Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 202537 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irene Yuniar
"Renjatan merupakan kegawat-daruratan tersering pada anak. Laktat sering digunakan sebagai target keberhasilan resusitasi pada renjatan sepsis, namun sepertiga kasus renjatan pada anak tidak mengalami peningkatan kadar laktat alaktatemia . Penilaian laktat sebagai target keberhasilan resusitasi masih menjadi perdebatan. Penelitian sebelumnya menyimpulkan nilai bersihan laktat berkaitan dengan luaran pasien renjatan sepsis. Laktat dehidrogenase LDH -1, LDH-5 dan delivery oxygen DO2 berperan dalam metabolisme laktat dan menyebabkan kondisi alaktatemia dan hiperlaktatemia pada pasien renjatan anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari etiologi alaktatemia pada renjatan anak melalui pemeriksaan isoenzim LDH-1, LDH-5 dan DO2 selama proses resusitasi 6 jam. Penelitian ini adalah penelitian potong lintang pada 56 renjatan sepsis dan 44 hipovolemik berusia 1 bulan sampai 18 tahun di 4 rumah sakit umum. Pemeriksaan tekanan darah mean arterial pressure/ MAP, indeks jantung cardiac index, CI dan indeks tahanan vaskular sistemik systemic vascular resistance index, SVRI , DO2 dan pengambilan darah untuk pemeriksaan LDH-1 dan 5 dilakukan sebelum dan setelah resusitasi.
Pada penelitian ini didapatkan usia terbanyak berada dalam rentang 1 ndash;59 bulan 56, dengan pasien yang datang dengan kondisi berat skor pediatric logistic organ dysfunction/PELOD-2 ge; 10 31, median kadar laktat jam ke-0 adalah 2,5 mmol/L. Angka kematian 20 . Proporsi hiperlaktatemia lebih tinggi secara bermakna p = 0,028 pada pasien renjatan dengan skor PELOD-2 ge; 10 71,9 . Tidak ada perbedaan bermakna isoenzim LDH-1, LDH-5 dan DO2 antara kelompok alaktatemia dan hiperlaktatemia. Tidak ada perbedaan bermakna MAP, CI, SVRI antar kelompok alaktatemia dan hiperlaktatemia. Tidak ada perbedaan bermakna luaran pasien berdasarkan nilai bersihan laktat.
Simpulan: Pasien yang mengalami alaktatemia tidak terbukti aktivitas LDH-1 meningkat sedangkan pada hiperlaktatemia aktivitas LDH-5 meningkat. Kadar DO2 lebih tinggi pada kelompok alaktatemia dan lebih rendah pada hiperlaktatemia.

Shock is the most common emergency condition in pediatric patients. Lactate levels have been used widely as resuscitation target in septic condition. Meanwhile, one third cases did not showed elevated lactate levels alactatemia . Lactate levels as a target for successful resuscitation is still being considered. Previous studies concluded lactate clearance has correlated with the septic shock patients outcome. Lactate dehydrogenase LDH 1, LDH 5 and delivery oxygen DO2 have an important role in lactate metabolism and causing alactatemia and hyperlactatemia in pediatric shock.
The objectives of this study were to determine the alactatemia etiology in pediatric shock using isoenzyme LDH 1, LDH 5 and DO2 examination during 6 hours resuscitation. This was a cross sectional study done in 56 patients with septic shock and 44 patients with hypovolemia, within aged 1 month until 18 years old in 4 general hospitals. Mean arterial pressure MAP , cardiac index CI , and systemic vascular resistance index SVRI , DO2, LDH 1 and LDH 5 were done before and after resuscitation.
This study found the most common age is in average 1 ndash 59 months 56 , proportion of patients who came with severe condition pediatric logistic organ dysfunction PELOD 2 score ge 10 was 31 , median of lactate levels in 0 hours was 2.5 mmol L. Death rate was 20 . Hyperlactatemia proportion was higher significantly p 0.028 in shock patients with PELOD 2 score ge 10 71.9. There was no differences in MAP, CI, SVRI values between alactatemia and hyperlactatemia groups. There was no differences in outcome based on lactate clearance.
Conclusion Patients with alactatemia do not prove that their LDH 1 activity is increased while in hyperlactatemia, the activity of LDH 5 is increased. DO2 levels were higher in the alactatemia group and lower in hyperlactatemia group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khoiriyyah Amalia Az-Zahra
"Latar belakang: Kondisi hipoksia hipobarik intermiten sering digunakan pada pelatihan, sehingga menyebabkan tubuh kekurangan oksigen pada saat tertentu atau disebut sebagai kondisi hipoksia. Hal ini dapat memengaruhi jaringan otot karena otot merupakan salah satu organ yang bergantung pada ketersediaan oksigen untuk menghasilkan ATP. Tubuh akan melakukan berbagai mekanisme kompensasi untuk mempertahankan keadaan homeostasis melalui pengaturan HIF-1α. HIF-1α akan meregulasi banyak ekspresi gen, salah satunya adalah enzim glikolitik yang mengatur metabolisme jaringan. Laktat dehidrogenase merupakan salah satu enzim glikolitik yang diatur oleh HIF-1α dan banyak ditemukan di otot sehingga diduga aktivitas enzim laktat dehidrogenase meningkat dalam kondisi hipoksia.
Tujuan: Menganalisis aktivitas enzim laktat dehidrogenase pada otot tikus yang diinduksi hipoksia hipobarik intermiten
Metode: Menggunakan uji eksperimental pada 5 kelompok tikus Wistar, yaitu normoksia, hipoksia 1 kali, hipoksia 2 kali, hipoksia 3 kali, dan hipoksia 4 kali. Hipoksia dilakukan selama 5 menit dalam hypobaric chamber dengan interval 7 hari. Biomarker hipoksia yang diukur adalah aktivitas enzim laktat dehidrogenase menggunakan LDH activity assay kit Elabscience.
Hasil: Aktivitas spesifik enzim LDH dalam keadaan normoksia (1167,625±120,769 U/gprot), hipoksia 1 kali (1364,17±176,538 U/gprot), hipoksia 2 kali (911,218±130,305 U/gprot), hipoksia 3 kali (1069,153±121,685 U/gprot), dan hipoksia 4 kali (1085,814±52,314 U/gprot). Hasil ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan antar kelompok (p>0,05).
Simpulan: Tidak ditemukan adanya perbedaan aktivitas enzim laktat dehidrogenase antara kondisi normoksia dan hipoksia hipobarik intermiten

Background: Condition of intermittent hypobaric hypoxia is often used in training, this condition can cause lack of oxygen at certain times or is known as a hypoxic condition. This can affect the muscle, because muscle is one of the organs that needs oxygen to produce ATP. The body will perform various compensatory mechanisms to maintain the homeostatic state through HIF-1α regulation. HIF-1α will regulate many gene expression, one of which is a glycolytic enzyme that regulates tissue metabolism. Lactate dehydrogenase is one of the glycolytic enzymes that is regulated by HIF-1α and is found in many muscles so that it is suspected that the lactate dehydrogenase enzyme activity increases in hypoxic conditions.
Aim: to analyzed the activity of the enzyme lactate dehydrogenase in rat muscle induced by intermittent hypobaric hypoxia
Methods: Using experimental tests on 5 groups of Wistar rats, divided to normoxic group, one-time hypoxia group, two-times hypoxia group, three-times hypoxia group, and four-times hypoxia group. Hypoxia was performed for 5 minutes in a hypobaric chamber with 7 days interval. Hypoxic biomarker measured was the activity of the lactate dehydrogenase enzyme using the LDH activity assay kit Elabscience.
Results: Specific activity of the LDH enzyme in normoxic group (1167,625±120,769 U / gprot), one-time hypoxia group (1364,17±176,538 U / gprot), two-time hypoxia group(911,218±130,305 U / gprot), three-times hypoxia group (1069,153±121,685 U / gprot), and four-time hypoxia groyp (1085,814±52,314 U / gprot). These results indicate that there is no significant difference between groups (p> 0.05).
Conclusion: There was no difference in the activity of the enzyme lactate dehydrogenase between normoxia and intermittent hypobaric hypoxia
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Rahayu
"Tujuan: Menganalisis hipoksia kornea pada pemakai lensa kontak lunak melalui pemeriksaan ekspresi HIF-1?, aktivitas enzim LDH dan MDH pada air mata. Selain itu, penelitian ini juga menilai korelasi antara perubahan ekspresi HIF-1?, aktivitas enzim LDH, MDH dan rasio LDH/MDH air mata dengan ketebalan, kepadatan sel endotel dan koefisien variasi sel endotel kornea pada pemakai lensa kontak lunak.
Metode: Penelitian ini terdiri dari dua sub penelitian prospektif eksperimental pada pasien myopia sedang. Subyek adalah pasien myopia sedang yang belum pernah menggunakan lensa kontak penelitian I dan pengguna lensa kontak lunak lama yang bersedia melepas lensa kontak lunak penelitian II . Pada kedua penelitian, dilakukan analisis perubahan biomolekuler tersebut dan klinis kornea. Subyek menjalani pemeriksaan refraksi, slit lamp, Non Con Robo, dan pengambilan sampel air mata. Subyek di follow up pada hari 1, 7, 14, 28 penelitian II dan 56 penelitian I . Pemeriksaan laboratorium terhadap HIF-1?, aktivitas enzim LDH dan MDH dilakukan di Laboratorium Biokimia FKUI. Uji statistik perbandingan pengukuran serial dengan uji post hoc dilakukan untuk menilai perubahan penanda biomolekuler dan klinis kornea pada kedua sub penelitian.
Hasil: Terdapat 14 subyek 28 mata yang diikutsertakan pada masing-masing penelitian. Pada penelitian I, ketebalan kornea cenderung meningkat pada hari ke-1 dan kemudian menurun kembali. Konsentrasi HIF-1? meningkat pada hari ke-1 walaupun tidak bermakna p=0,193. Konsentrasi MDH cenderung meningkat pada hari ke-1 dan hari ke-28 setelah pemakaian. Rasio LDH/MDH meningkat bermakna pada hari ke-56 p=0,023. Terdapat korelasi positif moderat antara perubahan ketebalan kornea hari ke-56 dan perubahan aktivitas LDH hari ke-56 r = 0,559, p = 0,016. Subjek penelitian II memiliki kadar LDH yang lebih tinggi 0,10 0,05 IU/mg protein vs 0,06 0,04 IU/mg protein, p=0,04. Pada penelitian II, tidak ditemukan adanya perubahan ketebalan kornea sentral setelah pelepasan lensa kontak lunak hingga hari ke-28 p=0,089. Jumlah sel heksagonal menurun signifikan pada hari ke-7 p=0,008 dan hari ke-28 p=0,049. Penurunan bermakna aktivitas enzim MDH terjadi pada hari ke-7 p=0,003, hari ke-14 p=0,026, dan hari ke-28 p=0,03. Ketebalan kornea sentral mata setelah penghentian lensa kontak lunak 28 hari tetap lebih tipis dibandingkan na ve eye p < 0.001.
Kesimpulan: Penggunaan lensa kontak jangka panjang menyebabkan terjadinya berkurangnya ketebalan kornea sentral. Penghentian pemakaian lensa kontak lunak pada pengguna lensa kontak lunak lama menurunkan aktivitas LDH dan MDH air mata. Perubahan aktivitas LDH, MDH dan rasio LDH/MDH berkorelasi dengan perubahan klinis kornea."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claresta Diella
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas laktat dehidrogenase LDH serum dan korelasinya dengan asupan karbohidrat pada pasien kanker paru stadium lanjut di Rumah Sakit Kanker Nasional Dharmais Jakarta. Pada sel kanker terjadi efek Warburg yaitu kecenderungan sel kanker untuk melakukan glikolisis anaerob. Enzim LDH berfungsi sebagai katalisator untuk mengubah piruvat menjadi laktat pada keadaan anaerob. Peran laktat pada pada sel kanker meliputi inisiasi pertumbuhan tumor, menjaga kelangsungan sel kanker, proliferasi, angiogenesis, dan metastasis. LDH dapat digunakan sebagai marker diagnostik, penentu prognosis, sensitivitas dan resistensi tumor terhadap terapi, dan target potensial untuk kemoterapi. Subjek didapatkan melalui consecutive sampling yang melibatkan 56 subjek kanker paru stadium lanjut. Rerata usia hasil adalah 56,98 10,36 tahun, sebanyak 55,4 berjenis kelamin laki-laki. Asupan karbohidrat berdasarkan food recall 1 x 24 jam adalah 57,64 10,85 , sedangkan berdasarkan food frequency questionnaire FFQ semikuantitatif adalah 57,98 10,50 . Nilai median aktivitas LDH adalah 541,5 164 ndash;6539 IU/L yang sebanyak 60,7 aktivitasnya meningkat. Pada penelitian ini didapatkan korelasi negatif yang bermakna dengan kekuatan sedang p = 0,017, r = - 0,317 antara asupan total karbohidrat per hari dalam gram berdasarkan metode food recall 1 x 24 jam dengan aktivitas LDH serum. Tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara total karbohidrat per hari dalam gram berdasarkan metode FFQ semikuantitatif dan asupan karbohidrat terhadap total energi dengan aktivitas LDH baik berdasarkan metode FFQ semikuantitatif dan food recall 1 x 24 jam.Kesimpulan: Asupan karbohidrat dalam 24 jam berkorelasi negatif bermakna dengan aktivitas LDH serum pada pasien kanker paru stadium lanjut.

The aim of this study is to determine serum lactate dehydrogenase LDH activity and its correlation with carbohydrate intake in advanced lung cancer patients at Dharmais National Cancer Hospital Jakarta. Cancer cells are characterized by increase anaerobic glycolysis termed the Warburg effect. LDH enzyme catalyzes the convertion of lactate to pyruvate in anaerobic condition. Activity of lactate in cancer influences on tumor growth initiation, tumor survival, proliferation, angiogenesis and metastasis. Serum LDH activity can be used as a diagnostic marker, prognostic marker, predictive marker for tumor sensitivity and resistancy to therapy, and potensial target for chemotherapy. 56 subjects of advanced lung cancer are recruited by consecutive sampling. The mean of age subjects is 56,98 10,36 years old and 55,4 were male. Carbohydrate intake based on food recall 1 x 24 hours is 57,64 10,85 , while based on food frequency questionnaire FFQ semiquantitative is 57,98 10,50 . The median of LDH activity is 541,5 164 ndash 6539 IU L and 60,7 is increse. This study show medium negative significant correlation p 0,017, r 0,317 between total carbohydrate intake per day in grams based on food recall 1 x 24 hours with LDH serum activity. There is no significant correlation between total carbohydrate intake per day in grams based FFQ semiquantitative and carbohydrate intake of total energy with LDH serum activity based on food recall 1 x 24 hours and FFQ semiquantitative. In conclusion, there is medium negative significant correlation between carbohydrate intake in 24 hours with LDH serum activity in advanced lung cancer patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Corry Agustine Nias
"ABSTRAK
Latar belakang: Diagnosis cepat efusi pleura eksudatif harus mampu mengesampingkan TB sebagai agen penyebab. Cancer ratio, rasio antara serum laktat dehidrogenase (LDH) dan cairan pleura adenosin deaminase (ADA), >20 diprediksi untuk efusi pleura ganas. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati nilai diagnostik dan untuk menetapkan titik potong diagnostik cancer ratio untuk EPG di negara dengan beban TB yang tinggi seperti di Indonesia.
Metode: Penelitian prospektif potong lintang ini melibatkan 65 subjek dari pasien dengan efusi pleura eksudatif yang diduga keganasan yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta, Indonesia.
Hasil: Cancer ratio> 20 memiliki sensitivitas 61,82%, spesifisitas 80%, nilai duga positif (NDP) 94,44% dan nilai duga negatif (NDN) 27,59%. Nilai titik potong cancer ratio >26 menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas masing-masing 0,43 (IK 95% 0,31-0,55) dan 0,9 (IK 95% 0,82-0,97). Luas AUC 0,76 menunjukkan akurasi yang baik. Rasio kemungkinan positif adalah 4,36 (IK 95% 3,43-5,29) sedangkan rasio kemungkinan negatif pada titik potongini adalah 0,22 (IK 95% 0,13-0,33). Nilai duga positif adalah 0,96 (IK 95% 0,91-1) sedangkan nilai duga negatif pada titik potong ini adalah 0,22 (IK 95% 0,12-0,32).
Kesimpulan: Nilai titik potong cancer ratio >26 sangat prediktif untuk keganasan pada pasien dengan efusi pleura eksudatif di negara dengan beban TB tinggi berdasarkan nilai spesifisitas, nilai duga positif dan rasio kemungkinan positif yang tinggi.

ABSTRACT
Background: Rapid diagnostics of exudative pleural effusion should able to rule-out tuberculosis (TB) as the causative agent. Cancer ratio, a ratio between serum lactate dehydrogenase (LDH) and pleural fluid adenosine deaminase (ADA), of >20 were predictive for malignant pleural effusion. This study was aimed to observe the diagnostic values and to set the cut-off diagnostic level of cancer ratio for MPE in a country with a high burden of TB such in Indonesia.
Method: This prospective cross-sectional study involved 65 subjects from the patients with exudative pleural effusion suspected of malignancy treated at Persahabatan Hospital Jakarta, Indonesia
Result: The cancer ratio at >20 possessed a sensitivity of 61.82%, a specificity of 80%, positive predictive value (PPV) of 94.44%, and negative predictive value (NPV) of 27.59%. The cancer ration set at >26 cut-offs showed sensitivity and specificity of 0.43 (95%CI 0.31-0.55) and 0.9 (95%CI 0.82-0.97), respectively. The area under the curve (AUC) of 0.76 suggested good accuracy. The positive likelihood ratio (PLR) was 4.36 (95%CI 3.43-5.29), while the negative likelihood ratio (NLR) at this cut-off was 0.22 (95 % CI 0.13-0.33). The PPV was
0.96 (95% CI 0.91-1), while the NPV at this cut-off was 0.22 (95% CI 0.12-0.32).
Conclusion: The cancer ratio set at >26 cut-offs was highly predictive for malignancy in patients with exudative pleural effusion at high TB burden country based on its high specificity, PLR, and PPV."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tumilaar, Maria Regina
"Ibu postpartum primipara merupakan klien pasca melahirkan anak pertama dengan masa pemulihan hingga waktu 6 minggu berikutnya. Pada masa tersebut ibu memerlukan dukungan untuk beradaptasi secara fisik dan psikologis. Perubahan peran menuntut ibu postpartum bertanggungjawab terhadap kebutuhan diri dan bayinya. Karya ilmiah ini bertujuan menganalisis penerapan intervensi manajemen laktasi dan pengelolaan fertilitas pada klien ibu postpartum primipara. Metode yang digunakan berupa laporan kasus yang dikelola selama kurang lebih 3 minggu dengan memberikan konseling laktasi, promosi perlekatan, dan edukasi keluarga berencana. Hasil menunjukkan bahwa klien mampu memahami edukasi yang diberikan serta menerapkan masukan perawat dengan baik, sehingga didapatkan proses menyusui efektif, nutrisi bayi tercukupi, dan klien mampu merencanakan penggunaan kontrasepsi.

Primiparous postpartum mothers are clients after giving birth to their first child with a recovery period of up to the next 6 weeks. At this time, mothers need support to adapt physically and psychologically. Changes in roles require postpartum mothers to be responsible for the needs of themselves and their babies. This scientific work aims to analyzed the application of lactation management interventions and fertility management in primiparous postpartum mothers. The method used is a case report which is managed for approximately 3 weeks by provided lactation counseling, attachment promotion, and family planning education. The results showed that the client is able to understand the education and apply the nurse's input well, so that the breastfeeding process can be effective, the baby's nutrition is adequate, and the client is able to plan the use of contraception."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Reisa Melisa Wijaya
"Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang dapat berkontribusi pada anemia ibu menyusui. Belum adanya prevalensi khusus anemia pada ibu menyusui menjadi masalah baru karena anemia pada ibu menyusui dapat memberikan dampak buruk kepada ibu dan bayinya. Selain itu, faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu menyusui belum diketahui secara menyeluruh. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan metode pengambilan sampel konsekutif yang melibatkan 74 subjek ibu menyusui berusia 20-35 tahun yang melahirkan 3-6 bulan terakhir. Lokasi penelitian berada di Puskesmas Grogol Petamburan dan Cilincing, Jakarta, Indonesia pada bulan Februari-April 2019. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data karakteristik dasar dan asupan zat gizi. Pemeriksaan antropometri (indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar lengan atas/LiLA) dan laboratorium (hemoglobin, serum feritin, dan serum c-reactive protein) dilakukan. Uji t tidak berpasangan, uji Mann Whitney, dan uji Fisher exact digunakan untuk menganalisis hubungan faktor nutrisi dan non-nutrisi dengan anemia. Nilai P< 0,05 dianggap signifikan. Hasil penelitian didapatkan prevalensi anemia 8% dengan anemia defisiensi besi sebesar 3%. Dari faktor nutrisi didapatkan hubungan yang bermakna antara IMT (p=0,023) dan LiLA (p=0,017) dengan status anemia. Sedangkan tidak didapatkan hubungan antara faktor non nutrisi dengan anemia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa IMT dan LiLA yang lebih tinggi lebih tidak berisiko untuk terjadinya anemia pada ibu menyusui.

The study aimed to explore contributing factors of anemia in lactating mothers. No prevalence data of anemia in lactating mothers become a new problem because anemia can give bad impacts to both mothers and babies. Beside that, there is lack of knowledge about contributing factors of anemia in lactating mothers. This was a cross sectional study that used consecutive sampling method which recruited 74 subjects of lactating mothers aged 20-35 years old who gave delivery within the last 3-6 months in Grogol Petamburan and Cilincing Primary Health Care, Jakarta, Indonesia in February to April 2019. Interview was used to collect basic characteristic data and dietary intakes. Anthropometric measurement and laboratory examination (hemoglobin, ferritin serum, and c-reactive protein) were done. T-independent test, Mann Whitney test, and Fisher exact test were used to determine factors associated with anemia. P-value <0.05 was considered as significant. Results showed that the prevalence of anemia is 8% with 3% iron deficiency anemia. Significant correlations were found between BMI (p=0.023) and MUAC (p=0.017) with anemia status. In conclusion, those with higher BMI and MUAC are less likely to develop anemia in lactating mothers."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lintang Purwara Dewanti
"ABSTRAK
Dukungan yang diberikan kepada ibu menyusui untuk melakukan praktik menyusui
sesuai dengan rekomendasi WHO telah banyak dan beragam. Namun demikian,
meningkatkan praktik menyusui sesuai rekomendasi tersebut tampaknya memang
bukan hal yang mudah. Salah satu bentuk dukungan yang diberikan kepada ibu baik
oleh teman sebaya (peer) maupun tenaga ahli (professional) dapat berupa kelompok
pendukung ibu ataupun berupa konsultasi satu-lawan-satu atau individual.
Dukungan tersebut pada akhirnya akan sangat membantu apabila diberikan sesuai
dengan kebutuhan dan karakteristik ibu menyusui sehingga dapat mencapai praktek
menyusui yang sesuai dengan rekomendasi. Pendekatan kualitatif digunakan untuk
mengeksplorasi praktik menyusui dan pengalaman ibu dalam menghadiri kelompok
pendukung atau konsultasi individu. Praktek menyusui di kalangan ibu-ibu dalam
bentuk kelompok dan bentuk individu sesuai dengan rekomendasi. Kedua bentuk
dukungan dapat memberi manfaat bagi ibu dengan memberi edukasi utamanya jika
mereka mendapat dukungan menyusui (baik kelompok atau individu) sedini
mungkin yaitu selama masa kehamilan, tentang praktek pemberian ASI yang
direkomendasikan dan bagaimana mempertahankannya. Dukungan dalam bentuk
kelompok, dengan suasana yang tepat, ibu dapat berbagi pengalaman mengenai
menyusui dan saling memberi semangat satu sama lain. Sementara dukungan dalam
bentuk individu, ibu meningkatkan praktek pemberian ASI mereka dengan
mengatasi masalah menyusui secara lebih fokus dibantu oleh konsultan
laktasi/konselor menyusui. Praktek menyusui yang baik dapat terus dipertahankan
oleh pengalaman ibu dalam bentuk dukungan kelompok atau bentuk dukungan
individu yang menyediakan lingkungan yang kondusif untuk ibu belajar dan/atau
untuk mengatasi masalah menyusui

ABSTRAK
Intervention to promote breastfeeding practice according to WHO recommendations
given to breastfeeding mothers have been many and varied. Nevertheless, improving
breastfeeding practices as recommended does not an easy thing. Type of support
given to the mother either by peers and experts (professionals) can be in the form of
support group and/or one-on-one or individual consultation. Such support will be
helpful if given in accordance with the needs and characteristics of breastfeeding
mothers to achieve appropriate breastfeeding practices with the recommendation.
Qualitative approach was used to explore mothers’ breastfeeding performance and
mothers’ experience attending the group and/or individual exposure. The
breastfeeding practice among mothers in group exposure and individual exposure
were in accordance with the recommendation. Both exposures are beneficial for
mothers by educating mothers for recommended breastfeeding practice and how to
maintain it especially if they were exposed to the breastfeeding support (groups or
individual) as early as possible i.e. during pregnancy period. Specific in group
exposure, with the proper group ambiance, mother can share experiences on
breastfeeding and encouraging each other. While in individual exposure, mothers
improved their breastfeeding practice by treating breastfeeding problem with more
focus helped by breastfeeding counselor/lactation consultant. Good performance on
breastfeeding among mothers’ can be maintained by their experiences of group or
individual exposure that allow mothers learn in conducive environment and/or
solved mothers’ breastfeeding problem"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Ricky
"Tesis ini disusun untuk mengetahui korelasi kelelahan dan kadar asam laktat darah dengan uji jalan enam menit (6MWT) pada pasien penyakit jantung koroner (PJK). Penelitian  ini menggunakan desain potong lintang, dengan pengambilan sampel secara konsekutif. Sebanyak 20 subjek penelitian yang merupakan pasien PJK pasca percutaneous coronary intervention (PCI) dan coronary arterial bypass grafting (CABG) yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kelelahan pasien PJK akan diukur menggunakan kuesioner fatigue severity scale (FSS) versi Bahasa Indonesia, dan dilanjutkan dengan pengukuran kadar asam laktat darah menggunakan alat accutrend plus sebanyak dua kali yaitu pada saat istirahat dan setelah dilakukan 6MWT. 6MWT dilakukan sesuai protokol standar pada lintasan 30 meter, untuk mengukur kebugaran kardiorespirasi. Jarak yang ditempuh pasien dikonversi menjadi VO2max menggunakan rumus Cahalin. Analisis statistik dilakukan untuk melihat korelasi antara nilai FSS dan kadar laktat darah dengan VO2max. Hasil penelitian menunjukkan korelasi negative yang tidak bermakna secara statistik antara FSS dan VO2max (r = -0,258; p > 0,05), serta pada kadar laktat darah dan VO2max (r = -0.18; p > 0,05). Namun didapatkan korelasi positif yang bermakna secara statistik antara FSS dan kadar asam laktat darah (r = 0,58; p < 0,05). Dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi antara kelelahan dan kadar asam laktat darah dengan 6MWT pada pasien PJK. Namun terdapat korelasi sedang antara kelelahan dan kadar asam laktar darah pada pasien PJK. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menilai faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan dan kadar asam laktat darah pasien PJK.

This thesis was prepared to determine the correlation of fatigue and blood lactate levels with a six-minute walk test (6MWT) in patients with coronary artery disease (CAD). This study used a cross-sectional design, with consecutive sampling. A total of 20 research subjects were CAD patients underwent percutaneous coronary intervention (PCI) and coronary arterial bypass grafting (CABG) who met the inclusion and exclusion criteria. The fatigue of CAD patients will be measured using the Indonesian version Fatigue Severity Scale (FSS) questionnaire, followed by measuring blood lactate using the accutrend plus device twice, at rest and after 6MWT. 6MWT was performed according to a standard protocol on a 30 meter track, to measure cardiorespiratory fitness. The distance traveled by the patient was converted to VO2max using the Cahalin formula. Statistical analysis was performed to see the correlation between FSS values and blood lactate levels with VO2max. The results showed a statistically insignificant negative correlation between FSS and VO2max (r = -0.258; p > 0.05), as well as on blood lactate levels and VO2max (r = -0.18; p > 0.05). However, there was a statistically significant positive correlation between FSS and blood lactate (r = 0.58; p < 0.05). It can be concluded that there is no correlation between fatigue and blood lactate with 6MWT in CAD patients. However, there is a moderate correlation between fatigue and blood lactic acid levels in CAD patients. Further research is needed to assess the factors that influence fatigue and blood lactic acid levels in CAD patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Suciati Ningsih
"ABSTRAK
Keloid adalah kondisi abnormal dalam proses penyembuhan luka yang tumbuh menyebar melebihi batas luka normal. Keloid berada dalam kondisi hipoksia relatif yang melibatkan proses adaptasi berupa perubahan lingkungan mikro dari normoksia menjadi hipoksia, termasuk dalam hal ini adalah metabolisme laktat. Monocarboxylate transporters MCTs yang berperan dalam metabolisme laktat pada patogenesis keloid belum jelas dipahami. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis metabolisme laktat pada jaringan keloid dengan mengukur ekspresi MCT1 dan MCT4 yang berperan penting dalam transpor laktat melalui membran plasma. Jenis penelitian ini adalah studi observasional deskriptif analitik dengan desain studi potong lintang cross sectional study . Sampel jaringan dan stroma keloid diperoleh dari 3 jaringan keloid dengan metode eksplan dan dibandingkan dengan stroma dari kultur primer dermis preputium sebagai kontrol. Ekspresi mRNA MCT1 dan MCT4 diukur dengan menggunakan quantitative real time-polymerase chain reaction qRT-PCR . Ekspresi protein MCT1 dan MCT4 dideteksi dengan teknik enzyme linked immunosorbent assay ELISA . Kadar laktat ekstraseluler diukur dengan EnzyChromTM L-Lactate Assay Kit. Ekspresi mRNA MCT1 dan MCT4 jaringan dan stroma keloid lebih tinggi bermakna dibandingkan stroma preputium.

ABSTRACT
Keloid is an abnormality of wound healing process that growing spread beyond the limits of normal injury. Keloid is in relative hypoxia condition that involves the adaptation of microenvironmental change from normoxia into hypoxia including lactate metabolism. The role of monocarboxylate transporters MCTs in lactate metabolism of keloid patogenensis still not clearly understood. Therefore, the aim of this study is to analyze lactate metabolism in keloid tissue by measuring the expression of MCT1 and MCT4 as the key player of lactate transport through the plasma membrane as in tumor microenvironment. The type of this research is descriptive analytic observational study with cross sectional study design. Keloid samples derived from 3 keloid tissue culture using explants method and compared with primary cultures of dermis foreskin as a control. MCT1 and MCT4 mRNA expression were measured using real time quantitative polymerase chain reaction qRT PCR. MCT1 and MCT4 protein expression was detected by using enzyme linked immunosorbent assay ELISA . Extracellular lactate levels measured by EnzyChromTM L Lactate Assay Kit. MCT1 and MCT4 mRNA expression of keloid tissues and stromal cells significantly higher compared with foreskin fibroblasts p"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>