Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146140 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ayu Pradani Sugiyanto Putri
"Individu dengan kecemasan sosial menggunakan jejaring sosial sebagai perilaku aman untuk menurunkan risiko mendapat penilaian negatif dari orang lain dan untuk memenuhi kebutuhan akan relasi sosial yang tidak terpenuhi dari interaksi tatap muka. Individu merasa mendapat keuntungan dari perilakunya dan berusaha mengulang perilaku penggunaan jejaring sosialnya agar kembali mendapat keuntungan yang sama. Hal ini mengarahkan individu dalam mengembangkan penggunaan jejaring sosial yang berlebihan dan bermasalah yang dinamakan dengan adiksi jejaring sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas intervensi cognitive-behavioral therapy CBT dalam menurunkan tingkat adiksi jejaring sosial dan kecemasan sosial.
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi-eksperimental dengan satu kelompok disertai dengan pre-test dan post-test. Partisipan dalam penelitian ini diperoleh melalui purposive samping. Partisipan mengikuti lima sesi intervensi individual serta satu sesi pra-sesi dan satu sesi follow up. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan data kuantitatif menggunakan adaptasi alat ukur Internet Addiction Test IAT dan Social Interaction Anxiety Scale SIAS serta data kualitatif tentang perubahan kognisi dan perilaku partisipan sebelum dan setelah mengikuti intervensi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi CBT dapat menurunkan tingkat adiksi jejaring sosial dan kecemasan sosial pada partisipan. Partisipan menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mengontrol penggunaan jejaring sosialnya dan lebih nyaman untuk berinteraksi tatap muka dengan orang lain. Seiring kenyamanan partisipan untuk berinteraksi tatap muka, penggunaan jejaring sosial semakin menurun karena partisipan merasa kebutuhannya akan relasi sosial sudah terpenuhi di dunia nyata.Kata kunci: Adiksi jejaring sosial, Kecemasan sosial, Terapi kognitif-perilaku, CBT.

Someone with social anxiety use social networking sites as safety behaviors to reduce the risk of getting negative evaluation from others and to fulfill need of social relationship. The individual get benefit from their behavior and they repeat the behavior to get the same reinforcement. This process leads individuals to develop the excessive and problematic use of social networking sites that called as social networking sites addiction. This study aimed to identify effectiveness of cognitive behavioral therapy CBT to reduce the level of social networking sites addiction and social anxiety.
This study was a quasi experimental study with one group pre test and post test design. Participants in the intervention participated in five individual sessions, preceded by a pre session and followed by a follow up session. Analysis was conducted by comparing quantitative data obtained by adaptation of Internet Addiction Test IAT and Social Interaction Anxiety Scale SIAS and qualitative data showing changes in participants rsquo cognition and behavior before and after the intervention.
This study showed that the intervention can successfully decrease level of social networking sites addiction and social anxiety. Participants showed increased ability in controlling the use of social networking sites and more comfortable to interact face to face with others. When participants feel comfortable in interacting face to face with others, then the use of social networking sites decreases, because the need of social relationships have been fulfilled in the real world.Key words Social networking sites addiction, social anxiety, cognitive behavioral therapy, CBT
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T49191
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maha Decha Dwi Putri
"Kecemasan adalah suatu perasaan gelisah atau ketakutan terhadap sesuatu yang dapat dialami oleh semua individu, termasuk diantaranya lanjut usia. Pada lansia, kecemasan dapat disebabkan oleh perubahan kondisi fisik yaitu kondisi geriatrik, perubahan psikologis yaitu perubahan fungsi kognitif, perkembangan temprament individu, dan perubahan lingkungan seperti kemiskinan, seringnya terjadi kekerasan, pola adaptasi yang gagal, serta peristiwa hidup yang negatif. Kecemasan pada lansia dapat menyebabkan munculnya beberapa penyakit, diantaranya penyakit jantung, hipertensi, hingga berujung pada kematian.
Fenomena kecemasan ini cukup sering ditemui di usia lanjut. Di Indonesia, fenomena ini sering ditemui di beberapa kota dengan tingkat populasi lansia yang tinggi seperti di Kota Depok. Penelitian ini berusaha menjawab fenomena yang ada dengan memberikan intervensi psikologis kepada lansia yang berdomisi di Depok. Intervensi ini merupakan intervensi kelompok cognitive behavioral therapy (CBT) yang diberikan kepada 5 orang partisipan. Pegukuran dilakukan pada saat pra-intervensi dan pasca-intervensi untuk mengetahui perubahan tingkat kecemasan yang jelas pada masing-masing partisipan. Kelima partisipan yang mengikuti intervensi ini mengalami penurunan tingkat kecemasan yang diukur menggunakan skala PSWQ (Penn State Worry Questionaire) dan STAI (State Trait Anxiety Inventory). Penurunan pada kelima partisipan bervariasi tergantung dari masalah dan ketaatan partisipan saat mengikuti intervensi.
Kelima partisipan telah mengikuti teknik-teknik yang sudah diberikan selama proses intervensi seperti mengenali gejala, reaksi tubuh dan dampak cemas, membuat dan mengevaluasi rencana kegiatan, mengenali pikiran negatif, merekonstruksi pikiran negatif, mencari solusi dari masalah, dan berlatih relaksasi. Keberhasilan penelitian tergantung dari motivasi untuk sembuh, kepatuhan dalam mengikuti intervensi dan keinginan untuk melakukan teknik-teknik yang sudah diberikan selama intervensi.

Anxiety can be defined as a feeling of discouraged or frightened about something, occur in human beings, as well as to the old ages. For older people, anxiety can be caused by the changing of their physical condition e.g. geriatric condition, the changing of psychological condition e.g. the change of cognitive function, individual temperament development, the changing of their surroundings e.g. poverty, violence, the failure of adaptation pattern, and the negative side of life. Anxiety for the old ages may lead to some diseases such as coronary heart disease, high blood pressure which could lead them to death.
This anxiety phenomenon often appears in the old ages. In Indonesia, this phenomenon can be found in some cities with high population of the old ages such as in Depok. This research was trying to figure out the answer by giving a psychological intervention for old aged individual living in Depok. The intervention was group cognitive behavioral therapy (CBT) given to 5 participants. The measurement was done at pre intervention and post intervention to find the changing of anxiety level of each participant.
All participants who joined this intervention experienced decrease of anxiety level which was measured by PSWQ scale (Penn State Worry Questionnaire) and STAI (State Trait Anxiety Inventory). Various result was found depends on problems and the obediency of the participant during the intervention. The success of this research may be influenced the motivation of healing, obedient, and willingness to do the techniques given by participants.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31084
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Debi Oktarini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah program intervensi individual dengan pendekatan kognitif perilaku dapat menurunkan kecemasan sosial pada seorang remaja berusia 12 tahun. Program intervensi pada penelitian ini disusun berdasarkan pada tiga level tujuan intervensi dengan pendekatan kognitif perilaku yang diungkapkan oleh Stallard (2005), yang terdiri dari sesi psikoedukasi (hubungan antara pikiran, perasaan, dan perilaku), sesi identifikasi reaksi fisik yang menyertai emosi dan mempelajari keterampilan untuk mengatasi reaksi fisik tersebut, identifikasi pikiran disfungsional, menantang pikiran disfungsional, strategi mengatasi pikiran disfungsional, serta sesi praktik berbicara di depan kelas. Kecemasan sosial diukur sebelum dan sesudah pemberian program intervensi dengan menggunakan alat ukur Social Anxiety Scale for Adolescent yang dikembangkan oleh La Greca dan Lopez (1998). Berdasarkan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa program intervensi individual dengan pendekatan kognitif-perilaku efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan sosial pada subjek.

This study aims to know whether individual intervention program with cognitive behavioral approach can reduce social anxiety level for a 12 years old adolescent. This program was arranged based on three level purposes of cognitive behavioral intervention approach stated by Stallard (2005). It is consists of psychoeducational session (linkage between our thinking, feeling, and behavior), identification of body respons as a sign of emotion and practice the skill to cope with it, identification of dysfunctional thought, challenge it and practice the skill to cope with it, and last is perform in front of the class. The social anxiety were measured before and after the program was applied using Social Anxiety Scale for Adolescent developed by La Greca and Lopez (1998). Based on the data obtained, it can be concluded that individual intervention program with cognitive behavioral approach is effective to reduce the social anxiety on a subject."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T38902
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Amalia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian intervensi kelompok dengan pendekatan kognitif-perilaku pada mahasiswa perantau Universitas Indonesia yang memiliki permasalahan dalam penyesuaian diri sosial. Diketahui bahwa social self-efficacy merupakan karakteristik diri yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri sosial pada mahasiswa perantau. Melihat dampak masalah dalam interaksi sosial bagi mahasiswa perantau cukup besar dan memungkinkan munculnya permasalahan psikologis lebih berat, peneliti menilai perlu adanya suatu intervensi yang dapat mengatasi permasalahan tersebut dengan meningkatkan social self-efficacy mahasiswa perantau UI. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi-eksperimental dengan desain one group pre-post test yang dilakukan terhadap lima orang partisipan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan skor social self-efficacy pada kelima partisipan. Selain itu, dilihat dari hasil kualitatif terjadi pula perubahan pada aspek kognitif dan perilaku. Hal ini tampak dari perubahan penilaian diri partisipan, kemampuan menentang pikiran negatif menjadi pikiran yang lebih rasional. Semua partisipan tampak mengalami perubahan perilaku khususnya dalam hal mulai berinisiatif melakukan interaksi sosial dan ingin terlibat dalam kelompok pertemanan. Melalui penelitian ini, ditemukan pula bahwa intervensi dengan format berkelompok ini dapat memberikan manfaat dan perubahan terhadap kondisi partisipan. Hal ini terjadi karena adanya proses terapeutik melalui belajar dari pengalaman anggota kelompok lainnya.

This research was made to understand the effect of group therapy using cogntive behavioral approach to sojourner students of University of Indonesia that has social adjustment problem. Social self efficacy known as a traits that can affect social adjustment in sojourner student. Student rsquo s problem in social interaction has negative impact and became a serious psychological problem. Therefore, psychological intervention need to be done to solve the social adjustment problem with increasing social self efficacy to sojourner student of University of Indonesia. This research use quasi experimental as a method with one group pre post test design, by giving group therapy towards five participants.
Results of this research shows that social self efficacy increase in all of participants. In qualitative data, the results show that cognitive and behavior aspects in all of participants has changed. In cognitive aspects, shows that belief about self efficacy has changed and participant can dispute their negative thoughts so that they have more rational response. In behavioral aspects, shows that behavior in social interaction has changed, especially in initative to make a social contact and joining the groups. This research also shows that using group therapy has advantages to all participants due to therapeutic effects by learning from others member rsquo s experience.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T47522
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Eka Septilla
"Cukup banyak mahasiswa merasakan kecemasan sosial yang mengganggu kehidupan mereka di universitas. Kecemasan sosial pada mahasiswa memiliki banyak efek negatif, seperti nilai akademik menurun, kesulitan dalam adaptasi, masalah dalam hubungan interpersonal, kualitas hidup yang buruk, loneliness, dan sebagainya. Untuk mengatasi kecemasan sosial pada mahasiswa, salah satu bentuk intervensi yang efektif digunakan adalah Cognitive Behavior Therapy (CBT). Empat teknik utama yang digunakan dalam CBT untuk menangani kecemasan sosial adalah exposure, cognitive restructuring, relaxation training, dan social skill training. Penelitian ini menggunakan alat ukur Liebowitz Social Anxiety Scale (LSAS) dan alat ukur Fear and Avoidance Hierarchy. Subjek penelitian ini adalah dua mahasiswa dengan kecemasan sosial yang merasakan adanya dampak negatif dari kecemasan sosial. Intervensi ini terdiri dari empat sesi dan setiap sesi membutuhkan waktu 60 menit hingga 90 menit. Jeda sesi yang diberikan pada setiap partisipan adalah satu minggu. Berdasarkan data kualitatif menunjukkan bahwa CBT efektif menurunkan kecemasan sosial. Sementara itu, data kuantitatif menunjukkan hasil yang efektif pada satu partisipan.

There are a lot of undergraduate students who reported experiencing social anxiety and its negative impact negative to their life in university. There are many negative impacts of social anxiety for undergraduate students, such as poor academic performance, problem with adaptation, problem with interpersonal relationship, low quality of life, loneliness, etc. One of the most effective intervention to decrease social anxiety is Cognitive Behavior Therapy. Four technique in CBT that reported effective to decrease social anxiety, that are exposure, cognitive restructuring, relaxation training, and social skill training. To measure the effectiveness of CBT in reducing social anxiety, this study uses Liebowitz Social Anxiety Scale (LSAS), and Fear and Avoidance Hierarchy. The subjects of this study are two undergraduate students who experienced social anxiety and its negative impact in their lives. This intervention is implemented in 4 session and each session takes 60 minutes to 90 minutes. There?s one week between each session for each participant. The qualitative results of this study suggests CBT effectively decrease social anxiety. Meanwhile, the quantitative result of this study is CBT only effectively decrease social anxiety in one participant."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42194
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rabi`atul Aprianti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas intervensi cognitive behavior therapy (CBT) terhadap penurunan kecemasan dalam interaksi sosial pada siswa korban bullying. Partisipan penelitian ialah seorang siswa laki-laki yang sedang duduk di kelas X SMA dan memiliki riwayat sebagai korban bullying sejak kelas 2 SD hingga kelas VII MTs. Eksperimen dilakukan dengan desain single-case experimental, secara khusus desain AB. Hipotesis yang diajukan ialah terdapat perbedaan kecemasan dalam interaksi sosial pada siswa korban bullying sebelum dan setelah diberikan intervensi CBT. Analisis data menggunakan analisis visual dengan data grafik dan analisis kualitatif. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa CBT memberikan pengaruh terhadap kecemasan dalam interaksi sosial pada siswa korban bullying.

This research aims to know the effectiveness of cognitive behavior therapy to reduce anxiety in doing social interaction in bullying victim student. Subject of this research is a first grade high school student (boy) who has experienced bullying as a victim in second grade of elementary school until first grade of junior high school. Experiment is done by single-case experimental design, especially AB design. Hypothesis in this research is there will be an effect of cognitive behavior therapy to anxiety in doing social interaction. Visual inspection by data graph is used as data analysis combined with qualitative analysis. The findings show that cognitive behavior therapy gives an effect to the anxiety in doing social interaction on bullying victim student."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T48397
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Tala Harimukthi
"Individu dewasa muda yang mengalami gangguan kecemasan sosial memiliki penilaian negatif terhadap diri sendiri yang besar. Selain itu, individu juga lebih sering mengkritik diri secara negatif dibandingkan menerima dirinya. Self-compassion menjadi sesuatu yang penting untuk mereka agar dapat berbelas kasih terhadap dirinya sendiri dan menghadapi situasi-situasi yang membuat tidak nyaman serta menakutkan. Self-compassion merupakan sikap diri yang positif secara emosional dapat melindungi diri akibat adanya penilaian diri yang negatif, kritik diri negatif, isolasi diri, dan ruminasi. Penelitian ini menggunakan Acceptance and Commitment Therapy (ACT) untuk meningkatkan self-compassion pada individu dewasa muda yang mengalami kecemasan sosial. ACT menggunakan metode paparan (exposure) dan experiential avoidance. Penelitian ini merupakan quasi experiment research dengan metode pretest-posttest nonequivalent control group. Terdapat keterbatasan penelitian sehingga pada kelompok eksperimen hanya ada tiga partisipan yang dapat menyelesaikan intervensi hingga selesai, begitupun pada kelompok kontrol hanya ada tiga partisipan yang mengisi pre-test dan post-test. Partisipan pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan self-compassion berdasarkan skor pada Self-Compassion Scale (SCS) dan penurunan kecemasan sosial berdasarkan skor Liebowitz Social Anxiety Scale (LSAS), yang tidak dialami oleh partisipan pada kelompok kontrol. Hasil penelitian menemukan bahwa ACT dapat meningkatkan self-compassion pada individu dewasa muda dan menurunkan kecemasan sosialnya. Teknik ACT yang paling bermanfaat bagi partisipan adalah mindfulness. Temuan lainnya pada penelitian ini adalah gaya pengasuhan orangtua yang mengkritik anak akan menimbulkan kecemasan sosial. Penelitian ini juga memperoleh hasil bahwa individu yang memiliki self-compassion tinggi akan terhindar dari perundungan karena individu mampu memposisikan diirnya dengan baik. Penjelasan hasil penelitian dapat dilihat secara lengkap pada bagian diskusi.

Young adult with social anxiety disorder has a negative self-criticsm to theirselves than to accept. Self-compassion is a construct to help to caring, loving, and being compassion to self. Compassion help them to be warmth and kind to self in social situation that fear them. Self-compassion is an emotional positive attitude that can keep itself from what in the negative situation, negative self-criticsm, self-isolation, and rumination. Acceptance and Commitment Therapy (ACT) is used in this study for enhancing self-compassion among young adulthood with social anxiety. ACT aim to help individual with social anxiety to exposure to social experiences they avoid. This research is quasi experiment research with pretest-posttest nonequivalent control group design with three participants on each experiment and control group. The scores of Self-Compassion Scale (SCS) were increased and Liebowitz Social Anxiety Scale (LSAS) were decreased on experimental group. One of technique on ACT which help participants is mindfulness. Another result from this study are parental criticism would make people being social anxiety, people with high selfcompassion would avoid from bullying. The explanation of the results of this study can be seen in detail in the discussion section."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
T49424
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winaring Suryo Satuti
"Gejala psikosis singkat ramai dibicarakan di dunia medis terkait kemunculannya dengan Covid-19. Di beberapa penelitian terbaru kasus psikotik singkat meningkat pada pasien Covid-19 maupun penyintasnya (Brown et al., 2020; Naomi Zahrani, 2021). Merujuk pada penelitian (Tarrier et al., 2004), disimpulkan bahwa kombinasi dukungan keluarga dan etrapi CBT dapat mengurangi gejala kekambuhan psikotik pada ODS (Orang Dengan Skizofrenia). Lalu, pada penelitian (Kim et al., 2018) yang membuat aplikasi khusus skizofrenia berbasis teori CBT (Cognitive Behavioral Therapy) menunjukkan bahwa ODS puas dengan penggunaan aplikasi tersebut. Di Indonesia, penelitian mengenai pembuatan prototipe aplikasi khusus ODS berbasis CBT yang lengkap belum ada. Maka dari itu, peneliti melanjutkan penelitian Kim menggunakan pendekatan riset DSR (Design Science Research) lalu dievaluasi dengan faktor adopsi secara umum. Penelitian ini menghasilkan prototipe dengan pengguna ada tiga yaitu ODS, caregiver dan psikiater/psikolog. Untuk pengguna ODS dihasilkan 11 fitur. Pada pengguna caregiver dihasilkan 8 fitur. Sedangkan, pada pengguna psikolog/psikiater dihasilkan 7 fitur. Keluaran dari penelitian ini selain menghasilkan prototipe, juga menghasilkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengguna untuk menggunakan aplikasi ini. Pada pengguna ODS faktor yang mempengaruhi pengguna yaitu variabel-variabel tersebut adalah perceived ease of use, perceived usefulness, social influence, m-health technology design, data privacy, resistance to change, technology anxiety, portability, trust in mobile health services, self efficacy dan facilitating condition. Ke 11 variabel tersebut mempengaruhi variabel intention to use pada pengguna ODS. Berbeda dengan pengguna ODS, hasil wawancara evaluasi caregiver tidak menghasilkan variabel resistance to change dan facilitating condition, lainnya, variabel yang berpengaruh terhadap intention to use sama dengan variabel yang ada di ODS. Sedangkan variabel yang berpengaruh terhadap intention to use pada psikiater/psikolog adalah semua variabel sama dengan ODS dan caregiver hanya saja pada psikiater/psikolog tidak memiliki variabel portability dan trust in mobile health services. Keluaran berikutnya adalah hasil skor SUS atas evaluasi prototipe yaitu 79 yang mana berdasarkan range skor SUS Bangor dan kawan-kawan (2008) acceptability ratingnya adalah acceptable, kemudian grade scale-nya adalah C dan adjective ratingnya adalah good. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prototipe yang dibuat mudah digunakan, dapat diterima dan memuaskan pengguna.

Symptoms of brief psychosis are being discussed in the medical world related to their emergence with Covid-19. In several recent studies, brief psychotic cases have increased in Covid-19 patients and survivors (Brown et al., 2020; Naomi Zahrani, 2021). Referring to research (Tarrier et al., 2004), it was concluded that the combination of family support and CBT therapy can reduce psychotic relapse symptoms in ODS (People With Schizophrenia). Then, in a study (Kim et al., 2018) that made a special application for schizophrenia based on CBT (Cognitive Behavioral Therapy) theory, it showed that ODS were satisfied with the use of the application. In Indonesia, research on the development of a complete CBT-based ODS application prototype does not yet exist. Therefore, the researcher continued Kim's research using the DSR (Design Science Research) research approach and then evaluated it with general adoption factors. This study produced a prototype with three users, namely ODS, caregiver and psychiatrist/psychologist. For ODS users 11 features are generated. For caregiver users, 8 features are generated. Meanwhile, for psychologist/psychiatrist users, 7 features are generated. The output of this research in addition to producing a prototype, also produces what factors influence users to use this application. For ODS users, the factors that influence users are perceived ease of use, perceived usefulness, social influence, m-health technology design, data privacy, resistance to change, technology anxiety, portability, trust in mobile health services, self efficacy. and facilitating conditions. The 11 variables affect the intention to use variable on ODS users. In contrast to ODS users, the results of caregiver evaluation interviews do not produce resistance to change and facilitating conditions variables, other variables that affect intention to use are the same as those in ODS. While the variables that affect the intention to use in psychiatrists/psychologists are all the same variables as ODS and caregivers, except that psychiatrists/psychologist do not have portability and trust in mobile health services variables. The next output is the result of the SUS score on the evaluation of the prototype, which is 79 which based on the score range of SUS Bangor et al (2008) the acceptability rating is acceptable, then the grade scale is C and the adjective rating is good. So, it can be concluded that the prototype made is easy to use, acceptable and satisfying to users."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jumaini
"Isolasi sosial sebagai salah satu gejala negatif skizofrenia merupakan kegagalan individu untuk menjalin interaksi dengan orang lain akibat dari pikiran-pikiran negatif serta pengalaman yang tidak menyenangkan sebagai ancaman terhadap individu. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh terapi CBSST terhadap kemampuan bersosialisasi klien isolasi sosial di BLU RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Desain penelitian quasi experimental pre-post test with control group. Sampel berjumlah 60 orang yang meliputi 29 orang kelompok intervensi dan 31 orang kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan kemampuan kognitif dalam menilai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan serta kemampuan psikomotor dalam bersosialisasi meningkat secara bermakna setelah dilakukan terapi CBSST (p value<0.05). Peningkatan kemampuan bersosialisasi lebih tinggi secara bermakna pada kelompok yang mendapat CBSST dibandingkan kelompok yang tidak mendapatkan CBSST (p value<0.05). CBSST direkomendasikan diterapkan sebagai terapi keperawatan dalam merawat klien dengan isolasi sosial.

Social isolation as one of the negative symptoms of schizophrenia is the failure of individuals to establish interaction with others resulting from negative thoughts and unpleasant experiences as a threat to the individual. The purpose of this study was to determine the effects of CBSST therapy on socialization ability the client with social isolation in the Marzoeki Mahdi hospital, Bogor. The research design was quasi-experimental pre-post test with control group. The sample of this research are clients of social isolation with amount of 60 respondents including 29 respondents in the intervention group and 31 respondents in the control group.
The results showed that the cognitive ability to judge ourselves, others and the environment and psychomotor ability in socialization increased significantly after CBSST therapy (p value < 0.05). This research showed significant comparation of socialization ability in socialization between group with CBSST therapy and neither (p value < 0,05). CBSST therapy recommended as nursing therapy used to treat client with social isolation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sartika Ria Febrina
"Perwujudnyataan dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini dapat dilihat dari maraknya penggunaan media sosial. Kemudahan akses terhadap media sosial saat ini menyediakan sarana keterhubungan tanpa batas. Hal ini berpotensi untuk menimbulkan penggunaan media sosial yang berlebihan, terutama pada individu dengan fear of missing out FoMO untuk menghubungkan dirinya dengan orang lain guna mengatasi kekhawatiran akan ketertinggalannya. Penggunaan media sosial berlebihan yang disertai dengan pelbagai masalah yang menyertai perilaku tersebut dikenal dengan istilah adiksi media sosial. Perspektif biopsikososial dari adiksi media sosial menunjukkan bahwa kerentanan individu terhadap adiksi media sosial dapat ditinjau dari predisposisi individu dan kebudayaan. Predisposisi individu ini dapat ditinjau melalui sifat kepribadian. Kerentanan individu terhadap FoMO juga dapat ditinjau dari karakteristik individu melalui penelusuran terhadap sifat kepribadian. Penelitian ini dilakukan untuk menelusuri hubungan antara sifat kepribadian, fear of missing out, dan adiksi media sosial pada penggunaan media sosial dalam konteks Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara FoMO dengan adiksi media sosial. Selain itu, sifat neuroticism dan conscientiousness secara signifikan berhubungan dengan adiksi media sosial. Sifat kepribadian neuroticism, extraversion, agreeableness, dan conscientiousness secara signifikan berhubungan dengan FoMO.

The manifestation of information and communication technology development can be seen in the rising usage of social media. Easy access to social media could give meaning to unlimited connectivity. It could potentially become an excessive use of social media, especially for those with fear of missing out FoMO, to connect themselves with others in order to overcome their fears. Excessive use of social media and problems that come with it, is known as social media addiction. Biopsychosocial perspective shows that individual proneness to social media addiction could be seen through individual predisposition and culture. Individual predisposition could also define individual proneness to FoMO. Thus, this study is conducted to explore the relationship between personality traits, FoMO, and social media addiction on social media usage in Indonesia. The results indicate that there is a significant relationship between FoMO with social media addiction. Personality traits of neuroticism and conscientiousness are significantly related to social media addiction. Personality traits of neuroticism, extraversion, agreeableness, and conscientiousness are significantly associated with FoMO.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>