can be considered as an option for overcoming shift work sleep disorder, especially for increasing total sleep time. Further researches with better quality are recommended."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Egy Septiyadi
Jakarta: Restu Agung, 2005
616.849 82 EGY t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rayleigh Ping-Ying Chiang
"This book, provides a comprehensive reference volume to the latest advancements in the area of sleep technology. It offers an excellent range of insights and opinions from leading researchers and experts in multiple disciplines spanning academia, clinical practice and industry. Up-to-date insights into the current research topics in this field are featured in addition to the latest technological advances with reference to appropriate working examples.
The current book combines the five dimensions of knowledge, i.e., sleep medicine, clinical psychology engineering, industrial design and technology management to ensure the content is applicable to people's daily lives."
Dordrecht: [;Springer, Springer], 2012
e20410730
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Haveleia
"Ulkus Diabetikum menyebabkan berbagai gangguan kenyamanan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kualitas tidur dan faktor-faktor yang mempengaruhi pada pasien ulkus diabetikum. Desain penelitian menggunakan cross-sectional dengan sampel 97 pasien ulkus diabetikum. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara kualitas tidur subjektif dengan kualitas tidur yang diukur menggunakan PSQI p: 0,001. Faktor yang mempengaruhi tidur yaitu penghasilan p: 0,014, tingkat stress p: 0,001, medikasi p: 0,026, tingkat nyeri p: 0,048, dan diet p: 0,009. Penelitian menunjukkan pentingnya melakukan pengkajian kualitas tidur dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi untuk mengatasi masalah tidur pasien ulkus diabetikum.

Diabetic ulcer cause various comfort disorders. This research was to identify sleep quality and factors that influence in patients with diabetic ulcer. This research design used cross sectional study with a sampel of 97 diabetic ulcer patients. The results showed that there was a significant difference between subjective sleep quality and sleep quality measured using PSQI p 0,001. Factors that affect sleep are income p 0,014, stress levels p 0,001, medications p 0,026, pain levels p 0,048, and diet p 0,009. The results of this study indicate that the importance of conducting sleep quality assessment with factors that influence to overcome sleep problems in diabetic patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68189
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ilhan Khazin
"Tidur merupakan hal yang penting bagi manusia untuk bertahan hidup, bahkan tidur menghabiskan sepertiga dari hidup manusia. Kejadian kurang tidur saat ini menjadimasalah yang umum terjadi di sekolah menengah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di berbagai sekolah menengah atas di Indonesia menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kualitas tidur yang buruk lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang memiliki kualitas tidur yang baik. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi apakah terdapat hubungan antara sikap, dukungan sosial, efikasi diri, niat, dan praktik sleep hygiene dengan kualitas tidur pada remaja di SMA Negeri 21 Kota Bekasi dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 288 responden yang terdiri dari kelas 10 dan kelas 11. Penelitian yang dilakukan menunjukkan sebagian remaja di SMA Negeri 21 Kota Bekasi memiliki sikap, dukungansosial, efikasi diri, niat, dan praktik sleep hygiene yang baik tetapi memiliki kualitas tidur yang buruk. Hal ini dikarenakan untuk memiliki kualitas tidur yang baik, diperlukan adanya kesadaran dan praktik untuk menerapkan hal-hal yang dapat meningkatkan kualitas tidur. Sebanyak 191 responden (66,3%) memiliki kualitas tidur yang buruk. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara efikasi diri dan praktik sleephygiene dengan kualitas tidur, yang artinya siswa dengan efikasi diri dan praktik sleep hygiene yang baik maka kualitas tidurnya akan baik. Sementara pada sikap, dukungan sosial, dan niat tidak menunjukkan adanya hubungan dengan kualitas tidur. Oleh karena itu, diperlukan adanya edukasi maupun program kesehatan untuk meningkatkan kualitas tidur pada remaja.

Sleep is essential for humans to survive, even it takes one-third of human life. Sleep deprivation is now a common problem in middle school students. Based on research conducted in various high schools in Indonesia, It shows that more students have poor sleep quality than students who have good sleep quality. This research was conducted to identify a possible relationship between attitudes, social support, self-efficacy, intentions and sleep hygiene practices with sleep quality in adolescents at SMA Negeri 21 Bekasi. This study used a cross-sectional method. The sample used in this study was 258 respondents consisting of grades 10 and grade 11. The research conducted showed that some adolescents at SMA Negeri 21 Kota Bekasi have good attitudes, social support, self-efficacy, intentions, and sleep hygiene practices but have poor sleep quality, this is because to have good sleep quality, awareness and practices both needed to implement things that can improve sleep quality. 191 respondents or 66,3% had poor sleep quality. The results showed that there was a positive association between self-efficacy and sleep hygiene practices and sleep quality, which means that students with good self-efficacy and sleep hygiene practices will have good sleep quality. Meanwhile, attitudes, social support and intentions did not show a relationship with sleep quality. Therefore, education and health programs are needed to improve the quality of sleep in adolescents."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Idris
"Pekerjaan perawat di Rumah Sakit sangat bervariasi baik jenis dan jumlahnya, sehingga perawat memiliki beban kerja yang tinggi dan hal ini dapat menyebabkan kelelahan. Tujuan penelitian ini menjelaskan hubungan kualitas tidur dan shift kerja dengan kelelahan kerja. Metode penelitian semi kuantitatif yang bers i fat analitik dengan rancangan cross sectional. Tempat penelitian di RSUD kota Bekasi, dengan sampel 100 perawat. Pengukuran kelelahan menggunakan Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja dan Piitsburg Sleep Quality Index untuk kualitas tidur.
Analisis data univariat menunjukkan responden mengalami kelelahan sedang (83%), dan kualitas tidur buruk (71%), sedangkan hasil bivariat menggunakan nilai pearson correlation yang memiliki hubungan dengan kelelahan yaitu kualitas tidur dengan nilai p=0.009 (p value < 0.05), dan status kesehatan dengan nilai p=0.033. Kesimpulan kualitas tidur dan status kesehatan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kelelahan perawat di RSUD Kota Bekasi.

Hospital nurse jobs in highly variable both type and quantity, thus making the nurses have a high workload and this can lead to fatigue. The purpose of this study was to determine the relationship of shift work sleep quality and fatigue work. Semi-quantitative research methods with the analytic cross sectional design. Hospital research site in Bekasi city, with a sample of 100 nurses. Measurement of fatigue using the Fatigue Feelings Questionnaire Measuring Work and Piitsburg Sleep Quality Index for the quality of sleep.
Univariate analysis of the data showed respondents experienced moderate fatigue (83%), and poor sleep quality (71%), while the bivariate results using Pearson correlation values which are related to fatigue is sleep quality with p = 0.009 (p value of <0.05), and health status with p = 0.033. In conclusion, the quality of sleep and health status are factors that most influence the fatigue of nurses in hospitals Bekasi.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Nuraini
"Pada pasien pasca operasi, masalah sulit tidur merupakan masalah yang sering terjadi. Umumnya hal ini disebabkan karena nyeri (Kozier et all, 1995). Di Indonesia data tentang gangguan tidur pasca operasi belum ada, sehingga gambaran pasti tentang hal tersebut tidak diketahui. Hal ini mungkin disebabkan gangguan tidur tidak menjadi perhatian utama, sedangkan fungsi dari tidur adalah untuk sintesis pemulihan dan perilaku, waktu perbaikan tubuh dan otak (Kozier, et all, 1995).
Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan gangguan pola tidur pada pasien 2-11 hari pasca operasi dan tindakan yang sudah dilakukan pasien agar dapat memenuhi kebutuhan tidur. Penelitian ini menggunakan desain eksploratif yang dilakukan pada 50 orang pasien 2-11 hari pasca operasi di Instalasi Rawat Inap lantai 3,4,5 dan ruang rawat E-RIA RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Selain itu, penelitian ini mengacu pada "The SMH Sleep Questionnaire" dengan skala 1-5, 1 untuk nilai terburuk dan 5 untuk nilai terbaik.
Dari penelitian ini didapatkan hasil pada pasien dewasa awal (18-30 tahun): kesulitan untuk memulai tidur ("initial insomnia") dengan nilai 3,6, standar deviasi 1,4 dan untuk memulai tidur pasien perlu waktu rata-rata 1 jam 36 menit. Pada saat tidur pasien terbangun sekitar 2,7 kali; pasien yang terbangun dan sulit tidur kembali sebanyak 44 %; kualitas tidur rata-rata 3,35, standar deviasi 0,82. Jumlah jam tidur pads malam hari 6 jam 9 menit dan siang hari 1 jam 21 menit. Penyebab gangguan tidur umumnya berasal dari nyeri 34,5%, takut penyakit berulang 17,24%, cemas tidak kembali normal 10,34%, tindakan perawat 10,34%, demam 2% dan lain-lain (batuk, cemas pada keluarga di rumah, hujan, sulit ubah posisi dan sulit buang air) 27,58%.
Sedangkan pada pasien dewasa menengah (31-60 tahun) didapatkan hasil: kesulitan untuk memulai tidur ("initial insomnia") dengan nilai 3,41, standar deviasi 1,2 dan untuk memulai tidur pasien perlu waktu rata-rata 1 jam 7 menit. Pada saat tidur pasien terbangun sekitar 2,5 kali; pasien yang terbangun dan sulit tidur kembali sebanyak 40.62 %; kualitas tidur rata-rata 3, standar deviasi 0,92. Jumlah jam tidur pada malam hari 5 jam dan siang hari 50 menit. Penyebab gangguan tidur umumnya berasal dari nyeri 32,8%, takut penyakit berulang 15,52%, cemas tidak kembali normal 15,5%, tindakan perawat 3,5%, pusing 5,2%, demam 5,2%, dan lain-lain (sesak nafa.s, berkeringat, buang air kecil, perut kembung, pasien lain teriak/ngamuk, gatal di vagina, batuk, udara panas dan dingin, magh, tidak nyaman) 22,36%.
Manajernen pola tidur yang mereka lakukan antara lain: membentuk lingkungan yang nyaman 34,4%; medikasi 13,2%; melakukan kebiasaan sebelum tidur 11,8%; melakukan latihan 2 jam sebelum tidur 10,6%; makan tinggi protein dan menghindari kopi 7,2%; Massase atau pijat 5,2%; membersihkan dan mengeringkan kulit 9,9%; tidak melakukan apa-apa 4,6%; dikompres dan dikipas-kipas 2,6%; terapi sentuhan 2%; komunikasi yang baik 2%. Setelah dianalisa, ternyata manajemen pola tidur yang mereka lakukan masih kurang baik. Tentunya akan lebih baik bila perawat membantu pasien memenuhi kebutuhan tidurnya, seperti mengajarkan teknik relaksasi, guided imagery, batuk efektif, pengaturan jadwal tindakan perawat, dan lain-lain."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>