Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82728 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kwa Melvin Dikwan Bernaldi
"ABSTRAK
Gantung diri merupakan metode yang lumrah digunakan sebagai metode bunuh diri meskipun demikian tidak semua kasus kematian dengan jeratan pada leher merupakan kasus gantung diri. Pada penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara karakteristik jejas jerat dengan kasus gantung diri. Karakteristik jejas jerat yang dimaksud adalah derajat suspensi, jumlah lilitan, bentuk jejas, titik tumpu jejas, dan lebar jejas jerat.Metode: Penelitian menggunakan 179 sampel yang berasal dari data sekunder dari rekam medis forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2009-2015.Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna p=0,00 antara derajat suspensi dengan kasus gantung diri. Penelitian juga menemukan adanya hubungan bermakna p=0,00 antara jumlah lilitan dengan kasus gantung diri. Hubungan bermakna juga ditemukan antara bentuk jejas dengan kasus gantung diri p=0,00 . Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan bermakna p>0,05 antara letak titik tumpu jejas dan lebar jejas dengan kasus gantung diri.Pembahasan: Hubungan yang bermakna antara derajat suspensi dengan kasus gantung diri karena kelaziman bunuh diri dengan gantung diri tersuspensi komplet atau inkomplet . Jejas jumlah lilitan juga berhubungan juga sesuai dengan teori di mana gantung diri lebih lazim dengan satu lilitan. Bentuk jejas jerat pun memiliki hubungan yang bermakna dengan kasus gantung diri karena jejas terbentuk akibat beban tubuh korban sehingga memiliki bentuk O dan V.Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa beberapa karakteristik jejas jerat, yaitu: derajat suspensi, jumlah lilitan, dan bentuk jejas jerat, memiliki hubungan dengan kasus gantung diri.

ABSTRACT
Introduction Hanging oneself is a common method used as a method of suicide, though not all cases of death with strangulation wound is a case suicide. In this study aims to see the relationship between the characteristics of strangulation wound with cases of hanging caused by suicide. Characteristics of strangulation wound in question are the degree of suspension, the number of windings, the shape of the wound, the weight point of the wound, and the width of the strangulation wound.Methods The study used 179 samples derived from secondary data from Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo forensic medical record of 2009 2015.Results The result showed that there is significant correlation p 0,00 between suspension degree and self hanging. The study also finds a significant association p 0.00 between the number of loops with a self hanging case. A significant association was also found between the shape of the wound and the self hanging case p 0.00 . The results showed no significant relationship p 0.05 between the location of the weight point and width of the wound with the case of self hanging.Discussion A significant relationship between degree of suspension and hanging cases due to the prevalence of suicide by hanging oneself complete suspension or incomplete . Number of loops also corresponded also in accordance with the theory in which hanging ones more commonly with a single loop. The shape of the wound also has a meaningful relationship with the case of hanging himself because wound formed due to the victim 39 s body weight so it has the form of O and V.Conclusion It can be concluded that some characteristics of strangulation wound, such as degree of suspension, number of loops, and the shape of wound have associations with the self hanging case. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Anindita
"ABSTRAK
Latar Belakang: Robekan perineum sering terjadi pada persalinan pervaginam. Robekan perineum diklasifikasikan menjadi empat kelas, yaitu derajat 1, 2, 3, dan 4. Robekan perineum derajat 3 dan 4 tergolong dalam Obstetric Anal Sphincter Injuries atau biasa disebut dengan OASIS. Beberapa studi menjelaskan bahwa OASIS sering terjadi pada persalinan pervaginam dan dapat menyebabkan masalah yang serius terhadap pasien. Kejadian OASIS dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko, yaitu faktor dari sisi ibu, obstetrik, dan janin. Faktor risiko ibu termasuk usia saat terjadi kehamilan dan jumlah persalinan.Metode: Studi ini merupakan studi deskriptif-analitik menggunakan metode potong lintas untuk mengobservasi perempuan dengan Obstetric Anal Sphincter Injuries OASIS yang memiliki karakteristik subjek berupa usia dan jumlah persalinan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dalam periode Januari 2011 hingga Juni 2015. Dua ratus dua puluh data yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi digunakan dalam studi ini dan dianalisis menggunakan SPSS dengan metode univariat dan bivariat. Metode univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi dari variabel yang dianalisis, sedangkan metode chi-square digunakan untuk analisis bivariat. Hasil dari data akan dianalisis untuk mendapatkan odds ratio dan interval kepercayaan.Hasil: Faktor risiko yang diteliti adalah usia ibu, jumlah persalinan, dan tipe persalinan pervaginam. Faktor usia ibu menunjukan OR 2,7 95 IK 1,12 ndash;6,52; p value=0,023 yang berarti faktor tersebut cenderung memiliki hubungan yang signifikan terhadap kasus OASIS. Jumlah persalinan juga cenderung memiliki hubungan yang signifikan terhadap kasus OASIS dengan OR 2,97 95 IK 1,23 ndash;7,20; p value=0,013 , sedangkan tipe dari persalinan pervaginam tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kasus OASIS OR 0,85 95 IK 0,34 ndash;2,04; p value=0,719 .Kesimpulan: Dari tiga faktor yang diteliti, faktor yang cenderung memiliki asosiasi yang signifikan terhadap kasus OASIS adalah usia ibu dan jumlah persalinan, sedangkan tipe dari persalinan pervaginam tidak memiliki asosiasi yang signifikan terhadap kasus OASIS.

ABSTRACT
Background Perineal tear often occurs during vaginal childbirth. It is classified into four grades which are grade 1, 2, 3 and 4. Grade 3 and 4 are called Obstetric Anal Sphincter Injuries OASIS . Several studies showed that OASIS occur in mostly vaginal delivery in the world and it can cause serious problems to the patient. OASIS occurrence is affected by some risk factors, which are maternal, obstetric, and fetal factors. Maternal risk factors include age and number of parity. Moreover, types of vaginal delivery can also be observed.Method This study is a descriptive analytical study using cross sectional design to observe all women with Obstetric Anal Sphincter Injuries OASIS that have the subject rsquo s characteristics which are maternal age and number of parity in Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo throughout January 2011 to June 2015. Two hundred twenty data that meet the inclusion and exclusion criteria are used and will be analyzed using univariate and bivariate method with SPSS 19. The data is used to find the distribution of frequency of each variables by using univariate method and chi square analysis will be used for bivariate analysis. The result will be analyzed to get the odds ratio and confidence interval.Result The risk factors observed are maternal age, number of parity, and types of vaginal delivery. Maternal age tends to show significant relation to the cases of OASIS with OR 2.7 95 CI 1.12 ndash 6.52 p value 0.023 , number of parity also tends to have a significant relation with OASIS cases with OR 2.97 95 CI 1.23 ndash 7.20 p value 0.013 , while types of delivery does not have significant relation with OASIS cases as the OR 0.85 95 CI 0.34 ndash 2.04 p value 0.719 .Conclusion From three factors observed in the study, the factors that tend to have significant association are maternal age and number of parity. In contrast, types of vaginal delivery does not have significant role in the cases of OASIS."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Melissa Puteri Iskandar
"Latar belakang: Kematian ibu masih menjadi permasalahan besar di Indonesia, dimana perdarahan, infeksi, dan preeklampsia/eklampsia sebagai penyebab tersering. Sistem rujukan yang baik merupakan salah satu pendukung dalam penatalaksanaan kasus-kasus obstetri sehingga kasus komplikasi dapat terhindar. Saat ini sudah terdapat BPJS, dimana rujukan dilakukan secara berjenjang. Bidan yang berpraktik mandiri tidak termasuk dalam sistem BPJS, hanya menjadi jejaring BPJS bila tidak terdapat fasilitas persalinan pada pelayanan primer. Namun masih belum dijabarkan secara jelas kedudukan bidan pada sistem rujukan untuk kasus gawat darurat. Sehingga masih banyak yang merujuk langsung kasus obstetri dan kasus yang bermanifestasi menjadi komplikatif ke pelayanan tersier, yaitu RSCM. Karakteristik bidan ternyata dapat memberikan pengaruh terhadap keputusan seorang bidan dalam merujuk. Penelitian ini mengumpulkan informasi mengenai alasan rujuk melalui gambaran karakteristik bidan yang merujuk langsung kasus-kasus komplikatif ke RSCM.
Tujuan: Mengetahui karakteristik bidan yang berpraktik di praktik mandiri bidan serta hubungannya dengan kasus komplikatif yang dirujuk langsung ke RSCM.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik kasus kontrol pada bidan yang berpraktik mandiri yang merujuk langsung kasus-kasus obstetri dan/atau kasus komplikatif pada bulan Januari 2016 hingga Juli 2017. Dilakukan pencatatan data bidan yang berpraktik mandiri, kasus obstetri, dan kasus yang bermanifestasi menjadi kasus komplikasi yang memenuhi kriteria inklusi. Kemudian dilakukan analisis terhadap enam karakteristik bidan yang merujuk, yaitu: usia, pendidikan, pelatihan yang pernah diikuti selama masa praktik, lama waktu berpraktik, jumlah pasien yang pernah ditangani selama masa kerja, serta jarak dan waktu tempuh proses merujuk.
Hasil: Didapati 82 bidan yang berpraktik mandiri yang merujuk 29 kasus preeklampsia (35.3%), 40 kasus ketuban pecah dini (48.8%), dan 13 kasus perdarahan (15.9%). 28 kasus bermanifestasi menjadi kasus komplikatif (34.1%). Keseluruhan bidan merujuk karena fasilitas yang tidak memadai. Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara lama waktu praktik dengan jumlah kasus komplikatif yang dirujuk langsung ke RSCM dengan p=0.001 (OR 7.036 CI95% 2.543-19.472). Terdapat pula hubungan yang bermakna antara jumlah pasien dengan perujukan langsung kasus komplikatif ke RSCM dengan p=0.001 (OR 6.032 CI95% 2.220-16.391). Tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara usia, pendidikan, pelatihan yang sudah pernah diikuti selama masa praktik, serta jarak dan waktu tempuh fasilitas pelayanan kesehatan perujuk, dengan kasus-kasus komplikatif yang dirujuk langsung ke RSCM.
Kesimpulan: Keseluruhan bidan merujuk langsung kasus obstetri karena fasilitas yang tidak memadai dan mereka merujuk langsung ke RSCM agar pasien dapat langsung ditangani. Karakteristik bidan yang mempengaruhi bidan yang berpraktik mandiri dalam mengirim langsung kasus-kasus komplikatif yaitu lama waktu praktik dan jumlah pasien yang pernah ditangani selama masa kerjanya. Sehingga perlu dilakukan evaluasi ulang mengenai kedudukan bidan yang berpraktik mandiri di sistem BPJS. Selain itu diperlukan program penyegaran untuk praktik mandiri bidan setiap tahun dan pemantauan serta evaluasi yang dilakukan oleh instansi terkait. Diperlukan pula penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih banyak, dimana penelitian ini menggabungkan karakteristik bidan serta karakteristik pasien pada kasus-kasus rujukan. Namun faktor perancu dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi proses analisis perlu diidentifikasi terlebih dahulu, agar dapat dilakukan analisis yang menyeluruh.

Background: Maternal mortality is still a major problem in Indonesia, where bleeding, infection, and preeclampsia/eclampsia are the commonest causes. A good referral system is one of the supporters in the management of obstetric cases so the complications can be avoided. Currently there is BPJS, where referrals start from primary to tertiary care. Self-employed midwives are not included in the BPJS system, only as a BPJS network if there is no delivery facility in primary care. It is still not clearly defined the position of midwife at the referral system for emergency cases. So there are still many self-employed midwives that directly refer the obstetric cases and cases that manifest into complication to tertiary care, which is RSCM. Characteristics of the midwife turned out to have an effect on the decision of a midwife in referring. This research collects information about the reasons for referring a case through a description of the characteristics of midwives who directly refer the complicated cases to RSCM.
Objective: To identify characteristics of self-employed midwives and its relation to complicative cases referred directly to RSCM.
Method: This study used descriptive design with analytic case control on self-employed midwife who referred directly the obstetric cases and/or cases that have manifested into further complication in January 2016 until July 2017. Data of self-employed midwife, obstetric cases, and cases manifested into complications that meet inclusion criteria, were recorded. Then characteristic of referral midwife namely: age, education, training that had been performed during their practice, duration of practice, number of patients that had been handled during the work period, as well as distance and travel time of referring process, were analyzed.
Results: There were 82 self-employed midwives referring 29 cases of preeclampsia (35.3%), 40 cases of premature rupture of membranes (48.8%), and 13 cases of bleeding (15.9%). 28 cases were manifest into complicated cases (34.1%). The entire midwife referred those cases due to inadequate facilities. There was statistically significant correlation between duration of practice and number of complicated cases referred directly to RSCM, with p=0.001 (OR 7.036 CI95% 2,543-19,472). There was also a significant correlation between the number of patients with direct referral of complicated cases to RSCM, where p=0.001 (OR 6,032 and CI95% 2,220-16,391). There were no statistically significant correlations between age, education, training that had been performed during practice, as well as the distance and travel time of referring process, with complicated cases that directly referred to RSCM.
Conclusions: All self-employed midwives were referring the obstetric cases due to inadequate facilities and they referred directly to RSCM so that patients can be handled immediately. Characteristics that affect self-employed midwife to directly send complicative cases including duration of practice and number of patients that ever handled during their work period. So it is necessary to reevaluate the position of self-employed midwife in BPJS system. In addition, a refresher course is required for them every year and the need of monitoring and evaluation conducted by the relevant agencies. Further research is needed, with a larger number of samples, which combine the characteristics of midwives and the characteristics of patients in referral cases. However, confounding factors and external factors that may affect the analysis process need to be identified first, in order to be able to do a thorough analysis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Femi Kesumawati
"Stroke merupakan kondisi emergency yang terjadi karena iskemi serebral, dengan penurunanaliran darah dan oksigen ke jaringan serebral yang dapat menyebabkan kerusakan otak yangpermanen bahkan sampai dengan kematian. Latar belakang dalam pengambilan kasusStroke dikarenakan terdapat 15 juta orang yang mengalami stroke setiap tahun danmerupakan penyebab kematian kedua diatas usia 60 tahun dan penyebab kematian kelimapada usia 15-59 tahun.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara karakteristik,tingkat kecemasan dan ketergantungan dengan penerimaan diri pasien keterbatasan gerakakibat stroke.
Hasil penelitian didapatkan terdapat hubungan karakteristik usia dan tingkatkecemasan dengan penerimaan diri pasien keterbatasan gerak akibat stroke.
Hasil penelitian merekomendasikan Rumah Sakit umum sebagai pemberi layanan kesehatanyang berfokus pada pelayanan kesehatan fisik hendaknya juga meningkatkan layanankesehatan jiwa dalam memberika asuhan keperawatan yang komperhensif.

Stroke is an emergency condition that occured as the cerebral ischemic, with decreased inblood flow and oxygen to the cerebral tissues that can caused permanent brain damaged andeven up to death, basic in decision Stroke cased because there are 15 million people whosuffered stroke each year and the second leading caused of death above the age of 60 yearsand the fifth leading caused of death at the age of 15 59 years.
The purpose of this study todetermine the relationship between the characteristics, the level of anxiety and selfacceptancedependence with reduced mobility as stroke patients.
The results showed there arerelation characteristics of the age and level of anxiety with self acceptance limitation ofmotion in stroke patient.
The results of the study recommended to general hospital as thehealth care provider that focuses on physical health services should be also improving mentalhealth services in providing a comprehensive nursing care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47564
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Tyas Wijiastuti
"Konsep diri dan pola asuh merupakan variabel yang dapat memengaruhi perilaku manusia, terutama pada fase remaja akhir. Menjadi dasar dalam memilih minat, konsep diri remaja cenderung banyak yang negatif dan dapat berdampak buruk terhadap kepribadiannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik remaja, konsep diri serta pola asuh dengan minat menonton jenis tayangan boy’s love di Lembaga online Belajar Bahasa Asagao Gakuen. Variabel dependennya adalah Karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, konsep diri dan pola asuh. Sedangkan variabel independent adalah minat menonton jenis tayangan boy’s love. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Total sampel dalam penelitian ini berjumlah 107 orang yang dipilih menggunakan teknik non-probability sampling. Penelitian ini menggunakan instrumen konsep diri Tennesse Self-Concept Scale (TSCS), instrument Parenting Style Questionnaire (PSQ), dan instrument minat menonton jenis tayangan boy’s love. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara karateristik remaja, konsep diri serta pola asuh dengan minat menonton jenis tayangan boy’s love. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi dasar pengembangan program pemberian pelayanan kesehatan jiwa kepada para remaja.

Self-concept and parenting are variables that can affect human behavior, especially in the late adolescent phase. Being the basis for choosing interests, adolescent self-concepts tend will be a lot of negative and can adversely affect the personality. This study was aiming to find out the relationship between adolescent characteristics, self-concept and parenting style with an interest in watching boy's love programs at the Asagao Gakuen Language Learning Online Institute. The dependent variables consisted of the characteristics of respondents (age, and gende) education level, self-concept and parenting style. The independent variable was the interest in watching boy's love shows. A quantitative research with a correlational descriptive design with a cross sectional approach was used in this study. One hundred and seven teenagers were selected using a non-probability sampling technique. This study used the Tennesse Self-Concept Scale, the Parenting Style Questionnaire, and the interest instrument. The results of this study indicated that there is no relationship between adolescent characteristics, self-concept and paraenting style with interest in watching boy's love program . It is recommended that further study that the number and characteristics of respondents can be added for further research. Respondents with large results will be better."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Senalda Defa Viani
"Pendidikan profesi merupakan pendidikan yang perlu ditempuh oleh mahasiswa keperawatan guna menjadi perawat professional. Namun, selama masa pandemik COVID-19 terdapat beberapa perubahan yang mengharuskan mahasiswanya mengalami adaptasi. Hal ini erat kaitannya dengan efikasi diri mahasiswa profesi ners selama menjalani pendidikan profesi. Objective: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteristik, kecemasan dan stres mahasiswa profesi ners FIK UI dengan efikasi diri di masa pandemik COVID-19.
Metode: metode yang digunakan yaitu cross-sectional dengan pengambilan seluruh sampel sebanyak 107 mahasiswa profesi ners FIK UI baik dari program S1 Reguler maupun S1 Ekstensi. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner GSES dan DASS 42 bagian kecemasan dan stres
Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik jenis kelamin dengan efikasi diri (p = 0,014). Ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan efikasi diri (p< 0,001). Ada hubungan yang signifikan antara tingkat stress dengan efikasi diri (p< 0,001). Rata-rata efikasi diri mahasiswa profesi ners FIK UI yaitu 30,06 dari nilai maksimum 40.
Kesimpulan: terdapat hubungan yang signifikan antara karakertistik jenis kelamin, kecemasan dan stress dengan efikasi diri. Mahasiswa profesi ners FIK UI laki-laki memiliki efikasi diri yang lebih tinggi daripada mahasiswa profesi perempuan. Semakin tinggi efikasi diri mahasiswa profesi maka semakin rendah tingkat kecemasan dan stress yang dirasakan. Rata-rata efikasi diri mahasiswa profesi ners FIK UI baik. Meskipun demikian, tingkat kecemasan dan stress mahasiswa profesi dalam menjalani proses pembelajaran profesi masih tinggi.

Professional education is an education that nursing students need to take to become professional nurses. However, during the COVID-19 pandemic, there were several changes that required students to adapt. This is closely related to the self-efficacy of nursing profession students during their professional education. Objective: The purpose of this study was to determine the relationship between the characteristics, anxiety and stress of nursing profession students at FIK UI with self-efficacy during the COVID-19 pandemic.
Methods: the method used is cross-sectional with a total sample of 107 nursing professional students from FIK UI, both from the Regular S1 program and the Extension S1 program. Data were collected using a GSES and DASS questionnaire part anxiety and stress.
Results: There was a significant relationship between gender characteristics and self-efficacy (p = 0.014). There was a significant relationship between the level of anxiety and self-efficacy (p < 0.001). There was a significant relationship between stress levels and self-efficacy (p < 0.001). The average self-efficacy of FIK UI nursing professional students is 30.06 out of a maximum score of 40.
Conclusion: there is a significant relationship between the characteristics of gender, anxiety and stress with self-efficacy. Male FIK UI nursing professional students have higher self-efficacy than female professional students. The higher the self-efficacy of professional students, the lower the level of anxiety and stress felt. The average self-efficacy of FIK UI nursing professional students is good. However, the level of anxiety and stress of professional students in undergoing the professional learning process is still high.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Terapi komplementer merupakan terapi yang digunakan bersamaan dengan terapi medis lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik demografi dengan pengguna terapi komplementer dengan desain deskriptif korelasi. Sampel penelitian ini adalah 88 pengguna terapi di Kecamatan Beji, Depok. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Rata-rata umur pengguna terapi komplementer adalah 43 tahun dengan pengguna terapi terbanyak adaiah perempuan, berpendidikan perguruan tinggi, suku Jawa, dan beragama Islam. Dari penelitian disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara karakteristik demografi dengan pengguna terapi komplementer. Saran bagi peneliti selanjutnya adalah memperluas wilayah penelitian dan menambah variabel penelitian.

Complementary therapy is a therapy used in with any other medical therapy. This research is quantitative research that aims to determine the relationship of demographic characteristics with complementary therapy users with descriptive correlation design. Samples are 88 therapy's users in the District of Beji, Depok. The sampling technique used was purposive sampling technique. The average age of users of complementary therapies is 43 years with most therapy users were female, college educated, ethnic Javanese and Muslim. The conclusion of this research is there was no relationship between demographic characteristics of the users of complementary therapies. The researchers suggests that expand the research area and add the research variables."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5852
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Meriyandah
"

Depresi Pascamelahirkan merupakan masalah yang berhubungan dengan proses kelahiran. Perasaan sedih, tertekan, dan timbulnya keinginan untuk menyakiti diri sendiri merupakan tanda dari adanya masalah ini. Penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa angka kejadian depresi pascamelahirkan menyentuh angka 10-34%

dan sebanyak 55,7% disebabkan minimnya dukungan pasangan. Desain penelitian ini adalah analitik deskriptif dengan pendekatan cross-sectional menggunakan sampel ibu postpartum di wilayah Depok sebesar 92 responden yang dipilih dengan teknik random sampling. Instrumen yang digunakan adalah Partner Support Questionnaire dan Edinburgh Postnatal Depression Scale.

Hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa usia, status pekerjaan, status kehamilan, komplikasi persalinan, dan status tinggal bersama memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian depresi pascamelahirkan. Sedangkan tingkat pendidikan, paritas, dan dukungan pasangan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian depresi pascamelahirkan. Dari hasil ini menunjukkan bahwa dukungan pasangan tidak menjadi penyebab utama kejadian depresi pascamelahirkan di Kota Depok, karena dukungan sosial dari sumber lain juga banyak didapatkan oleh responden. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat

untuk meningkatkan pendampingan kepada ibu hingga masa pascamelahirkan.


Postpartum depression is a problem associated with the birth process. Feeling sad, depressed, and a desire to harm herself are some signs of this problem. Researches in various countries indicate that the incidence of postpartum depression touched 10-34% and as much as 55.7% due to the lack of spousal support. Design of this study is a descriptive analytic, cross-sectional, and the sample are postpartum mothers in Depok, about 92 respondents who selected by the random sampling technique. The instrument was a Partner Support Questionnaire and the Edinburgh Postnatal Depression Scale.

The results of the study were analyzed using univariate and bivariate analysis. The results of

this study found that age, employment status, pregnancy status, delivery complications, and status of living together have a significant relationship with the incidence of postpartum depression. While the level of education, parity, and partner support has no significant relationship with the incidence of postpartum depression. From these results indicate that spousal support is not the main cause of the incidence of postpartum depression in Depok, because social support from other sources may also be obtained by most of respondents. The results of this study are expected to increase public awareness to increase assistance to the mother until the postpartum period.

"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55385
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhia Nabilla Adib
"Fenomena dalam dunia pariwisata yang menjadi trend salah satunya adalah glamping. Gabungan dari kata 'glamorous' dan 'camping', glamping merupakan inovasi dari wisata berkemah dengan konsep yang memprioritaskan kenyamanan dan kemewahan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik lokasi wisata glamping berdasarkan aspek site dan situation, serta hubungannya dengan pengalaman wisatawan pada tahapan berwisata (sebelum, sesudah, dan setelah wisata) berdasarkan motivasi, kegiatan, dan kepuasan wisatawan. Lokasi penelitian meliputi Provinsi Bali bagian tengah dan selatan, yaitu Kabupaten Badung, Kabupaten Bangli, Kabupaten Gianyar, dan Kabupaten Tabanan sebagai daerah tujuan wisata favorit dan paling populer di Provinsi Bali. Metode yang digunakan adalah analisis komparasi keruangan serta menggunakan analisis deskriptif untuk melihat hubungan antar variable karakteristik lokasi dan pengalaman wisatawan. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik lokasi wisata glamping didominasi dengan kategori Glamping Mewah Alam Strategis dan mayoritas memiliki klasifikasi fasilitas mewah dengan atraksi utama bentang alam, dan berada pada lokasi dengan aksesibilitas cukup mudah, dekat dengan lokasi daya tarik wisata, dan memiliki penggunaan tanah yang bervariasi. Terdapat cukup hubungan antara karakteristik lokasi wisata glamping dengan motivasi dan kegiatan wisatawan, namun tidak terdapat hubungan antara karakteristik lokasi wisata glamping dengan kepuasan wisatawan.

Glamping is one of the trending phenomena in the world of tourism. Derived from two words, ‘glamorous’ and ‘camping,’ glamping is an innovation from camping for those who want to be surrounded by nature without sacrificing the concept of luxuries and conveniences. This research aims to analyze the characteristics of the location for glamping in terms of site and situation aspects and the relation to tourist experience on tourism stages (pre-travel, on-travel, and post-travel), which is tourist motivation, tourist activities, and tourist satisfaction. The research location includes the central and southern parts of Bali Province, such as Badung Regency, Bangli Regency, Gianyar Regency, and Tabanan Regency as the main favorite and popular tourist destinations in Bali Province. The method used is spatial comparison analysis and uses descriptive analysis to see the relationship between variables, which consists of location characteristics and tourist experience. The result shows that Strategic Luxury Nature Glamping dominates the glamping location characteristics. The majority has luxury facilities, nature as the main attraction, easy accessibility, close distance with other tourist attractions, and various land use. There is a relationship between location characteristics of glamping with tourist motivation and tourist activities, whereas there is no relation between location characteristics with tourist satisfaction."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Rigel Fitrian
"Fenomena kemunculan kusta dan stigma yang menyertainya telah ada sejak berabadabad tahun lamanya. Banyak dari orang-orang dengan kusta merasakan adanya masalah psikososial yang cukup berat dan mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan karakteristik dan stigma dengan harga diri orang pernah mengalami kusta pascarehabilitasi. Disain penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan teknik total sampling pada 69 penghuni UPT Rehabilitasi Sosial Eks-kusta Tuban. Instrumen yang digunakan adalah EMIC (Explanatory Model Interview Catalogue) Scale for Affected People dan ISMI (Internalized Stigma of Mental Illness) Scale untuk mengukur stigma serta Coopersmith Self-Esteem Inventory untuk mengukur harga diri. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan (p=0,029), kecacatan (p=0,004), perceived stigma, self-stigma, dan experienced stigma (p=0,000) dengan harga diri. Edukasi kesehatan dan pencegahan terjadnya kasus kecacatan pada orang yang mengalami kusta perlu dilakukan oleh perawat untuk menghilangkan stigma yang berkembang di masyarakat. Penelitian eksperimen perlu dilakukan untuk melihat akibat dari terapi aktivitas kelompok atau program pemberdayaan masyarakat pada aspek sosial-ekonomi orang yang pernah mengalami kusta sebagai upaya peningkatan harga diri mereka.

The appearance phenomenon of leprosy and stigma related to it has existed since centuries ago. Many of leprosy people who received stigma experienced a severe and serious psychosocial problem. The study used descriptive correlative design which aimed to analyze the correlation between characteristics and stigma with self-esteem on people who have been affected by leprosy after rehabilitation. This study is a quantitative research which was using total sampling technique on 69 people who have been affected by leprosy in UPT Rehabilitasi Sosial Eks-kusta Tuban, Indonesia. The instruments using EMIC (Explanatory Model Interview Catalogue) Scale for Affected People and ISMI (Internalized Stigma of Mental Illness) Scale to identify the stigma and Coopersmith Self-Esteem Inventory (SEI) scale to identify the self-esteem. The result showed there was bound relationship between education (p=0,029), disability (p=0,004), perceived stigma, self-stigma, and experienced stigma (p=0,000) with self-esteem. Health education and prevention of deformity on people with leprosy should be performed by nurses to eradicate stigma in community towards leprosy. Experiment research needs to be done to identify the effect of group activity therapy or community empowerment program on socio-economic aspect of people who have been affected by leprosy to improve their self-esteems."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>