Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165491 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raga Jiwa Zoelya
"Skripsi ini membahas tentang han dan kerinduan dalam enam sijo karya Hwang Jin Yi yaitu 산은 옛 산이로되 (Saneun Yet Sanirodwe), 어져 내 일이야 (Ojyo Nae Iriya), 동짓달 기나긴 밤을 (Dongjitdal Ginagin Bameul), 청산리 벽계수야 (Chongsanri Byokkyesuya), 청산은 내 뜻이요 (Chongsaneun Nae Teusiyo), 내 언제 무시호혀 (Nae Onje Musihohyo). Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan intrinsik guna mengetahui simbol dan citraan yang terdapat dalam keenam sijo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keenam sijo tersebut menggunakan citraan dan simbol yang menjadikan sijo tersebut bernilai tinggi.

This thesis is about han and yearning in six Hwang Jin Yi’s sijo. This research applied a qualitative methode with intrinsic approach. This study aimed to know how is gisaeng’s han and yearning portrayed in six Hwang Jin Yi’s sijo. As well as what kind of imagery and symbol that used. This study indicate yearning that Hwang Jin Yi suffered as a gisaeng is tragic yearning. Through imagery and symbol analyisis of six Hwang Jin Yi’s sijo dominantly use imagery and symbol which make those sijo a great sijo.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S70161
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hestiara Prasasti
"Penelitian ini membahas tentang sebuah sijo karya seorang gisaeng. Sijo ini berjudul dongjitdal Ginagin Bameul – malam bulan November yang panjang. Metodologi yang digunakan adalah analisis sosiologis. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan unsur-unsur yang mempengaruhi terbentuknya sijo ini. Melalui analisis sosiologis, dapat disimpulkan bahwa sijo karya Hwang Jin Yi menentang ajaran Neo-Konfusianisme, dan sijo ini dipengaruhi oleh latar belakang, ideologi dan status sosial Hwang Jin Yi sebagai seorang gisaeng sekaligus penganut agama Budha. Puisi ini bertemakan cinta yang seharusnya tidak boleh digunakan sebagai tema untuk penulisan sijo.

This study examines about sijo created by a gisaeng. This sijo is called Dongjitdal Ginagin Bameul – a very long long November night. The method use is sociolgy analysis. This study attemps to find which element that make contribution to this sijo. Using this method, it can be concluded that sijo by Hwang Jin Yi is against Neo-Confucianism, and this sijo is influenced by her social background, ideology, and her social status as a gisaeng and an adherent of a teaching of budhism. The theme of this sijo is love, which is restrictid theme to write a sijo.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Fajrini
"Puisi adalah salah satu sarana bagi penyair untuk mengekspresikan diri atau menyampaikan pikirian mereka. Oleh karena itu, tidak jarang pula puisi dijadikan sebagai alat kritik sosial atas situasi yang sedang terjadi. Hal ini, misalnya, diperlihatkan oleh salah satu penyair ternama Korea, penyair Han Yongun, yang merupakan penyair terkenal pada tahun 1920-an. Puisi-puisi Han Yongun sarat dengan tema cinta. Akan tetapi, di balik tema tersebut, terdapat makna lain yang tersirat. Dalam puisi-puisi yang ditulis Han Yongun pada masa itu, ia menyampaikan perasaan, harapan dan kritikannya terhadap kolonialisasi Jepang yang terjadi di Korea pada tahun 1910-1945. Tiga diantara puisi karya Han Yongun yang mewakili pikiran dan kritiknya adalah 등불 (deungbul - lampu), 알 수 없어요 (al su eopseoyo - tidak tahu), dan 찬송 (chansong - sanjungan).

Poetry is one of mediums for poets to express themselves or communicate their thought. Therefore, sometimes poetry used as a tool to critic the situations which happen in that time. For example, Han Yongun is one of the great poet in 1920s who communicated his thoughts by his peoms. Han Yongun’s poems loaded with theme of love. But behind that theme, there are other meanings implied. In the poems written by Han Yongun in that time, it conveys his feelings, expectations, and critism of Japanese colonization which occured in Korea in 1910-1945. Han Yongun's three poems representing thoughts and critisms are등불 (deungbul - light), 알 수 없어요 (al su eopseoyo - unknown), dan 찬송 (chansong - praise)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Nur Fathiya
"Jurnal ini membahas tentang analisis simbol yang terdapat dalam esai Korea berjudul Bori karya Han Heuk Goo dalam buku kumpulan esai berjudul Hanguk Beseteu Suphil 70. Pada penelitian ini, penulis menganalisis makna dari simbol-simbol dalam esai Bori melalui pendekatan semiotik. Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif serta studi kepustakaan yang bersumber dari buku-buku dan artikel terkait. Penelitian dimulai dengan menerjemahkan esai Bori, kemudian mencari sumber-sumber terkait dengan penelitian. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah Han Heuk Goo menggunakan berbagai simbol dalam esai ini untuk menyampaikan pesan perjuangan kepada seluruh masyarakat Semenanjung Korea di tahun 1955 untuk tetap berteguh hati dan tidak berputus asa meskipun pada saat itu mereka sedang berada dalam keterpurukan pasca Perang Korea.

This journal discusses about symbols analysis that contained in Korean essay entitled Bori written by Han Heuk Goo from a book of essay collection entitled Hanguk Beseteu Suphil 70 and used semiotic approach to analyze the meaning of symbols in this essay. In conducting the research, the writer used descriptive qualitative and study of literature from books and related articles. The study begins with translating the essay and find other sources related to Bori essay. The writer found the conclusion that Han Heuk Goo used symbols in this essay to giving fight spirit for all of the people in Korean Peninsula in 1955. She wanted to encourage them to keep fight for living and not to losing hope eventhough they were in an adversity situation caused by Korean War."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Sarah Maretha
"Penelitian ini menganalisis tema yang terkandung dalam cerpen Korea berjudul Hak karya Hwang Sun-won dengan memaparkan subtema yang terkait dan menjelaskan gagasan pendukung. Sebagai bahan penelitian digunakan teks cerpen Hak. Alasan pemilihan cerpen ini adalah karena berbeda dengan karya sastra mengenai perang sipil pada umumnya yang lebih mengutamakan perbedaan ideologi, Hak justru menggambarkan tragedi kemanusian melalui keadaan dua sahabat ketika terjadinya Perang Korea yang erat kaitannya dengan tema kemanusiaan, sehingga karya ini menarik untuk dianalisis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan teknik yang digunakan adalah analisis teks dengan merujuk pada teks cerpen Hak karya Hwang Sun-won. Pendekatan analitis teks dalam penelitian ini digunakan sebagai salah satu tolak dalam mengkaji karya sastra yang berkaitan dengan masalah-masalah tema kemanusiaan. Temuan yang diperoleh dari analisis penelitian ini ialah bahwa cerpen ini mengungkapkan tema kemanusiaan, yakni cinta kasih antar manusia yang mampu menyembuhkan atau mengobati luka atau penderitaan akibat Perang Korea. Melalui karya ini, pengarang juga berupaya untuk mengajak masyarakat Korea menemukan kembali hakikat sejati manusia yang saling menyayangi yang kerap terlupakan akibat perang.

This study analyzes the theme contained in Korea short story called Hak by Hwang Sun-won by examining the sub-themes which related and by explaining the supporting ideas. As the object of the study, writer uses the passage of the short story, Hak, itself. Writer chose this short story as the object of study because unlike many other tragic civil war tales focusing on the ideological differences, Hak portrays human tragedy of the Korean War through relationship between two best friends during Korean War which deeply related to humanity. Therefore it made this short story more interesting to be analyzed. This study used the analytic-descriptive method by using text analysis technique which refers to the short story, Hak, by Hwang Sun-won itself. This text analysis approaching is used as a base in examining the literature related to humanity problems. The result shown from this study is that this short story expresses the humanity theme which is love and warmth between human beings can heal the pain and suffer caused by Korean War. Through this story, the writer also try to urge people to realize the real value of human most likely forgotten because of war which is caring and loving each other."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S15986
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yanji: Yanbian Renmin Chubanshe, 2000
R 495.103 G 429
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Resie Dwi Utami
"Jurnal ini membahas tentang duka seorang gisaeng yang tersirat dalam empat puisi karya gisaeng Yi Maechang yaitu 술취한 손님에게 (Sulcwihan Sonnimege, Untuk Tamu yang Mabuk), 스스로 박명을 한탄함 (Seuseuro Bangmyeongeul Hanthanham, Meratapi Kemalangan Sendiri), 새장의 학 (Saejangeui Hak, Bangau dalam Sangkar) dan 스스로 한스러워 (Seuseuro Hanseureowo, Bersedih Sendiri). Gisaeng merupakan wanita penghibur yang dilegalkan oleh pemerintah untuk bekerja menghibur raja atau para bangsawan. Meskipun memiliki beberapa privilege, namun sebenarnya gisaeng juga menyimpan kesedihan karena profesinya tersebut. Melalui metode kualitatif, penulis ingin mengetahui seperti apa duka gisaeng yang tersirat dalam keempat puisi Yi Maechang serta simbol dan imaji yang ia gunakan untuk menggambarkan kesedihannya.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa keempat puisi Yi Maechang menekankan pada imaji penglihatan dan perasaan. Ia juga menggunakan simbol seperti bangau yang terkurung dalam sangkar, batu permata berharga yang belum diketahui orang-orang, atasan hanbok sutera yang robek, dan air mata mutiara untuk menggambarkan dukanya sebagai gisaeng. Melalui analisis imaji dan simbol, dapat diketahui bahwa duka Yi Maechang sebagai gisaeng antara lain mengalami keterkungkungan akibat profesinya tersebut, harus melayani pria yang tidak ia cintai, serta kesepian dan kepedihan akibat ditinggal pergi oleh kekasih.

This journal discusses about the sorrow of gisaeng that knotted in four Yi Maechang‟s poems entitled 술취한 손님에게 (Sulcwihan Sonnimege, To The Drunken Guest), 스스로 박명을 한탄함 (Seuseuro Bangmyeongeul Hanthanham, Lamenting One‟s Misfortune), 새장의 학 (Saejangeui Hak, Crane in The Cage), and 스스로 한스러워 (Seuseuro Hanseureowo, Grieve by Herself). Gisaeng is female entertainers that legitimazed by the government to entertaining the king or the nobles. Eventhough gisaeng have some privilege but actually gisaeng also retain the sorrow because her profession. Through qualitative method, the writer want to know what kind of sorrow that knotted in four Yi Maechang‟s poems and symbol and image that she used to describe her sadness.
The result of this study is four Yi Maechang‟s poems emphasize the usage of view image and feeling image. She also used symbols like crane in the cage, jade whose genuine worth remains unknown, silken robe, and tear like pearl to describe her sadness. Through image and symbol analysis, it knowed that the grief of gisaeng Yi Maechang is she has been bounded due to her profession as gisaeng, she has to entertain someone whom she doesn't love, and feel lonely and sorrow because her lover left her.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Deandra Asyifa
"Cerpen Hati Seorang Budak (奴隶的心 Nuli de Xin) adalah karya yang ditulis oleh Ba Jin pada tahun 1931. Hati Seorang Budak mengambil perbudakan sebagai latar sosial cerpen. Cerpen ini menceritakan pertemanan antara Peng dan Zheng yang berbeda latar belakang keluarga. Peng adalah anak dari keluarga budak, sedangkan Zheng adalah anak dari keluarga pemilik budak. Latar belakang keluarga dan kondisi hidup yang bertolak belakang mempengaruhi karakter, sikap, cara hidup dan pandangan mereka terhadap perbudakan. Hal-hal tersebut hadir melalui dialog-dialog kedua tokoh, hampir di seluruh teks, yang dideskripsikan oleh Zheng sebagai narator cerita. Bagaimana pandangan kedua tokoh terhadap perbudakan, dan bagaimana sikap mereka dalam menghadapi perbudakan tersebut akan menjadi materi yang akan diulas dalam artikel ini. Melalui analisis tokoh dan penokohan Peng dan Zheng, dan mengupas pandangan masing-masing tokoh tentang lawan bicaranya, akan terlihat bahwa Peng sangat membenci kaum pemilik budak dan berambisi menjadi revolusioner untuk menghilangkan perbudakan, sedangkan Zheng menganggap menjadi pemilik budak adalah hal membanggakan.

The Heart of A Slave short story is the work of Ba Jin in 1931. The Heart of a Slave takes slavery as a storys social background. This story tells about a friendship between Peng and Zheng with different family backgrounds. Peng is a child of a slave family, while Zheng is a child of a family of slave owners.The difference of backgrounds and social conditions of Peng and Zheng affect their characters, attitude, the way of living, and views towards slavery. These things are present through the dialogues of the two characters, almost throughout the text,described by Zheng as the narrator of the story. How the two characters see slavery, and how they attitude facing slavery will be the focus of this article. Analyze the characterization of Peng and Zheng, and explore the views of each character about his interlocutor, will explain that Peng hates slave owners and has ambition to be a revolutionary to eliminate slavery, while Zheng assume being a slave owner is a proud thing."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ovi Soviaty Rivay
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1999
398.211 OVI i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zi, Lao
"Laozi, also known as The Tao Te Ching, is the most famous classic of Taoism and Taoism in my country. It integrates all generations, extensive and subtle, short five thousand essays, with Tao as the core, constructing a system of philosophies ranging from emperors and imperials to hermits self-cultivation. The author of this book, with profound knowledge in literature and history, and keen social insight, has fully explained, distinguished and quoted the connotation of Laozi and made excellent English, simplified Laozi and made an English translation. Speak in a simple way and understand the characteristics of unobstructed."
Tianjin: Tian jin gu ji chu ban she, 2008
e20511188
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>