Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192058 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erlisa Desy Chairunisa
"Gigi berjejal merupakan salah satu faktor lokal dalam rongga mulut yang dapat menyebabkan terjadinya peradangan jaringan periodontal dengan meningkatkan penimbunan plak, serta mempersulit pembersihan gigi.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan status periodontal pada kondisi gigi anterior rahang bawah berjejal kelas I Angle berdasarkan jenis kelamin, umur, dan tingkatan mahasiswa.
Metode: Penelitian menggunakan desain deskriptif analitik dengan rancangan potong lintang. Sebanyak 52 subjek dengan metode pengambilan sampel non probability, yaitu consecutive sampling. Variabel yang diperiksa adalah status kebersihan mulut menggunakan indeks plak dan indeks kalkulus. Setelah itu, status periodontal dinilai berdasarkan parameter klinis antara lain indeks perdarahan papila, kedalaman poket, kehilangan perlekatan klinis, dan resesi gingiva. Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square, T-Test, dan Mann-Whitney U-Test.
Hasil: Terdapat signifikansi bermakna pada status kebersihan mulut dan kedalaman poket berdasarkan umur serta tingkatan mahasiswa p0,05.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian, umur dan tingkatan mahasiswa berpengaruh terhadap status kebersihan mulut dan kedalaman poket. Semakin tinggi umur dan tingkatan mahasiswa, semakin baik status kebersihan mulutnya. Hal tersebut menunjukkan adanya korelasi antara pengetahuan dengan perilaku kesehatan gigi dan mulut. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halimah Hasan
"ABSTRAK
Latar Belakang: Asimetri pada wajah dan lengkung gigi merupakan fenomena yang dapat ditemui hampir pada seluruh individu sehingga saat ini asimetri dengan batas-batas tertentu masih dianggap seimbang secara klinis dan dinilai normal. Asimetri mandibula merupakan asimetri yang paling sering terjadi dan mudah terlihat dikarenakan mandibula adalah bagian wajah yang paling mudah bergerak dibandingkan bagian wajah lainnya. Asimetri mandibula ditemukan paling tinggi dan dapat memengaruhi perawatan. Untuk mendiagnosis asimetri mandibula dapat dilakukan dengan pemeriksaan klinis ekstra oral yang meliputi pemeriksaan smile symmetry. Tujuan: Mengetahui frekuensi dan distribusi terjadinya asimetri mandibula pada mahasiswa angkatan tahun 2016 FKG UI dan mengetahui berapa persen mahasiswa yang mengalami asimetri mandibula. Metode: Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis gambaran klinis yang dilakukan untuk melihat adanya asimetri atau disporposi pada wajah tampak frontal khususnya pada mandibula. Analisis dilakukan dengan cara fotografi frontal dalam kondisi standar dan kondisi gigi tersenyum. Kesimpulan: Pada mahasiswa FKG UI angkatan 2016 terdapat 37 subjek (32,2%) dengan asimteri mandibula dan terdapat 57 subjek (49,6%) yang memiliki senyum tidak simetris.

ABSTRACT
Background: Facial asymmetry is a phenomenon found in almost every individual, thus asymmetry within certain boundaries is accepted as clinically balanced and normal. Mandibular asymmetry is the most common asymmetry that can occur and is easily seen because the mandibula is the part of the face that is most mobile compared to the rest of the face. Mandibular asymmetry are the most common asymmetry that can affect treatment for asymmetry. Mandibular asymmetry can be diagnosed by extra oral clinical examination which includes smile symmetry. Objective: Knowing the frequency and distribution of mandibular asymmetry in In Faculty Of Dentistry batch 2016 students and knowing what percentage of students experience mandibular asymmetry. Method: The method used in this research is clinical image analysis which is used to see whether asymmetry or facial disproportion on the frontal face image, especially on the mandibula, is present. The analysis is done via frontal photography in a standard setting. Conclusion : In Faculty Of Dentistry batch 2016, there were 42 subjects with mandibular asymmetry and 58 subjects with asymmetry smile."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clara Dorothy Stephannie Eirene
"Latar Belakang: Pendidikan dokter gigi di Indonesia terbagi menjadi 2 program pendidikan, yaitu program sarjana dan program profesi. Dalam program sarjana, pembelajaran IKGA dilakukan dengan metode pembelajaran problem-based learning dan skills lab. Pada program profesi kompetensi IKGA dicapai dengan melakukan keterampilan klinis dan pendalaman teori, dengan pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan program sarjana. Diperlukan kepercayaan diri dalam diri mahasiswa dalam melakukan pekerjaan klinis. Kepercayaan diri dapat dibangun dari berbagai hal, salah satunya adalah kompetensi. Tujuan: Menganalisis hubungan antara metode pembelajaran Ilmu Kedokteran Gigi Anak pada program sarjana dan kepercayaan diri mahasiswa program profesi FKGUI saat di klinik. Metode: Data diambil secara daring dengan studi cross-sectional pada 95 mahasiswa program profesi FKGUI Angkatan masuk 2016 menggunakan alat ukur kuesioner dengan 22 pertanyaan, mengenai demografi, metode pembelajaran, dan kepercayaan diri mahasiswa. Analisis data dilakukan dengan uji korelasi spearman menggunakan SPSS. Hasil: Terdapat hubungan bermakna dan kuat (p = 0,001; r = 0,602) antara metode pembelajaran IKGA pada program sarjana dengan kepercayaan diri mahasiswa program profesi saat di klinik. Ditemukan juga hubungan yang bermakna dan sedang antara masing-masing metode pembelajaran dengan kepercayaan diri mahasiswa program profesi (p = 0,001; r PBL = 0,536; r SL = 0,489). Kesimpulan: Pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara metode pembelajaran IKGA pada program sarjana dengan kepercayaan diri mahasiswa program profesi saat di klinik dan hubungan yang sedang antara masing-masing metode pembelajaran (problem-based learning dan skills lab) dengan kepercayaan diri mahasiswa program profesi saat di klinik.

Background: Dental education in Indonesia is divided into 2 educational programs, it is undergraduate programs and professional programs. In the undergraduate program, pediatric dentistry learning methods are carried out using problem-based learning and skills lab methods. In the professional program, pediatric dentistry competence is achieved by carrying out clinical skills and theoretical activities, with the knowledge and skills obtained from the undergraduate program. Self-confidence is needed in students doing clinical work. Confidence can be built from various things, one of which is competence. Objective: To analyze the correlation between the learning method of Pediatric Dentistry in the undergraduate program and the confidence of students of the Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia professional program in the clinic. Methods: Data was taken online with a cross-sectional study on 95 students of the Faculty of Dentistry, Universitas Indonesia professional program class of 2016 using a questionnaire with 22 questions, regarding demographics, learning methods, and student self-confidence. Data analysis was performed with the Spearman correlation test using SPSS. Results: There is a significant and strong correlation (p = 0.001; r = 0.602) between the pediatric dentistry learning method in undergraduate programs and the confidence of professional program students while in the clinic. There was also a significant and moderate correlation between each learning method and professional program students' self-confidence (p = 0.001; r PBL = 0.536; r SL = 0.489). Conclusion: In this study, it was found that there was a strong correlation between pediatric dentistry learning methods in the undergraduate program with professional program student confidence in clinics and a moderate correlation between each learning method (problem-based learning and skills lab) and professional program student confidence in clinics."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donovan Roberto Jonamika
"ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit periodontal merupakan penyakit gigi dan mulut yang sering ditemui dan dapat terjadi pada semua orang dengan keadaan rongga mulut. Pasien yang datang ke klinik Periodonsia RSKGM FKG UI terdiri dari berbagai kelompok dengan keadaan rongga mulut yang berbeda-beda serta memiliki faktor risiko yang berbeda pula, terutama pada gigi anterior mandibula yang rentan terhadap penyakit periodontal. Tujuan: Mendapatkan distribusi kelainan periodontal pada gigi anterior mandibula serta hubungannya dengan faktor risiko yang mempengaruhinya pada pasien di RSKGM FKG UI. Metode: Penelitian deskriptif analitik menggunakan data sekunder dari rekam medis RSKGM FKG UI periode 2016 2018. Hasil: Distribusi kelainan periodontal lebih sering terdapat pada kelompok usia lansia (45-65 tahun) dan pada laki-laki. Distribusi mobilitas terbanyak ditemukan pada gigi 31 dan kelompok usia lansia (45-65 tahun); resesi gingiva terbanyak terdapat pada gigi 31, ukuran resesi gingiva terbanyak adalah <3 mm; poket periodontal terbanyak terdapat pada gigi 43, kedalaman poket terbanyak adalah 1-3 mm; kehilangan perlekatan klinis terbanyak terdapat pada gigi 42, kehilangan perlekatan klinis terbanyak adalah >5 mm; kerusakan tulang alveolar terbanyak ditemukan pada gigi 42 dan kelompok usia lansia (45-65 tahun). Distribusi trauma oklusi terbanyak terdapat pada gigi 41, penyebab trauma yang paling sering ialah blocking. Kelainan periodontal lebih sering terdapat pada gigi yang memiliki kelainan titik kontak. Kesimpulan: Kelompok persentase usia terbesar adalah lansia (48,16%), jenis kelamin tertinggi adalah perempuan (50,28%), mayoritas pasien memiliki OHIS buruk (50,28%), dan PBI yang ringan (46,33%). Kelainan periodontal yang dijumpai pada gigi anterior mandibula adalah 34,75% subjek memiliki mobilitas gigi; 72,03% subjek mengalami resesi gingiva; 79,94% subjek memiliki poket absolut; 82,34% subjek memiliki kehilangan perlekatan klinis; dan 61,02% subjek memiliki kerusakan tulang alveolar. Faktor risiko lokal meliputi trauma oklusi dimana 57,77% subjek mengalami trauma oklusi; 83,47% subjek memiliki gigi berjejal pada gigi anterior mandibula; dan 90,82% subjek memiliki kelainan titik kontak.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daiyane Safirasari
"Latar Belakang: Sebagai dokter gigi dalam melakukan layanan kesehatan kepada pasien sudah seharusnya menggunakan perawatan EBD. Mengajarkan EBD kepada mahasiswa kedokteran gigi saat ini adalah kunci untuk meningkatkan proporsi perawatan yang didasarkan pada bukti di masa yang akan datang. Tujuan: Mengetahui hubungan berbagai faktor yang berhubungan dengan pengetahuan dan persepsi mahasiswa fakultas kedokteran gigi Universitas Indonesia mengenai EBD.Metode: Design study menggunakan studi Cross-Sectional, cara pengambilan sampel menggunakan kuesioner melalui gogle form, jumlah sampel 416 mahasiswa FKG UI dimulai dari umur 18-25 tahun, angkatan 2017-2021, alat ukur menggunakan skala likert. Kuesioner terdiri dari 22 pertanyaan dengan 5 pertanyaan pada bagian pengetahuan (skala 1=benar, 0 = ragu-ragu / tidak tahu), 7 pertanyaan mengenai akses sumber pengetahuan (skala 1=Tidak pernah, 2=jarang, 3=Kadang-kadang, 4= sering , 5= sangat s ering) dan 10 pertanyaan mengenai persepsi (skala 1= Sangat tidak setuju , 2= Tidak setuju , 3= Netral, 4= Setuju , 5= Sangat setuju). Teknik pengambilan data menggunakan non probability sampling dengan purposive sampling. Data yang terkumpul diolah dengan menguji antar variabel secara bivariat dengan uji continuity correction, pearson chi-square dan regresi logistik biner. Hasil : Hasil uji bivariat menunjukan bahwa terdapat hubungan antara usia, angkatan masuk dan program pendidikan dengan pengetahuan mengenai EBD (p-value <0,05). Terdapat hubungan antara program pendidikan dan angkatan masuk dengan akses mengenai sumber pengetahuan EBD (p-value < 0,05). Namun, tidak terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, program pendidikan, dan angkatan masuk dengan persepsi mengenai EBD. Kesimpulan : Terdapat hubungan antara program pendidikan preklinik dan klinik mengenai akses sumber pengetahuan EBD pada mahasiswa FKG UI.
.....Background: As a dentist in providing health services to patients, they should use EBD treatment. Teaching EBD to dental students today is key to increasing the proportion of evidence-based care in the future. Objective: To find out various factors related to the knowledge and perceptions of students of the Faculty of Dentistry at the University of Indonesia regarding EBD. Methods: A cross-sectional study, the sampling method used a questionnaire via Google form, the sample size was 416 FKG UI students starting at the age of 18-25 years, class 2017-2021, the measurement tool used a Likert scale. The questionnaire consisted of 22 questions with 5 questions on the knowledge section (scale 1=true, 0=doubtful / don't know), 7 questions regarding access to knowledge sources (scale 1=Never, 2=rarely, 3=Sometimes, 4 = often, 5 = very often) and 10 questions regarding perception (scale 1 = Strongly disagree, 2 = Disagree, 3 = Neutral, 4 = Agree, 5 = Strongly agree). The data collection technique uses non-probability sampling with purposive sampling. The collected data was processed by testing between variables in a bivariate manner with continuity correction, pearson chi-square and binary logistic regression tests. Results: The results of the bivariate test showed that there was a relationship between age, the enrollment force and educational programs and knowledge of EBD (p-value <0.05). There is a relationship between educational programs and the incoming cohort with access to EBD knowledge sources (p-value <0.05). However, there is no relationship between age, gender, educational program, and intake force with perceptions of EBD. Conclusion: There are differences between preclinical and clinical education programs regarding access to EBD knowledge sources for FKG UI students."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhia Anindhita Harsas
"Latar Belakang: Stres dapat diimplikasikan sebagai faktor risiko terhadap penyakit periodontal, yang dapat dilihat melalui kadar Interleukin-1β (IL-1 β).
Tujuan: Menganalisa hubungan stres akademik terhadap status penyakit periodontal berdasarkan kadar IL-1β pada mahasiswa FKG UI program profesi.
Material dan metode:Pemeriksaan Dental Environtmental Stress (DES), indeks periodontal (indeks modifikasi Russel), dan kadar IL-1β dengan ELISA assay terhadap 38 subjek.
Hasil: Perbedaan bermakna pada hubungan antara status penyakit periodontal dengan kadar IL-1βmahasiswa profesi dokter gigiFKG UI.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status penyakit periodontal dengan kadar IL-1β, namun hubungannya dengan stres akademik belum dapat dibuktikan.

Introduction: Stress condition was implicated as one of risk factor to periodontal disease, that can be assesed by Interleukin-1β (IL-1β) level.
Objectives: To analyzethe relationship between academical stress to periodontal status and IL-1β.
Material and methods: 38 subjects were measuredfor perceived stress using The Dental Environment Stress (DES); periodontal condition using modified Russel periodontal index, and level of IL-1β in GCFusing ELISA assay.
Results: A significant differences was only showed in the relationship between IL-1βto periodontal status.
Conclusion: There is a relationship between IL-1β level to periodontal status, but not to academic stress.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ariyanti Rezeki
"Trauma oklusi adalah kerusakan jaringan periodonsium akibat tekanan oklusal yang melebihi kapasitas adaptasi jaringan periodonsium, tekanan oklusal yang menyebabkan kerusakan tersebut disebut oklusi traumatik. Oklusi traumatik banyak dijumpai di klinik Periodonsia FKG UI, tetapi prevalensi, penyebab dan pola kerusakannya belum pernah diteliti.
Tujuan : mengetahui prevalensi, penyebab dan pola kerusakan akibat oklusi traumatik pada gigi-gigi anterior.
Metode : data diambil dari kartu status pasien peserta PPDGS Periodonsia di RSGMP FKG UI periode 2005-2006. Dianalisa prevalensi, penyebab serta pola kerusakan akibat oklusi traumatik.
Hasil : dari 207 pasien yang diperiksa, didapatkan 98 pasien (47%) atau 392 elemen gigi yang mengalami oklusi traumatik, dari jumlah tersebut 202 gigi (51.5%) adalah oklusi traumatik pada gigi anterior. Penyebab oklusi traumatik yang ditemukan yaitu hambatan oklusal pada waktu sentrik oklusi (kontak prematur) (5.9%), hambatan oklusal pada gerak artikulasi (blocking) (77.2%), palatal bite (2.5%), cross bite (0.9%), kombinasi blocking dan kontak prematur (3.9%), kombinasi blocking dan malposisi (0.5%), kombinasi blocking dan palatal bite (2.5%), kombinasi blocking, palatal bite dan crowding (0.9%), kombinasi blocking, kontak prematur dan palatal bite (0.9%), kombinasi blocking dan cross bite (0.5%), kombinasi kontak prematur dan cross bite (0.5%). Pola kerusakan yang terjadi yaitu resesi gingiva (1 mm-8 mm), kedalaman poket (1 mm-13 mm), kehilangan perlekatan epitel gingiva (1 mm-15 mm), kerusakan tulang alveolar (1/3 servikal-1/3 apikal), dan kegoyangan gigi (kegoyangan derajat 1-kegoyangan derajat 3).
Kesimpulan : prevalensi penyakit periodontal akibat oklusi traumatik pada penelitian ini cukup tinggi. Pada gigi anterior, penyebab yang paling banyak adalah hambatan oklusal pada gerak artikulasi (blocking) dan kerusakan yang terjadi bervariasi dari ringan hingga berat.

The result of the injury of periodontium tissue when the occlusal force is above the tissue adaptive capacity is called trauma from occlusion. The occlusal force that caused the injury called traumatic occlusion. Many traumatic occlusion cases are found in Periodontia Clinic FKG UI, but the prevalence, etiology and the pattern of the damages on the periodontal tissue that caused by traumatic occlusion have never been observed yet.
Objective : to observe the prevalence, etiology and the pattern of the damages on the periodontal tissue that caused by traumatic occlusion in anterior teeth.
Method : the data is taken from the patients medical records of the periodontist resident at RSGMP FKG UI on period of year 2005-2006. Prevalence, etiology, and the pattern of the damages on the periodontal tissue that caused by traumatic occlusion in anterior teeth was analyzed.
Result : A total of 207 patients, there are 98 patients (47%) or 392 elements teeth with traumatic occlusion, which 202 elements are anterior teeth. The etiology of traumatic occlusion that found are blocking (77.2%), palatal bite (2.5%), cross bite (0.9%), combination of blocking and premature contact (3.9%), combination of blocking and malposition (0.5%), combination of blocking and palatal bite (2.5%), combination of blocking, palatal bite and crowding (0.9%), combination of blocking, premature contact and palatal bite (0.9%), combination of blocking and cross bite (0.5%), combination of premature contact and cross bite (0.5%). The pattern of the damages on the periodontal tissue that caused by traumatic occlusion such as the increase of gingival recession (1 mm-8 mm), pocket depth (1 mm-13 mm), loss of attachment (1 mm-15 mm), alveolar bone damage (1/3 cervikal-1/3 apical), and tooth mobility (1 degree-3 degree).
Conclusion : based on this research, the prevalence of periodontal disease caused by traumatic occlusion is high. In anterior teeth, the most common etiology is blocking and the pattern of the damages are vary from mild to severe."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Radhian Amandito
"Indeks massa tubuh yang tinggi berkaitan dengan banyak risiko penyakit, terutama penyakit pada sistem kardiovaskuler, serta diduga menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya keluhan muskuloskeletal pada pekerja kantor. Selain itu pekerja yang mengalami keluhan tersebut memiliki fleksibilitas yang buruk. Akibat keluhan tersebut kualitas kerja para penderita menurun sehingga terjadi penurunan gaji atau kehilangan waktu kerja. Peneliti menduga bahwa keluhan yang serupa juga terdapat pada mahasiswa, terutama mahasiswa kedokteran. Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh dengan fleksibilitas.
Pada penelitian ini digunakan studi cross sectional mahasiswa fakultas kedokteran angkatan 2011 yang mengikuti praktikum uji fleksibilitas tubuh. Data didapatkan dari hasil praktikum mahasiswa di fakultas kedokteran pada bulan Juni 2013 dan didapatkan jumlah sampel 149. Data dianalisis dengan menggunakan uji cross tabulation dan uji chi square dengan menggunakan program SPSS Ver 21 for mac.
Tingkat fleksibilitas excellent adalah 45%, terbanyak ditemukan pada mahasiswa dengan IMT rendah sedangkan yang ditemukan pada mahasiswa dengan IMT tinggi adalah 41% yang excellent. Berdasarkan uji chi square tidak menunjukkan ada perbedaan bermakna antara skor IMT dan fleksibilitas mahasiswa. Dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara IMT dengan fleksibilitas pada mahasiswa kedokteran angkatan 2011.

High Body Mass Index is related with a lot of diseases? risk factor, especially diseases of the cardiovascular system, and also is thought to be one of the causes of musculoskeletal pain in office workers. Also, workers who experience such pain have bad flexibility. The musculoskeletal pain has a negative impact on the work quality of workers, causing a decrease in salary or decrease in work duration. It is suspected that a similar problem is happening in students, especially medical students. The goal of this research is to know the Body Mass Index and flexibility.
This research is a cross sectional study with medical students of batch 2011 who underwent flexibility test practical session. Data is gained from the practical assignment of medical students on June 2013 and a total of 149 samples was received. SPSS ver. 21 for Mac is the program used to analyze the data and descriptive test cross tabulation and chi square test was done.
We found that 45% of the flexibility score is excellent and mostly found in students with low BMI, whereas in students with high BMI there is 41% of excellent flexibility score. Based on chi square test there is no significancy between BMI and flexibility score of the students. It can be concluded that there is no association between BMI and flexibility in medical students batch 2011.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rafa Khalila Putri Naira
"Latar Belakang: Kedokteran gigi digital telah berkembang pesat selama dekade terakhir, mengubah cara dokter gigi memberikan perawatan kepada pasien. Meskipun teknologi digital telah terbukti bermanfaat dan diadopsi di negara-negara di Amerika Utara, Eropa, dan Asia Timur, Indonesia belum sepenuhnya mengintegrasikannya ke dalam praktik klinis dan standar pendidikannya. Keterlambatan ini diduga disebabkan oleh keterbatasan dana, sumber daya, waktu, serta kurangnya tenaga pengajar yang kompeten. Penting untuk memahami persepsi dan sikap mahasiswa kedokteran gigi terhadap kedokteran gigi digital, sehingga pendidik dapat lebih mengenali pendekatan pembelajaran serta motivasi siswa. Tujuan: Mengetahui persepsi dan sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia terhadap kedokteran gigi digital. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang dan sebuah kuesioner yang telah dimodifikasi yang diisi oleh 333 mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia yang terdaftar antara tahun 2018 dan 2024. Data dianalisis menggunakan IBM SPSS Statistics (versi 30) dengan metode uji univariat untuk menentukan distribusi frekuensi dan menyajikan setiap variabel. Hasil Penelitian: Sebagian besar mahasiswa menilai pengetahuan mereka tentang kedokteran gigi digital sebagai rendah hingga sedang, dengan internet (37,5%) dan kuliah universitas (22,2%) sebagai sumber pengetahuan utama mereka. Radiografi digital adalah teknologi yang paling dikenal (53,6%), diikuti oleh intraoral scanner (15,5%). Mahasiswa menunjukkan sikap yang sangat positif terhadap kedokteran gigi digital (93,7%), dengan 87,1% menyatakan lebih suka bekerja di klinik yang dilengkapi dengan peralatan digital. Manfaat utama yang dirasakan dari kedokteran gigi digital meliputi penghematan waktu (53,5%), peningkatan kualitas perawatan (53,2%), dan peningkatan kepuasan pasien (42,6%). Namun, biaya peralatan yang tinggi (65,2%), akses terbatas ke sumber daya (68,8%), dan pelatihan yang tidak memadai (54,7%) diidentifikasi sebagai tantangan yang signifikan. Sebanyak 98,8% menyatakan minat untuk mendapatkan kesempatan belajar lebih lanjut. Namun, hanya 18,5% responden yang mendukung penggantian penuh metode konvensional, yang mencerminkan keraguan mengenai transisi lengkap ke alur kerja digital. Kecukupan kurikulum dianggap kurang jelas oleh 67,9% responden, yang menunjukkan kesenjangan dalam kedalaman dan kejelasan pendidikan kedokteran gigi digital. Mahasiswa menekankan perlunya lebih banyak pelatihan langsung dengan alat-alat canggih, integrasi konten digital yang lebih baik di seluruh mata kuliah, dan kolaborasi dengan mitra industri. Kesepakatan yang kuat (83,8%) diungkapkan untuk dimasukkannya kedokteran gigi digital dalam kurikulum, yang menunjukkan konsensus luas tentang pentingnya hal tersebut dalam pendidikan kedokteran gigi modern. Kesimpulan: Studi ini menunjukan kesenjangan yang signifikan yaitu kurangnya pengetahuan dan pendidikan terstruktur di mahasiswa kedokteran gigi Universitas Indonesia, dengan sikap positif mahasiswa (93,7%) mengenai kedokteran gigi digital. Manfaat utama seperti penghematan waktu dan peningkatan kualitas perawatan dikaitkan dengan kesiapan, sementara biaya tinggi dan akses terbatas menghambat adopsi, yang menekankan perlunya reformasi kurikulum dan solusi sistemik untuk mempersiapkan calon dokter gigi untuk kemajuan teknologi.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>