Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135805 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Dewa Ayu Sri Suasmini
"Kebaya merupakan busana yang dikenakan kaum perempuan dalam setiap kegiatan upacara di Bali. Kebaya mulai mengalami perubahan dalam hal desain maupun bahan yang digunakan akibat dari perkembangan zaman, teknologi, informasi dan industri pariwisata, mengakibatkan masyarakat Bali tidak lepas dari pengaruh kebudayaan luar, yang membawa perubahan dalam berbagai kehidupan masyarakat Bali. Kanin kapitalis memanfaatkan momen ini dengan menciptakan atau membuat desain kebaya diluar dari ciri khas kebaya Bali. Hal ini dapat dilihat dari munculnya desain kebaya modifikasi yang banyak di tawarkan di pasaran dan menjadi tren. Desain kebaya modifikasi banyak dijual di pasaran, sehingga menyebabkan kaum perempuan ingin tampil trendi dengan busana yang di tawarkan tersebut. Kaum perempuan kontemporer dengan bangga mengenakan kebaya yang trendi di pasaran, pada kegiatan persembahyangan ke pura. Hal ini mengakibatkan seolah-olah kaum perempuan sudah mulai melupakan etika berbusana untuk ke pura. Hal ini tentunya dapat membuat generasi mendatang tidak akan mengetahui dan melupakan ciri khas dari kebaya Bali. Permasalahan dari penelitian ini adalah bagaimana kebaya dijadikan sebagai representasi oleh kaum perempuan di Kota Denpasar.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami perkembangan kebaya ke pura, dapat mengubah cara berbusana dan gaya hidun nerempuan kontemporer. Paradigma representasi dengan pendekatan fenomenologis dan metode kualitatif digunakan pada penelitian ini. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan mterpretatif mempergunakan analisis representasi dan konsumerisme."
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Nyoman Dana
"Bali adalah salah satu daerah di Indonesia yang masih menjunjung budaya adat dan budaya kesenian yang masih dikagumi oleh masyarakat dunia. Produk adat tradisional ke pura merupakan bagian dari perjuangan untuk menjaga kearifan lokal. Desain kosmologi adalah dimensi transendental yang memiliki eksplorasi yang sangat kompleks. Gaya dalam desain merupakan cerminan dari perilaku dan sikap budaya manusia pada waktu tertentu, sejalan dengan dinamika kehidupan, seperti dinamika sosial, perkembangan budaya dan nilai. Desain bisa menjadi cerminan zaman di setiap periode. Gaya perancang bisa menjadi tren jika ia mampu memenuhi kebutuhan dan selera konsumen. Anadai mengatakan, desain akan dibuat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau orang yang akan melakukan kegiatan adat dan budaya, maka draf konsep harus dimulai dari siapa dan kapan akan digunakan disain, hal ini perlu dilakukan. Disajikan sebagai pertimbangan yang cukup matang oleh seorang desainer, Sehingga apa yang disain mereka dapat diterima oleh pengguna desain."
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Viewed from the perspective of art and culture, in general the province of Nusa Tenggara Barat (NTB) has a very pluralistic cultural diversity, in addition to art and culture that are rooted in tradition and culture of Sasak, there are also art traditions rooted in the cultural traditions of other ethnic which have occupied especially the territory of Lombok and Mataram in the periods of long enough time. The plurality of cultural traditions when explored and developed more broadly becomes an additional point for NTB in the development of the tourism industry. Of the various forms of artistic cultural traditions, the Balinese performing arts is one of art forms that developes in the city of Mataram and has quite high potency if it is involved in the tourism industty. Appeals for more highlighting the indigenous cultural traditions of Sasak people causes the marginalization of Balinese arts and gives very small chance to participate actively in the world of tourism development efforts in Mataram. This phenomenon is examined in this study, particularly related to the issues presented, namely, the role of government, community and tourism components in exploiting the potency of traditional performing arts in the tourism industry as well as the conception of the shape and structure of the traditional performing arts in the tourism industry in the city of Mataram."
MUDRA 31:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Nengah Wirakesuma
"Ekspresi wajah manusia dengan berbagai karakter dan dinamikanya nampak menunjukkan ekspresi yang bermacam-macam, ada yang sedih, gembira, senang, takut.marah dan masih banyak misteri lain yang ada pada karakter wajah manusia. Wajah banyak saya temui di tempat-tempat umum, di terminal, di rumah sakit di pasar di sekolah, di kantor dan sering pula wajah manusia tampak pada layar kaca elektonik TV, koran majalah buku-buku. Ekspresi wajah manusia dalam ikon visual Dewata Nawa Sanga, Hindu Bali, yang dilukiskan dalam bentuk wayang, menjadi stimulasi dalam penciptaan karya seni lukis. Transformasi ekspresi wajah yang muncul dalam karakter visual wayang Dewata Nawa Sanga tersebut berpotensi mampu menjadi stimulasi dalam menciptakan berbagai karya seni lukis baru dengan bahan mixed media. Reinter- prestasi visual di balik karakter Dewata Nawa Sanga, yang memiliki atribut, karakter, bentuk, warna, senjata kendaraan mempunyai pesan moral terhadap umat manusia agar selalu berpikir, berkata, berbuat baik terhadan sesama manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, di mana pun mereka berada. Esensinya adalah nilai nilai luhur agama harus dipahami, diresapi, dan dimengerti untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari hari sebagaiwujud dari perilaku dharma. Perilaku dharma manusia akan tercermin pada watak dan sifat antara lain, satwan, rajas, tamas. Sifat dan watak itu, sebagai karakter yang tercermin pada ekspresi wajah manusia yang kemudian direinterpretasikan sesuai dengan konsep penciptaan, konsep bentuk, penggunaan media dan teknik yang sesuai dengan kebutuhan kreatifitas."
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hadda Almalita Rahmadianty
"Pada tahun 2015, Met Gala, penggalangan dana yang digelar oleh Institut Kostum Museum Seni Metropolitan, kembali digelar dengan mengusung tema China Through a Looking Glass. Pemilihan tema ini dilatarbelakangi dari dampak estetika dan budaya Cina terhadap inspirasi mode Barat. Atas tema tersebut, maka para tamu undangan yang hadir serta desainer diimbau untuk mengenakan atau membuat busana yang mengandung unsur budaya Cina. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan bagaimana budaya Cina direpresentasikan dalam gaun-gaun yang dikenakan oleh para tamu undangan di ajang Met Gala 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif melalui studi pustaka dengan pendekatan ilmu budaya sebagai sumber primer, dan sumber lainnya sebagai sumber sekunder. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa beberapa gaun yang didesain oleh desainer Barat tidak sesuai dalam merepresentasikan budaya Cina ke dalam gaun buatannya sedangkan gaun karya desainer Cina lebih sesuai dalam merepresentasikan budaya Cina ke dalam gaun buatannya.

In 2015, the Met Gala, a fundraiser organized by the Costume Institute of the Metropolitan Museum of Art, was held again with the theme China Through a Looking Glass. The choice of this theme was motivated by the impact of Chinese aesthetics and culture on Western fashion inspiration. Based on this theme, invited guests and designers are encouraged to wear or make clothes that contain elements of Chinese culture. This study aims to describe how Chinese culture is represented in the dresses worn by invited guests at the 2015 Met Gala. The research method used is a qualitative method through literature study with a cultural science approach as a primary source, and other sources as secondary sources. The results of this study found that some dresses designed by Western designers were not suitable for representing Chinese culture in their dresses, while dresses made by Chinese designers were more suitable for representing Chinese culture in their dresses."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bedjo Riyanto
"Rumusan permasalahan dalam kajian ini adalah untuk menjawab pertanyaan bagaimanakah budaya Indies menghasilkan hibriditas gaya desain grafis yang mempunyai ciri khas? Mengapa gaya desain grafis Indies mampu bertahan dan mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan gaya desain grafis Indonesia masa kini. Tujuannya untuk menjelaskan secara kronologis budaya Indies pada masa kolonial Hindia-Belanda mempengaruhi lahirnya gaya desain grafis Indies. Menjelaskan pengaruh gaya grafis Indies dalam rangka usaha menemukan pembentukan gaya desain grafis Indonesia di masa kini. Hasil kajian ini adalah menjelaskan perkembangan visualitas desain grafis Indies yang merupakan produk konstruksi kebudayaan pemerintah kolonial Hindia Belanda, telah mengalami puncak perkembangannya pada masa akhir kolonialisme di Indonesia tahun 1940-an.
Gaya desain grafis Indies merupakan hibridisasi antara gaya desain modern Barat yang dikembangkan oleh para seniman dan desainer grafis Belanda dengan gaya visual seni tradisional pewayangan Jawa yang dianggap sebagai warisan adiluhung kebudayaan masyarakat Jawa di masa lampau. Perpaduan itu membentuk sintesa gaya desain yang yang bersifat eklektik menjadi ciri khas desain Indonesia dengan ketinggian kualitas artistik yang menjadi rujukan dan sumber inspirasi bagi para perancang desain grafis masa kini."
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut Sariada
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Adnyana; I Nengah Sudika Negara; Desi in Diana Sari; AA. Bagus Udayana
Denpasar: Pusat penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Hindus in Bali carry out various yadnya almost every day. One of the yadnya is cremation ceremony. The ceremony was held as a tribute to the deceased family. The tribute is conducted based on the belief that the souls of those who have passed away never die, but are still alive in the other unreal world. In addition, it is believed that if his ancestors are in happiness, they will also try to help and make their offspring who are still alive happy. Cremation ceremony especially in Munggu Pakraman Village Tabanan can not be separated from various equipment of ceremony. One among the unique equipments, namely the performance of Barong Kadengkleng. This Barong is always performed in this Pakraman village when there is a cremation ceremony at intermediate levels and above. The form of Barong Kadengkleng dance in the cremation ritual is accompanied by Daeng from the family at the late. The show was held the day before the cremation ceremony started from the fron entrance of the house of the late and then proceed to the border road of Munggu Pakraman Village and ended up in front of the bale adat where the body is laid. Judging from its function, the dance of Barong Kadengkleng has two functions, namely the religious function and escorting functions. In a religious function, ie every performance of Barong Kadengkleng uses offerings and performed only with regard to cremation ritual, while in its escorting function namely helping deter and escort the return of elements of pancamahabhuta and the soul to its origin."
MUDRA 31:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Paramartha; I Wayan Suka Yasa
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>