Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184511 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Tri Kenanti
"Skripsi ini menggunakan pendekatan life history sebagai alat metodologi untuk melihat pembentukan identitas diri seorang waria lanjut usia yang berumur tujuh puluhan dan stigma yang didapatkan sepanjang hidupnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembentukan diri dipengaruhi oleh masa kecilnya dan stigma yang didapatkan oleh seorang waria lanjut usia tetap melekat sampai masa tua. Dynamical Identity Model membantu lebih jauh menggambarkan pembentukan identitas diri seorang waria lanjut usia dan membantu melihat stigma yang didapatkan dari semenjak kecil sampai masa tua. Life story mengungapkan bahwa seorang waria lanjut usia memiliki disposisi yang indah tentang kehidupan meskipun sejak kecil sampai sekarang mendapatkan stigma dari lingkungan sosial.

This undergraduate thesis uses life history approach as a methodological tool to explore the self identity formation in an elderly transvestite in her seventies and the stigma which she got throughout the life of an elderly transvestite. The results of this study showed that self identity formation was greatly influenced by her childhood experiences and she still faces the stigma which she got from childhood until now. The Dynamical Identity Model was constructed to help further illustrate an elderly transvestite's identity development and help to see the stigma which she has until now. Her life story reveals that she has a wonderful disposition about life and, even though she's still facing stigma from social environment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Virginia
"Waria memiliki ciri khas yang berbeda dari transgender dan kelompok gender dalam LGBTQ, yakni individu dengan tubuh teridentifikasikan berjenis kelamin laki-laki namun berperilaku dan berpenampilan feminin seperti wanita, serta menolak melakukan perubahan atau pergantian jenis kelamin biologis. Namun identitas tersebut justru menimbulkan problematika yang tidak berkesudahan karena perlakuan diskriminasi dari keluarga, institusi pemerintah termasuk masyarakat mayoritas agama Islam memegang teguh prinsip konstruksi identitas heteronormative berdasarkan dua jenis kelamin, yakni pria dengan gender maskulinitasnya dan wanita dengan gender feminitasnya. Dengan menggunakan paradigma konstruktivisme, dan metode penelitian kualitatif konstruksivis berdasarkan pendekatan konstruksi sosial, penelitian ini memberikan penjelasan perihal konstruksi identitas waria yang dialami dua informan asal Garut dan Tasikmalaya, dua wilayah di provinsi Jawa Barat dengan jumlah pondok pesantren terbanyak se-Indonesia. Analisis penelitian menemukan, individu waria yang berasal dari keluarga santri meyakini identitas sebagai waria setelah mendapat informasi dari luar institusi keluarga, agama dan pendidikan, serta mempertahankan identitas waria sebagai hasil dari dialektika eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi yang menghasilkan realitas subjektif dengan menolak melakukan perubahan bentuk fisik dan jenis kelamin atas pengaruh terbesar dari realitas objektif yang dikonstruksikan oleh institusi keluarga dan institusi agama. Ajaran agama dan Anggota keluarga yang melakukan penolakan identitas ternyata memiliki peran dominan atas karakter keyakinan mempertahankan identitas waria.

Waria (Transvestites) have different characteristics from transgender and gender groups in LGBTQ, namely individuals whose bodies are identified as male but behave and look feminine like women and refuse to change or change their biological sex. However, this identity creates endless problems because of discrimination from families, government institutions, including the Muslim majority community, upholding the principle of constructing heteronormative identities based on two sexes, namely men with masculinity and women with femininity. Using a constructivist paradigm, and a constructivist qualitative research method based on a social construction approach, this research provides an explanation of the construction of transvestites’ identity experienced by two informants from Garut and Tasikmalaya, two areas in West Java province with the largest number of Islamic boarding schools in Indonesia. The research analysis found that transvestites individuals who come from santri families believe in identity as transvestites after receiving information from outside family, religious and educational institutions, and maintain a transvestites identity as a result of dialectics of externalization, objectivation and internalization which produces subjective reality by refusing to change physical form and gender for the greatest influence of objective reality constructed by family and religious institutions. Religious teachings and family members who reject identity turn out to have a dominant role in the character of beliefs in maintaining transvestites’ identity. "
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Himella Asfi Rasigita
"Hardiness adalah keberanian dan motivasi yang dimiliki seseorang untuk bisa menghadapi stressor yang ada. Selain menghadapi masalah oleh diri sendiri, seseorang juga membutuhkan dukungan dari orang terdekatnya. Dukungan sosial adalah sebuah umpan balik yang didapatkan dari individu atau kelompok ketika menghadapi masalah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dengan hardiness pada transvestites. Transvestites adalah seseorang yang menggunakan pakaian dari jenis kelamin berbeda hanya untuk sebuah kepuasan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik non probability sampling yaitu menggunakan quota sampling dengan jumlah sampel yang diteliti adalah sebanyak 104 orang. Hasil penelitian didapatkan adanya hubungan dukungan sosial dengan hardiness pada transvestites dibuktikan dengan nilai p value sebesar 0,024 yang bermakna pada 95% CI p<0,05. Selain itu, terdapat hubungan antara karakteristik seperti usia dan pekerjaan dengan hardiness dengan nilai p value masing-masing 0,004 dan 0.

Hardiness is the courage and motivation a person has to be able facing the stressors. Beside the problems they faced, someone need to be supported by their significant others. Social support is a feedback obtained from individuals or groups when faced with problems. This study aims to determine the relationship between social support and hardiness on transvestites. Transvestites are people who use the appearance of their opposite sex to get satisfaction. This cross sectional research used 104 non-probability quota sampling with the result showed an association between the hardiness and social support on transvestites (p=0.024; 95% CI p <0.05). In addition, there are also relations between their age (p= 0,004) and work (p= 0,003) with hardiness.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Diani Paramitha Maharsi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan persepsi diri terhadap penuaan pada lanjut usia. Sebanyak 100 orang lanjut usia berusia 60 tahun keatas yang tinggal di Depok berpartisipasi pada penelitian ini. Religiusitas dalam hal ini meliputi sembilan dimensi, yaitu perilaku religius publik, perilaku religius pribadi, dukungan kelompok keagamaan, coping religius, kepercayaan dan nilai, komitmen religius, pengampunan, pengalaman spiritual harian, dan intensitas religius. Pengukuran religiusitas dilakukan dengan alat ukur Brief Multidimensional Measure of Religiousness/Spirituality yang dibuat oleh Idler, Musick, Ellison, George, Krause, Ory, Pargament, Powell, Underwood, dan Williams (2003), sedangkan persepsi diri terhadap penuaan diukur melalui Attitude Towards Own Aging yang dibuat oleh Liang dan Bollen (1983).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya terdapat hubungan positif yang signifikan pada satu dimensi, yaitu dimensi pengampunan (forgiveness) pada religiusitas dengan persepsi diri terhadap proses penuaan pada lanjut usia. Artinya, semakin individu menunjukkan kesediaan untuk memohon ampun pada Tuhan dan memaafkan orang lain dan diri sendiri, semakin positif pula persepsi terhadap proses penuaannya; begitu pula sebaliknya. Disisi lain, tidak terdapat hubungan yang signifikan pada delapan dimensi lainnya, yaitu dimensi perilaku religius publik, perilaku religius pribadi, dukungan kelompok keagamaan, coping religius, kepercayaan dan nilai, komitmen religius, pengalaman spiritual harian, dan intensitas religius.

This study examined the relationship between religiosity and self-perception of aging among elderly. 100 elderly living in Depok participated in this study. Religiosity in this study consists of nine dimensions, i.e public religious practices, private religious practices, congregation support, religious coping, belifs and values, religious commitment, forgiveness, daily spiritual experiences, and religious intensity Religiosity was measured by the Brief Multidimensional Measure of Religiosness/Spirituality (Idler, Musick, Ellison, George, Krause, Ory, Pargament, Powell, Underwood, dan Williams, 2003), whereas the self-perception of aging was measured by the Attitude Towards Own Aging scale (Liang & Bollen, 1983).
This study shows that there is a significant, positive relationship only on one dimension, which is the forgiveness dimension of religiosity and self-perception of aging among elderly. The result of this study shows that the more willing for an individual to ask for forgiveness from God and to forgive other people and oneself, the more positive participants? perception towards aging; vice versa. On the other hand, the other eight dimensions has no significant relation with self-perception of aging. The dimensions are public religious practice, private religious practices, congregation support, religious coping, beliefs and values, religious commitment, daily spiritual experiences, and religious intensity.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59165
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Byrne, Barbara M.
Washington: American Psychological Association, 1996
155.28 BYR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Trivita Damayanti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Danisya Kartohadiprodjo
"Penelitian kali ini bertujuan untuk melihat perbedaan keeratan hubungan antara konsep diri ideal dan konsep diri aktual dengan citra majalah yang menjadi preferensi wanita dewasa muda. Citra majalah diperoleh dari citra pembaca majalah. Terdapat lima majalah wanita yang dilihat di dalam penelitian ini. Jumlah partisipan adalah 68 orang yang keseluruhannya adalah wanita karir berusia 21 sampai 40 tahun. Para responden diminta untuk mengisi skala semantic differential untuk memperoleh konsep diri ideal dan aktual responden. Skala semantic differential juga digunakan untuk memperoleh citra pembaca majalah yang dipersepsikan partisipan. Kemudian, para responden diminta untuk memberikan peringkat majalah yang dipreferensinya. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara konsep diri ideal dengan citra pembaca majalah yang menjadi preferensi utama wanita dewasa muda. Terdapat juga hubungan yang erat antara konsep diri aktual dengan citra pembaca majalah yang menjadi preferensi utama wanita dewasa muda. Namun, hasil penelitian tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada keeratan hubungan konsep diri ideal dan aktual dengan citra pembaca majalah yang menjadi preferensi utama wanita dewasa muda.

The current study was conducted to explore the magnitude difference of the relationship of ideal and actual self concept with the magazine image of young adult female?s preference. The magazine image was derived from the image of the magazine readers. There were five different magazines selected for the study. Subjects consisted of 68 working women, with the age of 21 to 40 years old. Participants were asked to fill out a questionnaire, consisted of semantic differential scales to measure their ideal and actual self concept, and also their perception towards the magazine reader?s image. In addition, participants were asked to rank their preference of the five magazines. Findings of this study suggest that there were a significant relationship between both ideal and actual self concept with the magazine reader image of young adult female?s preference. However, the results did not show any significant difference between the degree of the relationship of ideal self concept and the magazine image of young adult female?s preference and the relationship between actual self concept and the magazine image of young adult female?s preference.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldevino Jesaja Terloit
"Anak jalanan merupakan sebagian dari anak-anak yang hidup dan tumbuh di negara ini dan menjadi harapan bangsa dimasa yang akan datang. Sebagai generasi penerus, kondisi anak jalanan di Indonesia sangat memprihatinkan. Selain hilangnya perlindungan dari keluarga, penganiayaan-penganiayaan (abuses) yang mereka alami baik di rumah maupun di jalanan sangat beragam, bahkan sudah menjadi kebiasaan atau hal yang biasa. Berbagai tulisan dan penelitian menunjukkan bahwa hilangnya perlindungan dan kekerasan yang dialami anak memberi dampak tertentu terhadap kepribadian mereka. Dampak penganiayaan {abuse) terhadap kepribadian anak jalanan ini yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian.
Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada konsep diri anak jalanan khususnya anak jalanan usia remaja, atau secara umum masalah yang ingin dijawab melalui peneltian ini: Bagaimanakah konsep diri anak jalanan usia remaja yang mengalami abuse ?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantjtatif. Alat ukur yang digunakan adalah semantic differential yang terdiri dari 35 pasangan kata sifat bipolar yang dipasangkan pada konsep diri real, konsep diri sosial dan konsep diri ideal. Dari alat ukur tersebut akan diperoleh skor yang menunjukkan apakah konsep diri subyek positif atau negatif. Subyek dalam penelitian ini ada 60 orang yang terdiri 30 subyek yang mengalami abuse dan 30 subyek yang tidak mengalami abuse. Kedua kelompok kemudian diperbandingkan untuk memperoleh gambaran mengenai konsep diri anak jalanan yang mengalami abuse.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada konsep diri real dan konsep diri sosial pada kedua kelompok. Sedangkan pada konsep diri ideal kedua kelompok menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan, artinya kedua kelompok ternyata memiliki konsep diri ideal yang positif. Sedangkan pada perbandingan antara konsep diri real dengan konsep diri sosial pada masing-masing kelompok, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara konsep diri real dan konsep diri sosial pada kedua kelompok. Namun antara konsep diri real dan konsep diri ideal terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelompok.
Disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada konsep diri real antara anak jalanan yang mengalami abuse dan tidak mengalami abuse. Artinya anak jalanan yang mengalami a bus e cenderung menggambarkan dirinya secara negatif misalnya dengan mengatakan mereka pesimis, tidak menarik, tergantung pada orang lain, tidak berharga, lemah, mudah frustrasi, bodoh, dibenci oleh teman, tidak dicintai oleh keluarga dan sebagainya dibandingkan subyek yang tidak mengalami abuse. Pada konsep diri sosial juga diperoleh hasil yang sama, yaitu anak jalanan yang mengalami abuse meyakini bahwa gambaran orang lain mengenai dirinya lebih negatif dibandingkan anak jalanan yang tidak mengalami abuse. Untuk konsep diri ideal tidak ada perbedaan yang signifikan, artinya baik anak jalanan yang mengalami abuse maupun anak jalanan yang tidak mengalami abuse memiliki konsep diri yang diinginkannya positif. Sedangkan perbedaan antara konsep diri real dengan konsep diri sosial ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsep diri real dengan konsep diri sosial baik pada anak jalanan yang mengalami abuse maupun pada anak jalanan yang tidak mengalami abuse. Namun untuk konsep diri real dengan konsep diri ideal ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara konsep diri real dan konsep diri ideal pada kedua kelompok di atas.
Disarankan agar dalam penelitian selanjutnya, subyek ditambah jumlahnya, subyek perempuan juga diikursertakan, dan dilakukan wawancara untuk menunjang hasil penelitian kuantitatif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febria Yunita
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S2914
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Provita Prima
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara konsep diri akademik dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Sekelompok mahasiswa S1 reguler di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (N = 107) diberikan dua kuesioner self-report. Kuesioner pertama dirancang untuk mengukur konsep diri dalam empat ranah dasar pendidikan tinggi: Membaca tulisan ilmiah, menulis laporan ilmiah, menggunakan komputer, dan membaca atau berbicara bahasa Inggris. Kuesioner lain merupakan adaptasi dari Procrastination Assessment Scale for Students (PASS) (Solomon & Rothblum, 1994) yang mengukur aspek frekuensi dan aspek masalah dari perilaku prokrastinasi dalam tujuh aktivitas akademik. Ditemukan bahwa konsep diri akademik memiliki hubungan yang signifikan dan bernilai negatif dengan prokrastinasi akademik.
Hasil ini mendukung penelitian-penelitian sebelumnya mengenai perilaku mengerjakan tugas pada subyek yang memiliki konsep diri negatif. Hasil-hasil tambahan menandakan adanya hubungan yang lemah dan bernilai negatif antara prokrastinasi akademik dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), tidak adanya hubungan antara konsep diri akademik dan IPK, dan sedikit perbedaan antar angkatan mahasiswa dalam skor konsep diri akademik dan prokrastinasi akademiknya. Untuk penelitian-penelitian selanjutnya, disarankan untuk melihat pengaruh aktivitas akademik berkelompok dan konsep diri sosial terhadap prokrastinasi akademik.

This present study investigated the relationship between academic selfconcept and academic procrastination in college students. A group of undergraduate students (N = 107) from the Faculty of Psychology, University of Indonesia was administered two self-report questionnaires. One questionnaire is designed to measure self-concept in four basic domains of higher learning: Reading scientific papers, writing scientific reports, using computers, and reading or speaking English language. Another questionnaire is an adaptation of Procrastination Assessment Scale for Students (PASS) (Solomon & Rothblum, 1994) which measures the frequency aspect and the problematic aspect of procrastinating behavior in seven academic activities. Academic self-concept was found to be significantly and negatively related with academic procrastination.
This result was supported by previous studies about task-related behaviors in subjects with negative self-concept. Additional results indicated a weak and inverted relationship between academic procrastination and Grade Point Average (GPA), a lack of correlation between academic self-concept and GPA, and a weak difference between college levels in their academic self-concept and academic procrastination scores. Further studies concerning the effects of group academic activities and social self-concept on academic procrastination were advised.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>