Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3185 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raihana Savira Pramesti
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perpetuasi supremasi kulit putih di film Star Wars: The Force Awakens, film ketujuh dalam seri film Star Wars. Walaupun Star Wars VII telah dirayakan sebagai film yang memberdayakan perempuan dan orang-orang selain kulit putih karena diperkenalkannya banyak pemain-pemain utama baru dan perempuan sebagai tokoh utama, rasisme masih ada dalam film ini. Dengan menggunakan teori CRT, penelitian ini menemukan bahwa karakter-karakter selain kulit putih dan makhluk luar angkasa memiliki karakteristik yang negatif, sedangkan karakter-karakter kulit putih digambarkan secara positif. Selain penggambaran yang berbeda, karakter-karakter kulit putih melakukan aksi rasis kepada karakter-karakter yang bukan kulit putih, sedangkan karakter-karakter kulit putih menunjukan sikap yang sopan dan santun kepada sesamanya dalam berinteraksi dengan satu sama lain. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa karakter-karakter bukan kulit putih menjadi bawahan karakter-karakter kulit putih untuk mewujudkan keinginan karakter-karakter kulit putih. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa dengan adanya perbedaan penggambaran, perbedaan sikap, dan subordinasi karakter-karakter bukan kulit putih, supremasi kulit putih diperkuat dalam film ini.

b>ABSTRACT
This research aims to scrutinize white supremacy perpetuation in Star Wars The Force Awakens, the seventh movie on the franchise. Even though Star Wars VII has been celebrated as an empowering movie for women and people of color due to the debut of new main characters and a female as the protagonist, racism is still a prevalent issue in this movie. By using critical race theory CRT , the research found that people of color and extra terrestrials characters embody negative characteristics, while the whites are positively portrayed. Besides the distinguishable portrayals, the white characters do racist acts to the non white characters, whereas the whites show positive attitude in interacting with one another. Furthermore, the study learns that the white need the non white as their subordinates in order to fulfill the white rsquo s goals. Thus, it can be concluded that with the distinct portrayals, different attitude, and subordination of the non white, white supremacy is strengthened in this movie. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Merry Tinezia Hanny
"Get Out 2017 adalah film Hollywood yang mengungkap elemen-elemen dari rasisme kulit putih white racism di dalam kisah mengenai Chris, seorang tokoh Afrika-Amerika, ketika ia pertama kali datang mengunjungi keluarga kekasih kulit putihnya. Get Out menempatkan fokus utamanya pada objektifikasi orang kulit hitam blackness mdash;dengan mengambil pendekatan yang berbeda dari film-film bertema rasisme lainnya melalui sebuah cerita horor. Dengan melakukan analisis tekstual dan menggabungkan beberapa kerangka teori, studi ini bertujuan untuk mencapai sasaran utama, yaitu menyelidiki bentuk-bentuk rasisme yang terjadi di film ini melalui sudut pandang seorang pemeran utama Afrika-Amerika.

Get Out 2017 is a Hollywood film that discloses the elements of white racism within the story about Chris, the African-American protagonist, when he comes to visit the family of his white American girlfriend for the first time. Get Out presumes to put its main focus on the objectification of blackness mdash;while it goes in the opposite direction from most racism-themed films by using a horror genre to complement its storytelling. By conducting a textual analysis and incorporating several theoretical frameworks, this study focuses on its mark, that is, the aim of achieving a key objective to delve into how the acts of white racism are told through the viewpoint of the African-American lead in the movie.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fatahillah Dudayev
"This Is England 2006 adalah sebuah film inggris yang mengungkapkan permasalahan terhadap apayang dipercayai orang banyak mengenai cabang kebudayaan skinhead. Film ini sendiri berceritamengenai anak berumur 12 tahun bernama Shaun yang bergabung ke beberapa kelompok skinhead.Tidak seperti film bertema rasis kebanyakan, This Is England 2006 tidak hanya menampilkan satutipe kelompok. Film ini mempermasalahkan kepercayaan tentang seperti apa skinhead itu denganmerepresentasikan dua kelompok yang berbeda dalam cabang kebudayaan tersebut. Dengan melakukananalisis tekstual dan menggunakan beragam kerangka konsep, makalah penelitian ini bertujuan untukmenjawab pertanyaan terhadap apakah identitas cabang kebudayaan skinhead bersifat tunggal, danbagaimana film tersebut merepresentasikan hal ini. Temuan dari penelitian ini menunjukan bahwa tidaksemua anggota skinhead berbagi identitas tunggal yang sama, dimana identitas ini biasanya mendapatpengasosiasian dengan stereotip penampilan fisik, tendensi rasis mereka, dan pandangan merekamengenai politik.

This Is England 2006 is a British film that discloses the problematization of what many believe theskinhead subculture is. The film itself tells the story of 12-year-old Shaun who joins several skinheadgroups. Unlike most racism-themed films, This Is England 2006 does not only shows one kind ofgroup. The film problematizes the belief of what skinhead is by representing two different kinds ofgroups within the subculture. By doing textual analysis, and using various conceptual frameworks, thisresearch paper aims to achieve the answer on whether skinhead subculture rsquo;s identity is singular, andhow the movie represents this. The findings of this research show that not all skinhead members sharethe same singular identity, in which identity commonly associated with stereotypical physicalappearances, their racist tendencies, and their views on politics."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Nurmaya Oktarina
"ABSTRAK
Dongeng putri yang diproduksi oleh Disney telah menjadi salah satu jenis cerita yang membuat perusahaan Disney sangat terkenal. Stereotip putri-putri yang diproduksi oleh Disney pada awalnya berkulit putih. Seiringnya waktu, Disney mulai memfilmkan sebuah film animasi dengan putri yang lebih berwarna. Pada tahun 2009, Disney mengeluarkan putri ras Afrika-Amerika bernama Tiana melalui film The Princess and the Frog (2009). Namun ada ambiguitas yang tercermin dalam penggambaran karakter black dalam film ini. Untuk membantu menganalisis film ini, teori semiotikanya Barthes akan digunakan. Dengan teori tersebut penulis akan melihat bahwa di satu sisi Disney ingin menunjukan Amerika sudah “buta warna”. Film ini terlihat seperti sebuah cerminan yang dipercaya Disney benar dan ideal tentang masyarakat Amerika. Disisi lain, dalam cerminan masyarakat yang ideal ini, black masih tergambarkan dalam strata sosial bawah. Dari sini kita dapat melihat bahwa gagasan “semua manusia diciptakan sederajat” yang tertuliskan dalam deklarasi kemerdekaan Amerika, tidak sepenuhnya diterapkan dalam masyarakatnya.

ABSTRACT
Disney princess fairytales have been one of the genres that made the Disney company so famous. At first, Disney princesses were stereotyped as white skinned. As time goes by, Disney started filming animated movies with more colored princesses. In 2009, Disney released a movie based on an African-American princess named Tiana through the movie „The Princess and the Frog‟ (2009). Ambiguities that tends to be racist are still deplicted in the film. To help analyzing this movie, Barthes‟ semiotics theory will be used. By using that theory, the writer will see that in one hand Disney is trying to convey that America has become “color blind”. This movie tends to picturize a reflection what Disney believe is true and ideal about the American society. On the other hand, inside that ideal society, blacks are still pictured as lower class. Here we see that the notion “all men are created equal” which is written in the declaration of Independence, is not fully implemented in the American society."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Mariska
"Makalah ini bertujuan untuk melihat bagaimana film This Is England mendekonstruksi stereotipe-stereotipe yang sejak lama dipercaya ada pada para anggota skinhead dari gelombang kedua. Ketika sebagian besar orang masih percaya terhadap beberapa stereotipe mengenai skinhead gelombang kedua, film ini menawarkan perspektif yang berbeda mengenai subkultur ini. Analisis tekstual digunakan dalam penelitian ini guna mengobservasi perilaku, dialog, dan hubungan antar-karakter dan menghubungkannya dengan konteks historis berdasarkan latar waktu dan tempat dari film ini. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa stereotipe-stereotipe yang ada mengenai skinhead gelombang kedua tidak terdapat di semua grup skinhead karena film ini menunjukkan bahwa beberapa grup skinhead, bahkan yang berasal dari gelombang yang sama, memiliki tingkah laku yang berbeda.
This paper aims to see how the movie This Is England deconstructs the long-held stereotypes of skinheads coming from the second wave. While most people still believe some stereotypes about the second-wave skinhead, this movie offers a different perspective about the subculture. Textual analysis is used in the research to observe behaviors, dialogues, and relationships between characters in the movie and to look at the historical context of the year in which the movie is set in. This research results in the conclusion that the stereotypes of second-wave skinhead cannot be applied to all skinhead groups, as this movie shows that groups of skinheads, even from the same wave, act differently"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nisya Putri Shaliha
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji subtitle bahasa Indonesia film Zootopia 2016 dan pengaruhnya pada referensi-referensi yang membahas rasisme serta paradigma konstruktivis dalam film tersebut. Tujuannya adalah untuk melihat perubahan arti yang terjadi selama proses penerjemahan. Penelitian ini mencoba menjawab apakah terjemahan yang salah menyebabkan hilangnya referensi-referensi rasisme dan mengubah makna konstruktivis yang ada. Terdapat tiga referensi yang dibahas menggunakan teori metode penerjemahan oleh Peter Newmark 1988 , dan hasil yang didapat selanjutnya dievaluasi menggunakan teori konstruktivisme oleh Vladimir Tatlin 1913 . Metode yang digunakan dalam menganalisis adalah kualitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam subtitle bahasa Indonesia film tersebut, referensi-referensinya diterjemahkan dengan metode harfiah, sehingga pemahaman rasismenya hilang. Sebagai konsekuensinya, paradigma konstruktivis filmnya berubah dari diskriminasi terhadap ras menjadi diskriminasi yang dapat terjadi pada siapa saja. Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini mengonfirmasi bahwa terjemahan-terjemahan yang salah di Zootopia 2016 menghilangkan pemahaman dari referensi-referensi yang membahas rasisme dan mengubah paradigma konstruktivismenya menjadi diskriminasi yang umum.

ABSTRACT
This research examines the Indonesian subtitle of Zootopia 2016 and its impact towards the racism references and the constructivist paradigm. It aims to see the change of meaning that occurs during the translation process. This research tries to answer the question whether mistranslations cause the removal of racism references in Zootopia and if they also change the constructivist purpose. Three references are studied using methods of translation theory by Peter Newmark 1988 , and the findings are further evaluated using constructivism theory by Vladimir Tatlin 1913 . The method used in analyzing them is qualitative. The results show that in the Indonesian subtitle, the references are translated using literal translation method, which eliminates the understanding of racism. As a consequence, the constructivist paradigm of the movie changes from racial discrimination to discrimination that can happen to anyone. It can be concluded that this research confirms that the mistranslations in Zootopia 2016 eliminate the meaning of the racism references and change the constructivist paradigm to mere discrimination."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Belinda Abhyanti
"Dalam The Blind Side (2009), representasi new racism atau rasisme baru digambarkan dalam film persahabatan antar-ras yang menggambarkan hubungan dekat antara orang kulit hitam dan kulit putih. Penelitian ini mencari tahu bagaimana representasi orang kulit hitam dan putih berhubungan ke isu ras lainnya, yaitu aversive racism, dominasi kulit putih, dan acting white. Menggunakan metode kualitatif dalam analisis visual dan transkrip, hasil penelitian menunjukkan meskipun The Blind Side adalah film persahabatan yang menekankan kesetaraan perlakukan terhadap orang kulit hitam dan putih, representasinya menunjukkan bahwa orang kulit hitam masih di bawah orang kulit putih karena orang kulit hitam tidak mendapat kesempatan untuk membuat keputusan mereka sendiri. Representasi ini digambarkan melalui karakterisasi dan interaksi antara orang kulit hitam dan kulit putih dalam film ini.

In The Blind Side (2009), the representation of new racism is depicted in the interracial buddy movie which portrays the close relationship between black and white people. This study seeks to find how the representation of black and white relates to other racial issues, which are aversive racism, white domination, and acting white. Using the qualitative method of visual and transcript analysis, the research results show that although The Blind Side is a buddy movie that emphasizes the equal treatment between black and white people, the representation shows that black people are still below white people because black people do not get opportunity to make their own decision. This representation is depicted by their characterization and interaction between black and white people.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Omar Adibaskoro
"Penelitian ini mengelaborasi unsur kepropagandaan yang terdapat pada film Bokutachi Wa Sekai Wo Kaeru Koto Ga Dekinai yang menceritakan sekolompok mahasiswa Jepang yang tergolong masyarakat sipil biasa berhasil membangun sekolah dasar di desa pedalaman Kamboja. Penelitian ini berorientasi pada teori propaganda Ralph D.Casey serta teori white propaganda Jowet & O’Donnell. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analisis teks dan pengamatan sinematografi dengan metode penelitian semiotika Pierce dan mise en secene. Film Bokutachi Wa Sekai Wo Kaeru Koto Ga Dekinai merupakan film yang diangkat berdasarkan kisah nyata. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa bukti yang menunjukkan bahwa film ini benar-benar diangkat dari kejadian nyata. Selain itu dalam film ini juga menginterpretasikan karakteristik Jepang yang dominan diwakilkan oleh tokoh utama Kouta dan Kaori sebagai seseorang yang memiliki kepedulian dan solidaritas tinggi terhadap negara lain yakni negara Kamboja dan Indonesia yang digambarkan sebagai negara berkembang yang diliputi kemiskininan. Oleh karena itu film Bokutachi Wa Sekai Wo Kaeru Koto Ga Dekinai dinilai memenuhi kriteria sebagai film propaganda yang bersifat white (Putih) karena kisah film yang bermuatan propaganda tersebut berasal dari peristiwa nyata dengan sumber yang nyata, akurat, dan transparan

This research elaborates the elements of propaganda found in the film Bokutachi Wa Sekai Wo Kaeru Koto Ga Dekinai which tells how a group of Japanese students who are ordinary civil society members succeeded in building an elementary school in a rural village in Cambodia. This research is oriented by Ralph D. Casey's propaganda and also Jowet & O'Donnell's white propaganda theory. The type of analysis that is used in this research is text analysis and cinematographic observation using Pierce's semiotics and mise en secene research methods. Bokutachi Wa Sekai Wo Kaeru Koto Ga Dekinai is a film based on a true story. In this study, some evidence was found to show that this film was actually based on a true incident. Apart from that, this film also interprets how the dominant characteristics of Japan are represented by the main characters Kouta and Kaori as a people who have high concern and solidarity towards other countries to wit Cambodia and Indonesia which are described as developing countries suffered in poverty. Therefore, the film Bokutachi Wa Sekai Wo Kaeru Koto Ga Dekinai is considered to meet the criteria as a white propaganda film in which the story of the film containing propaganda originates from real events comes from real, accurate and transparent sources."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Patricia W.
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang konsep pernikahan putih di dalam budaya Barat
yang direpresentasikan oleh film Bride Wars. Dengan menggunakan teori
semiotik milik Roland Barthes, beberapa ritual serta atribut pernikahan putih yang
ditampilkan dalam film tersebut dianalisa untuk mengetahui makna yang terdapat
di dalamnya, terkhusus makna konotasi atau mitos. Dari analisa tersebut,
diketahui bahwa di dalam ritual dan atribut pernikahan putih terdapat mitos-mitos
yang memanipulasi perempuan. Mitos-mitos tersebut membentuk tataran ideal
pernikahan yang harus dipenuhi oleh perempuan. Tuntutan untuk perempuan
mengikuti tataran ideal tersebut akhirnya membangun karakter-karakter di dalam
diri perempuan, yang tanpa disadari merugikan diri perempuan itu sendiri

ABSTRACT
The focus of this study is to show the way the white wedding concept manipulate
women as represented in a movie, titled Bride Wars. Using the semiotic theory of
Roland Barthes, some white wedding rituals and attributes in Bride Wars are
analyzed in order to find the denotative and conotative meanings within them.
From the analysis, it is shown that the connotative meanings or myths which lies
within the rituals and attributes manipulate the idea of wedding on women?s
minds. The myths unconciously put pressure in women?s mind so that women
follow the ideal standard of a wedding which is constructed by the myth.
Unfortunately, the pressure build some characters within women that causes
detriment to women.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43701
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Arlingga
"Penelitian ini tentang pengunaan narasi penyelamat kulit putih di produk media massa seperti film. Fokus riset ini adalah bagaimana naratif penyelamat kulit putih memperkuat whiteness-keputihan sebagai norma dan melakukan penandaan social terhadap minoritas di sebuah negara multikultural seperti Amerika Serikat. Sebagai riset kualitatatif sekunder, penelitian ini adalah sebuah analysis film terhadap Green Book (2018) melalui teknik perfilman yang digunakan seperti mise-en-scene yang membentuk gaya dan sosok film tersebut. Riset ini telah menemukan bahwa narasi white savior--penyelamat kulit putih memperkuat keputihan dengan menggambarkan rasisme melalui perspektif seorang kulit putih; menyampaikan bahwa rasisme adalah sebuah hasil dari ketidaksadaran dibanding sebuah ketidakadilan sistemis; dan membuatkan karakter minoritasnya diselamatkan oleh karakter utama yang kulit putih. Minoritas ditandai secara social dengan penggunaan stereotip dan cara lain. Salah satu rekomendasi untuk riset ini adalah riset primer tentang persepsi para penonton film dengan narasi penyelamat kulit putih.

This paper is about the use of white savior narratives in mass media products such as film. The focus of this research is to see how white savior narratives in film reinforce the whiteness as the norm and socially mark minorities in a multicultural society such as the United States. As a secondary qualitative research, this paper is a film analysis of Green Book (2018) through its chosen film techniques such as mise-en-scene that creates its form and style. The research has found that white savior narratives reinforce whiteness by presenting racism through the perspective of a white main character; presenting racism as a ignorance rather than a systemic injustice; and having the minority character saved by the white main character. Minorities are socially marked through the use of stereotypes and other ways. One of the recommendations for this paper is primary research towards audience perception of white savior narratives in film."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>