Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150109 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muthia Octaviana Widianti
"ABSTRAK
Nama:Muthia Octaviana WidiantiProgram Studi:Magister Ilmu KeperawatanJudul:Hubungan Body Image, Dukungan Sosial, dan Efek Samping Kemoterapi dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker PayudaraPembimbing:Sri Yona, S.Kp., M.N., Ph.D. Masfuri, S.Kp., M.N. Prevalensi kejadian kanker payudara di dunia meningkat termasuk di Indonesia. Pasien kanker payudara mengalami perubahan secara fisik, psikologis, dan sosial yang berpengaruh terhadap kualitas hidup. Kualitas hidup dipengaruhi dimensi fisik efek samping kemoterapi , sosial dukungan sosial , emosional body image , dan sosial demografi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan body image, dukungan sosial, dan efek samping kemoterapi dengan kualitas hidup pasien kanker payudara. Desain penelitian Cross-sectional dengan consecutive sampling terdiri dari 110 pasien yang menjalani kemoterapi yang dipilih dan sesuai kriteria inklusi. Uji statistik bivariat menggunakan Gamma Somer rsquo;d dan multivariat menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan signifikan pada kualitas hidup yaitu body image p value=0,000 , dukungan sosial p value=0,019 , dan efek samping kemoterapi p value=0,000 . Hasil penelitian juga menunjukkan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien kanker payudara adalah body image. Body image, dukungan sosial, efek samping kemoterapi diharapkan sebagai dasar pengkajian pasien kanker payudara terhadap kualitas hidup.Kata kunci:body image, dukungan sosial, efek samping kemoterapi, kanker payudara, kualitas hidup.

ABSTRACT
Name Muthia Octaviana Widianti Study Programme Magister Ilmu Keperawatan Title Correlation Between Body Image, Social Support, Side Effects of Chemotherapy, and Quality of Life In Breast Cancer PatientsCounsellor Sri Yona, S.Kp., M.N., Ph.D. Masfuri, S.Kp., M.N. The number of breast cancer cases in the world remains high, likewise in Indonesia. Breast cancer survivors experience numerous physical, psychological, and social changes. Quality of life is influenced by physical side effects of chemotherapy , social social support , emotional body image dimension, and social demography. This study aims to investigate the correlation between body image, social support, side effects of chemotherapy,and quality of life in breast cancer patients. Cross sectional with consecutive sampling was employed and involving 110 patients undergoing chemotherapy who were selected based on determined inclusion criteria. Analysis bivariate statistic uses Gamma Somers rsquo d and multivariate analysis uses logistic regression. The result shows significant correlation to quality of life between body image p value 0,000 , social support p value 0,019 and side effects of chemotherapy p value 0,003 . This study also shows that body Image is predictor factor in quality of life in breast cancer patients. Body Image, social support, and side effects of chemotherapy needs to be concerned as an assesment for breast cancer patients to quality of life.Keywords body image, social support, side effects of chemotherapy, breast cancer, quality of life."
2018
T49545
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Susanti
"Pendahuluan: Prevalensi penyakit kanker payudara di Indonesia terus meningkat. Keberhasilan terapi kanker saat ini tidak lepas dari efek samping serta biaya yang tinggi, sehingga mendorong eksplorasi bahan alam yang berpotensi antikanker. β-glukan dari jamur tiram (Pleurotus ostreatus) berpotensi sebagai anti kanker melalui sifatnya sebagai imunostimulator. Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis aktivitas imunostimulasi dan anti proliferasi β-glukan pada tikus Sprague-Dawley yang diinduksi kanker payudara dengan DMBA.
Metode: Tikus dibagi dalam 7 kelompok yang terdiri atas kelompok normal (5 ekor) dan 6 kelompok perlakuan yang diinduksi DMBA (8 ekor per kelompok). Kelompok perlakuan terdiri atas kelompok DMBA, kelompok DMBA dengan β-glukan yang diberikan secara preventif dosis 0,25 g/kg BB (P 0,25) dan 1 g/kg BB (P 1,00) selama 28 minggu dan sebagai adjuvan bersama dengan Doxorubicin (10 μg/kg BB) dengan 2 dosis yang sama (A 0,25 dan A 1,00), β-glukan diberikan selama 30 hari. Induksi tumor dilakukan dengan pemberian DMBA per oral dengan dosis 20 mg/kg BB, selama 3 minggu (2x/minggu, total 5x).
Hasil: Pemberian β-glukan secara preventif cenderung menurunkan insidensi tumor sebesar 37,5% (P 0,25) dan 50 % (P 1,00) dibandingkan kontrol karsinogen DMBA (87,5 %). Volume total tumor terendah didapatkan pada kelompok P 0,25 (5,3 cm3), sedangkan jumlah total tumor terendah pada kelompok P 1,00 (5 nodul). Penurunan volume total dan jumlah total tumor juga tampak pada kelompok adjuvan. Kelompok A 0,25 memiliki volume total tumor (6,5 cm3) dan jumlah total tumor (8 nodul) terendah. Pemberian β-glukan secara preventif tampaknya memicu pelepasan TNF-α yang diikuti oleh NO dan memberikan hambatan karsinogenesis sehingga menurunkan volume dan jumlah total tumor. Terdapat gambaran Ductal Carcinoma Invasive (DCIV) pada semua kelompok perlakuan dengan rerata skor dan gradasi yang bervariasi, dimana kelompok P 0,25 memiliki rerata skor terendah (2,4). Pemberian β-glukan menghambat proliferasi sel tumor secara bermakna, dengan indeks AgNOR yang terendah pada P 0,25 (1,4 ; p < 0,05), dan A 0,25 (1,6; p <0,05). Ekspresi CD8+ pada kelompok β-glukan lebih rendah daripada kelompok DMBA.
Simpulan: β-glukan yang diberikan secara preventif memediasi respon imun antitumor yang diperantarai oleh TNF-α dan NO.

Introduction: The prevalence of breast cancer in Indonesia continues to increase. Since current therapy of cancer is accompanied by the presesnce of side effects and high costs, exploration of potentially natural anticancer material needs to be encouraged. β-glucan from oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) have potency as anti-cancer through its nature as an immunostimulatory. The purpose of this study is to analyze the activity of immunostimulation and anti-proliferation of β- glucan in Sprague-Dawley rats induced breast cancer with DMBA.
Methods: Rats were divided into 7 groups: i.e. 1 group of normal/control (5 rats) and 6 groups of DMBA-induced treatment (8 rats each). The treatment group consisted of DMBA and DMBA groups with β-glucan fed, which were given as preventive at dose of 0.25 g/kg-body weight (P 0.25) and 1 g/kg-body weight (P 1.00) everyday for 28 weeks and as adjuvant with doxorubicin (10 μg/kgbody weight) at the same dose (A 0.25 and A 1.00) everyday for 30 days. Cancer induction was conducted by giving DMBA orally at a dose of 20 mg/kgbody weight, for 3 weeks (twice a week, totally 5 times).
Results: The result showed decreasing tendency in the incidence of tumors in group P, i.e. 37.5% (P 0.25) and 50% (P 1.00), in comparison with DMBA (87.5%). The lowest total tumor volume was found in group P 0.25 (5.3 cm3), while the lowest total number of tumors were in group P 1.00 (5 nodules). A decrease in the total volume and the total number of tumors was also seen in the adjuvant group. Group A 0.25 has total tumor volume (6.5 cm3) and the total number of tumors (8 nodules) the lowest. Administration of β-glucan preventively seem to trigger the release of TNF-α followed by NO and inhibit carcinogenesis resulting in lower volume and the total number of tumors. Invasive Ductal Carcinoma (DCIV) were found in all treatment groups with varied mean score and gradation, where in group P 0.25 had the lowest mean score (2.4). Administration of β-glucan inhibits tumor cell proliferation significantly, with a low AgNOR index at P 0.25 (1.4; p <0.05), and A 0.25 (1.6; p <0.05). Expression of CD8+ in the group of β-glucans were lower than DMBA group.
Conclusion: β-glucan given preventively could favorably modify antitumor immune response mediated by TNF-α and NO."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Widiyaningrum
"ABSTRAK
Kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di dunia. IARC WHO menyebutkan 8,2 juta kematian terjadi akibat kanker dan 14,1 juta kasus kanker baru terjadi di dunia pada tahun 2012. Dari angka tersebut, Asia berkontribusi terhadap 54,9% kematian akibat kanker, dan 48,0% kasus kanker baru. Di Indonesia, prevalensi kanker sebesar 1.40/00 dan menempati penyebab kematian kedua setelah penyakit kardiovaskular di kelompok penyakit tidak menular sebesar 13%. Salah satu faktor risiko terjadinya kanker adalah adanya paparan zat yang bersifat karsinogen yang diperoleh di lingkungan kerja, sehingga skrining terhadap adanya kanker menjadi hal penting untuk dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan prototipe sistem kewaspadaan dini untuk pegawai yang berisiko terhadap paparan zat karsinogen yang merupakan salah satu faktor risiko munculnya penyakit kanker paru dan kanker payudara. Tingkat risiko kanker paru dan payudara diperoleh dengan mengolah variabel pada data hasil pemeriksaan kesehatan rutin pegawai. Prototipe menampilkan informasi tingkatan risiko kanker paru dan payudara serta dashboard gambaran risiko penyakit seluruh pegawai. Pengembangan sistem dilakukan dengan menggunakan metode prototipe model incremental dan pengumpulan data dilakukan melalui wawancara kepada pengguna sistem serta observasi dokumen. Hasil dari penelitian ini adalah terbangunnya prototipe sistem yang dapat memberikan informasi tingkatan risiko setiap pegawai terhadap penyakit kanker paru dan payudara sebagai early warning untuk pengobatan yang lebih dini.

ABSTRACT
Cancer is one of the leading causes of death in the world. International Agency for Research on Cancer WHO mentions 8.2 million deaths from cancer and 14.1 million new cases of cancer in 2012. Asia contributes to 54.9% of deaths from cancer, and 48.0% of new cancer cases. In Indonesia the prevalence of cancer is 1.40/00 and occupies the second cause of death after cardiovascular diseases due to Non Communicable Diseases. One of the risk factors of cancer is the exposed of carcinogenic substances obtained in the work environment. According to these, health screening activity become a priority. The purpose of this study is to develop an early warning prototype system of lung and breast cancer for employees at risk of exposure to carcinogenic substances. Prototype displays information on risk level against lung and breast cancer and also a dashboard of employee's risk to the disease. System development was done by using prototyping method and incremental model. Data collection was done through interview to the system user and document observation. Result of this research is a prototype system which can give information of lung and breast cancer risk level for early treatment and higher survival rate."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khafifah Sri Lestari
"Insomnia merupakan salah masalah tidur yang paling sering ditemukan pada usia lanjut. Faktor risiko terjadinya insomnia diantaranya faktor psikososial, lingkungan, dan faktor perubahan fisiologi lansia. Insomnia yang tidak tertangani dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup lansia. Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis penerapan evidence-based practices berupa intervensi unggulan dalam mengatasi insomnia lansia di PSTW Budi Mulia 01 Cipayung. Intervensi tersebut yaitu teknik relaksasi: warm footbath yang dilakukan selama 15-20 menit, dengan frekuensi 2 minggu. Hasil karya ilmiah ini menunjukkan skor Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) menurun pada lansia setelah dilakukan intervensi pada tiga lansia. Berdasarkan hasil tersebut, terapi warm footbath dapat menjadi pilihan dalam mengatasi insomnia pada lansia. Penulis merekomendasikan adanya penerapan teknik relaksasi warm footbath yang dilakukan secara rutin pada malam hari saat lansia akan tidur.

Insomnia is one of the most common sleep problems in the elderly. Risk factors for insomnia include psychosocial, environment, and physiological changes in the elderly. Untreated insomnia can have an impact on decreasing the quality of life of the elderly. This writing aims to analyze the application of evidence-based practices in the form as maintain intervention in dealing for older persons with insomnia at PSTW Budi Mulia 01 Cipayung. The intervention is a relaxation technique: warm footbath which is carried out for 15-20 minutes, with a frequency of 2 weeks. The results of this case study show that the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)’s score declined in three older persons women after intervention. Based on these results, warm foot bath therapy can be an option in dealing with insomnia in elderly. The author recommends the application of a warm footbath that can be done on a regular basis everyday at night when the elderly are going to sleep.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andrian Purwo Sulistyo
"Latar belakang: Sebuah penelitian di Rumah Sakit (RS) Norwegia (2012) menemukan 67,7% perawat dengan pola kerja gilir 3-rotasi mengalami insomnia. Banyak penelitian dilakukan tentang kerja gilir dan hubungannya dengan kesehatan, sehingga pola rotasi yang direkomendasikan tersedia, tetapi masih ada pola lain diterapkan, termasuk oleh pekerja rumah sakit. Pola kerja gilir iregular memiliki risiko terjadinya insomnia lebih besar. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pola kerja gilir 3-rotasi dengan insomnia pada pekerja RS.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain komparatif potong-lintang. Data sekunder dari 234 pekerja RS dengan pola kerja gilir 3-rotasi regular dan iregular diikutertakan dalam penelitian ini, yang memenuhi kriteria inklusi. Variabel yang dianalisis adalah faktor individu, seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan dan higiene tidur juga faktor pekerjaan, seperti profesi, masa kerja, dan unit kerja.
Hasil: Prevalensi insomnia klinis pada pekerja RS dengan pola kerja gilir 3-rotasi adalah 29.9%. Ketika insomnia ringan (pra-klinis) diikutsertakan, maka prevalensi insomnia adalah 55.5%. Variabel berhubungan dengan insomnia adalah: pola kerja gilir 3-rotasi (ROsesuaian 0.34; IK 95% 0.18 - 0.66), pekerjaan sampingan (ROsesuaian 0.46; IK 95% 0.22 - 0.99;), indeks higiene tidur (ROsesuaian 8.84; IK 95% 4.41 - 17.74). Variabel lain tidak berhubungan secara signifikan dengan insomnia preklinis-klinis.
Kesimpulan: Prevalensi insomnia preklinis-klinis adalah 55.5% di antara pekerja RS dengan pola kerja gilir 3-rotasi. Indeks higiene tidur adalah faktor paling dominan terkait dengan insomnia (ROsesuaian 8.84).
Background: A study in the Norwegian Hospital (2012) found 67.7% of nurses with 3-rotational shift work patterns had insomnia. Many studies exist on shift work and it’s association with health, there fore recommended shift patterns are available, but still other patterns are implemented, including among hospital workers. Irregular shift work patterns have a greater risk of insomnia. This study aims to determine association of 3-rotational shift work patterns with insomnia in hospital workers.
Method: This study used a cross-sectional comparative design. Secondary data from 234 hospital workers with regular and irregular 3-rotational shift work patterns were included in the study, who meet the inclusion criteria. Variables analyzed were individual factors, like age, gender, marital status and sleep hygiene also occupational factors, like profession, work period and work unit.
Results: The prevalence of clinical insomnia in hospital workers with 3-rotational shift work patterns was 29.9%. When light insomnia (pre-clinical) were included, the prevalence of insomnia was 55.5%. Variables associated with light - severe insomnia were: 3-rotational shift work patterns (ORadj 0.34; 95% CI 0.18 - 0.66), side jobs (ORadj 0.46; 95% CI 0.22 - 0.99), sleep hygiene index (ORadj 8.84; 95% CI 4.41 - 17.74). Other variables were not significantly related to insomnia.
Conclusion: Prevalence of insomnia preclinical - clinical was 55.5% among hospital workers with 3-rotational shift work. Sleep hygiene index is the most dominant factor associated with insomnia (ORadj 8.84). "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T58917
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pina Pudiyanti
"Pada pasien gagal jantung konsumsi garam harian dibatasi untuk mencegah penumpukan cairan dan memperburuk gejala penyakitnya. Kepatuhan dan pengetahuan pasien terhadap diet rendah garam dapat ditumbuhkan melalui pendidikan kesehatan yang diberikan oleh perawat. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi hubungan pendidikan kesehatan yang dilakukan perawat dengan tingkat kepatuhan dan pengetahuan pasien gagal jantung tentang diet rendah garam yang dipersepsikan perawat. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional, teknik non probability sampling, menggunakan uji chi square dan regresi logistik pada 152 perawat di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan kesehatan yang dilakukan perawat dengan tingkat kepatuhan dan pengetahuan pasien gagal jantung tentang diet rendah garam yang dipersepsikan perawat (p value 0,000; α < 0,005). Kepatuhan dan pengetahuan pasien tentang diet rendah garam akan meningkat dengan diberikannya pendidikan kesehatan yang baik oleh perawat agar pasien dapat meningkatkan kesehatan yang optimal.

In patients with heart failure, daily salt intake is limited to prevent fluid buildup and worsen the symptoms of the disease. Patient adherence and knowledge to a low salt diet can be grown through health education provided by nurses. The purpose of this study was to identify the relationship between nurses' health education and the level of compliance and knowledge of heart failure patients about the low salt diet perceived by nurses. The research design used cross sectional, non-probability sampling technique, using chi square test and logistic regression on 152 nurses at Harapan Kita Heart and Blood Vessel Hospital, Jakarta. The results showed that there was a significant relationship between health education performed by nurses with the level of compliance and knowledge of heart failure patients about the low salt diet perceived by nurses (p value 0.000; α <0.005). Patient compliance and knowledge about a low-salt diet will increase with the provision of good health education by nurses so that patients can improve their optimal health."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Joko Purwanto
"Self-care pasien gagal jantung merupakan fokus utama strategi non farmakologi dalam menurunkan angka morbiditas, mortalitas, rehospitalisasi dan meningkatkan kualitas hidup. Kemampuan self-care pasien jantung masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengenali faktor yang berhubungan dengan kemampuan self-care pasien gagal jantung. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 132 responden. Analisa data menggunakan analisis deskriptid, uji Chi Square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kemampuan self-care maintenance yang tidak adekuat, tetapi memiliki kemampuan self-care monitoring dan self-care management yang adekuat. Karakteristik sosisodemografik responden menunjukkan bahwa sebagian besar dewasa akhir yang berumur 46-65 tahun, laki laki, berpendidikan tinggi, penghasilan yang cukup; dan secara karakteristik klinis memiliki derajat gagal jantung kelas fungsional NYHA 2, FEVki > 50 %, lama sakit > 3 tahun dan memiliki ko-morbid ringan. Sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan baik, efikasi diri adekuat, tidak depresi dan dukungan pelaku rawat di keluarga yang adekuat. Terdapat hubungan yang signifikan antara derajat gagal jantung, lama sakit, ko-morbid dan efikasi diri dengan kemampuan self-care maintenance, dimana derajat gagal jantung adalah faktor yang paling dominan. Terdapat hubungan yang bermakna antara derajat gagal jantung, ko-morbid, pengetahuan dan dukungan pelaku rawat di keluarga dengan kemampuan self-care monitoring, dimana faktor yang paling dominan adalah derajat gagal jantung. Terdapat hubungan yang bermakna antara efikasi diri dan dukungan pelaku rawat di keluarga dengan kemampuan self-care management, dimana efikasi diri adalah faktor yang paling dominan. Perlunya dilakukan intervensi keperawatan spesifik terkait gagal jantung pada pasien untuk meningkatkan kemampuan self-care.

Self-care of heart failure patients is a main focus of non-pharmacological strategies to decrease morbidity, mortality, rehospitalization, and improve quality of life. Self-care ability of heart failure patients is still low. This study aims to identify factors related to self-care ability of patients with heart failure. This is a quantitative study with a descriptive analytic design using a cross sectional approach involving 132 respondents. Data were analyzed using descriptive analytic, Chi Square and logistic regression test. The results showed that most of the respondents have inadequate self-care maintenance, but have adequate self-care monitoring and self-care management abilities. Sociodemographic characteristics indicated that most of the respondents are late adulthood aged 46-65 years, male, have a fairly high income; and clinically characterized by a degree of heart failure NYHA functional class 2, LVEF > 50%, duration of illness > 3 years and have mild co-morbidities. Most of the respondents have a good level of knowledge, adequate self-efficacy, are not depressed and have adequate support from caregivers in their families. There is a significant relationship between the degree of heart failure, duration, co-morbidities and self-efficacy with self-care maintenance ability, whereas the degree of heart failure is the most dominant factor. There is a significant relationship between the degree of heart failure, co-morbidities, knowledge and support of caregivers in the family with the self-care monitoring ability, meanwhile the most dominant factor is the degree of heart failure. There is a significant relationship between self-efficay and caregiver support in the family with self-care management ability, and self-efficacy is the most dominant factor. Specific nursing interventions related to heart failure need to be carried out to improve self-care abilities."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Putri Afiffah
"Harga diri rendah kronik merupakan perasaan tidak berharga dan rendah diri yang berkepanjangan pada seseorang akibat penilaian negatif terhadap dirinya. Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ners ini untuk menganalisis penerapan pemberian asuhan keperawatan generalis dengan kegiatan terapi seni melukis bebas pada Tn. H usia 41 tahun dengan harga diri rendah kronik dan diagnosa media skizofrenia paranoid. Penilaian harga diri diukur menggunakan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Implementasi keperawatan yang dilakukan berfokus pada melatih kemampuan klien dan memasukkan latihan kemampuan ke dalam jadwal harian berikut dengan intervensi yang diberikan yaitu art therapy melukis bebas. Art therapy melukis sebagai salah satu kegiatan positif yang dilatih untuk mengekspresikan perasaan melalui media seni. Hasil dari karya ilmiah akhir ini menunjukkan bahwa klien mengalami penurunan tanda dan gejala harga diri rendah. Penerapan terapi seni melukis bebas dapat diadaptasi sebagai pengembangan standar asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosis harga diri rendah kronik.

Chronic low self-esteem is a prolonged feeling of worthlessness and low self-esteem in a person due to a negative assessment of oneself. The purpose of writing this final scientific paper for nurses is to analyze the application of generalist nursing care with free painting art therapy activities to Mr. H 41 th year old with chronic low self-esteem and medical diagnosis of paranoid schizophrenia. Self-esteem was measured using the Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). The nursing implementation that is carried out focuses on training the client's abilities and incorporates skills training into the daily schedule with the intervention given, namely free painting art therapy. Art therapy painting as a positive activity that is trained to express feelings through art media. The results of this final scientific paper show that the clients experience a decrease in signs and symptoms of low self-esteem. The application of free painting art therapy can be adapted as a standard for the development of mental nursing care with a diagnosis of chronic low self-esteem."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Destia Anggraini Rahmawati
"ADHF (Acute decompensated heart failure) merupakan suatu kondisi gagal jantung dengan perubahan mendadak pada jantung untuk berkontraksi, sehingga mengancam nyawa dan dapat menyebabkan edema paru. Gagal jantung dapat dikategorikan menurut nilai ejeksi fraksi, salah satunya heart failure with reduce ejection fracktion (HFrEF) dengan nilai EF ≤40%. Tanda klinis ADHF salah satunya edema pada tungkai. Hal ini terjadi karena kegagalan LV untuk berkontraksi sehingga menyebabkan aliran balik dengan penumpukan cairan diparu, kemudian kembali ke RV dan keluar melalui atrium kanan ke seluruh tubuh, salah satunya ke tungkai. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi edema tungkai yaitu ankle pumping exercise. Intervensi ini dilakukan selama 3 hari dengan frekuensi 10 kali/jam, kemudian dievaluasi selama 6 jam dengan metode pitting edema. Hasil intervensi menunjukkan terdapat perubahan derajat edema tungkai dari +3/+3 menjadi +1/+2. Hasil karya ilmiah ini diharapkan menjadi salah satu alternatif intervensi untuk mengurangi edema tungkai.

ADHF (Acute decompensated heart failure) is a condition of heart failure with sudden changes in the heart to contract, so it is life threatening and can cause pulmonary edema. Heart failure can be categorized according to the value of the ejection fraction, one of which is heart failure with reduced ejection fracture (HFrEF) with an EF value of ≤40%. One of the clinical signs of ADHF is edema in the legs. This occurs due to the failure of the LV to contract causing backflow with a buildup of fluid in the lungs, then back into the RV and out through the right atrium to the rest of the body, including the legs. The intervention to treat leg edema is ankle pumping exercise. This intervention was carried out for 3 days with a frequency of 10 times/hour, then evaluated for 6 hours using the pitting edema. The results of the intervention showed that there was a change in the degree of leg edema from +3/+3 to +1/+2. The results of this scientific work are expected to be an alternative intervention to reduce leg edema."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Edwina Khairat
"Skizofrenia merupakan penyakit gangguan jiwa dengan peningkatan kasus setiap tahun di Indonesia. Skizofrenia tergolong pada penyakit multifaktorial dengan adanya interaksi antara faktor lingkungan dan faktor genetik heritabilitas tinggi, sehingga faktor genetik memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan lingkungan. Skizofrenia digolongkan menjadi lima tipe berdasarkan gejala yang mendominasi. Tipe paranoid menjadi tipe skizofrenia yang terbanyak dibandingkan tipe lainnya. Gen-gen yang berperan pada skizofrenia umumnya gen-gen yang berhubungan dengan neurotransmitter dan hasil studi Genome Wide Association Study (GWAS) di Asia Timur dengan nilai Minor Allele Frequency (MAF) rendah. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara varian pada gen DTNBP1, COMT, GPM6A, RASSF1 dengan skizofrenia tipe paranoid pada pasien di Sumatera Barat, Indonesia. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 100 orang pasien skizofrenia tipe paranoid dan 100 orang sampel kontrol/non skizofrenia. Metode yang digunakan untuk analisis genotipe varian gen adalah dengan Restriction Enzyme Length Polymorphism (RFLP) dan Amplification Refractory Mutation System (ARMS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa varian pada gen GPM6A memiliki hubungan yang signifikan dengan kasus skizofrenia tipe paranoid di Sumatera Barat, Indonesia pada alel A dengan nilai p value 0,002 dan rasio odd 1,604 (1,076-2,390). Sehingga dapat disimpulkan bahwa gen GPM6A memiliki potensi sebagai kandidat marka genetik pasien skizofrenia tipe paranoid di Sumatera Barat, Indonesia.

Schizophrenia is a mental disorder with an increasing incindence every year in Indonesia. Schizophrenia is classified as a multifactorial disease with the interaction between environmental factors and high heretability genetic factors, thus genetic factors have a greater influence compared to the environment. Schizophrenia is divided into five types based on dominating symptoms. Paranoid types is the major type of schizophrenia compared to other types. The genes that play a role in schizophrenia are generally genes associated with neurotransmitters and Genome Wide Association Study (GWAS) in East Asia with low Minor Allele Frequency (MAF) scores. The aim of this study was to elucidate the association between variance in the genes DTNBP1, COMT, GPM6A, RASSF1 in paranoid schizophrenia patients in West Sumatra, Indonesia. One hundred paranoid schizophrenia patients and control/non-schizophrenia samples were included. Genotyping analysis was performed with Restriction Enzyme Length Polymorphism (RFLP) and Amplification Refractory Mutation System (ARMS). The results showed that variant of the GPM6A gene had a significant association with paranoid schizophrenia in West Sumatra, Indonesia in A allele with p value 0.002 and odd ratio 1.604 (1.076-2.390). In conclusion, the GPM6A gene has the potential as a genetic marker candidate of paranoid schizophrenia patients in West Sumatra, Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>