Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137112 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shabrina Muchlisya
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ketebalan komposit resin serat pendek KRSP dan waktu penyinaran terhadap kekerasan dan depth of cure DoC. Dua puluh empat spesimen KRSP EverX PosteriorTM berbentuk silinder berdiameter 6 mm, dibagi menjadi dua kelompok ketebalan: 4 dan 5 mm n=12. Setiap kelompok ketebalan disinar dengan jarak 2 mm, iradiansi 800 mW/cm2 selama 25 dan 30 detik n=6. Nilai kekerasan diukur dengan uji Vickers dan DoC didapatkan dengan menghitung rasio kekerasan permukaan atas dan bawah KRSP. Data dianalisis menggunakan uji One-way ANOVA. Disimpulkan ketebalan dan waktu penyinaran mempengaruhi kekerasan dan DoC KRSP sebagai substruktur.

This study aims to analyze the effect of short fibre reinforced resin composite SFRC thickness and curing time on the hardness and depth of cure DoC. Twenty four specimens of SFRC EverX PosteriorTM were made and formed into cylindrical shapes with 6 mm in diameter, divided into two different thickness groups 4 and 5 mm n 12. Each thickness group were cured with 2 mm light curing distance, irradiance 800 mW cm2 for 25 and 30 seconds n 6. The hardness was measured by Vickers test and depth of cure was obtained by calculating the hardness ratio of the bottom to the top surface. Data were analyzed statistically by One Way ANOVA tests. It was concluded that thickness and curing time has significant effect on the hardness and DoC of SFRC as substructure. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karen Pungki Hardiyanti
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ketebalan komposit resin serat pendek KRSP dan iradiansi terhadap kekerasan dan depth of cure DoC. Dua puluh empat spesimen KRSP berbentuk silinder berdiameter 6 mm dibagi menjadi 2 kelompok ketebalan; 4 dan 5 mm n=12. Masing-masing kelompok dibagi menjadi 2 kelompok yang dipolimerisasi dengan iradiansi berbeda; 1000 dan 1200 mW/cm2 n=6. Setiap spesimen dipolimerisasi selama 20 detik dengan jarak penyinaran 2 mm. Nilai kekerasan didapat melalui uji kekerasan Vickers dan DoC didapat dengan mengukur rasio kekerasan permukaan bawah terhadap permukaan atas. Data dianalisis menggunakan uji statistik One-Way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan signifikan.

This study aims to analyze the effect of short fibre reinforced resin composite SFRC thickness and light curing irradiance on the hardness and depth of cure DoC . Twenty four specimens of SFRC were made into cylindrical shape with a diameter of 6 mm and divided into 2 different thickness groups 4 and 5 mm n 12. Each group was divided into another 2 different groups which was cured by different irradiance 1000 and 1200 mW cm2 n 6 . Each specimen was cured for 20s with 2 mm light curing distance. The hardness was measured by Vickers hardness test and DoC was measured by calculating a hardness ratio of the bottom to the top surface of specimens. Data were analyzed statistically by One Way ANOVA tests. The result showed significant differences."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Said Farhan Haikal
"Latar Belakang: Karies atau gigi berlubang merupakan masalah gigi dan mulut yang sering terjadi pada manusia. Cara untuk menangani masalah tersebut yaitu dengan membuat restorasi. Bahan restorasi yang dapat digunakan untuk menangani karies adalah resin komposit. Salah satu resin komposit jenis supra-nano flowable yang beredar dipasaran Indonesia adalah Palfique Universal Flow (Tokuyama Corporation, Japan). Resin komposit supra-nano Palfique Universal Flow dapat digunakan sebagai restorasi direk untuk gigi anterior maupun posterior. Pada rongga mulut, saat dilakukannya curing, kecil kemungkinan light curing dapat berkontak langsung dengan permukaan restorasi terutama pada gigi posterior. Sejauh ini belum ada penelitian mengenai pengaruh jarak penyinaran terhadap diametral tensile strength pada resin komposit supra-nano Palfique Universal Flow. Tujuan: Menganalisis pengaruh jarak penyinaran terhadap diametral tensile strength dari resin komposit supra-nano Palfique Universal Flow tipe super low dan medium. Metode: Resin komposit yang digunakan adalah jenis supra-nano Palfique Universal Flow tipe super low dan medium. Spesimen resin komposit untuk menguji diametral tensile strength berbentuk silinder berdiameter 6 mm dan ketebalan 3 mm. Jumlah specimen berjumlah 36 dibagi masing-masing menjadi 3 kelompok pada tipe super low dan medium dengan jarak penyinaran 0, 3, dan 6 mm menggunakan light curing unit LED, dengan iradiansi 1050 W/cm2, durasi 10 detik. Nilai diametral tensile strength diuji dengan alat Universal Testing Machine. Data dianalisis dengan uji statistik One Way Anova dan uji Independent Sample T-test. Hasil: Nilai diametral tensile strength pada tipe super low (jarak penyinaran 0, 3, dan 6 mm secara berurutan) 46,47 ± 3,49 MPa, 43,78 ± 3,36 MPa, dan 40,00 ± 3,17 MPa. Nilai diametral tensile strength pada tipe medium (jarak penyinaran 0, 3, dan 6 mm secara berurutan) 49,19 ± 2,95 MPa, 45,64 ± 3,62 MPa, dan 43,36 ± 3,54 MPa. Nilai diametral tensile strength pada jarak 0 dan 6 mm pada tipe super low maupun medium memiliki perbedaan yang bermakna secara statistik (p<0,05). Nilai diametral tensile strength tipe medium lebih besar dibandingkan dengan tipe super low pada setiap kelompok jarak penyinaran tapi tidak memiliki perbedaan yang bermakna (p≥0,05). Kesimpulan: Semakin jauh jarak penyinaran pada resin komposit supra-nano Palfique Universal Flow tipe super low dan medium, maka nilai diametral tensile strength semakin rendah. Nilai diametral tensile strength resin komposit supra-nano Palfique Universal Flow tipe medium yang di-curing pada jarak penyinaran 0, 3, dan 6 mm lebih besar dibandingkan dengan tipe super low.

Background: Tooth decay or dental caries is a common oral health issue in humans. One way to address this problem is by creating restorations. Composite resin is a restoration material commonly used to treat dental caries. One of the types of supra-nano flowable composite resins available in the Indonesian market is Palfique Universal Flow (Tokuyama Corporation, Japan). Supra-nano composite resin Palfique Universal Flow can be used for direct restorations in both anterior and posterior teeth. During the curing process in the oral cavity, there is a small chance that light curing can directly contact the restoration surface, especially in posterior teeth. So far, there has been no research on the influence of light curing distance on the diametral tensile strength of supra-nano composite resin Palfique Universal Flow. Objective: To analyze the effect of light curing distance on the diametral tensile strength of supra-nano composite resin Palfique Universal Flow in super low and medium types. Methods: The composite resin used was supra-nano Palfique Universal Flow in super low and medium types. Specimens for testing diametral tensile strength were cylindrical with a diameter of 6 mm and a thickness of 3 mm. There were 36 specimens, divided into 3 groups for each super low and medium types, with curing distances of 0, 3, and 6 mm using a LED light curing unit, with irradiance of 1050 W/cm2 for 10 seconds. Diametral tensile strength values were tested using a Universal Testing Machine. Data were analyzed using One-Way ANOVA and Independent Sample T-test. Results: Diametral tensile strength values for super low type (at curing distances of 0, 3, and 6 mm, respectively) were 46.47 ± 3.49 MPa, 43.78 ± 3.36 MPa, and 40.00 ± 3.17 MPa. Diametral tensile strength values for medium type (at curing distances of 0, 3, and 6 mm, respectively) were 49.19 ± 2.95 MPa, 45.64 ± 3.62 MPa, and 43.36 ± 3.54 MPa. There were statistically significant differences in diametral tensile strength values between 0 mm and 6 mm curing distances for both super low and medium types (p<0.05). The diametral tensile strength of the medium type was greater than that of the super low type in each curing distance group, but the difference was not statistically significant (p≥0.05). Conclusion: The farther the light curing distance in supra-nano composite resin Palfique Universal Flow super low and medium types, the lower the diametral tensile strength values. The diametral tensile strength values of supra-nano composite resin Palfique Universal Flow medium type cured at 0, 3, and 6 mm distances were greater than those of the super low type."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Innawaty
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh durasi penyinaran menggunakan LED dan pemanasan awal menggunakan Micerium ENA Heat terhadap depth of cure resin komposit bulk-fill. Alat dan bahan: Enam puluh spesimen Filtek Bulk-Fill Posterior Restoratives ketebalan 4 mm dan diameter 3 mm; tanpa dan dengan pemanasan awal pada temperatur 39 C dibagi ke dalam 3 kelompok sesuai dengan durasi penyinaran 5 detik, 10 detik, dan 15 detik. Spesimen dipolimerisasi menggunakan LED Curing Unit 3MTM Elipar, 1.200 mW/cm2 dan diuji kekerasan mikro menggunakan Vickers Microhardness Tester Shimadzu, Japan untuk menghitung nilai depth of cure. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik Kruskall-Wallis dan Post-Hoc Mann Whitney-U.
Hasil: Adanya perbedaan yang tidak bermakna p ge;0,05 untuk nilai depth of cure pada keenam kelompok tanpa dan dengan pemanasan awal. Walaupun nilai depth of cure tersebut tidak bermakna namun telah mencapai nilai minimum yaitu ge; 80. Selain itu terdapat perbedaan yang bermakna p.

Aim Evaluate the influence of different exposure time and pre heating on its depth of cure of bulk fill composite. Methods Sixty cylinder shaped specimens of Filtek Bulk Fill Posterior Restoratives 4 mm of thickness x 3 mm of diameter with and without pre heating at 39 C were divided into 3 subgroups according to exposure times 5, 10, and 15. All specimens were polymerized using LED Curing Unit 3MTM Elipar, 1.200 mW cm2 and tested using Vickers Microhardness Tester Shimadzu, Japan to determine its microhardness for calculating its depth of cure. Data were statistically analyzed using Kruskall Wallis and Post Hoc Mann Whitney U test.
Results A no significant differences p ge 0,05 in depth of cure amongst the six groups of non preheated and preheated bulk fill composite. However, all of the groups have reached a minimum value of ge 80 depth of cure. Moreover, there is a significant differences in microhardness in all of the six groups of non preheated and preheated bulk fill composite and between 5 and 15 of exposure times in both groups. Conclusion Exposure times and pre heating at 39 C had an influence on microhardness of bulk fill composite.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Harini Soemartono
"Gigi molar pertama tetap adalah gigi yang paling peka terhadap karies, sehingga pada anak sering di jumpai gigi molar pertama tetapnya telah mengalami kerusakan yang cukup berat. Sehubungan dangan hal tersebut telah diupayakan berbagai cara untuk mencegah karies pada gigi tetap, terutama pada gigi molar pertama, karena erupsinya paling awal. Salah satu cara yang dianjurkan adalah dengan menutup pit dan fisur, karena biasanya karies dimulai dari daerah tersebut. Untuk penelitian ini digunakan semen glass ionomer.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sejauhmana semen glass- ionorner dapat mencegah karies pit dan fisur gigi molar pertama tetap dan sejauh mana semen tersebut dapat bertahan di dalam fit dan fisur gigi molar tetap pertama. Subjek penelitian adalah gigi molar pertama tetap siswa sekolah dasar TRISULA Salemba Tengah kelas I, II. III. dengan- usia 6 - 9 tahun. Sejumlah 69 anak telah terpilih untuk diteliti. Setiap anak di lakukan penutupan pit dan fisur pada 2 gigi molar pertama tetap atas dan bawah secara silang, sehingga seluruh gigi perlakuan 138 buah. Sedang 2 gigi yang lain dipergunakan sebagai kontrol."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Hartini Sundoro
"Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh minum air susu ibu dan minum susu dengan botol terhadap terjadinya karies pada gigi sulung, dengan subyek anak usia 3-5 tahun di Posyandu dari 5 wilayah di DKI Jakarta. Sebanyak 105 anak diperiksa gigi-giginya untuk mengetahui frekuensi, def-t dan def-s rata-rata, keparahan karies yang diukur dengan klasifikasi Ochiai (1963), serta urutan jenis permukaan gigi yang paling banyak terkena karies. Kebiasaan minum susu sejak lahir ditanyakan kepada ibu-ibu subyek. Ternyata 92.38% dari subyek menderita karies dengan def-t rata-rata 8.28 dan def-s rata-rata 19.62. Pada anak yang minum air susu ibu frekuensi karies dan rata-rata def-t dan def-s lebih tinggi dibandingkan dengan minuet susu dengan botol. Demikian pula ukuran keparahan karies, yang ditunjukkan dengan banyaknya penderita karies kelas 4. Namun dengan perhitungan statistik keparahan karies antara yang minum ASI, minum susu botol, dan kombinasi ASI dan botol, tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Sedang urutan jenis permukaan gigi yang paling banyak terkena karies antara yang minum air susu ibu dan susu botol adalah sama; yaitu permukaan proksimal, kemudian permukaan halus, dan yang terakhir permukaan oklusal."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Herawati
"Data epidemiologi surveilan harus memiliki nilai validitas dan reliabilitas tinggi. Indek CAST berpotensi sebagai alat penilaian epidemiologi karies gigi. Perawat gigi termasuk tenaga pelaksana upaya kesehatan gigi dalam program skrining. Tujuan: mendapatkan tingkat kesesuaian antara perawat gigi dan dokter gigi dalam menilai kebutuhan perawatan karies gigi anak umur 6-12 tahun menggunakan indek CAST. Uji diagnostik pendekatan crossectional pada 95 anak 6-12 tahun, pemeriksaan klinik, analisis pearson korelasion, ICC dan ROC. Tingkat kesesuaian antar pengamat baik (ICC 0,59-0,97). Sensitivitas dan spesifisitas cukup baik (sensitivitas 70-100%), dan spesifisitas (51-100%). Perawat gigi dapat menjadi salah satu tenaga epidemiologi suveilans dalam penilaian kebutuhan perawatan karies menggunakan indek CAST.

Epidemiological surveillance data should have high values in validity and reliability. Index CAST were a potential epidemiology tools for dental caries assessment. Dental nurses are the executive personnel for screening programs in dental health care. To get the compatibility between dentists and dental nurses in assessing care needs of dental caries by using CAST index in children 6-12 years old.Diagnostic test with Cross Sectional approach, samples consists of 95 children between 6-12 years old, clinical examination, and all data analyzed by Pearson correlation, ICC and ROC tests respectively. There are good level of concordance between the observers (ICC 0.59 to 0.97) and the sensitivity and specificity values were good enough (sensitivity 70-100%) and specificity (51- 100%). Dental nurse can be one of the surveillance epidemiologists in the assessment of dental caries care needs by using CAST index.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwinda Rizky Afdrian
"ABSTRAK
Latar Belakang: Karies adalah penyakit multifaktorial, yang disebabkan oleh paparan asam pada permukaan gigi yang dihasilkan oleh metabolisme bakteri yang memicu demineralisasi dan dapat berubah menjadi remineralisasi ketika keasaman rongga mulut kembali ke netral. Sikat gigi dilakukan untuk menghilangkan plak dari rongga mulut, dua kali sehari, setelah sarapan pagi dan malam sebelum tidur. Akhir-akhir ini keluhan muncul dari rasa sakit primer yang dimulai dengan rasa sakit karena abrasi dan erosi terkait dengan kebiasaan menyikat gigi. Tujuan: Mengetahui pengaruh menyikat gigi sebelum makan dan setelah makan pada tingkat mineralisasi email gigi yang diperiksa oleh DIAGNOdent Pen. Metode: Desain eksperimental dengan pendekatan uji coba crossover acak sebelum-sesudah. 20 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dipilih dan dibagi menjadi 2 kelompok. Grup A menyikat gigi sebelum makan dan Grup B menyikat gigi setelah makan pada minggu pertama pemeriksaan. Setelah periode pencucian 1 minggu, pengobatan untuk kedua kelompok dipertukarkan. Pemeriksaan dilakukan 4 kali; baseline, setelah menyikat gigi, setelah makan dan 6 jam setelah makan / menyikat gigi. Hasil: Hasil uji Mann-Whitney menyimpulkan tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara menyikat gigi sebelum makan dan setelah makan (p> 0,05). Nilai rata-rata setelah menyikat gigi dan setelah makan pemeriksaan pada Grup A lebih rendah dari Grup B. Kesimpulan: Tidak ada perbedaan dalam tingkat mineralisasi enamel antara menyikat gigi sebelum dan sesudah makan.

ABSTRACT
Background: Caries is a multifactorial disease, caused by exposure to acids on the surface of the teeth produced by bacterial metabolism that triggers demineralization and can turn into remineralization when the acidity of the oral cavity returns to neutral. Toothbrushes are used to remove plaque from the oral cavity, twice a day, after breakfast in the morning and at night before bed. Lately complaints arise from primary pain that starts with pain due to abrasion and erosion associated with the habit of brushing teeth. Objective: To determine the effect of brushing teeth before eating and after eating on the level of tooth enamel mineralization examined by DIAGNOdent Pen. Method: An experimental design with a before-after random crossover trial approach. 20 subjects who met the inclusion criteria were selected and divided into 2 groups. Group A brushed teeth before eating and Group B brushed teeth after meals in the first week of examination. After the washing period of 1 week, the treatment for the two groups was exchanged. The inspection is carried out 4 times; baseline, after brushing teeth, after eating and 6 hours after eating/ brushing teeth. Results: The Mann-Whitney test results concluded there was no statistically significant difference between brushing teeth before eating and after eating (p> 0.05). The mean values ​​after brushing and after eating the examination in Group A were lower than Group B. Conclusion: There was no difference in the level of enamel mineralization between brushing teeth before and after eating."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lathifa Khaerani
"Latar Belakang: Resin komposit bulk-fill dapat merestorasi kavitas dengan kedalaman 4-5 mm dalam sekali penyinaran sehingga dapat mempersingkat prosedur restorasi, Polimerisasi resin komposit dapat dipengaruhi oleh suhu, termasuk suhu penyimpanan dan preheating resin komposit. Polimerisasi yang adekuat diperlukan untuk mendapatkan kekerasan permukaan yang optimal. Tujuan: Mengetahui pengaruh suhu penyimpanan dan preheating terhadap kekerasan permukaan resin komposit bulk-fill. Metode: Tiga puluh spesimen Tetric® N-Ceram Bulk-Fill shade IVA (diameter 6 mm dan tebal 3 mm) dibuat dari 3 kelompok perlakuan yaitu resin komposit yang disimpan pada suhu ruangan 23±1°C selama 24 jam (kontrol), lemari pendingin 4±1°C selama 24 jam, dan preheating 39°C selama 10 menit. Spesimen dipolimerisasi menggunakan light curing unit LED berintensitas 1100 mW/cm2 selama 10 detik dan disimpan di inkubator pada suhu 37°C selama 24 jam. Uji kekerasan menggunakan Knoop Microhardness Tester. Analisis data dengan uji statistik One-Way ANOVA dan Post Hoc Bonferroni. Hasil: Kekerasan permukaan antara kelompok perlakuan suhu penyimpanan dan preheating menunjukkan terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p<0,05). Kesimpulan: Kekerasan permukaan resin komposit bulk-fill pada suhu penyimpanan di lemari pendingin 4±1˚C lebih rendah dibandingkan di ruangan 23±1˚C, sedangkan kekerasan permukaan resin komposit bulk-fill dengan suhu preheating 39˚C lebih tinggi dibandingkan penyimpanan di ruangan 23±1˚C.

Background: Bulk-fill composite resin could be used in 4-5 mm thickness for each photo-polymerization so that it can shorten the restoration procedure time. Polymerization of composite resin can be affected by temperature, including composite resin’s storage temperature and preheating. Adequate polymerization needed to achieve optimal surface hardness or composite resin. Objective: To evaluate the influence of storage temperature and preheating on surface hardness of Bulk-fill Composite Resin. Methods: Thirty specimens of Tetric® N-Ceram Bulk-Fill shade IVA (6 mm of diameter and 3 mm of thickness) were made from 3 groups according to storage temperature and preheating of the composite: (1) room temperature 23±1°C for 24 hours (control), (2) refrigerator temperature 4±1°C for 24 hours, and (3) preheating 39°C for 10 minutes. Each specimen was polymerized using LED Curing Unit for 10 minutes with 1100 mW/cm2 intensity, then immersed in 5 ml of aquadest and kept in 37°C incubator for 24 hours. urface hardness was measured using Knoop Microhardness Tester at the top surfaces. Data were statistically analyzed using One-Way ANOVA and Post Hoc Bonferroni test. Result: There was a statistically significant difference (p0,05) of surface hardness value between all test groups. Conclusion: Surface hardness of bulk-fill composite resin at refrigerator temperature 4±1˚C are lower than room temperature 23±1˚C, while surface hardness of bulk-fill composite resin with preheating 39°C are higher than room temperature 23±1˚C."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Himawan Chandra
"ABSTRAK
Dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia, Pemerintah telah mengambil langkah mendirikan Pusat Kesehatan Masyarakat sampai pada daerah tingkat kecamatan. Pusat Kesehatan Masyarakat ini dilengkapi dengan pelayanan kesehatan umum serta kesehatan gigi dan mulut. Fasilitas ini memungkinkan masyarakat di samping memperoleh pelayanan kesehatan umum juga pelayanan kesehatan gigi, perawatan bedah, dan pembuatan gigi tiruan.
Jenis gigi tiruan yang banyak dibuat adalah gigi tiruan lepas dengan basis resin akrilik, karena biaya pembuatannya ringan dan proses pembuatannya mudah. Berdasarkan pengamatan di klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, penderita yang telah dibuatkan gigi tiruan sebagian lepas dengan basis resin akrilik sering kembali ke klinik dengan pelbagai keluhan. Salah satu keluhan yang sering di ajukan adalah gigi tiruannya tidak dapat dipakai lagi karena gigi penjangkarannya menderita karies, atau kelainan periodontal.
Penyebab karies gigi, karang gigi dan penyakit jaringan periodontal adalah plak gigi, yaitu endapan yang dibawa oleh saliva dan diletakkan pada permukaan gigi dan mukosa.
Mengingat gigi tiruan sebagian lepas resin akrilik dibuat dengan basis yang luas, dan padanya banyak terjadi penimbunan plak, maka perlu ditelusuri apakah konstruksi tersebut mempengaruhi pembentukan plak pada gigi dan jaringan sekitarnya.
Tujuan penelitian ini ialah untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh pemakaian gigi tiruan sebagian lepas terhadap pembentukan plak pada gigi geligi. Hasil penelitian mungkin
dapat menjadi bahan dasar untuk penelitian lebih lanjut. "
1984
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>