Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111865 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Gilang Perdana
"ABSTRAK
Penelitian ini menyajikan analisis mengenai pengaruh kekayaan Pablo Escobar yang diperoleh dari bisnis ilegal perdagangan kokain terhadap keterpilihannya sebagai anggota kongres Kolombia tahun 1982 mewakili Kota Medellin. Menggunakan teori ldquo;vote-buying rdquo; yang digagas oleh Frederic Charles Schaffer dan Andreas Schedler, penulis berasumsi bahwa kekayaan Pablo Escobar yang diperoleh dari bisnis ilegal perdagangan kokain bersama Kartel Medellin merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi keterpilihannya. Untuk mendukung asumsi awal tersebut, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan sumber data yang didapat melalui studi literatur dari penelitian sebelumnya yang memiliki tema yang serupa.

ABSTRACT
This study presents an analysis on the influence of Pablo Escobar 39 s wealth derived from illegal business of cocaine trade on his election as a member of the 1982 Colombian congress representing Medellin City. Based on the vote buying theory developed by Frederic Charles Schaffer and Andreas Schedler, author assumes that the wealth of Pablo Escobar obtained from the illegal business of cocaine trade with the Medellin Cartel was a major factor affecting its winning on the election. To support this initial assumption, this study used qualitative method with data sourced from literature studies that present the similar theme. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Penyalahgunaan NAPZA (Narkotik, Alkohol, Psikotropika dan Adiktif)
dewasa ini telah mencapai situasi yang mengkhawatirkan, sehingga menjadi masalah
yang sangat mendesak. Masalah yang ditimbulkannya antara lain merusak hubungan
kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar, perubahan perilaku, menjadi anti
sosial, gangguan kesehatan, kriminalitas dan tindakan kekerasan yan dapat merusak
dan mengancam kehidupan masyarakat. Peran dan fungsi keluarga dalam membentuk
manusia sebagai masyarakat yang sehat bio, psiko, sosio, spiritual merupakan titik
sentral dalam pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran peran keluarga yaitu; peran orang tua, peran saudara kandung dan peran
anggota keluarga yang lain dalam mempengaruhi kesiapan keluarga menerima
anggota keluarga yang mengalami ketergantungan NAPZA. Serta mengetahui
gambaran fungsi keluarga yaitu fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi dan
fungsi perawatan. Metode penelitian bersifat deskriptif sederhana dengan responden
sebanyak 43 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar kuesioner
sebanyak 24 pertanyaan yang mengacu pada epran dan fungsi keluarga. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa peran saudara kandung mempunyai nilai kesiapan
yang tinggi dalam mempengaruhi kesiapan menerima anggota keluarga yang
mengalami ketergantungan NAPZA. Sedangkan fungsi keluarga yang sangat
bermakna dalam memengaruhi kesiapan keluarga menerima adalah fungsi afektif
dengan nilai 54,3%. Di sisi Iain yang perlu diperhatikan yaitu kemampuan dan
kemauan keluarga dan semua pihak yang terlibat dalam perawatan anggota keluarga
yang mengalami ketergantungan NAPZA yaitu meningkatkan pengawasan dan
pembinaan agar anggota keluarga yang dirawat cepat sembuh dan dapat beradaptasi
di masyarakat."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
TA5453
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sicilya Yuanita L
"Adversity Quolient adalah konsep yang diperkenalkan Stoltz (1997), yaitu suatu variabel yang menentukan apakah suatu individu tetap berharap dan terkendali dalam menghadapi situasi/keadaan yang sulit. Skor dari Tes AQ ini dapat memberikan gambaran tentang seberapa baik seseorang bertahan dalam menghadapi hambatan dan kemampuan dalam menghadapinya;Siapa yang dapat mengatasi hambatan dan siapa yang tidak;Perkiraan performa , potensi dan kegagalan seseorang. Pemilihan subyek yang ditujukan khusus ibu karena seperti hasil penelitian Rosaldo, Chodrow dan Ortner terdapat asumsi yang berlaku dalam masyarakat bahwa pengasuhan anak adalah tanggung jawab ibu.Bagi wanita sendiri begitu ia memasuki tahap menjadi ibu pada saat itulah ia mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang ibu atau istri daripada identifikasi terhadap karimya.(Basow,Gergen dkk, dalam Tumer & Helms, 1995).Selain itu wanita lebih mudah terkena stres bila menyangkut pada kejadian besar yang terjadi pada significant others-nya (Kessler & McLeod dalam Kessler & Almeida, 1998)atau kejadian dalam keluarganya .Sedangkan Tahapan usia dewasa tengah dipilih karena tahap ini menurut Vaillant dapat mendatangkan stres dengan adanya tuntutan perubahan peran sebagai orang tua untuk memenuhi kebutuhan anak remajanya (dalam Papalia & Olds, 1998) Sedangkan menurut Erikson usia ini timbul dorongan untuk memberi perhatian (care ) yang berarti bertambahnya komitmen untuk mengasuh/menjaga {take care) orang, hasil/produknya , dan ide-ide dengan demikian dapat memenuhi dorongan sebagai orang tua {parental drive).Cara dalam menangani situasi yang menimbulkan stress secara garis besar terdiri dari dua cara: konstruktif/adaptif, yaitu problem focused coping dan emotion focused coping (Folkman&Lazarus, 1988) dan destruktif/maladaptif (Carver,dkk., 1989). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan coping adalah hardiness dan optimisme - dimana faktor ini secara teoritis berhubungan dengan AQ - serta juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan status ekonomi - yang dalam penelitian ini akan dijadikan sebagai data kontrol - Permasalahan yang diajukan adalah: Bagaimana kaitan/hubungan antara AQ dengan coping yang ditampilkan oleh para ibu dari anak yang mengalami ketergantungan narkoba? Bagaimana gambaran umum skor total AQ yang terdapat pada para ibu tersebut ? Bagaimana gambaran perilaku coping yang ditampilkan para ibu tersebut? Dan sebagai data tambahan yaitu bagaimana perilaku coping ibu dari tiap masing-masing kelompok dengan tingkat pendidikan dan status ekonomi yang berbeda? Alat yang digunakan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa yang menimbulkan stress pada ibu dibuat berdasarkan hasil elisitasi dan Social- Readjustment Rating Scale dari Holme dan Rahe Pilihan jawaban yang tersedia adalah skala 1- 5 untuk masing-masing dimensi AQ. Alat ini terdiri dari 30 item yang terdiri dari 5 dimensi AQ yaitu Control (C) - menggambarkan seberapa besar kendali yang ditangkap (perceived) suatu individu atas kegagalan yang mereka hadapi. Origin dan Ownership (02) - Origin adalah sumber asal suatu kegagalan dipersepsikan, sedangkan kepemilikan (ownership) berkaitan dengan rasa memiliki hasil atau akibat dari perilakunya (accountability).Reach (R) - menggambarkan seberapa jauh kegagalan/hambatan mempengaruhi area lain dalam hidup suatu individu.Endurance (E) - menggambarkan berapa lama suatu individu menangkap kegagalan/hambatan atau akibat dari kegagalan tersebut berlangsung.Subjek dalam penelitian ini adalah yang anaknya sedang atau pernah mengalami ketergantungan narkoba. Jumlah subjek yang diperoleh sebanyak 30 orang. Untuk melihat gambaran skor tiap dimensi dan gambaran skor total AQ digunakan teknik statistik untuk mendapatkan rata-rata (mean) dan presentase subyek dalam rentang skor total AQ. Uji reliabilitas dan analisis item dari alat coping menggunakan koefisien Cronbach alpha dan metode konsistensi internal dan. Dengan Koefisien Cronbach Alpha yang dihasilkan, maka dapat dikatakan reliabilitas ARP ini sedang cenderung tinggi. Sedangkan untuk mengukur perilaku coping digunakan alat ukur yang sudah terstandarisasi dan baku dari Carver dan Scheier (1989) yaitu COPE Inventory. Alat ini terdiri dari 53 item yang terbagi atas tiga kategori yaitu problem focused coping emotion focused coping dan maladaplive coping. Perhitungan skor masing-masing menggunakan teknik statistik yang mengukur rata-rata {mean). Adaptasi alat ukur dilakukan dengan menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia kenudian untuk mendapatkan umpan balik alat tersebut diberikan kepada dosen pembimbing dan sejumlah ibu-ibu dari rentang usia midd/e-adullhood Dari hasil perhitungan didapati bahwa tidak terdapat hubungan yang secara statistik signifikan antara AQ dengan problem focused coping emotion focused coping dan maladaplive coping; rata-rata coping yang dilakukan dari kelompok sampel adalah emotion focused coping. Dari data tambahan yang diperoleh penelitian ini juga memberikan hasil penelitian yang memiliki kesesuaian dengan hasil penelitian Haan (1977) yang menyatakan semakin tinggi status ekonomi seseorang maka semakin jarang ia menggunakan strategi coping yang mencakup kekakuan dan irasionalitas {coping tidak adaptif)dan hasil penelitian Billing dan Moos (1981) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka ia semakin menggunakan coping yang berorientasi dengan pemecahan masalah."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
S3128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Erlyn D.S.
"Jumlah anak jalanan semakin meningkat setiap tahunnya dirnana sebagian diantaranya merupakan pengguna NAPZA. Persepsi individu terhadap NAPZA dipenganxhi oleh pengetahuan yang menentukan perilaku individu tersebut terhadap NAPZA. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan persepsi anak jalanan usia remaja tentang NAPZA di kota Depok tahun 2008. Desain penelitiawyang digunakan adalah deskriptif koleratif. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 80 orang yang diminta untuk mengisi kuisioner yang terdiri dari 15 pertanyaan dan 20 pernyataan. Responden merupakan anak jalanan usia remaja di kota Depok.
Hasil peneiitian mendapatkan bahwa 65% responden memiliki tingkat pengetahuan rendah dan 35% memiliki tingkat pengetahuan tinggi, sedangkan jumlah responden yang memiliki persepsi positif tentang NAPZA sama dengan responden yang memiliki persepsi negatif masing-masing sebanyak 50%. Analisa lebih lanjut menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pcngetahuan dengan persepsi anak jalanan usia remaja tentang NAPZA di kota Depok tahun 2008 (p vaIue=0,815, o.=0,05). Peneliti merekomendasikan penelitian lebih lanjut mengenai perilaku penggunaan NAPZA dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan NAPZA pada anak jalanan usia remaja."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5625
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Santoso
"Remaja merupakan kelompok berisiko terhadap masalah kesehatan sehingga perlu mendapat perhatian khusus. Salah satu masalah yang sering dijumpai pada remaja adalah penyalahgunaan NAPZA. Perawat Spesialis Komunitas mempunyai peran dalam mencegah penyalahgunaan NAPZA, salah satu bentuk intervensi keperawatan komunitas yang digunakan adalah peer konselor. Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untuk meningkatkan pemberdayan siswa melalui peer konselor untuk mencegah risiko penyalahgunaan NAPZA pada siswa SMK TJ di Kelurahan Ratujaya Depok. Hasil kegiatan ini didapatkan bahwa terjadi perubahan perilaku siswa yaitu peningkatan pengetahuan dari rerata 65 menjadi 80, sikap dari rerata 60 menjadi 75 dan kognitif skill dari rerata 45 menjadi 70. Selain itu telah terbentuk struktur peer konselor di SMK TJ yang terdiri dari 12 siswa yang telah dilakukan pembinaan selama 12 kali pertemuan. Karya Ilmiah Akhir ini menyimpulkan peer konselor merupakan bentuk intervensi efektif yang dapat diaplikasikan dalam pencegahan penyalahgunaan NAPZA di sekolah. Untuk itu peer konselor perlu dikembangkan dan dilakukan pembinaan lebih lanjut terhadap pelayanan kesehatan remaja terkait pencegahan penyalahgunaan NAPZA.

Adolescence is who ones population at risk with their health problems, so they must have specific attention. One's of the population that met in population adolescence is drug abuse. The nurse specialist community health nursing have role in drug abuse prevention, ones of nursing intervention in community that used to reduce that problems is peer counselor. This study purpose to improve empowerment students with peer counselor, to prevent risk for drug abuse at senior high school 'TJ' Ratujaya in Depok. The study result changed behaviors students with increased knowledge (mean 60 to 80), increased attitude (mean 60 to 70) and kognitive skill (mean 45 to 70). The result from this study shows peer councelor is effectively intervention applied to prevent drug abuse in school. These result are expected that peer counselor should be developed and sustained with health care in adolescence related to prevent drug abuse."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harvina Sawitri
"Narkotika dan obat-obatan terlarang merupakan permasalahan global saat ini. 3,3-6,1% penduduk dunia menggunakan obat-obatan terlarang. Di Indonesia 1,99 % penduduknya menggunakan narkotika dan obat-obatan terlarang dan 7% dari jumlah tersebut merupakan pengguna narkoba suntik. Pemakaian narkoba dapat mengakibatkan bermacam-macam gangguan mental dan perilaku dan mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit. Sedangkan pemakaian jarum suntik bergantian pada pengguna narkoba suntik dapat meningkatkan angka infeksi HIV, Hepatitis B, dan Hepatitis C. Karena penggunaan narkoba suntik mengakibatkan banyak dampak buruk, oleh karena itu perlu adanya upaya untuk menanggulangi hal ini. Harm reduction (pengurangan dampak buruk) merupakan salah satu upaya penanggulangan narkoba. Program ini telah terbukti dapat menurunkan angka pemakaian narkoba dengan menyuntik.
Desain penelitian ini adalah menggunakan desain potong lintang dengan mempertimbangkan variabel waktu. Analisis yang digunakan adalah analisis survival menggunakan metode Kaplan Meier untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan independen dan untuk pemodelan multivariatnya dilakukan dengan Regresi Cox. Sampel penelitian ini adalah 268 pengguna narkoba suntik pada Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia tahun 2008 yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional.
Pada lama pemakaian narkoba suntik pada responden, waktu paling sedikit adalah 3 bulan dan waktu paling lama adalah 348 bulan (29 tahun). Umur paling muda pengguna narkoba suntik adalah 15 tahun dan paling tua 44 tahun. Faktor yang berhubungan dengan berhenti pakai narkoba suntik adalah umur, jenis kelamin, mengikuti rehabilitasi, tidak pernah mengikuti detoksifikasi, tidak pernah melakukan pengobatan sendiri, dan anggota keluarga tidak ada yang pakai narkoba. Tinggal bersama keluarga mempunyai peluang 1,50 kali lebih cepat untuk berhenti pakai narkoba suntik, pengguna narkoba suntik yang bekerja mempunyai peluang 1,24 kali lebih cepat untuk berhenti pakai narkoba suntik, pengguna narkoba suntik yang hanya menggunakan 2 zat atau kurang mempunyai peluang 1,68 kali lebih cepat untuk berhenti pakai narkoba suntik, dan pada pengguna narkoba suntik yang tidak tahu frekuensi menyuntik peluangnya 2,07 kali lebih cepat untuk berhenti pakai narkoba suntik. Mengikuti program harm reduction atau tidak mempunyai peluang yang sama untuk berhenti pakai narkoba suntik. Hal ini disebabkan karena belum optimalnya pelaksanaan program harm reduction dan keterampilan petugas penjangkauan yang belum adekuat.
Oleh karena itu sasaran program sebaiknya dilakukan pada umur sedini mungkin dan laki-laki juga menjadi fokus utama. Harm reduction perlu dioptimalkan lagi programnya secara menyeluruh dengan tidak hanya berfokus pada beberapa program tertentu. Karena kalau secara jangkauan, sebagian besar pengguna narkoba telah dapat menjangkau program, tetapi hasil yang didapatkan belum memenuhi target program. Perlu adanya peningkatan konseling secara individu antara petugas penjangkauan dengan pengguna narkoba untuk lebih memotivasi pengguna narkoba supaya dapat merubah perilakunya dari berisiko menjadi tidak berisiko.

Narcotics and illegal drugs is a global problem. About 3.3 to 6.1% of world population uses illegal drugs. In Indonesia, 1.99% of the population using drugs and illicit drugs and 7% of them are injecting drug users. Drug uses can lead to many mental and behavioral disorders and caused various diseases. And using drugs with needles in intravenous can increase the rate of HIV infection, Hepatitis B and Hepatitis C. Because of injection drug use caused many adverse effects, therefore there is a need for efforts to tackle this. Harm reduction is one of drugs prevention. This program has been shown can reduce the number of injecting drug use.
The design of this study is use a cross-sectional design with time variable into the consideration. This analysis used survival analysis which Kaplan-Meier is used to see the relationship between the dependent and independent variables for modeling and multivariat performed with Cox regression. The research sample is 268 injecting drug users in Indonesian Survey on Drug Abuse conducted in 2008 by BNN.
At the time of injecting drug use among respondents, the time is at least 3 months and a maximum was 348 months (29 years). The youngest age of injecting drug users is 15 years old and the oldest is 44 years. Factors associated with cessation of injecting drug use is age, sex, join rehabilitation, never join detoxification, didn?t have self eficacy, and no family member who used drugs. Living with family has chances 1.50 times faster to stop injecting drug use, injecting drug users who have a job 1.24 times faster to stop injecting drug use, injecting drug users who only use two substances have a chance of 1.68 times faster to stop injecting drug use and injecting drug users who do not know the frequency of injecting has chances 2.07 times faster to stop injecting drug use. Register to harm reduction program or not have the same opportunities to stop injecting drug use. This is due to non optimal implementation of harm reduction programs and the skills of outreach workers who have not been adequate.
Therefore, the target of program should be done at the earliest possible age and men are also a major focus. Harm reduction programs need to be optimized more thoroughly by not only focusing on a particular program. Because in range, the majority of drug addicts have been able to reach the program, but the results obtained do not meet program targets. Need for increased counseling to individuals between the outreach workers to better motivate drug addicts in order to change the behavior of the risk to no risk.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wirman Burhan
"Ketahanan Nasional seperti yang dirumuskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, pada hakekatnya adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara. Ketahanan yang demikian itu perlu pemeliharaan dan pengembangan terus menerus. Upaya ini dapat dilakukan melalui pembangunan nasional, dengan demikian pembangunan nasional itu pada hakekatnya merupakan upaya untuk mewujudkan ketahanan nasional. Ketahanan Nasional yang tanguh akan makin mendorong pembangunan nasional dan sebaliknya berhasilnya pembangunan nasional berarti meningkatnya kualitas ketahanan nasional.
Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materil dan spirituil berdasarkan Pancasila, didalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat, dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai. Pembangunan tersebut tidak mungkin terwujud dalam beberapa tahun, atau beberapa pelita atau satu dua generasi. Yang penting bahwa semua upaya pembangu nan harus di arahkan sedemikian rupa hingga setiap tahap makin mendekati kearah tujuan tersebut dan akhirnya mencapai tujuan nasional yang sesuai dengan apa yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945.
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam keberhasilan pembangunan. Sumber daya manusia Indonesia cukup besar, jumlah penduduk Indonesia sampai saat ini menduduki urutan kelima di dunia setelah RRC, India, Uni Soviet dan Amerika Serikat. Menurut sensus penduduk tahun 1961 penduduk Indonesia berjumlah 97.085.348 jiwa dan pada sensus penduduk tahun 1971 berjumlah 119.208.229, sensus penduduk tahun 1980 berjumlah 147.490.298 dan sensus 1985 berjumlah 163.875.899. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tergolong cukup tinggi. Dalam kurun waktu 1964-1971 laju pertumbuhan penduduk rata-rata 2,1 persen pertahun, tahun 1971-1980 meningkat menjadi 2,3 persen , tahun 1981-1983 menjadi 2,2 persen dan tahun 1984-1987 menjadi 2,17 persen, sedangkan tahun 1988-1990 diperkirakan menjadi 2 persen pertahun. Dari laju pertumbuhan penduduk ini terlihat angka pertambuhan yang sangat menyolok pada penduduk yang berusia 0-20 tahun, dimana pada tahun 1985 berjumlah 82 juta (50%) , tahun 1987 berjumlah 85 juta (50%), tahun 1986 berjumlah 84 juta (50%), sedangkan pada tahun 1988 berjumlah 86 juta (49%).
Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi ini dapat merupakan modal dasar dalam pembangunan, tetapi dapat juga merupakan penghambat jalannya pembangunan itu sendiri. Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan laju pertumbuhan dari seluruh aspek-aspek kehidupan nasional dapat menimbulkan berbagai kerawanan dan dapat mempengaruhi ketahanan nasional Indonesia. Sumber daya manusia yang tidak dapat dimanfaatkan menimbulkan pengaruh terhadap aspek-aspek sosial, ekonomi, politik dan pertahanan keamanan ke arah yang negatif.
Dalam pembangunan nasional, wawasan nusantara mencakup perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik, satu kesatuan sosial kebudayaan, satu kesatuan ekonomi dan satu kesatuan pertahanan keamanan dengan Pancasila sebagai landasan Idealnya dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusionalnya. Selanjutnya wawasan nusantara sebagai wawasan nasional yang melandasi konsepsi ketahanan nasional Indonesia.
Ketahanan Nasional pada hakekatnya adalah konsepsi pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan dalam kehidupan nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 atau dengan kata lain, konsep ketahahan nasional Indonesia adalah pengejawantahan Pancasila dan UUD 1945 dalam segala aspek kehidupan?"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Huriah Astuti
"Tujuan dan Metode. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan frekuensi merokok dengan lama waktu sampai mulai menyalahgunakan ganja. Sampel penelitian ini adalah 10.379 pelajar/mahasiswa perokok, dengan 708 penyalahguna ganja. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kesintasan regresi Cox with time dependent covariats.
Hasil Penelitian. Berdasarkan frekuensi merokok, median waktu ketahanan dari mulai pertama kali merokok sampai menyalahgunakan ganja menunjukkan tidak ada perbedaan antara kelompok merokok rutin dengan kelompok merokok tidak rutin, masing-masing 2 tahun. Hasil uji wilcoxon menyimpulkan ada perbedaan ketahanan menyalahgunakan ganja antara kelompok jarang merokok dengan kelompok perokok berfrekuensi <5 - >35 batang/minggu. Analisis multivariat menunjukkan pola semakin banyak jumlah batang rokok yang dikonsumsi, semakin besar nilai risiko untuk menyalahgunakan ganja setelah dikontrol oleh variabel confounder (riwayat minum alkohol, keluarga terpajan alkohol dan atau narkoba, pernah terpisah orangtua minimal enam bulan, dan pengaruh teman sebaya). Risiko untuk terjadinya penyalahgunaan ganja pada pelajar/mahasiswa yang merokok dengan frekuensi <5 - 7 batang/minggu adalah 2.5 lebih besar daripada pelajar/mahasiswa yang jarang merokok. Sedangkan risiko untuk terjadinya penyalahgunaan ganja pada pelajar/mahasiswa yang merokok dengan frekuensi >7 - 35 batang/minggu adalah 4.0 kali lebih cepat daripada pelajar/mahasiswa yang jarang merokok. Sementara, risiko untuk terjadinya penyalahgunaan ganja pada pelajar/mahasiswa yang merokok dengan frekuensi >35 batang/minggu adalah 4.5 kali lebih cepat daripada pelajar/mahasiswa yang jarang merokok.
Kesimpulan. Frekuensi merokok mempengaruhi besarnya risiko untuk menyalahgunakan ganja. Semakin banyak jumlah batang rokok yang dikonsumsi, semakin besar risiko untuk menyalahgunakan ganja.

Objective. The purpose of this study was to know the relationship between cigarette smoking frequency with long time to start cannabis use. A sample of 10.379 student smokers, with 708 cannabis users was used. Cox regression with time dependent covariats was analyzed as study method.
Results. Based on the frequency of cigarette smoking, the median of survival time from initial smoking to cannabis use showed no difference among regular smoking group with non regular smoking group, each 2 years. Wilcoxon test result concluded that there were difference of survival cannabis use between non regular smoking group with smokers groups which regular cigarette smoking <5 - >35 cigarette/week. Multivariate analysis showed patterns that the more the number of cigarettes consumed, the greater risk to cannabis use, after controlled by the confounder variables (history of alcohol drinking, family exposed to alcohol and or drugs, separated parents at least six months, and the influence of peers). Risk to cannabis use among students who cigarette smokers <5 ? 7 cigarette/week was 2.5 greater than students who non regular smoking. Risk to cannabis use among students who cigarette smokers <7 ? 35 cigarette/week was 4.0 greater than students who non regular smoking. Risk to cannabis use among students who cigarette smokers <35 cigarette/week was 4.5 greater than students who non regular smoking.
Conclusion. Frequency of smoking influences the risk of cannabis use. The more the number of cigarette consumed, the greater risk to cannabis use.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T34822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Madianung
"Penelitian tentang pola konsumsi minuman keras dan dampaknya terhadap perilaku kekerasan di kota Manado, menggunakan metode studi kasus, dengan data kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan observasi langsung di lapangan, wawancara, meneliti dokumen serta arsip (BAP) dari kepolisian.
Dari hasil penelitian ditemukan terhadap 3 (tiga) kelas masyarakat pengguna minuman keras yaitu masyarakat kelas atas/elite, masyarakat kelas menengah, masyarakat kelas bawah. Masyarakat kelas atas/elite dan menengah mereka meminum minuman keras (bir) yang lokasinya di bar, pub dan cafe. Hal ini mereka lakukan untuk menghilangkan kejenuhan/kepenatan karena lelah dalam pekerjaan. Dengan meminum bir sambil bernyanyi, berjoget dan mendengarkan lagu, mereka terhibur dan hilang rasa kejenuhannya. Mereka menganggap hal ini sebagai refresing. Sehabis minum mereka kembali ke rumah dan tidak melakukan tindak kekerasan. Berbeda dengan masyarakat kelas bawah yang meminum pinaraci, cap tikus dan kasegaran yang mereka lakukan di kios-kios, lorong jalan, jembatan. Setelah meminum minuman keras mereka mulai banyak bicara, ribut, bernyanyi sampai teriakan keras yang sudah menimbulkan keributan di tengah malam dan mengganggu masyarakat di sekitarnya. Bila mereka ditegur (diperingati) akan keluar kata-kata kotor (makian dari mulut) bahkan sering terjadi pelemparan rumah penduduk dan tindak kekerasan. Mereka juga menghadang mobil dan orang yang lewat di tempat tersebut, memalak, dan apabila tidak dituruti permintaannya maka terjadilah tindak kekerasan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>