Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127625 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gita Hapsari
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang penerapan konsep aging in place dalam sebuah hunian yang dirancang khusus untuk lansia dalam hal ini RUKUN Senior Living menjadi contoh kasus. Penghuni RUKUN Senior Living rata-rata adalah lansia yang memang sengaja tinggal di tempat tersebut untuk menghindari rasa kesepian dan ingin mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari. Dalam mencapai kebutuhan tersebut, perlu diketahui apa saja kebutuhan lansia dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari mengingat adanya keterbatasan fisik yang dialami lansia. Oleh karena itu, melalui konsep aging in place, penulis mempelajari apakah yang ditetapkan dalam konsep tersebut yang dapat membantu lansia mempertahankan integritasnya. Sebagai hasil, konsep aging in place dapat membantu fase penuaan pada lansia karena memberikan kemudahan dengan melibatkan anthropometri dalam standar perancangannya, namun pada RUKUN Senior Living sendiri, masih ada beberapa poin yang belum terpenuhi sehingga belum dapat memfasilitasi lansia yang menggunakan alat bantu atau kursi roda.

ABSTRACT
This essay discusses the implementation of the Aging in Place concept at a specific senior residential RUKUN Senior Living. Most elderly who choose to live there, has the necessity to lesson the lonesome feelings and to maintain their sovereignty in daily life. In order to fulfill that state, it is necessary to figure out the needs of the elderly going through their daily activities because of the physical limitation that most elderly have. Therefore, writer did a research to find out if the concept of aging in place works at RUKUN Senior Living to help elderly maintain their integrity. As a result, the concept of aging in place can help the aging phase of the elderly because it provides ease by involving anthropometry in its design standards, but at the RUKUN Senior Living itself, there are still some unfulfilled points that have not been able to facilitate elderly using aids or wheelchair."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra
"Manusia tidak terlepas dari ruang interaksi sosial termasuk manusia lanjut usia. Periode manusia lanjut usia, yang berada pada tahap akhir daur hidup manusia masih terdiri dari beberapa tahap penuaan—young old, old old, dan oldest old—dengan dinamika ruang interaksi sosial yang berbeda-beda pula. Oleh sebab itu, mendeskripsikan ruang interaksi sosial dan perubahannya seiring dengan perubahan tahap penuaan manusia lanjut usia secara komprehensif menjadi penting.
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih rinci mengenai bagaimana ruang interaksi sosial berubah seiring dengan berubahnya tahap penuaan manusia lanjut usia. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah melalui kajian teori mengenai ruang (interaksi) sosial, lingkungan daur hidup manusia khususnya manusia lanjut usia, dan tahap-tahap penuaan manusia lanjut usia. Studi kasus juga dilakukan terhadap ruang interaksi sosial dua orang manusia lanjut usia untuk melihat bagaimana teori yang sudah dikaji tersebut terjadi dalam kehidupan nyata.
Dari tinjauan teori dan studi kasus tersebut, dapat disimpulkan ada beberapa pola perubahan ruang interaksi sosial seiring dengan perubahan penuaan pada manusia lanjut usia, yaitu: besaran ruang interaksi sosial manusia lanjut usia menurun drastis ketika memasuki tahap oldest old; pola ruang interaksi sosial dan ruang aktivitas manusia lanjut usia cenderung sama dan stabil pada setiap tahap penuaan; frekuensi penggunaan ruang di luar ruang domestik oleh manusia lanjut usia cenderung menurun seiring dengan perubahan tahap penuaan dan hampir tidak terjadi lagi ketika memasuki tahap oldest old; dan ruang aktivitas semakin didominasi oleh ruang interaksi sosial ketika seorang manusia semakin berusia lanjut sehingga ketika ruang aktivitas berubah, ruang interaksi sosial pun cenderung ikut berubah.

Human being cannot be separated from social interaction space, including the elderly. The elderly stage, who is in the latest stage of in the human life cycle still consists of several stages of aging—young old, old old, and oldest old—with different dynamics of social interaction space too. Therefore, describing social interaction space and the changing through the aging of the elderly comprehensively becomes important.
The purpose of this writing is to understand more detail on how social interaction space changes through the aging of the elderly. This writing begins with the study of the theories about social (interaction) space, the human life cycle environment, and the aging stages of the elderly. Furthermore, case study was also conducted on the social interaction space of two elderly individuals in order to examine how the theories that had been studied happened in the real life.
From the study of the theory and the case study, it can be concluded that there are several patterns of the changing of social interaction space through the aging of the elderly. These patterns include: the scale of social interaction space of the elderly is declined drastically in the oldest old stage; the pattern of social interaction space and activity space of the elderly relatively similar and stable in every aging stage; the frequency of using outside domestic space by the elderly tends to decline through the aging of the elderly and almost disappear in the oldest old stage; and activity space is more dominated by social interaction space when a human is growing older—it means that when the activity space is changed, the social interaction space also tends to be changed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Diani Paramitha Maharsi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan persepsi diri terhadap penuaan pada lanjut usia. Sebanyak 100 orang lanjut usia berusia 60 tahun keatas yang tinggal di Depok berpartisipasi pada penelitian ini. Religiusitas dalam hal ini meliputi sembilan dimensi, yaitu perilaku religius publik, perilaku religius pribadi, dukungan kelompok keagamaan, coping religius, kepercayaan dan nilai, komitmen religius, pengampunan, pengalaman spiritual harian, dan intensitas religius. Pengukuran religiusitas dilakukan dengan alat ukur Brief Multidimensional Measure of Religiousness/Spirituality yang dibuat oleh Idler, Musick, Ellison, George, Krause, Ory, Pargament, Powell, Underwood, dan Williams (2003), sedangkan persepsi diri terhadap penuaan diukur melalui Attitude Towards Own Aging yang dibuat oleh Liang dan Bollen (1983).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya terdapat hubungan positif yang signifikan pada satu dimensi, yaitu dimensi pengampunan (forgiveness) pada religiusitas dengan persepsi diri terhadap proses penuaan pada lanjut usia. Artinya, semakin individu menunjukkan kesediaan untuk memohon ampun pada Tuhan dan memaafkan orang lain dan diri sendiri, semakin positif pula persepsi terhadap proses penuaannya; begitu pula sebaliknya. Disisi lain, tidak terdapat hubungan yang signifikan pada delapan dimensi lainnya, yaitu dimensi perilaku religius publik, perilaku religius pribadi, dukungan kelompok keagamaan, coping religius, kepercayaan dan nilai, komitmen religius, pengalaman spiritual harian, dan intensitas religius.

This study examined the relationship between religiosity and self-perception of aging among elderly. 100 elderly living in Depok participated in this study. Religiosity in this study consists of nine dimensions, i.e public religious practices, private religious practices, congregation support, religious coping, belifs and values, religious commitment, forgiveness, daily spiritual experiences, and religious intensity Religiosity was measured by the Brief Multidimensional Measure of Religiosness/Spirituality (Idler, Musick, Ellison, George, Krause, Ory, Pargament, Powell, Underwood, dan Williams, 2003), whereas the self-perception of aging was measured by the Attitude Towards Own Aging scale (Liang & Bollen, 1983).
This study shows that there is a significant, positive relationship only on one dimension, which is the forgiveness dimension of religiosity and self-perception of aging among elderly. The result of this study shows that the more willing for an individual to ask for forgiveness from God and to forgive other people and oneself, the more positive participants? perception towards aging; vice versa. On the other hand, the other eight dimensions has no significant relation with self-perception of aging. The dimensions are public religious practice, private religious practices, congregation support, religious coping, beliefs and values, religious commitment, daily spiritual experiences, and religious intensity.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59165
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ngakan Made Krishna Dwipayana Sayang
"Penelitian ini bertujuan untuk meneliti penerapan konsep penuaan aktif di Jepang melalui pemberdayaan lansia yang dilakukan oleh Silver Human Resources Center (SHRC). Penelitian ini menggunakkan konsep tiga pilar utama (partisipasi, kesehatan, keamanan) dari teori penuaan aktif sebagai kerangka teori dan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SHRC menerapkan konsep tiga pilar utama dalam usaha pemberdayaan lansia di Jepang. SHRC memfasilitasi partisipasi lansia dalam berbagai kegiatan produktif seperti pekerjaan paruh waktu dan kegiatan sukarela. Selain itu, SHRC memberikan perhatian besar pada kesehatan fisik dan mental lansia melalui program-program yang disediakan. Terakhir, SHRC memastikan keamanan ekonomi, sosial, dan fisik bagi lansia melalui penawaran pekerjaan untuk pendapatan tambahan, pelatihan keterampilan, serta lingkungan kerja yang inklusif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa SHRC menunjukkan penerapan konsep penuaan aktif dalam usaha pemberdayaan mereka terhadap lansia di Jepang.

This research aims to examine the implementation of the active aging concept in Japan through the empowerment of the elderly conducted by the Silver Human Resources Center (SHRC). The study uses the three main pillars of the active aging theory (participation, health, security) as the theoretical framework and employs a descriptive qualitative method. The findings show that SHRC applies the three main pillars of the active aging concept in its efforts to empower the elderly in Japan. SHRC facilitates the participation of the elderly in various productive activities such as part-time jobs and volunteer work. Additionally, SHRC pays significant attention to the physical and mental health of the elderly through its provided programs. Lastly, SHRC ensures the economic, social, and physical security of the elderly through the provision of jobs for additional income, skills training, and an inclusive work environment. This study concludes that SHRC demonstrates the implementation of the active aging concept in its efforts to empower the elderly in Japan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Uly Aanda Maria Nugraheni
"Pendahuluan : Akhir-akhir ini penelitian terkait mikrobiom kulit manusia menjadi fokus di bidang dermatologi dan kosmetik karena mikrobiota kulit yang memiliki fungsi vital dalam menjaga homeostasis kulit. Sudah banyak laporan disbiosis mikrobiom yang berhubungan dengan beberapa kondisi kulit, baik patologis maupun nonpatologis, contohnya pada penuaan atau aging. Pada kulit menua terdapat perubahan struktural dan fungsional kulit yang menyebabkan perubahan habitat mikrobiom, sehingga terjadi perubahan komposisi mikrobiota. Hal tersebut dapat menyebabkan disbiosis, sehingga dapat pula menjadi faktor predisposisi dalam proses penuaan kulit. Tujuan Penelitian : Menilai korelasi antara mikrobiom kulit dengan parameter penuaan kulit wajah perempuan Indonesia dan juga mengetahui gambaran mikrobiom pada kulit dewasa muda, lansia perempuan Indonesia, serta menilai perbedaan shannon index serta relative abundance mikrobiom kulit antara perempuan dewasa muda dan lansia. Metodologi Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Februari – Maret 2023 di Poliklinik Dermatologi dan Venereologi (DV) RSCM. Subjek penelitian berjumlah 48 orang yang terdiri dari 24 orang perempuan sehat usia dewasa muda (21–37 tahun) dan 24 orang lansia (60–76 tahun) yang melewati kriteria penerimaan dan penolakan. Subjek penelitian yang terpilih melakukan kunjungan ke Poliklinik DV RSCM, dan dilakukan anamnesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan wajah menggunakan skin analyzer JANUS™ III, serta pengambilan apusan kulit (swab) pada kedua pipi. Hasil sampel apusan kulit kemudian dilakukan ekstraksi DNA menggunakan DNeasy PowerSoil Kit™ dan dilakukan sekuensing pada region V3-V4 16s rRNA dengan alat Next Generation Sequencing (NGS), MiSeq Illumina™. Total didapatkan 39 sampel DNA yang dapat diidentifikasi oleh alat MiSeq Illumina™. Hasil Penelitian : Abundance filum firmicutes dan genera staphylococcus secara bermakna lebih besar pada kelompok lansia. Shannon index kelompok dewasa muda lebih tinggi daripada kelompok lansia namun tidak berbeda bermakna dan hanya berkorelasi lemah terhadap usia (P>0,05). Terdapat korelasi positif antara Staphylococcus dengan usia, serta Paracoccus dengan porfirin. Terdapat korelasi negatif antara Shannon index dengan pori-pori, dan Cutibacterium dengan porfirin (P≤0,05) Kesimpulan : Hasil penelitian akhir didapatkan dari 39 sampel apusan kulit yang berhasil diidentifikasi oleh alat NGS, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang membandingkan metode pengambilan sampel mikrobiom kulit wajah untuk standarisasi penelitian selanjutnya dan perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih banyak serta multi-centered untuk mewakili daerah Indonesia di pedalaman dengan iklim dan lingkungan yang berbeda dengan masyarakat urban.

Introduction: Recently research related to the human skin microbiome has become a focus in the fields of dermatology and cosmetics because skin microbiome has a vital function in maintaining skin homeostasis. There have been many reports of microbiome dysbiosis associated with several skin conditions, both pathological and non-pathological, for example aging. In aging skin, there are structural and functional changes in the skin that cause alterations in the microbiome habitat, resulting changes in the composition of the microbiota. This condition can cause dysbiosis, and it may also be a predisposing factor for the skin aging process. Objectives: To assess the correlation between the skin microbiome and the facial aging score of Indonesian women and also to determine the description of Indonesian young adults and elderly's women microbiomes, as well as addressing the differences in Shannon index and the relative abundance of skin microbiomes between young adult and elderly women. Methods: This research is an analytical observational study with cross-sectional design. Samples were taken in February – March 2023 at Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM), Dermatology and Venereology (DV) clinic. The research subjects were 48 people consisting of 24 healthy young adult women (21–37 years) and 24 elderly people (60–76 years) who passed the inclusion and exclusion criteria. The selected research subjects visited DV RSCM clinic, and underwent anamnesis, clinical examination, and facial examination using the JANUS™ III skin analyzer, also took skin swabs on both cheeks. The resulting skin swab samples were subjected to DNA extraction using DNeasy PowerSoil Kit™ and sequenced at V3-V4 16s rRNA region using the NGS (Next Generation Sequencing) tool, MiSeq Illumina™. Total were 39 DNA samples were obtained which could be identified by MiSeq Illumina™. Results: Abundance of the phylum Firmicutes and the genera Staphylococcus was significantly higher in elderly group. Shannon index of the young adult group was higher than the elderly group but was not stastistically ignificant and only weakly correlated with age (P>0.05). There is positive correlation between Staphylococcus and age, as well as Paracoccus and porphyrins. There is negative correlation between Shannon index and pores, Cutibacterium with porphyrins (P≤0.05) Conclusion: The final research results were obtained from 39 skin swab samples that were successfully identified by NGS tool. It is necessary to carry out future research that compares facial skin microbiome sampling methods to standardize further skin mikrobiome research and also to carry out research with a larger number of samples and multi-centered to represent rural areas of Indonesia with different climates and environments from urban communities (Jakarta)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Mahwati
"ABSTRAK
Indonesia mengalami penuaan penduduk yang sangat cepat. Diperkirakan populasi
penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 28,8 juta (11,3%) pada tahun 2020
dan mencapai 100 juta (28,68%) pada tahun 2050. Perhatian mengenai bagaimana
penuaan sukses dan determinanya menjadi sebuah isu penting yang harus
dieksplorasi sebagai dukungan informasi bagi penentu kebijakan dalam
merancang kebijakan dan intervensi efektif untuk meningkatkan kualitas hidup
lansia di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi aspek
multidimensional penuaan sukses dan memperoleh model prediksi penuaan sukses
pada lansia di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif menggunakan data
IFLS (Indonesian Family Life Survey) dengan mengikuti individu selama tujuh
tahun yaitu pada titik waktu pengukuran survei IFLS 2000 dan IFLS 2007. Jumlah
sampel penelitian ini adalah 2.344 lansia (≥ 53 tahun). Model pengukuran penuaan
sukses diuji dan dianalisis menggunakan comfirmatory factor analysis (CFA).
Analisis regresi logistik ganda digunakan untuk memperoleh model prediksi
penuaan sukses.
Penelitian ini menghasilkan konsep model penuaan sukses multidimensional yang
memiliki kriteria kecocokan model yang baik serta validitas dan reliabilitas yang
cukup baik dengan kontribusi masing-masing yaitu keberfungsian mental (78%),
keterlibatan aktif (64%), keberfungsian fisik (62%), spiritualitas (2,7%) dan bebas
dari penyakit (0,1%). Hasil model prediksi penuaan sukses terdiri dari tujuh
variabel meliputi faktor individu (usia, jenis kelamin, pendidikan, aktivitas fisik
dan waist circumference) dan faktor lingkungan (tingkat pengeluaran nabati dan
partisipasi program dana sehat). Kelompok usia 60-69 tahun memiliki peluang
sukses 2,211 (95% CI=1,077-4,539), kelompok usia 53-59 tahun sebesar 3,568
(95%CI=1,765-7,216). Lansia laki-laki memiliki peluang 1,595 (95%CI=1,133-
2,247), lansia dengan pendidikan rendah memiliki peluang 2,805 (95%CI=1,776-
4,429), pendidikan menengah/tinggi 4,128 (95%CI=2,272-7,500). Lansia dengan
aktivitas fisik sedang memiliki peluang sukses 4,258 (95%CI=2,352-7,709),
aktivitas ringan 3,964 (95%CI=2,228-7,052) dan aktivitas berat 3,675
(95%CI=2,054-6,576). Lansia dengan Waist Circumference tidak berisiko
memiliki peluang sukses 1,688 (95%CI=1,092-2,610). Lansia dengan tingkat
pengeluaran nabati tinggi memiliki peluang sukses 1,384 (95%CI=1,010-1,898),
lansia yang berpastisipasi dalam program dana sehat berpeluang sukses 1,779
(95%CI=1,181-2,680). Implikasi hasil penelitian terhadap kebijakan berupa tiga
pilar utama yang menentukan penuaan sukses yaitu partisipasi, kesehatan dan
jaminan sosial. Selain ketiga pilar tersebut, gender juga merupakan determinana
penting penuaan sukses. Oleh karena itu kesetaraan gender perlu dipertimbangkan
dalam setiap pilar kebijakan

ABSTRACT
Indonesia experienced rapid population aging. It is estimated that the elderly
population in Indonesia will reach 28.8 million (11.3%) in 2020 and 100 million
(28.68%) in 2050. Caution regarding how successful aging and its determinant
become an important issue that should be explored as support information for
policy makers in designing effective policies and interventions to improve the
quality of life of the elderly in Indonesia. The objective of this study was to
explore the multidimensional aspects of successful aging and obtain predictive
models successful aging in the elderly in Indonesia.
This study used a retrospective cohort study design using the data IFLS
(Indonesian Family Life Survey) by following people for seven years, namely at
the point of measurement time survey IFLS IFLS 2000 and 2007. The amount of
the sample is 2,344 elderly (≥ 53 years). Successful aging measurement model
was tested and analyzed using Comfirmatory Factor Analysis (CFA). Multiple
logistic regression analysis is used to derive predictive model of successful aging.
This research resulted in the concept of multidimensional models of successful
aging that has good validity and reliability. Each contribution were mental
functioning (78%), active involvement (64%), physical functioning (62%),
spirituality (2.7%) and free of the disease (0.1%). Successful aging prediction
models resulting from this study consisted of seven variables include individual
factors (age, gender, education, physical activity and waist circumference) and
environmental factors (level of expenditure vegetable and healthy fund program
participation). Age group 60-69 years had a chance of success 2.211 (95% CI =
1.077 to 4.539), age group 53-59 years amounted to 3.568 (95% CI = 1.765 to
7.216). Elderly men had chances 1.595 (95% CI = 1.133 to 2.247), elderly people
with low education had a chance 2.805 (95% CI = 1.776 to 4.429), secondary
education / high 4.128 (95% CI = 2.272 to 7.500). Elderly with moderate physical
activity had a chance of success 4.258 (95% CI = 2.352 to 7.709), light activities
3.964 (95% CI = 2.228 to 7.052) and strenuous activities 3,675 (95% CI = 2.054
to 6.576). Elderly with no risk of waist circumference had a chance of success
1.688 (95% CI = 1.092 to 2.610). Elderly with a high level of expenditure
vegetable has a chance of success 1.384 (95% CI = 1.010 to 1.898), elderly who
participates in the healthy fund program likely to succeed 1.779 (95% CI = 1.181
to 2.680). Implications of the results of research on policy in the form of the three
main pillars that determine successful aging, namely participation, health and
social security. In addition to the three pillars, gender is also an important
determinana successful aging. Therefore, gender equality need to be considered in
any policy pillars"
2016
D2664
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adzra Fadhila
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas mengenai gambaran relasi sosial pada lanjut usia dalam mencapai penuaan yang sukses. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Terdapat 6 informan dalam penelitian ini dengan variasi jenis kelamin laki-laki dan perempuan, serta variasi usia young-old dan old. Hasil dari penelitian ini adalah lanjut usia yang memiliki relasi sosial di masa tua dapat mengaktualisasikan dirinya kepada orang lain dan terus produktif meskipun mengalami kemunduran fungsi fisik dan kognitif. Dengan memiliki relasi sosial, lanjut usia juga dapat memberikan dukungan sosial kepada orang lain sehingga membuat diri lanjut usia merasa berguna dan dibutuhkan oleh orang lain.

ABSTRACT
This undergraduate thesis discusses the description of social relationships owned by the elderly in achieving successful aging. The research used in this research is qualitative approach with descriptive type. There were six informants in this study with male and female of gender variations, and also young old and old 39 old 39 of age variations. The results of this study are the elderly who have social relations can actualize him herself to others and continue to be productive although the decline in physical and cognitive functions. By having social relationships, elderly people can also provide social support to others so that making themselves elderly feel useful and needed by others. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Agung Suryoputro Reksoprodjo
"Latar Belakang. Kemoterapi masih menjadi pilihan pengobatan untuk pasien dengan kanker termasuk pada pasien usia lanjut. Instrumen untuk memprediksi toksisitas berat akibat kemoterapi pada pasien usia lanjut diperlukan untuk menurunkan mortalitas dan meningkatkan kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan menilai performa diskriminasi dan kalibrasi instrumen CARG untuk memprediksi toksisitas berat akibat kemoterapi pada pasien usia lanjut dengan kanker.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif menggunakan data primer penelitian sebelumnya yang menggunakan CGA sebagai prediktor toksisitas kemoterapi. Subyek merupakan pasien usia lanjut yang menjalani kemoterapi di KSM Penyakit Dalam RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta dari Oktober 2019-Januari 2021 dan dilakukan pengambilan sampel dengan metode total sampling. Skor CARG yang sudah dihitung dibagi menjadi risiko rendah, risiko sedang dan risiko tinggi. Performa diskriminasi dinyatakan dengan c statistic (AUC) dan performa kalibrasi dinyatakan dengan uji Hosmer Lemeshow. Luaran dari penelitian ini adalah prediksi toksisitas berat (CINV, anemia, febrile neutropenia, dan kematian) akibat kemoterapi pada pasien usia lanjut di KSM Penyakit Dalam RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Hasil. Dalam penelitian ini terdapat 193 pasien. Kanker terbanyak adalah hematologi (33,2%), kepala dan leher (24,9%) serta gastrointestinal (14%). Toksisitas berat terbanyak pada kanker gastrointestinal (29,6%). Skor CARG memberikan performa diskriminasi yang baik dengan c statistic (AUC) 0,756 (IK95% 0,681-0,830; p<0,001) dan performa kalibrasi yang baik dengan Uji Hosmer Lemeshow p 0,282. NPV pada penelitian ini 79,27%.
Kesimpulan. Instrumen CARG memiliki performa diskriminasi dan kalibrasi yang baik untuk memprediksi toksisitas berat pasca kemoterapi pada pasien usia lanjut.

Background. Chemotherapy is still treatment of choice for patients with cancer, including the elderly. Intruments to predict chemotherapy-induced severe toxicity in elderly patients are needed to reduce mortality, improve quality of life. This study aims to assess the discrimination and calibration performance of the CARG instrument to predict severe chemotherapy-induced toxicity in elderly patients with cancer.
Methods. This study used a retrospective cohort design using primary data from previous study that used CGA as a predictor of chemotherapy toxicity. The subjects were elderly patients who underwent chemotherapy at Internal Medicine Department CIpto Mangunkusumo National General Hospital from October 2019-January 2021 and sampled was carried using the total sampling method. The calculated CARG score is divided into low risk, medium risk and high risk. Discrimination performance is expressed by c statistic (AUC) and calibration performance is expressed by Hosmer Lemeshow test. The outcome of this study is prediction of severe toxicity (CINV, anemia, febrile neutropenia, and death) due to chemotherapy in elderly patients at Internal Medicine Department Cipto Mangunkusumo National General Hospital.
Results. In this study there were 193 patients. The most common cancer were hematology (33.2%), head and neck (24.9%) and gastrointestine (14%). The most severe toxicity was gastrointestin cancer (29.6%). The CARG score provides a good discrimination performance with c statistic (AUC) 0.756 (CI 95% 0.681-0.830; p <0.001) and good calibration performance with Hosmer Lemeshow test p 0.282. The NPV in this study was 79.27%.
Conclusion. The CARG instrument has a good performance for predicting severe in post-chemotherapy toxicity in elderly patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Ariani
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara persepsi diri terhadap penuaan dan kualitas hidup lansia pada domain kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, danlingkungan.Persepsi diri terhadap penuaan adalah persepsi subjektif atau sikap individu lansia mengenai penuaan yang terjadi pada diri. Kualitas hidup merupakan persepsi individu terhadap posisi kehidupannya dalam konteks budaya dan sistem nilai di mana mereka tinggal, dan kaitannya dengan tujuan, harapan, standar dan hal lainnya yang menjadi perhatian individu tersebut. Alat ukur ATOA (Attitude Toward Own Aging) untuk mengukur persepsi diri terhadap penuaan diberikan pada 94 partisipan yang berusia 60 tahun ke atas. Hasil penelitian menunjukkan korelasi positif antara persepsi diri terhadap penuaan dengan dua domain dari kualitashidup; psikologis dan lingkungan. Tidak terdapat korelasi antara persepsi diri terhadap penuaan dengan dua domain lainnya dalam kualitas hidup; yaitu kesehatan fisik dan hubungan sosial.

This study was conducted in order to see whether there is a correlation between self perception of aging and the quality of life in elderly in the domain of physical health, psychological, social relationships, and environment. Self perception of aging is an subjective perceptions or attitude about aging that happen in elderly individuals. The quality of life is an individual perception towards life position in cultural context, value system, and it association with purposes, expectations, standards and other matter which the individual concerned of. The Attitude Toward Own Aging (ATOA) for measuring self perception of aging was given to 94 participants aged 60 years and older. The results showed there was a positive significant correlation between self perception of aging and two out of four domains in the quality of life; psychological and the environment. There was no correlation between: self perception of aging and the other two domains in the quality of life; physical health and social relationship."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60773
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harris, J. Gordon
New York: The Haworth Press, 2008
270.084 6 HAR b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>