Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85033 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sumampouw, Eva Agrayani
"Kondisi perban:kan di Indonesia mengalami masa yang sulit pada krisis e:konomi yang menimpa negara ini sejak pertengahan tahun 1997. Kinerja keuangan Bank X merugi oleh karena spread negatif pada pendapatan bunga netto yaitu beban bunga lebih besar dari pendapatan bunga . Sehingga Bank X, mengalami kerugian besar terlebih dengan adanya pembebanan kredit bermasalah yang sangat besar jumlahnya.
Oleh karena kondisi sulit tersebut membuat Bank X mencari altematif pendapatan selain dari pendapatan bunga netto dengan menghindari penambahan resiko kredit pada masa krisis ekonomi sekarang ini. Dalam usaha perbankan yang umum di Indonesia , perbankan diperboleh:kan oleh Bank Indonesia untuk melakukan usaha-usaha sesuai yang dituangkan dalam UU No. 7 tahun 1992 dan Revisi UU No. 10 tahun 1998 mengenai Perbankan. Dari pemberian jasa-jasa perbankan tersebut maim akan dihasilkan yang disebut pendapatan non bunga yang lebih dikenal dengan pendaJYdtanfee based.
Dalam pembahasan :karya akhir ini , dalam pendapatan fee based tidak memasukkan faktor pendapatan dari transaksi valuta asing karena faktor ini sangat berfluktuasi pada masa krisis ekonomi yang masih berlangsung seiring dengan kondisi pertukaran (mata uang USD I Rupiah yang sangat berfluktuasi sejak teijadi krisis ekonomi tersebut akibat penerapan kebijakan kurs mengambang tergantung perrnintaan pasar. Faktor. pendapatan transaksi val uta asing banyak dipengaruhi oleh posisi devisa net1o dari bank dan besamya kurs tengah dari Bank Indonesia sehingga pendapatan dari transaksi valuta asing yang di peroleh sangat tidak stabil.
Untuk menentukan strategi peningkatan fee based , maka saya menganalisa terlebih dahulu mengenai lingkungan hisnis Bank X baik hngkungan eksternal dan lingkungan internal dan menganalisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi oleh Bank X . Kemudian dengan pendekatan Strategic Groups digunakan untuk memilih dan menganalisa iebih detil mengenai bank-bank pesaing utama Bank X baik kinerja keuangan , kekuatan jaringan usaha dan teknologinya serta jenis jasa perbankan yang telah diberikan kepada nasabahnya.
Kemudian dilanjutkan dengan mengana)isa potensi-potensi yang dapat digali dari usaha-usaha jasa perbankan yang dapat menghasilkan pendapatan fee based . Dengan memperhatikan sumber-sumbeT pendapatan fee based menurut Gardner & Mills yang mengambil dari kondisi perbankan di Amerika Serikat yang sudah maju dari segi jasa perbankan dan kebijakan Bank Indonesia yang tertuang dalam UU No. 7 tahun 1992 dan Revisi UUNo. 10 tahun 1998 perihal perbankan.
Terakhir setelah menganahsa hal-hal diatas , maka dilanjutkan dengan pemilihan strategi yang diambil yaitu :
- Strategi Generik - Diferensiasi untuk dapat menerapkan harga produk atau jasa yang optimal dapat diterima nasabah karena keunikannya misalnya fasilitas one stop banking.
- Strategi Aliansi dengan perusahaan-perusahaan pendukung maupun dengan bank pesaing untuk mendapatkan manfaat bagi kedua belah pihak. Dan bagi Bank X untuk melengkapi fasilitas yang disediakan.
- Strategi Market Option Matriks dengan mempertimbangkan dua hal pokok yaitu pengembangan produk dan pengembangan pasar, yaitu :
Market Penetration , yaitu strategi dengan meningkatkan pangsa pasar yang sudah dimiliki dengan produk ataujasa perbankan yang ada melihat potensi pasar masih besar. Hal ini dapat di sukseskan dengan mengadakan iklan dan promosi yang lebih aktif.
Product Development, yaitu strategi pengembangan produk yang selalu mengikuti atau mengantisipasi kebutuhan keuangan nasabahnya dalam bentuk produk baru. Misalnya Electronic Banking, Phone Banking dan Internet Banking serta jasa..jasa perbankan lain yang berpotensi memberikan pendapatanfee based.
Market Development, yaitu strategi untuk mengembangk.an pasar yang baru dengan menggunakan produk ataujasa perbankan yang sudah dimiliki melihat sektor pasar baru tersehut masih terbuka. Misalnya dengan rnelihat segmen sektor korporasi tingkat kecil menengah yang tidak menjadi target pasar bank-bank asing. Padahal untuk sektor ini dapat menyumbangkan pendapatan fee based yang cukup besar untuk mendukung transaksi bisnis perusahaan menengah terscbut , apalagi dalam kondis.i perekonomian yang sedang bertumbuh seperti sekarang ini dimana banyak bem1unculan para entrepeneur baru."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rubby Harijono
"Sejak krisis melanda Indonesia, sektor perbankan tak lagi terlampau mengandalkan income yang berasal dari interest spread karena negative spread yang pemah dialami, juga penyaluran kredit yang sudah tidak agresif akibat trauma kredit macet. Untuk itu bank harus mencari surnber pendapatan alternatif, dan sektor fee based saat ini mulai menjadi primadona pendongkrak income perbankan.
Ada beberapa alasan yang akan memotivasi bank untuk menggiatkan pendapatan fee basednya, antara lain:
Fee income merupakan cara untuk rneningkatkan daya saing
Meningkatkan diversifikasi peridapatan bank
Memberl jaIan untuk mendapatkan pendapatan yang lebih stabil
Relatif tidak memerlukan modal/penghimpunan dana yang besar.
Selain krisis dalam negerl, perlu diperhatikan juga pengaruh liberalisasi pasar gobaI, dengan berlakunya AFTA, APEC dan WTO yang akan membawa dampak pada perkembangan industri perbankan di Indonesia. Dl satu sisi, perbankan nasional makin memiliki peluang untuk mengembangkan bisnisnya ke mancanegara, namun sebaliknya juga menghadapl ancaman masuknya bank-bank asing yang memiliki modal besar, memiliki reputasi internasional dan lebih berpengalaman dalam berbagal kegiatan yang menghasilkan fee based income maka perbankan nasional harus meningkatkan kinerja dan layanan agar bisa menguasai pasar domestik.
Pada prinsipnya fee based income merupakan sumber pendapatan bank selain pendapatan kredit dan sekuritas, yang umumnya berupa fee/komisi atau charges yang diperoleh dari pemberian komitmen dan Jasa-jasa. Ada berbagal jenis transaksl yang dapat dljadlkan sumber fee based income, yang secara garis besar terbagi menjadi 3 kategorl, yaltu : processIng, principal transactin dan advisory. Sedangkan dari sisi llngkup layanannya bisa berupa transaksl domestik dan transaksl internaslonal (lintas negara atau valuta).
Dari transaksi internasional, dapat dlperoleh Jenis Pendapatan yang Iebih bervariasi dibanding transaksi domestik, antara lain:
Pendapatan provisi/komisi dan charges
Pendapatan selisih kurs
Pendapatan in lieu of exchange
Tidak semua bank memiliki pengalaman dan kompetensi yang memadai di sektor jasa layanan transaksi internasional, selain harus berupa bank devisa, juga diperlukan international network yang luas, teknologi komunikasi, kelengkapan produk dan jasa yang tersedia serta reputasi internasional sebagai faktor penting dalam transaksi yang berhubungan dengan Letter of Credit (L/C), karena L/C merupakan jaminan bank yang erat terkait dengan faktor trust dan risk.
Di Indonesia Bank X termasuk bank papan atas yang memiliki aset dan customer base yang besar. Keunggulan Bank X terutama pada jumlah cabang dan ATM yang banyak dan tersebar di seluruh Indonesia. Sejalan dengan misinya sebagai the biggest payment settlement agency, dengan jaringan cabang yang on-line dan features layanan ATM yang Iengkap, Bank X cukup mendominasi transaksi domestic paymen.t Sedangkan untuk transaksi intemasonal, Bank X telah banyak mempunyai pengalaman, jaringan bank koresponden dan reputasi internaslonal cukup luas selain juga memiliki produk dan jasa yang cukup variatif. Namun demikian performance Bank X untuk transaksi internasional khususnya trade finance tidakiah sebagus market share domestiknya.
Dalam karya akhir ini akan dibahas mengenai strategi Bank X dalam meningkatkan fee based income dan transaksi international. Pembahasan difokuskan pada fee based lncomee dari International payment services dan international trade services diluar pendapatan selisih kurs. Analisis dilakukan atas setiap aspek pada lingkungan umum, Iingkungan industri dan lingkungan internal perusahaan. Pendekatan terutama difokuskan pada kondisi dan Strategi Bank X dalam menghasllkan fee based dan transaksl trade servlces dan remittances, termasuk perbandingan tarlf/pricing yang ditawarkan Bank X dibanding beberapa bank pesaing dalam 3 kategori, yaitu bank pemenlntah, bank swasta naslonal dan bank asing.
Pemilihan bank koresponden khususnya depository bank juga penting untuk dianalisa mengingat fungsi bank koresponden sebagal supplier, distributor dan kasir bagi Bank X merupakan penunjang utama keberhasilan bisnis internasional. Disamping itu dari transaksl dengan bank koresponden juga menghasilkan pendapatan yang disebut rebate sharing.
Dari hasil arialisis dapat ditarik kesimpulan yang akan menjadi acuan atas pengembangan intemational business Bank X dengan tetap bersandar pada core competencnya. Beberapa rekomendasi yang diberikan meliputi:
Perluasan segnien market ke layanan transaksl antar bank, mengingat kebijakan kredit masih tersendat dan potensi Bank X cukup memadai untuk pengembangan jasa outsourcing remittances dan trade services melalui pengembangan produk L/C reissuance atau pnvate labelling.
Perlu adanya tailored service/customizadon berdasarkan prinsip eighty twenty rule atas nasabah korporasi melalul paket produk terpadu, layanan dan tarif khusus, serta bentuk-bentuk layanan lain yang Iebih speslal.
Pengembangan produk TKI remIttance dengan fokus ke negara-negara tujuan TKI. Perlu dllakukan pemasaran langsung oleh cabang-cabang Bank X di daerah kantong-kantong TKI, disamping usaha kerjasama dengan Perusahaan Jasa Tenaga Kerja IndonesIa (PJTKI).
Pengembangan interrnationaI network melalui bank-bank koresponden yang dapat menghasilkan bisnis dan memberikan rebate yang menguntungkan.
Pengernbangan teknologl dan media transaksl terutama untuk meningkatkan bisnis layanan antar bank dengan pengembangan sistern aplikasl on-line pada client bank serta peningkatan features layanan Internet banking untuk memenuhi kebutuhan nasabah pada segmen korporasi.
Efisiensi blaya melalul sentralisasi aktlvltas back office yang low customization, sangat diperiukan untuk menlngkatkan efislerisi dan utliltas agar mencapai cost leaderhip bagi layanan outsourcing transaksl antar bank.
Dengan telah selesalnya proses divestasi saham Bank X dan kini ada Investor baru dari luar negerl sebagal mitra strategls pemerlntah, maka dlharapkan akan ada beberapa perbaikan kebijakan terutama credit policy dan perubahan orientasi untuk go international sehlngga dapat makin meningkatkan kinerja Bank X."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T2377
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nury Sriandajani
"Lingkungan persaingan dalam industri perbankan semakin hiperkompetitif, tidak terbatas diantara bank-bank yang sudah ada maupun ancaman masuknya bank-bank asing tetapi juga dengan pasar uang, pasar modal dan perusahaan pembiayaan. Perubahan lingkungan persaingan perbankan tersebut menyebabkan bank yang sejak awal bergerak di sektor Korporasi tldak dapat hanya mengandalkan pendapatan yang berasal dari interest income. Era perdagangan bebas merupakan suatu peluang yang dapat dipergunakan perbankan dalam memasarkan produk jasa untuk mmeningkatkan/fee based income/non interest income.
Menurut Hamel dan Prahaiad persaingan di masa yang akan datang adaiah persaingan untuk mendapatkan opportunity share bukan market share. Untuk mendapatkan opportunity share sebuah bank harus memiliki kompetensi inti sehingga bank tersebut mampu mendominasi esempatan yang timbul.
Dengan latar beiakang tersebut diatas, penuiisan karya akhir ini untuk mengetahui strategi Bank X meningkatkan fee based income di sektor korporasi dalam era perdagangan bebas. Salah satu pertimbangan pemilihan Bank X karena bank tersebut sejak berdiri bergerak di bidang korporasi.
Penulisan karya akhir ini bertujuan untuk mengetahui peranan Bank X dalam perdagangan internasional, peluang pengembangan produk/jasa yang dapat meningkatkan fee based income, keunggulan bersaing yang harus dimiliki Bank X agar dapat memanfaatkan peluang perdagangan bebas dan strategi yang ditempuh Bank X untuk meningkatkan daya saing daiam mengantisipasi perdagangan bebas.
Metode penulisan karya akhir dilakukan secara diskriptif analisis. Untuk menganalisis strategi Bank X meningkatkan fee based income di sektor korporasi dalam era perdagangan bebas dilakukan kajian pustaka mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Iingkungan industri perbankan, peluang pengembangan produk/jasa fee based income dan strategi bersaing dengan pendekatan resource based.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan fee based income berupa pendapatan dan komisi di luar kredit yang diperoeh Bank X sebesar 8364 % berasal dari kegiatan transaksi luar negeri yang meliputi inkaso/transfer, option valuta asing, Garansi Bank, pendapatan selisih kurs karena transaksi valuta asing dan transaksi luar negeri Iainnya. Sedangkan dalam kegiatan transaksi dalam negeri yang paling dominan adalah kegiatan jasa-jasa pasar modal.
Sumber daya yang dimiliki Bank X adalah jaringan kegiatan operasional di dalam dan luar negeri, sistem pengawasan intern yang telah mendapat ISO 9002, sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan dan ketramplian dalam mengelola transaksi perdagangan luau negeri dan jasa-jasa pasar modal.
Kompetensi inti yang dimiliki Bank X saat mi adalah foreign exchange services, transaction processing dan relationship management. Kompetensi inti tersebut merupakan gabungan Kernampuan (skill) dan teknoiogi serta proses belajar bersama antar unit untuk menghasilkan produk dan jasa.
Strategi Bank X untuk meningkatkan fee based income dalam era perdagangan bebas berupa renàana pembentukan unit bisnis yang bercinikan investment banking. Sehubungan dengan rencana tersebut maka Bank X perlu melakukan pengembangan kompetensi inti yang baru yaitu financial advisory dan melakukan penyebaran kompetensi inti secara internal serta pemeliharaan kompetensi inti yang telah dimiliki."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusalina Dwiwanti
"Perkembangan situasi perekonomian sekarang akibat dampak krisis moneter yang berawal pada tahun 1997. Industri perbankan nasional merupakan salah satu sektor yang paling merasakan dampaknya. Untuk itu pendapatan bank yang semula hanya mengandalkan bunga kredit sebagai tulang punggung penghasilan bank secara berangsur-angsur akan beralih mengandalkan imbalan atau komisi jasa-jasa yang diberikan (fee based income).
Kustodian sebagai salah satu pelayanan perbankan yang pendapatannya berasal dari fee dapat menjadi berkembang di Indonesia sejalan dengan semakin berkembangnya pasar modal di Indonesia. Kustodian sebagai salah satu layanan yang diberikan Bank "Z" harus mengidentifikasi posisinya, kekuatan, peluang yang dapat dimanfaatkan untuk bersaing, sehingga dapat memformulasikan strategi pemasaran yang tepat.
Dengan menggunakan kerangka perencanaan pemasaran strategik, penelitian diawali dengan mengidentifikasi posisi perusahaan dengan menggunakan GE Matrik, yang penentuan derajat kepentingannya menggunakan metode Proses Hierarki Analitik (PHA). Dengan menentukan perencanaan strategi pemasaran yang selaras dengan strategi yang dipilih.
Dari penelitian yang dilakukan, dihasilkan posisi perusahaan berada pada posisi bertahan dan memelihara. Strategi yang tepat adalah penetrasi pasar dan pengembangan pasar. Dengan dilakukannya penelitian ini, maka dapat dilakukan strategi pemasaran yang tepat dan hasilnya akan dapat meningkatkan 'fee based income?."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T1441
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arda Raisuli
"Serangkaian deregulasi di bidang Perbankan disatu pihak memberi dampak positip dalam perbankan nasional, Namun dipihak lain juga menimbulkan sejumlah masalah bagi bank-bank yang tidak siap menerima perubahan perubahan tersebut. Permasalah tersebut antara lain adalah:
1. Besarnya rasio kredit bermasalah (non performing loans) akibat pemberian pinjaman yang overlending, banyaknya credit exceptions, tertalu collateral
approach dan ekspansi kredit yang tak hati-hati.
2. Kondisi ekonomi, dimana mencîutnya wilayah pasar yang dilayani bank akibat meningkatnya peran produk substitusi, kegagalan bisnis (business failure) nasabah, menurunnya penjualan bisnis nasabah dan sebagainya.
3. Belum efìsiennya lembaga perbankan nasional yang ditandai dengan lebarnya margin antara bunga pinjaman dengan bunga dana masyarakat.
4. Adanya kolusi (insider trading) antara manajemen, staf, pemegang saham dan kepada kelompok bisnis tertentu yang menurunkan keprcayaan masyarakat kepada lembaga perbankan.
5. Diabaikannya prosedur audit dan pengendalian oleh sejumlah bank.
Akibatnya sejumiah bank yang mengalami rnasaiah diatas menderita penurunan kinerja yang drastis. ini ditandai dengan menurunnya Kualitas Aktiva Produktif (KAP), rendahnya koiektibilitas, ROE, Profit Margin, dan secara keseluruhan menurunnya tingkat kesehatan bank. Kondisi penurunan kinerja ini sangat dirasakan oieh Bank X. Untuk itu sejumlah prioritas upaya pemulihan segera disiapkan, untuk kemudian
ditaksanakan serta dfevaiuasj keefektifannya Tentunya upaya-upaya tersebut diarahkan pada usaha yang dapat meningkatkan pendapatari, dapat menekan dan mengendalikan biaya, dan tidak berpengaruh Iangsung pada ekspansi aktiva.
Berdasarkan kondisi tersebut karya akhir ini disusuri dengan maksudmencari suatu strategi yang tepat untuk memulihkan kondisi Bank X agar menjadi bank yang sehat seperti sediakala. Dan sejumlah upaya yang dilakukan Bank X dewasa ini penelitian ditujukan untuk melihat kemungkinan pengembangan jasa feebased dan pemanfaatan kredit sindikasi sebagai salah satu alternatif perbaikan kinerja Bank X.
Pengembangan kredit sindikasi diintensifkan karena merupakan salah satu upaya menjual kredit-kredit yang telah existing namun sekarang mempunyai masalah pencianaan kalau dibiayai sendini oleh Bank X atau karena terkena peraturan Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK), disamping sejumlah keuntungan Iainnya. Sedang pengembangan jasa feebased ditingkatkan karena
aktivitas ¡ni merupakan salah satu alternatif strategi meningkatkan kinerja tanpa melalui ekspansì aktiva, mempunyai resiko rendah, serta diharapkan akan meningkatkan loyalitas nasabah.
Namun pengembangan kedua macam aktivitas tersebut tidak mudah karena menuntut peran SDM yang kapabel, inovatif, produktif, efisien dan berkualitas sesuai tuntutan nasabah, disamping tersedianya faktor penunjang lainnya seperti teknologi informasi dan fasilitas lainnya.
Dari hasil analisis eksternal dan internal perusahaan, terlihat bahwa peluang untuk mengembangkan kedua aktivitas tersebut masih terbuka luas. Namun sejumlah kelemahan internal dan kendala ekternal masih merupakan pekerjaan rumah manajemen yang harus diatasi untuk dapat memanfaatkan
peluang diatas.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
TA6142
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Nurhayati
"Dalam suasana persaingan sesama bank dan persaingan dengan lembaga keuangan bukan bank yang semakin ketat dewasa ini, bank bank harus lebih cerdik agar bisa bertahan dalam bisnis. Beberapa bank, mungkin perlu menyuntikkan modal baru, dan atau mengurangi kredit agar aktiva yang mengandung resiko tidak bertambah demi pemenuhan CAR minimum.
Dalam situasi sulit mencari sumber pasok dana dan banyak nya kredit macet, maka upaya meningkatkan pendapatan fee based income dapat merupakan satu alternatif selain upaya penghematan biaya. Fee business yang beresiko lebih kecil daripada bisnis peminjaman dan penempatan uang ini, lebih bersifat padat karya. Sekalipun memerlukan investasi yang memadai pada berbagai sarana, dan penataan sistem informasi dan pemasaran yang baik, ia merupakan sinergi yang baik untuk upaya pendayagunaan karyawan bank secara lebih optimal.
Untuk meningkatkan fee-based income, yang saat ini baru mencapai 10 persen saja dari total pendapatan bank bank di Indonesia, diperlukan upaya sungguh sungguh. Strategi yang Cocok harus memperhatikan kondisi interen dan eksteren bank tersebut. Karena itu, pemahaman yang lebih baik atas lima kekuatan utama yang mempengaruhi persaingan, akan sangat membantu dalam perumusan strategi yang tepat.
Di Bank BNI, misalnya, walaupun sebagian besar masih merupakan basic service fee, dan jumlahnya secara rata rata hanya 4,11 persen dan total pendapatan, laju pertumbuhan fee based income meningkat terus, Sumbangannya terhadap laba kotor dan marjin kontribusinya hampir 5 kali lipat dari marjin kontribusi pendapatan bunga bank BNI, merupakan suatu sinyal prospek yang baik. Karena itu, upaya peningkatan fee-based income bank BNI selalu mendapat perhatian dari seluruh jaja ran. Kebijakan Umum Direksi dan RKAP 1992, berisikan kebija kan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, meningkat kan pelayanan mutu produk, pemasaran serta profesionalisme dan etika pegawai. Selain mengembangkan berbagai produk baru, bank BNI tetap memonitor dan mengkaji produk yang ada.
Dengan jaringan cabang kedua terbesar setelah BRI, dan sistem informasi terkomputerisasi dan sistem pendidikan karyawan yang sejajar atau lebih unggul daripada bank bank lainnya, penulis berkesimpulan bahwa strategi dasar yang paling cocok bagi BNI dalam meningkatkan fee based incomenya adalah strate gi differensiasi. karena BNI saat ini masih kalah efisien dengan bank bank lainnya, terutama dalam biaya karyawan dan biaya lainnya, sedangkan Fee business, lebih merupakan kegia tan padat karya daripada padat modal. Untuk itu, perlu diru muskan product features yang khas untuk berbagai produk produk baru yang sedang digali dan dikembangkan, terutama pada produk produk sisi liabilities."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichsan Nursahid
"ABSTRAK
Permasalahan yang dihadapi oleh industri perbankan di Indonesia termasuk BRI,
antara lain terletak pada struktur pendapatannya yang sangat tergantung pada pendapatan
bunga (interest income). Kenaikan tingkat suku bunga simpanan sebagai salah stum akibat dari
terjadinya krisis ekonomi, tidak dapat segera diatasi dengan cara menaikkan suku bunga
pinjaman. Hal ini terjadi selain karena adanya ketentuan review suku bunga secara periodik,
juga dampak kenaikan tersebut sangat memberatkan nasabah. Jumlah kredit bermasalah yang
semakin meningkat menyebabkan tidak seimbangnya antara pendapatan bunga dengan biaya
bunga yang harus ditanggung oleh bank. Dengan net interest margin yang negatif di satu sisi,
dan di sisi lain pendapatan lainnya di luar bunga tidak dapat menutupi selisih tersebut, maka
bank mengalami negative spread.
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka bank perlu melakukan terobosan baru
dengan cara merubah struktur pendapatannya secara bertahap melalui penggalian potensi
untuk meraih pendapatan di luar bunga (fee based income). Fee tersebut diperoleh atas dasar
pelayanan (service) yang diterima oleh nasabah. Bank yang mampu memberikan kepuasan
kepada nasabahnyalah yang akan dapat mengumpulkan semakin banyak pendapatan dari
berbagai macam fee. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika kancah persaingan dalam
industri perbankan Indonesia di masa mendatang akan dipimpin oleh bank yang mampu
melepaskan diri dan ketergantungannya terhadap pendapatan bunga. Dan bank tersebut
adalah bank yang senantiasa mampu menyesuaikan diri dengan kondisi Iingkungannya,
termasuk daiam merespon setiap tuntutan nasabahnya.
BRI sebagal bank dengan jaringan yang sangat luas dan jumlah nasabahnya yang
mencapai puluhan juta orang, memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat
mengembangkan beberapa jenis produk/jasa perbankan yang berbasiskan pelayanan. Dengan
memungut fee per transaksi sebagai pendapatan, maka jumlah nasabah yang banyak tersebut
akan menjadi modal utama untuk dapat meningkatkan kinerja profitabililas BRI di luar
pendapatan bunga. Selain itu, budaya baru BRI yang secara tegas mencantumkan ?kepuasan
nasabah? (customer satisfaction) sebagai salah satu unsur budaya kerja, merupakan landasan
yang kuat dalam usaha meraih sukses dalam bisnis jasa/pelayanan ini. Dengan meningkatnya
fee based income sebagai sumber pendapatan yang iebih ?sustainable? maka secara pasti akan
mengurangi ketergantungan BEl kepada pendapatan bunga, sehingga akan meningkatkan pula
kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Dari beberapa jenis jasa yang dapat dijadikan sumber fee based income, maka
international payment merupakan salah satu produk yang memiliki potensi sangat tinggi
untuk segera dikembangkan menjadi produk yang unggul. Pemanfaatan jaringan kerja yang
luas dan tersebar, jumlah nasabah yang mencapai puluhan juta, disertai usaha dan
pembenahan atas segala kekurangan yang masih ada, terutama di bidang teknologi akan
menempatkan BRI pada posisi unggul dalain persaingan. Keberhasilan dalam
mengernbangkan bisnis ini tidak hanya akan menghasilkan income bagi BRI, tetapi sekaligus
memberikan dampak berantai (multiplier effect) yang disebabkan oleh meningkatnya citra
perusahaan, dan berpotensi untuk menghasiikan other income dan proses ?cross-selling?
terhadap produk BRI lainnya maupun kegiatan promosi gratis oleh nasabah.
Peranan bank koresponden, khususnya bank depositori koresponden sangat besar sekali
dalam kegiatan bisnis international payment. Selain bertindak sebagai distributor, supplier,
sekaligus kasir dalam transaksi, bank depositori koresponden berperan aktif dalam usaha
memberikan pelayanan yang baik kepada nasabah. Untuk meraih kesuksesan seperti yang
diharapkan di atas, tidak ada cara lain selain terus berusaha meningkatkan kualitas pelayanan
melalui pemanfaatan secara maksimal atas seluruh sumber daya perusahaan, termasuk
jaringan bank koresponden yang dimiliki demi mencapai kepuasan nasabah.
Dalam usaha mengembangkan konsep bisnis international payment sebagai pendorong
keuntungan (profit boosters) bagi BRI khususnya fee based income, maka selain kompetensi
di bidang relationship management yang telah dimiliki, barus ditunjang pula dengan
kompetensi lainnya seperti transaCtion processing dan risk management. Kompetensi tersebut
hanya bisa diperoleh dengan dukungan teknologi yang memadai. Salah satu alternatif untuk
menguasai teknologi tersebut adalah melalui outsourcing.
"
2001
T5250
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Ari Bela Nusa
"ABSTRAK
Bank X adalah bank persero milik pemerintah RI, salah satu cabangnya berada di Jl. Kramat. Bank X Cabang Kramat tersebut semakin lama semakin menghadapi persaingan yang sengit dengan berdirinya bank-bank di daerah tersebut.
Bank X mempunyai segmen yang bermacam-macam (multiple segmentation), yaitu wholesale, middle dan retail. Sedangkan sebagai cabang, Bank X Cabang Kramat mempunyai target market retail/consumer banking. Posisi Bank X dengan pesaingnya di sekitar Kramat adalah bank yang aman, tetapi pelayanannya tidak begitu baik.
Posisi Bank X Cabang Kramat berada pada kwadran banyak ancaman tetapi memiliki banyak kekuatan. Hal ini berarti Bank X Cabang Kramat sebaiknya memi1iki strategi turn around, yaitu dengan memperbaiki kelemahan-kelemahannya terlebih dahulu, baru kemudian agresif.
Di antara produk-produk Bank X, hanya tabunganlah yang menarik untuk dibahas, sebab produk deposito dan giro tidak mengalami perkembangan yang tidak begitu berarti. Pada BCG matriks posisi tabungan berada pada posisi star dan deposito serta persero pada posisi question mark. Dengan tidak adanya cash cow maka Bank X harus berupaya untuk menjaga posisi tersebut. Sedangkan PLC untuk tabungan, yaitu tabungan X berada pada pos1s1 growth dan kartu X berada pada posisi introduction menuju growth.
Kebijakan harga Bank X adalah cost-plus pricing dengan kebebasan berbeda antara 0,25-0,75 dari apa yang ditetapkan oleh kantor pusat.
Sedangkan kebijakan distribusi dilakukan dengan zero channel, yaitu langsung ke konsumen.
Kebijakan promosi dilakukan dengan point of purchase promotion, yaitu dengan memberikan brosur dan lain-lain di counter-counter di Cabang Kramat.
Dengan adanya pembahasan perilaku nasabah, dapat diketahui apa yang melandasi nasabah/calon nasabah dalam mempergunakan produk consumer banking."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mauldy Rauf Makmur
"ABSTRAK
Banyak permasalahan yang dihadapi oleh industri perbankan di Indonesia khususnya sejak krisis ekonomi yang melanda beberapa tahun lalu, antara lain terletak pada struktur pendapatan bank yang sangat tergantung pada pendapatan bunga (interest income). Kenaikan tingkat suku bunga simpanan sebagai salah satu akibat dari terjadinya krisis ekonomi tidak dapat segera diatasi dengan cara
menaikkan suku bunga pinjaman. Hal ini terjadi selain karena adanya ketentuan peninjauan suku bunga secara periodik, juga dampak kenaikan tersebut sangat memberatkan nasabah. Jumlah kredit bermasalah yang semakin banyak menyebabkan tidak seimbangnya pendapatan bunga dengan biaya bunga yang harus ditanggung pihak bank. Dengan net interest margin di satu sisi dan pendapatan
di luar bunga yang tidak dapat menutupi selisih tersebut di sisi lain, maka membuat bank mengalami negative spread.
Selain krisis yang terjadi di dalam negeri, pengaruh globalisasi dengan berlakunya AFTA, APEC, dan VVTO yang akan membawa dampak pada perkembangan industri perbankan di Indonesia. Di satu sisi perbankan nasional makin memiliki pelang untuk mengembangkan bisnisnya ke negara lain, namun sebaliknya juga menjadi ancaman masuknya bank-bank asing yang memiliki modal besar, memiliki reputasi internasional dan lebih berpengalaman dalam berbagai kegiatan yang menghasilkan fee based income, maka perbankan nasional harus meningkatkan kinerja dan layanannya agar bisa bersaing dengan para kompetitornya.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka bank harus melakukan terobosanterobosan baru dengan merubah struktur pendapatannya secara bertahap dengan menggali potensi untuk meraih pendapatan di luar bunga (fee based income). Pendapatan tersebut diperoleh atas dasar pelayanan yang diperoleh nasabah. Bank yang mampu memberikan kepuasan kepada nasabahnya akan dapat meraih pendapatan yang lebih besar dari berbagai fee yang dikumpulkan.
Pada dasarnya pendapatan fee based didapat dari fee atau charges atas pemberian komitmen dan jasa-jasa bank. Ada berbagai jenis transaksi yang dapat dijadikan surnber pendapatan fee based yang secara garis besar terbagi menjadi 3 kategori yaitu processing, principal transaction, dan advisory. Sedangkan dari ruang lingkup layanannya bisa berupa transaksi domestik dan transaksi internasional. Dari transaksi internasional bank mendapat pendapatan yang lebih bervariasi seperti pendapatan fee/charges, selisih kurs, dan in lieu of exchange.
Tidak semua bank memiliki pengalaman dan kompetensi yang memadai di sektor jasa layanan transaksi internasional, karena selain harus memiliki status bank devisa, diperlukan juga international network yang luas; teknologi yang memadai, produk dan jasa yang tersedia serta reputasi internasional merupakan faktor penting dalam memperoleh kepercayaan internasional.
Bank M sebagai bank terbesar dari segi asset dan s1mpanan yang memiliki jaringan yang luas di dalam dan luar negeri. dengan customer base yang besar. memiliki potensi besar untuk dapat mengembangkan beberapa jenis produk dan jasa perbankan yang berbasiskan pelayanan. Dengan jumlah nasabah yang besar maka pendapatan fee/charges yang akan diperoleh Bank M akan dapat meningkatkan kinerja profibilitas Bank M di luar pendapatan bunga. Selain itu, strategi Bank M untuk menjadi universal bank merupakan landasan yang kuat dalam meraih keberhasilan dalam bisnis internasional. Dengan meningkatnya pendapatan fee based sebagai sumber pendapatan yang lebih sustainable, maka secara bertahap akan mengurangi ketergantungan Bank M dari pendapatan bunga sehingga akan meningkatkan kinerja Bank M dalam menghadapai persaingan yang makin ketat pada masa mendatang.
Dalam karya akhir ini akan dibahas mengenai strategi Bank M dalam upayanya meningkatkan fee based income dari transaksi internasional. Pembahasan difokuskan pada pendapatan fee based dan international remittance khususnya inward remittance dengan membandingkannya dengan beberapa bank pesaing lainnya. Analisa dilakukan pada aspek lingkungan umum, lingkungan industri, dan
lingkungan internal perusahaan.
Peranan bank koresponden khususnya bank depositori koresponden sangat besar dalam mendukung bisnis ini mengingat fungsinya sebagai supplier, distributor, dan kasir bagi Bank M.
Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan yang akan menjadi dasar pengembangan bisnis international remittance Bank M dengan tetap bertumpu pada core competencenya. Untuk itu, dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:
.. Mengembangkan pasar inward remittance dengan memanfaatkan . jaringan cabang dan jaringan bank koresponden yang luas.
.. Memfokuskan target pasar pada TKI yang bekerja di luar negeri yang secara rutin mengirimkan uang kepada keluarganya di Indonesia.
..Mengembangkan dan memperluas kerjasama dengan bank koresponden di luar dan dalam negeri untuk meningkatkan bisnis inward remittance TKI.
.. Mengembangkan produk remittance dan melakukan promosi dengan memanfaatkan jaringan cabang agar dapat tersosialisasikan secara menyeluruh.
.. Melakukan efesiensi biaya dengan mensentralisasl kegiatan back office dalam penanganan operasional rekening vostro pada unit kerja khusus.
.. Mengembangkan teknologi informasi dan sistim aplikasi untuk mendukung pelayanan dan mengurangi human error.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richard Wisnugroho
"Kondisi perbankan Indonesia setelah deregulasi yang disusul dengan kebijakan prudential banking menghadapi banyak permasalah. Diantaranya adalah:
1. Rasio kredit macet yang cukup besar akibat ekspansi yang kurang hati-hati pada masa kebijakan market entry.
2. Perkembangan penyaluran dana yang lambat karena bank terlalu berhati-hati setelah diterapkannya prudential banking.
3. Belum efisiennya perbankan nasional sehingga margin antara pinjaman dan deposit terlalu tinggi dan tingkat suku bunga belum mantap.
4. Memudarnya kepercayaan masyarakat kepada perbankan nasional karena adanya beberapa bank yang mengalami krisis
5. Kondisi dunia bisnis di Indonesia belum mampu menunjang perkembangan perbankan yang sehat.
Masalah-masalah tersebut yang menyebabkan kondisi perbankan semakin memburuk yang antara lain ditandai dengan penurunan profit margin, return on assests dan return on equity perbankan secara umum pada dua tahun terakhir.
Diantara kelompok perbankan nasional, kelompok bank persero adalah yang paling banyak mengalami penurunan. Pangsa kelompok bank inipun mulai digerogoti oleh bank umum swasta nasional. Oleh karena itu sebagian besar bank persero dewasa ini sedang dalam masa konsolidasi. Pada masa itu untuk sementara ekspansi aktiva tidak direkomendasikan, karena masih besarnya proporsi aktiva produktif yang buruk kualitasnya.
Bank Bumi Daya sebagai salah satu bank persero juga mengalami penurunan kinerja dan sedang melakukan konsolidasi usaha. Bank Bumi Daya kini dalam posisi yang sulit, pada satu fihak harus mampu bertahan atau berkembang melalui peningkatan pendapatan yang berpengaruh terhadap peningkatan laba namun pada pada fihak lain ekspansi aktiva sedapat mungkin dihindari.
Berdasarkan hal tersebut penelitian ini disusun dengan tujuan mencari strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja bank persero atau secara khusus Bank Bumi Daya pada masa konsolidasi. Penelitian juga bertujuan melihat kemungkinan pengembangnan fee-based income sebagai salah stau alternatif strategi untuk meningkatkan kinerja bank tanpa melalui ekspansi aktiva.
Pengembangan fee-based dalam beberapa hal lebih unggul dibandingkan portfolio kredit, antara lain karena: tidak menambah tekanan terhadap modal, resikonya lebih rendah, lebih handal, mampu meningkatkan kredibilitas bank di mata nasabahnya sehingga meningkatkan kredebilitas bank di mata nasabahnya sehingga meningkatkan loyalitas nasabah.
Namun demikian, pengembangan fee-based tidak mudah dilakukan, karena Bank harus mampu melakukan inovasi dan pengembangan produk pelayanan yang berkualitas serta beragam sesuai dengan perkembangan kebutuhan nasabah, mampu melakukan pricing policy yang kompetitif tetapi profitable dan mampu memberikan pelayanan yang dapat memuaskan nasabahnya.
Dari hasil diagnosis terhadap kondisi internal dan eksternal Bank Bumi Daya, terlihat bahwa peluang untuk mengembangkan fee-based masih terbuka. Namun bank ini masih harus meningkatkan kompetensinya dalam melakukan pengembangan fee-based, baik melalui peningkatan ketrampilan karyawanm perbaikan sistem maupun teknologinya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>