Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38281 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anastasia Raras Tri Hapsari W
"ABSTRAK<>br>
Kanal media YouTube beberapa tahun belakangan ini semakin menjadi populer untuk dijadikan sebagai sarana informasi. YouTube sendiri merupakan salah satu bentuk dari New Media atau media baru yang merupakan tanda masuknya era media sosial. Hadirnya Web 2.0 dalam media baru membuat pergeseran fungsi konsumen dalam mengkonsumsi media yang tadinya hanya mengkonsumsi saja menjadi ikut menjadi distributor dan produsen, atau biasa kita sebut juga sebagai prosumer. Dengan menjadi prosumer para pengguna media sosial berfungsi sebagai pengawas dari media masa yang ada, bukan hanya sebagai konsumen saja. Perusahaan besar yang memiliki konsep prosumer dalam mengisi konten di dalamnya adalah Facebook, Twitter, Flickr, dan YouTube. YouTube sendiri merupakan kanal media yang menyebarkan informasi khususnya dalam bentuk video. Konten-konten yang berada di YouTube dibuat oleh konsumen yang membuat pengguna YouTube menjadi prosumer. YouTube membuat konsumen menjadi tidak hanya melihat video yang dibuat oleh pengguna YouTube lainnya, tetapi juga ikut memproduksi video yang dapat dilihat oleh para pengguna YouTube Dalam hal ini Kok Bisa memanfaatkan YouTube sebagai kanal media publikasi konten edukasi untuk menambah konten positif yang ada di Indonesia. Kok Bisa merupakan kanal YouTube edukasi terbesar di Indonesia. Dengan menggunakan animasi, Kok Bisa berusaha membuat penjelasan mengenai fenomena sains sehari-hari menjadi lebih mudah dan menarik untuk dinikmati. Kok Bisa adalah salah satu kanal YouTube yang memanfaatkan media sebagai sarana demokrasi untuk menyampaikan pendapatnya mengenai konten-konten yang ada di Indonesia, khususnya seperti yang kita temukan di televisi. Keberhasilan Kok Bisa menunjukan bahwa Indonesia memiliki kemauan untuk mendukung konten positif yang bermanfaat bagi penontonnya.

ABSTRACT<>br>
In the recent years, YouTube channel have increased popularly as an information medium. YouTube itself is one of the New Media that signal the beginning of social media era. The appearance of Web 2.0 in the new media result in a shifting of media consumer function from only consuming to take part of distribution and producing, or oftenly called as prosumer. Being a prosumer, social media user also act as a watcher for mass media, not only as a consumer. Large company such as Facebook, Twitter, Flickr, and YouTube fill their content with the concept of prosumer. YouTube itself is one of the media canal that spreads information specifically in the form of a video. Contents in YouTube are produced also by the consumer which make Youtube user are prosumer. YouTube makes the consumer also involve not only in watching the videos produced by other YouTube user but also in producing the video itself. In this case, Kok Bisa use YouTube as a media canal to publish educational content in the purpose of improving positive content in Indonesia. Kok Bisa is the largest Indonesian YouTube educational channel. By using animation, Kok Bisa tries to explain daily science phenomenon more easier and interesting to watch. Kok Bisa is one of YouTube channel that use media as a democracy tools to express their opinion of the contents in Indonesia, especially the one that we found on Television. The success of Kok Bisa shows that Indonesia have a strong will to support positive content that are useful for their viewers"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Trysiani Vania Utomo
"ABSTRAK
Penelitian evaluasi terhadap efektivitas media Youtube lsquo;Kok Bisa? rsquo; sebagai media edukasi menggunakan model CIPP Context, Input, Process, Product berdasarkan Stufflebeam dalam Zhang et al. 2011 . Peneliti ini melakukan evaluasi terhadap latar belakang, perencanaan awal, proses produksi, dan penerimaan pelanggan dan penonton lsquo;Kok Bisa? rsquo;. Masalah dari penelitian ini adalah minat masyarakat Indonesia terhadap konten edukasi di Youtube yang rendah. Penelitian ini menunjukkan bahwa lsquo;Kok Bisa? rsquo; sudah efektif berjalan, meskipun mengalami beberapa kendala. Untuk meningkatkan efektivitasnya, penelitian ini merekomendasikan lsquo;Kok Bisa? rsquo; agar melakukan kolaborasi dengan media non-edukasi dan media edukasi Youtube dari Indonesia, menggunakan Youtube sebagai sarana promosi, meningkatkan kredibilitasnya dengan mencantumkan referensi dan kerja sama dengan institusi pendidikan.
lsquo Kok Bisa rsquo Youtube Channel Evaluation as an Educational Media uses CIPP model based on Stufflebeam in Zhang et al. 2011 . This evaluation comes from low Indonesians rsquo interest for Youtube educational contents. This research shows that lsquo Kok Bisa rsquo have been effective as an educational media, although it still have some problems. To raise its effectivity, this research recommends that lsquo Kok Bisa rsquo should collaborate with Youtube non educational channel and fellow educational channel from Indonesia, use Youtube as its promotional channel, and raise its media credibility, by linking the reference material in the video and collaborate with educational institution."
2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Nabila
"Artikel ini membahas mengenai implementasi literasi informasi pada Tim Editorial kanal YouTube “Kok Bisa?” dalam mengemas informasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan analisis dokumen. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi penerapan literasi informasi Tim Editorial kanal YouTube “Kok Bisa?” dalam mengemas informasi dan mengetahui kredibilitas informasi yang dikemas untuk terhindar dari hoaks. Model literasi informasi Seven Pillars yang diterbitkan oleh SCONUL dijadikan kerangka untuk penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara garis besar langkah-langkah dalam Seven Pillars telah dilakukan oleh Tim Editorial Kok Bisa dalam mengemas informasi secara efektif. Namun, terdapat hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut terkait penulisan sumber informasi yang belum diterapkan sepenuhnya. Hal tersebut penting dilakukan agar menerapkan pengemasan informasi secara etis, bertanggung jawab, dan terhindar dari masalah plagiarisme.

Artikel ini membahas mengenai implementasi literasi informasi pada Tim Editorial kanal YouTube “Kok Bisa?” dalam mengemas informasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan analisis dokumen. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi penerapan literasi informasi Tim Editorial kanal YouTube “Kok Bisa?” dalam mengemas informasi dan mengetahui kredibilitas informasi yang dikemas untuk terhindar dari hoaks. Model literasi informasi Seven Pillars yang diterbitkan oleh SCONUL dijadikan kerangka untuk penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara garis besar langkah-langkah dalam Seven Pillars telah dilakukan oleh Tim Editorial Kok Bisa dalam mengemas informasi secara efektif. Namun, terdapat hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut terkait penulisan sumber informasi yang belum diterapkan sepenuhnya. Hal tersebut penting dilakukan agar menerapkan pengemasan informasi secara etis, bertanggung jawab, dan terhindar dari masalah plagiarisme."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rama Shellarasa
"ABSTRACT
Dalam era informasi, informasi berkembang sedemikian cepat dan beragam. Namun, informasi tersebut kurang menarik dan bermutu sehingga masyarakat sulit memahami informasi tersebut. Kondisi ini disadari oleh salah satu penyedia layanan informasi daring Kanal Youtube Kok Bisa? untuk mengemas ulang informasi menjadi lebih menarik dan memiliki nilai edukatif. Penelitian ini bertujuan melakukan penilaian kepuasaan pengguna terhadap kemas ulang informasi yang ada di Kanal Youtube Kok Bisa?. Penelitian ini menggunakan metode SERVQUAL yang dilihat dari lima dimensi yaitu Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance, dan Empathy. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantiatif deskriptif. Hasil penelitian menemukan hanya satu dimensi yang telah memenuhi kepuasaan pengguna yaitu Responsivenees, sedangkan Tangibles, Reliability, Assurance, dan Empathy belum memenuhi kepuasan pengguna. Penelitian menyarankan bahwa perlu adanya ilustrasi yang bersifat umum pada setiap ilustrasi, menggunakan Bahasa yang lebih mudah dipahami, adanya referensi dan rujukan pada setiap video, meningkatkan interaksi pengguna, dan mengadakan acara-acara sains yang lebih interaktif untuk meningkatkan rasa keingintahuan pengguna.

ABSTRACT
In the information age, information grows and varies rapidly. However, the information is less interesting and has low quality. So that, people find it difficult to understand the content of the information. Then, this condition is realized by one of the information service providers within Kok Bisa? Youtube channel. The channel initiates to repackage the information in order to become more interesting and has educational value. This study aims to assess the user satisfaction against repackaging information in Kok Bisa? Youtube portal. This study uses SERVQUAL method which consist five dimensions: Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance, and Empathy. This research uses the quantitative approach with descriptive method. The results showed that only Responsiveness has met above user satisfaction score. However, Tangibles, Reliabilty, Assurance, and Empathy havent yet met the criteria. This study finds that the product is not yet optimal and need to be improved. This study suggests that there should be general illustrations and using more understandable language in the video, there should be references in every video, improved more user interaction and provider, and made more variety of scientific events to increase users curiousity."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerald Sebastian
"Penyebaran melalui Word of mouth tidak lepas dari kegiatan pemasaran. Word of mouth tersebut kemudian dikembangkan menjadi strategi pemasaran viral marketing dan buzz marketing, dimana penyebaran tersebut tidak lepas dari model A.I.D.A. Melihat startegi ini sebuah saluran Youtube ?Kok Bisa?? mengunggah konten berjudul ? Kenapa Rupiah Melemah?? dan menjadi viral. Hal ini juga bertepatan dengan kondisi perekonomian di Indonesia mengalami krisi ekonomi 24 Agustus 2015, dimana mata uang rupiah menyentuh angka Rp 14.000,- dan merupakan rekor terburuknya, sejak tahun 1998. Banyak menuai komentar, topik ini kemudian menjadi perhatian hangat netizen (warga jejaring maya Internet), dimana emosi dan keterikatan mereka ikut terlibat dalam kejadian ini. Video tersebut kemudian ramai dibicarakan karena memberikan penjelasan simpel mengenai krisi yang ada dan menjadi Word of Mouth. Hal ini tidak lepas dari adanya proses A.I.D.A. Namun, seiiring dengan kemajuan teknologi, A.I.D.A pun berkembang menjadi A.I.S.A.S dengan adanya tambahan Search, Action dan Share. Ketiga hal tersebut yang menjadi kunci utama terjadinya word of mouth, terutama untuk Action dan Share. Ternyata staregi ini digunakan oleh saluran "Kok Bisa?" pada kontennya yang lain. Namun, konten tersebut tidak mendapatkan respon yang serupa. Hal ini kemudian dianalisis berdasarkan faktor Messenger, Message dan Environment dapat dijadikan pedoman dalam penyebaran konten video secara daring (online).

Spreading a message through Word of Mouth, cannot be separated with Marketing Activities. Then, Word of Mouth is developing and become Viral and Buzz Marketing strategy. Where the spreading is also can not separate with A.I.D.A Model. Saw this strategy, a Youtube Channel ?Kok Bisa?? upload a content entitled ?Kenapa Rupiah Melemah?? which is become viral. It also coincided with the economic condition in Indonesia, which experienced an economic crisis in 24th August 2015. Where Rupiah touched Rp 14.000,- and become the worst record since 1998. A lot of Comment from the Netizen (Virtual citizens of Internet), where emotion and their attachment involved this event. Then, The Video is much to be discussed, because it?s providing a simple explanation of the economic crisis and become a word of mouth. This process of A.I.D.A however develops with the advancement of technology into A.I.S.A.S with additional Search, Action and Share. However, those three is a key in word of mouth. Especially for action and share. This strategy evidently used by "Kok Bisa" channel for other content. However, the content doesn?t get similar response. Then It?s analyzed based on factors Messenger, Message and Environment can be used as guidance in the deployment of video content online."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Rasa ingin tahu aalah sebuah perasaan di mana kita memiliki perassn suka dan tertarik akan suatu hal yang mengagumkan dan baru. Buku ini menceritakan ttg di mana alat penghisap gurita digunakan, bagaimana cara ikan bernapas, kok bisa begitu? Buku ini menjawab dng mudah rasa ingin tahu otu melalui komik yang menarik."
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2013
741.5 KOK
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Sattwika Duhita
"[Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hiperrealitas gender yang digaungkan melalui YouTube terhadap fans perempuan JKT48, secara khusus menilik pada konstruksi industri budaya jepang terhadap budaya dan gambaran perempuan di Indonesia melalui JKT 48. Melalui penelitian ini akan diperoleh pemahaman hiperealitas gender yang terbentuk dan menjadikan JKT48 sebagai sebuah system simulacrum bagi para fans perempuannya. Paradigm yang digunakan adalah critical constructionism dan menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa para fans perempuan JKT48 terjebak dalam ilusi realita perempuan ideal dan menjadikan JKT48 sebagai standard perempuan yang ideal bagi dirinya.

This research aims to know the gender hyperreality echoed through YouTube towards female JKT48 fans. By seeing the Japanese culture industry towards cultural value and depiction of Indonesian women through JKT48, this research seeks to understand how gender hyperreality is formed and using JKT48 as simulacrum system to their female fans. The paradigm used in this research is critical constructionism, using qualitative approach with descriptive design. The result of the research shows that female JKT48 fans are ensnared in ideal women illusion and making JKT48 as ideal woman they have to be.;This research aims to know the gender hyperreality echoed through YouTube towards female JKT48 fans. By seeing the Japanese culture industry towards cultural value and depiction of Indonesian women through JKT48, this research seeks to understand how gender hyperreality is formed and using JKT48 as simulacrum system to their female fans. The paradigm used in this research is critical constructionism, using qualitative approach with descriptive design. The result of the research shows that female JKT48 fans are ensnared in ideal women illusion and making JKT48 as ideal woman they have to be., This research aims to know the gender hyperreality echoed through YouTube towards female JKT48 fans. By seeing the Japanese culture industry towards cultural value and depiction of Indonesian women through JKT48, this research seeks to understand how gender hyperreality is formed and using JKT48 as simulacrum system to their female fans. The paradigm used in this research is critical constructionism, using qualitative approach with descriptive design. The result of the research shows that female JKT48 fans are ensnared in ideal women illusion and making JKT48 as ideal woman they have to be.]"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S61751
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabil Abdurrahman
"Kehadiran media sosial di era digital ini memiliki banyak manfaat yang diperoleh masyarakat. Diawal kehadiran media sosial, masyarakat menggunakan media sosial hanya sebagai sarana komunikasi. Seiring dengan perkembangan zaman, media sosial mengalami transformasi sebagai medium untuk mencari informasi dan memproduksi informasi itu sendiri. Salah satu bentuk dari khalayak yang memproduksi pesan mereka sendiri adalah fenomena social media influencer, salah satunya adalah Gadgetin. Gadgetin memanfaatkan medium media sosial yaitu Youtube untuk memproduksi pesan atau konten, dan kemudian membagikannya kepada sesama khalayak pengguna Youtube. Tulisan ini ditujukan untuk menganalisis peran dan karakteristik social media influencer pada medium Youtube. Hasil analisis memperlihatkan bahwa terdapat 4 karakteristik utama yang diperlukan seorang social media influencer untuk sukses mempengaruhi sudut pandang target khalayak mereka.

The presence of social media in this digital era has many benefits obtained by the society. At the beginning of the presence of social media, society used social media only as a means of communication. Along with the times, social media undergoes transformation as a medium to seek information and produce information itself. One form of audience that produces their own message is the phenomenon of social media influencers, one of which is Gadgetin. Gadgetin utilizes social media medium, Youtube to produce message or content and then share the message to fellow Youtube users. This article is intended to analyze the role and characteristic of social media influencer on Youtube. The results of the analysis shows that there are 4 main characteristics needed by social media influencer to successfully influence the viewers and influence their viewpoint of their target audience.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Akmal Zulfikar Ardhani
"Pengajaran bahasa Belanda pada era digital telah mengalami cara yang berbeda dengan era sebelumnya. Kemajuan teknologi membuat cara belajar alternatif menjadi lebih fleksibel dan menyenangkan. Salah satu media digital yang digunakan sebagai sarana belajar adalah YouTube. Pada penelitian ini, peneliti membahas mengenai kesesuaian tiga video pengajaran perfectum pada kanal YouTube “The Dutch Online Academy” pada playlist “Perfectum in Dutch” dengan teori Input Processing (IP) dan Structured Input Activities (SI). Metode yang digunakan adalah deskriptif dan kualitatif dengan melihat penggunaan teori Input Processing dan Structured Input Activities pada video pengajaran perfectum. Kalimat Perfectum merupakan bentuk kalimat yang menjelaskan mengenai kejadian di masa lampau yang telah terjadi dan sudah berakhir. Teori Input Processing dan Structured Input Activities merupakan teori yang dikemukakan oleh Bill VanPatten. Hasil dari penelitian ini adalah pengajaran perfectum di kanal YouTube “The Dutch Online Academy” tidak memenuhi teori Input Processing, karena video pengajaran pada kanal YouTube “The Dutch Online Academy” tidak menjelaskan keutamaan makna kata pada suatu kalimat yang merupakan inti dari teori Input Processing dan Structured Input Activities.

Teaching Dutch in the digital era has experienced a different way from the previous era. Advances in technology make alternative ways of learning more flexible and fun. One of the digital media used as a learning tool is YouTube. In this study, researchers discussed the suitability of three perfectum teaching videos on the YouTube channel "The Dutch Online Academy" in the "Perfectum in Dutch" playlist with the theory of Input Processing (IP) and Structured Input Activities (SI). The method used is descriptive and qualitative by looking at the use of Input Processing theory and Structured Input Activities in the perfectum teaching video. Perfectum sentences are sentences that describe past events that have occurred and have ended. The theory of Input Processing and Structured Input Activities is a theory put forward by Bill VanPatten. The result of this study is that teaching perfectum on the YouTube channel "The Dutch Online Academy" does not fulfill the Input Processing theory, because the teaching videos on the YouTube channel "The Dutch Online Academy" do not explain the primacy of the meaning of words in a sentence which is the core of Input Processing theory and Structured Input Activities."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Aulia
"Kolonialisme yang dilakukan oleh Belanda terhadap Indonesia berpengaruh dalam berbagai aspek seperti budaya, hukum, pendidikan, dan lain sebagainya. Hal ini juga sangat berpengaruh pada aspek bahasa. Hubungan antara kedua negara ini menghasilkan sebuah golongan etnis baru, yaitu orang Indo. Penelitian ini membahas mengenai campur kode pada vlog Ricky Risolles yang diunggah di Youtube pada tahun 2020 dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis bentuk serta penyebab campur kode dalam vlog Ricky Risolles. Kemudian campur kode tersebut akan dikaitkan dengan identitas Ricky Risolles sebagai seorang Indo yang tinggal di Belanda. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa campur kode bahasa Indonesia dalam kalimat bahasa Belanda didominasi oleh bentuk kata. Sebagian besar campur kode berupa penyisipan kata dan didominasi oleh fungsi ekspresif untuk mempertahankan identitas Indo yang dimiliki Ricky Risolles. Ricky juga menunjukkan identitas Indo dengan mengadakan segmen "kata bahasa Indonesia minggu ini" untuk memberikan informasi tentang kata-kata bahasa Indonesia.

The colonialism carried out by the Dutch against Indonesia influenced various aspects such as culture, law, education, and so on. This is also very influential on the language aspect. The relationship between these two countries produced a new ethnic group, namely the Indos. This research is about code mixing on Ricky Risolles' vlog on Youtube in 2020 using descriptive qualitative methods. The purpose of this study is to describe the form of code mixing, and analyze the causes of the use code mixing in Ricky Risolles' vlog which will be linked to Ricky Risolles’s identity as an Indo. Based on the results of the study, it was found that Indonesian code mixing in Dutch sentences is dominated by the word form. Most of the code mixing is in the form of word insertion and is dominated by expressive functions to maintain the Indo identity that Ricky Risolles has. Ricky also showed his Indo identity by holding an "Indonesian word of the week" segment to provide information about Indonesian words."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>