Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 114809 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Assyifa Nabilla Ridzky
"ABSTRAK
Kota Urban tidak terlepas dari berbagai kesibukan di dalamnya termasuk untuk urusan pekerjaan. Para pekerja khususnya karyawan kantor sering kali mengalami kerja lembur dan waktu commute yang panjang. Kondisi tersebut umumnya membuat kualitas tidur karyawan menjadi buruk yang kemudian berdampak terhadap kesejahteraan diri. Penelitian ini dilakukan untuk melihat dampak kualitas tidur terhadap subjective well-being pada karyawan yang bekerja di kota Jakarta. Pengukuran subjective well-being dilakukan dengan alat ukur Positive Affect Negative Affect Schedule PANAS dan Satisfaction With Life Scale SWLS . Kualitas tidur diukur menggunakan The Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI . Analisa statistik dilakukan dengan menggunakan regresi linear. Partisipan pada penelitian ini berjumlah 135 partisipan yang bekerja di kota Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas tidur memprediksi komponen afektif subjective well-being = -0.292, p.

ABSTRACT
Urban city can not be separated from the various activities, including the work related activities. Workers, especially office employees, often experience overtime and long commute time. These conditions impact the sleep quality of the workers in which it becomes poor. The poor sleep quality might affect the well being of the workers. This study aimed to assess the impact of sleep quality on subjective well being of workers in Jakarta, an urban city. Subjective well being was measured using Positive Affect Negative Affect Schedule PANAS and Satisfaction With Life Scale SWLS . Sleep quality was measured using The Pittsburgh Sleep Quality Index PSQI . Statistics analyses were performed using linear regressions. This study involved 135 participants who worked in Jakarta. Result indicated that sleep quality predicted affection component of subjective well being 0.292, p"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rahma Murbowo
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat kontribusi self-compassion terhadap subjective well-being pada remaja panti asuhan di Jakarta. Salah satu faktor yang dapat memengaruhi subjective well-being adalah tercapainya tujuan atau goal dan harapan Diener Scollon, 2003. Permasalahan di kehidupan panti asuhan menunjukkan kemungkinan tidak tercapainya tujuan dan harapan remaja saat mereka masuk ke panti asuhan. Saat tujuan dan harapan tersebut tidak tercapai, maka akan muncul emosi negatif yang dapat menurunkan subjective well-being Zessin, Dickhauser, Garbade, 2015. Self-compassion dapat mengurangi pengaruh emosi negatif yang ditimbulkan oleh kegagalan tersebut sehingga tingkat subjective well-being tetap baik. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan jumlah partisipan 100 orang 51 perempuan berusia 14-18 tahun yang tinggal di panti asuhan di Jakarta. Alat ukur yang digunakan yaitu Self-Compassion Scale Neff, 2003 untuk mengukur self-compassion, The Satisfaction with Life Scale Diener, Emmons, Larsen, Griffin, 1985, dan Positive and Negative Affect Schedule Watson, Clark, Tellegan, 1988 untuk mengukur subjective well-being. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-compassion tidak berkontribusi secara signifikan terhadap kepuasan hidup R2 = 0.006, p =0.445, berkontribusi secara signifikan terhadap afek positif R2= 0.091, p = 0.002 dan afek negatif R2= 0.155, p = 0.000 pada remaja panti asuhan di Jakarta.

This research was conducted to investigate the self compassions contribution to subjective well being among orphanage adolescents at Jakarta. The factor that could influence subjective well being are goals and expectations Diener Scollon, 2003 . The troubles that occur in daily life of orphanages show the possibility of goals and expectations which do not achieved. When one experienced failure on goal achievement, negative emotion would appear and lowered the subjective well being Zessin, Dickhauser Garbade, 2015. Self compassion could alleviate the negative emotional influence of failure, so the subjective well being stayed positive. There were 100 participants 51 female from orphanages at Jakarta aged 14 to 18 for this study. The data were collected using Self Compassion Scale Neff, 2003 to measure self compassion, The Satisfaction With Life Scale Diener, Emmons, Larsen, Griffin, 1985 and Positive Negative Affect Schedule Watson, Clark, Tellegan, 1988 to measure subjective well being. Result from this study indicated that self compassion does not significantly contribute to life satisfaction R2 0.006, p 0.445, significantly contributes to positive affect R2 0.091, p 0.002 and also to negative affect R2 0.155, p 0.000 of subjective well being among orphanage adolescents in Jakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Awwalisa Sarfinah
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat besaran kontribusi perceived social support terhadap subjective well-being pada remaja panti asuhan di Jakarta. Remaja panti asuhan dipilih karena mereka menghadapi kondisi kehidupan yang berbeda dengan remaja secara umum. Partisipan dalam penelitian ini adalah 130 remaja berusia 11 ndash; 21 tahun yang berasal dari 11 panti di Jakarta. Pengambilan data dilakukan dengan meminta partisipan untuk mengisi kuesioner perceived social support dan subjective well-being. Perceived social support diukur dengan menggunakan alat ukur Multidimensional Scale of Perceived Social Support yang dikembangkan oleh Gregory D. Zimet 1988 . Subjective well-being diukur dengan menggunakan dua alat ukur yang berbeda. Alat ukur Satisfaction With Life Scale yang disusun oleh Ed Diener 1985 digunakan untuk mengukur komponen kognitif kepuasan hidup. Alat ukur Positive Affect and Negative Affect Schedule PANAS yang dikembangkan oleh Watson, Clark, Tellegan 1988 digunakan untuk mengukur afeksi positif dan negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceieved social support berkontribusi secara signifikan terhadap komponen afeksi positif subjective well-being R2 = 0,146, p = 0,000, namun tidak berkontribusi secara signifikan terhadap komponen kognitif kepuasan hidup subjective well-being R2 = 0,019, p = 0,328 dan terhadap komponen afeksi negatif subjective well-being R2 = 0,027, p = 0,478. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi perceived social support yang dimiliki oleh remaja panti asuhan, maka semakin tinggi juga afeksi positif subjective well-being yang dimilikinya.

This research paper is conducted to investigate the contribution of perceived social support in subjective well being among the orphanage adolescents in Jakarta. The adolescent orphanages are selected because they have different living conditions with adolescents in general. The research subjects are 130 adolescents between 11 ndash 21 years old who lived in 11 orphanage in Jakarta. The data is collected by asking participants to fill out perceived social support and subjective well being questionnaires. Perceived social support was measured by Multiple Scale of Perceived Social Support constructed by Gregory D. Zimet 1988. Subjective well being was measured using two different instruments. Cognitive component life stastisfaction of subjective well being was measured by Satisfaction With Life Scale constructed by Ed Diener 1985. Affective component positive and negative affection was measured by Positive Affect and Negative Affect Schedule PANAS constructed by Watson, Clark, Tellegan 1988 . The result of this research showed that perceived social support has significantly contributed to positive affect component of subjective well being R2 0,146, p 0,000 but perceived social support has no significant contribution to cognitive component or life satisfaction R2 0,019, p 0, 0,328 and negative affect component of subjective well being R2 0,027, p 0,478. These results indicate that the higher perceived social support they feel, the higher positive affect of subjective well being they have."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Radityo Nugroho Rosadi
"Penelitian ini menggunakan bukti studi kasus untuk menguji bagaimana COVID-19 berdampak pada kondisi kesejahteraan subjektif pekerja pertunjukan perkotaan berbasis platform online. Temuan awal menunjukkan bahwa perusahaan platform harus lebih memperhatikan umpan balik pekerja untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik, karena produktivitas akan lebih baik dicapai dengan kepuasan hidup umum yang lebih baik. Pekerja pertunjukan biasanya menghadapi tantangan yang berbeda dalam sifat atau intensitas dari yang dialami oleh pekerja organisasi tradisional. Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai topik tersebut masih menghadirkan beberapa perspektif tentang bagaimana kesejahteraan pekerja terpengaruh selama krisis Covid-19. Dalam penelitian ini, 9 orang pengendara ojek online diwawancarai dalam focus group discussion. Temuan awal menunjukkan bahwa technostressors memainkan peran besar. Pengemudi merasa bahwa aplikasi mengontrol rutinitas harian mereka dengan ketat melalui cara protokol diatur. Sifat pendapatan mereka yang tidak menentu mempengaruhi tingkat kecemasan pada beberapa pengemudi selama krisis Covid-19. Selain itu, kurangnya dukungan manajemen dari aplikasi perantara menyebabkan ketegangan dalam hubungan manajemen dan karyawan; menyebabkan beberapa bentuk ketidakpercayaan dari pengemudi.

This research uses case study evidence to examine how COVID-19 has impacted the subjective well-being condition of online platform based urban gig workers. Initial findings suggest that the platform companies should pay more attention to worker feedback to create better working environment, as productivity will be better achieved with better general life satisfaction. Gig workers commonly face challenges that differ in nature or intensity from those experienced by traditional organizational worker. Previous researches regarding the topic still present few perspectives regarding how the worker’s well-being is affected during the Covid-19 crisis. In this study, 9 online motorcycle drivers were interviewed in a focus group discussion. Initial findings show that technostressors play a big role. Drivers do feel that the app controls their daily routine tightly through the way the protocols are set up. The precarious nature of their income affects anxiety levels in some drivers during the Covid-19 crisis. Furthermore, the lack of management support from the intermediary apps causes strain in management and employee relationship; causes some form of distrust from the drivers."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafshoh
"Kesejahteraan subjektif siswa di sekolah merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena memiliki banyak manfaat positif untuk perkembangan siswa di sekolah maupun kesejahteraannya secara umum. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari dimensi keberfungsian keluarga, yakni family cohesion, family flexibility, dan family communication terhadap kesejahteraan subjektif siswa di sekolah. Partisipan pada penelitian ini merupakan 475 siswa SMA yang berasal dari lima sekolah di Jabodetabek. Kesejahteraan di sekolah diukur menggunakan brief adolescent subjective well-being in school scale (BASWBSS), dan family functioning diukur menggunakan family adaptability and cohesion evaluation scale (FACES III) serta family communication scale (FCS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa family flexibility dan family communication memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kesejahteraan siswa di sekolah.

Subjective well-being in school is one of the important thing to noticed because it has plenty positive benefits for students development in school and their overall well-being. The aims of this research is to examine the effect of family functioning dimensions, namely family cohesion, family flexibility, and family communication towards subjective well-being in school. Participants of this research are 475 students from five high schools in Jabodetabek. Subjective well-being in school is measured by Brief Adolescent Subjective Well-Being in School Scale (BASWBSS), while family functioning is measured by Family Adaptability and Cohesion Evaluation Scale (FACES III) and Family Communication Scale (FCS). The Result show that family flexibility and family communication has a positive and significant effect to subjective well-being in school."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririn Afitri Tatu
"Penelitian bertujuan melihat gambaran subjective well-being pada masyarakat miskin di Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, baik secara keseluruhan maupun per komponen. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan alat ukur subjective well-being mencakup alat ukur kepuasan hidup, kepuasan pada ranah kehidupan dan pengalaman perasaan positif dan negatif, yang dikembangkan oleh Ed Diener. Partisipan penelitian ini berjumlah 108 orang yang terdiri dari 58 pria dan 50 wanita dengan karakteristik berusia 40 - 65 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat subjective well-being masyarakat miskin dewasa madya di Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan tergolong tinggi. Hasil tambahan penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada masing-masing komponen subjective well-being apabila ditinjau dari faktor demografi, yaitu jenis kelamin, tingkat pendidikan terakhir, dan pendapatan. Hanya perbedaan antara pria dan wanita terhadap gambaran masing-masing aspek kepuasan pada ranah kehidupan yang memiliki hubungan yang signifikan.

Study aims to investigate subjective well-being among poor people in middle adulthood at Pancoran, South Jakarta, as a whole and each of its domain. This research used quantitative approach using subjective well-being scale by Ed Diener, include Satisfaction With Life Scale, Domain Satisfaction Scale and Scale of Positive And Negative Experience. Participants were 108 poor people which 58 males and 50 females with characteristics aged 40 - 65 years old.
The results shows high subjective well-being among poor people in middle adulhood at Pancoran, South Jakarta. Additional findings shows there was no significant difference in each component of subjective well-being between the groups based on demographics data, such as gender, education and income. Only gender differences that had significant correlation on each component of domain satisfaction.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S58546
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuryn Nabiela
"Tenaga kesehatan mengalami tingkat stres dan kelelahan yang tinggi, yang dapat berdampak negatif terhadap well-being dan bagaimana mereka memberikan pelayanan kepada pasien. Organizational justice terbukti menjadi prediktor well-being tenaga kesehatan. Sebaliknya, hubungan antara workplace spirituality dan well-being tenaga kesehatan belum diteliti lebih lanjut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara workplace spirituality, organizational justice dan well-being tenaga kesehatan, serta untuk menentukan apakah employee engagement berperan sebagai mediator dalam hubungan ini. Sebuah survei cross-sectional dilakukan dengan sampel tenaga kesehatan dari sebuah rumah sakit di Jakarta. Pertanyaan mengenai organizational justice, workplace spirituality, employee engagement, dan well-being diberikan. Structural Equation Model digunakan untuk menguji model mediasi yang diusulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa organizational justice berhubungan secara signifikan dan positif terhadap well-being tenaga kesehatan, sedangkan workplace spirituality tidak berhubungan secara signifikan. Selanjutnya, employee engagement memediasi hubungan antara spiritualitas tempat kerja, keadilan organisasi dan well-being, sehingga dampak positif lebih besar untuk tenaga kesehatan dengan tingkat engagement yang tinggi. Temuan ini menunjukkan bahwa intervensi yang ditujukan untuk meningkatkan organizational justice secara tidak langsung dapat meningkatkan well-being tenaga Kesehatan dengan meningkatkan employee engagement. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menguji generalisasi dari temuan ini dan untuk mengeksplorasi potensi intervensi untuk meningkatkan keadilan organisasi dalam pengaturan kesehatan.

Healthcare workers (HCWs) experience high levels of stress and burnout, which can negatively impact their wellbeing and patient care. Organizational justice has been shown to be a predictor of HCW wellbeing. In contrast, the relationship between workplace spirituality and HCW wellbeing is less clear. The purpose of this study was to examine the relationship between workplace spirituality, organizational justice and HCW wellbeing, and to determine whether employee engagement act as mediator in this relationship. A cross-sectional survey was conducted with a sample of HCWs from a hospital in Jakarta. Measures of organizational justice, workplace spirituality, employee engagement, and wellbeing were administered. Structural equation modeling was used to test the proposed mediation model. Results indicated that organizational justice was significantly and positively related to HCW wellbeing, while workplace spirituality was not significantly related. Furthermore, employee engagement mediated the relationship between workplace spirituality, organizational justice, and wellbeing, such that the positive relationship was stronger for HCWs with high levels of employee engagement. These findings suggest that interventions aimed at improving organizational justice may indirectly improve HCW well-being by increasing employee engagement. Further research is needed to test the generalizability of these findings and to explore potential interventions for improving organizational justice in healthcare settings."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"In this volume, all facets of research pertaining to security and subjective well-being (SWB) are discussed, including among others, objective and subjective measures of security, multiple security dimensions, the relationship between security and SWB and possible mediators and moderators, cultural and religious influences on security and SWB, present and future security, perceptions of crime in cities and regions and development of relevant indicators, security in a globalized era and its relationship to SWB, security, major events and SWB."
Dordrecht, Netherlands: Springer, 2012
e20400939
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rizky Ramdhana
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara kualitas attachment dan psychological well-being pada remaja dari keluarga miskin perkotaan. Attachment dibagi dalam dua kelompok figur yang paling dekat diusia remaja yakni orangtua dan peer. Variabel kualitas attachment pada orangtua dan peer diukur menggunakan The Inventory Parent Peer Attachment (IPPA Revision) yang terdiri dari masing-masing 12 item pada bagian orangtua dan peer yang mencakup dimensi communication, trust dan alienation.
Alat ukur ini telah divalidasi dan diterjemahkan oleh peneliti dari alat ukur asli yang dibuat Armsden dan Greenberg (1987). Variabel lainnya yakni psychological well-being diukur dengan alat ukur self-report yang diadaptasi dari penelitian oleh Putri (2012), yang menggunakan Ryff's Scale of Psychological Well-Being (RPWB) (1989). Penelitian melibatkan 122 partisipan laki-laki dan perempuan dengan proporsi yang sama berusia 11-18 tahun dan berasal dari daerah Jabodetabek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kualitas attachment pada orangtua dan peer dengan psychological well-being dimana jika remaja memiliki kualitas attachment yang tinggi maka ia akan memiliki psychological well-being yang tinggi. Namun, dalam penelitian ini ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel lain yang menjadi karakteristik partisipan seperti jenis kelamin, usia, jumlah teman, jumlah saudara kandung dan urutan kelahiran terhadap kualitas attachment dan psychological well-being.

The objective of this research is to investigate the correlation between quality of attachment and psychological well-being among adolescent from poor urban family. Attachment divided into two figure groups that closer to adolescent group, parents and peer. Quality of attachment to parents and peer was measured using used The Inventory Parent Peer Attachment (IPPA Revision) which consist of 12 items each in parents's and peer's part which cover communication, trust and alienation's dimension.
This measurement is validated and translated by researcher from the original measurement created by Armsden and Greenberg (1987). Psychological well-being was measured using self-report scale which is adopted by Putri (2012) from Ryff's Scale of Psychological Well-Being (RPWB) (1989). The respondents of this research are 122 male and female adolescents with the same proportion from age 11-18 years old and living in Jabodetabek area.
The result of the research shows that quality of attachment to parents and peer with psychological well-being are significantly and positively correlated when adolescents's quality of attachment is high they will have a high score on psychological well-being too. Furthermore, this research found there is no correlation among the others variables which are the characteristics of respondents, sex, age, number of peer, number of siblings, and birth order to quality of attachment and psychological well-being.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S45517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Takwin
"Kota besar ditandai dengan populasinya yang padat, ruang terbatas, dan mobilitas tinggi. Riset terdahulu menunjukkan bahwa warga DKI Jakarta merasa cukup bahagia. Oleh karena itu perlu untuk meningkatkan kebahagiaan (subjective well-being) warga DKI Jakarta. Subjective well-being berkaitan dengan bagaimana individu mengelola dirinya dalam menjalankan berbagai kegiatan. Individu dengan
subjective well-being yang baik cenderung untuk terlibat dalam aktivitas bernilai produktif tinggi. Riset ini bertujuan untuk memahami peran manajemen-diri dalam subjective well-being warga DKI Jakarta. Sejumlah 638 warga DKI Jakarta (laki-laki = 329, perempuan = 309; usia rata-rata = 36) berpartisipasi dalam studi ini. Data dikumpulkan melalui lima set kuesioner, yaitu Skala Kepuasan Hidup (SWLS),
Skala Afek Positif dan Negatif Skala (PANAS), Skala Ranah Kepuasan, Kuesioner Manajemen-Diri, dan Kuesioner Demografi. Analisis data menggunakan regresi berganda mengkonfirmasi bahwa mana
jemen-diri secara positif berhubungan dengan kepuasan hidup (R = 0,391, p = 0,05) dan afek positif (R = 0,108, p = 0,05).

Abstract
Big cities are characterized by their dense population, limited
space, and high mobility. Past research has shown that the
citizens of DKI Jakarta feel quite unhappy. Therefore it is necessary to improve the happiness (subjective well-being)
level of DKI Jakarta?s population. Subjective well-being relates to how an individual self-manages his/her activities.
Individuals with good subjective well-being tend to engage in
activities of high productive values. This research aims to
understand the role of self-management in the subjective we
ll-being of the population of DKI Jakarta. 638 citizens of
DKI Jakarta (males = 329, females = 309; mean age = 36) participated in the study. Data was collected through five sets of questionnaires, i.e., the Satisfaction With Life Scale
(SWLS), the Positive Affect and Negative Affect Schedule Scale
(PANAS), The Domains of Life Satisfaction Scale, Self-Management Questionnaire, and the Demograhic Questionnaire. Analysis of data using multiple regression confirmed that self-management is positively associated with life satisfaction (R = 0.391, p = 0.05) and positive affects (R = 0.108, p = 0.05). "
[Fakultas Psikologi Universitas Indonesia; Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia], 2012
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>