Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182954 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Harjanto Setiawan
"ABSTRAK
lndustri Real Estat mengalami fluktuasi yang hebat antara tahur1 1993-
1999. Semaraknya industri ini dimulai pada tahun 1993 yang ditandai dengan
banyaknya pameran-pameran real estat di Jakarta yang menawarkan berbagai
macam produk properti seperti kawasan perumahan, kondominium, komplek
perkantoran, kawasan wisata, kawasan agrowisata dan juga resort terpadu. Namun
kondisi booming ini tidak bertahan lama, dengan terjadinya kelesuan pada tahun
1996 hingga tahun 1997 dimana mulai terjadi krisis ekonomi di Indonesia. Dan
akhirnya terjadilah yang dinamakan property crash di tahun 1998, dim ana hampir
seluruh pengembang mencatat kerugian.
Krisis industri real estat di tahun 1998 diawali oleh krisis likuiditas akibat
turunnya permintaan, kemudian diperparah dengan meningkatnya jumlah hutang,
kenaikan tingkat suku bunga dalam negeri, dan depresiasi nilai rupiah terhadap
dollar AS yang terus berfluktuasi. Dengan hilangnya kepercayaan investor dan
spekulan terhadap prospek investasi merupakan faktor yang menambah semakin
memburuknya pasar modal di Indonesia. Hal ini kemudian menjalar langsung
pada krisis permodalan yang dihadapi oleh pihak perbankan. Walaupun Bank
Indonesia (BI) telah mengeluarkan pedoman restrukturisasi kredit, namun hingga
saat ini belum tampak dengan jelas bagaimana mekanisme yang akan ditempuh
oleh perbankan dalam menyelesaikan hutang para pengembang nasional.
Kondisi krisis pada industri real estattersebut tidak akan berlangsung terus
menerus, dengan total penduduk Indonesia yang mencapai kurang lebih 210 juta
jiwa, kebutuhan akan real estat akan terus ada. Dengan serangkaian program
reformasi yang telah dilakukan oleh pemerintah yang baru untuk memulihkan
kepercayaan investor, seperti penyehatan sektor perbankan, kebijakan moneter
dan berbagai deregulasi di sektor riil, diharapkan kondisi perekonomian Indonesia
akan kembali membaik, dan juga industri real estat pun akan kembali meningkat.
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah melihat trend yang terjadi
pada bisnis real estate selama tahun 1994-1999, yang diikuti dengan penilaian
pasar modal Indonesia terhadap fluktuasi yang terjadi di industri real estat melalui
penerapan Arbitrage Pricing Theory (APT) dan kemudian menentukan faktorfaktor
apa saja yang mempengaruhi pembelian saham di sektor real estat oleh
investor yang rasional.
Secara teoritis, Arbitrage Pricing Theory (APT) menggunakan pemikiran
yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik
yang identik tidaklah bisa dijual dengan harga berbeda. Konsep yang digunakan
adalah hukum satu harga (the law of one price). Apabila aktiva yang
berkarakteristik sama tersebut dijual dengan harga yang berbeda, maka akan
terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrage dengan membeli aktiva dengan
harga yang lebih tinggi di tempat lain sehingga memperoleh laba tanpa resiko.
Dan penggunaan Arbitrage Pricing Theory (APT) ini akan sangat
bermanfaat kalau kita bisa mengidentifikasikan tidak terlalu banyak faktor-faktor
makro ekonomi, mengukur expected return masing-masing faktor tersebut dan
juga mengukur kepekaan masing-masing saham terhadap faktor-faktor tersebut.
Dalam penelitian ini, juga akan diteliti faktor-faktor yang mendasari
investor yang rasional dalam membeli suatu saham. Secara umum keputusan
pembelian saham oleh seorang investor yang rasional, akan mempertimbangkan
berbagai aspek ekonomi perusahaan (faktor-faktor fundamental), antara lain :
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba di masa yang akan datang, rasio-rasio
keuangan perusahaan, kondisi ekonomi nasional (seperti tingkat suku bunga
dan tingkat inflasi), kebijakan-kebijakan pemerintah dan juga kebijakan direksi
perusahaan.
Setelah melalui proses pengumpulan sejumlah data-data sekunder dari
berbagai sumber, yang dilanjutkan dengan perhitungan rasio-rasio keuangan yang
diperlukan, dan akhirnya dengan penggunaan software statistik SPSS 9.0
didapatkan hasil seperti berikut ini.
Sejak awal tahun 1995 sampai dengan pertengahan tahun 1998, telah
terjadi trend menurun pada harga saham di sektor real estat dan juga terdapat bukti
parsial mengenai kemungkinan ketidakefisienan pasar saham sektor properti.
Variabel Laba didapatkan mempengaruhi harga saham real estat secara
signifikan dan berkorelasi positif. Hal ini menunjukkan pengelolaan secara baik
perusahaan real estat oleh pihak manajemen akan tercermin pada tingkat laba
yang tinggi sehingga mendorong investor yang rasional untuk melakukan
investasi dan tercermin pada peningkatan harga saham yang tinggi juga.
Didapatkan juga variabel Return On Investment (ROI) mempengaruhi return
saham secara signifikan dan berkorelasi positif. Dengan tingginya nilai ROI ini
menunjukkan seberapa efektif pihak manajemen perusahaan real estat dalam
memanfaatkan sumber ekonomi yang ada (aktiva perusahaan) untuk menciptakan
laba yang kemudian tercermin pada return saham yang tinggi pula. Sehingga
kedua variabel tersebut sangat memegang peranan penting bagi investor dalam
melakukan investasi di bidang real estat.
Dengan melakukan penelitian lanjutan didapatkan juga variabel Earning
Per Share memberikan hasil yang signifikan dan berkarelasi pasitif dalam
mempengaruhi harga saham perusahaan real estat. Dengan nilai Earning Per
Share yang tinggi menunjukkan earning yang didapatkan aleh pemegang saham
untuk setiap lembar saham yang dimilikinya tinggi juga dan menandakan
kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih
dari setiap lembar sahamnya yang kemudian tercermin dari tinggi tingkat harga
saham. Dari penelitian lanjutan ini didapatkan pula return saham dipengaruhi
secara signifikan aleh variabel Price Earning Ratio yang berkarelasi secara
positif. Semakin tinggi nilai PER berarti harga pasar dari setiap lembar saham
akan semakin baik.
Adapun hasil pengujian karelasi rasia-rasio keuangan perusahaan real estat
sebagian besar memberikan hasil sesuai dengan hipatesis. Rasia likuiditas
memberikan karelasi yang pasitif terhadap harga dan return saham yang
menunjukkan bahwa semakin baik kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya maka semakin tinggi pula harga dan return saham
perusahaan tersebut. Rasia hutang memberikan karelasi yang negatif terhadap
harga dan return saham yang menunjukkan perusahaan yang mempunyai rasia
leverage yang rendah akan mempunyai risika kerugian lebih kecil ketika keadaan
ekonomi merosot, dan mempunyai kesempatan memperoleh laba lebih rendah
ketika ekanami melanjak menjadi baik. Sebaliknya, perusahaan yang mempunyai
leverage tinggi, mempunyai risika menanggung rugi besar ketika keadaan
ekanami merasat tetapi mempunyai kesempatan memperaleh laba besar ketika
keadaan ekanami membaik. Rasia aktivitas memberikan karelasi yang aditif
terhadap harga dan return saham, sehingga semakin efektif operasi perusahaan
dalam memanfaatkan sumber-sumber dana yang ada maka semakin tinggi harga
dan return saham perusahaan tersebut. Rasia profitabilitas dan market ratio
memberikan korelasi yang positif terhadap harga dan return saham, sehingga
scmakin efektif operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan maka akan
memberikan peningkatan pada harga saham dan return saham.
Adapun kenaikan bunga dan tingkat inflasi memberikan pengaruh yang
negatifterhadap perkembangan harga saham dan return saham di sektor real estat.
Pengaruh negatif dalam hal kenaikan bunga adalah sesuai dengan hipotesis
scmula. Tingkat bunga adalah ukuran keuntungan investasi yang dapat diperoleh
oleh investor dan juga merupakan ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan
oleh perusahaan untuk menggunakan dana dari investor. Semakin tinggi tingkat
bunga perbankan, akan menyebabkan investor mengalihkan investasinya pada
investasi di perbankan, dan menyebabkan penurunan harga & return saham.
Sedangkan pengaruh negatif untuk tingkat inflasi memberikan hasil yang
berlawanan dengan hipotesis semula.
"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Kartika Putri
"[ABSTRAKbr
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari struktur pasar
perbankan terhadap profitabilitas dan stabilitas bank terkait rencana integrasi
sektor perbankan ASEAN yang merupakan salah satu cetak biru dari Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA). Dalam mengukur struktur pasar perbankan digunakan
pangsa pasar bank {Relative Market Power (RMP) Hypotesis} dan konsentrasi
pasar perbankan {Structure Conduct Performance (SCP) Hypothesis}. Penelitian
ini menggunakan data bank komersial yang terdaftar di pasar bursa saham negara
ASEAN 4, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina pada periode 2009-
2014. Hasil penelitian ini menunjukan RMP Hypothesis berlaku di perbankan
ASEAN dalam mempengaruhi profitabilitas bank, namun tidak berlaku di
Thailand dan Filipina. Di Indonesia SCP Hypothesis berlaku dominan dalam
menentukan profitabilitas bank. Lain halnya dengan Malaysia, Efficiency
Hypothesis mengonfirmasi hubungan pangsa pasar, konsentrasi pasar, dan
profitabilitas bank. Penelitian ini juga menemukan bahwa konsentrasi pasar
perbankan berpengaruh negatif terhadap stabilitas bank pada perbankan ASEAN,
Thailand dan Filipina. Hal tersebut mendukung konsep Concentration Fragility.
Lain halnya dengan Indonesia dan Malaysia, konsetrasi pasar perbankan membuat
bank lebih tidak stabil. Sehingga hal tersebut mendukung Concentration Stability.
Penemuan penting dalam penelitian ini adalah bank dengan pangsa pasar
besar/ukuran besar dan permodalan kuat membuat bank dapat bersaing terkait
rencana integrasi sektor perbankan ASEAN. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
marger dan akuisisi, khususnya untuk Indonesia.;This study is aimed for analyzing the influence of banking market structure on
bank profitability and stability related to ASEAN banking sector integration
plan which is in line with blue print of ASEAN Economic Community (AEC).
In measuring banking market structure, the research utilized reference of bank
market share {Relative Market Power (RMP) Hypotesis}and banking market
concentration {Structure Conduct Performance (SCP) Hypotesis}. This research
also utilized other references of commercial banks in which listed in stock
exchange of ASEAN 4 countries: Indonesia, Malaysia, Thailand, and Filiphine
for 2009 ? 2014 period. One of the research findings has shown that RMP
Hypotesis takes part in influencing bank profitability in ASEAN banks, but it
does not work in Thailand and Filiphine. In case of Indonesia, SCP Hypothesis
dominantly takes part in creating bank profitability. In case of Malaysia, on the
other hand, Efficiency Hypothesis confirms market share, market concentration,
and bank profitability. The research has also found out that banking market
concentration contributes negative impact on bank stability in ASEAN banks,
Thailand and Filiphine. This matter supports Concentration Fragility. On the
contrary, in case of Indonesia and Malaysia: banking market concentration
leads to more instability within the banks. The condition, therefore, supports
Concentration Stability. The important finding of this research is that high
market share/bigger bank and strong capital leads to banks in order to win the
competition in regard with ASEAN banking integration sector plan. This
achievement can be reached by policy of merge and acquisition, especially for
Indonesia banks.;This study is aimed for analyzing the influence of banking market structure on
bank profitability and stability related to ASEAN banking sector integration
plan which is in line with blue print of ASEAN Economic Community (AEC).
In measuring banking market structure, the research utilized reference of bank
market share {Relative Market Power (RMP) Hypotesis}and banking market
concentration {Structure Conduct Performance (SCP) Hypotesis}. This research
also utilized other references of commercial banks in which listed in stock
exchange of ASEAN 4 countries: Indonesia, Malaysia, Thailand, and Filiphine
for 2009 ? 2014 period. One of the research findings has shown that RMP
Hypotesis takes part in influencing bank profitability in ASEAN banks, but it
does not work in Thailand and Filiphine. In case of Indonesia, SCP Hypothesis
dominantly takes part in creating bank profitability. In case of Malaysia, on the
other hand, Efficiency Hypothesis confirms market share, market concentration,
and bank profitability. The research has also found out that banking market
concentration contributes negative impact on bank stability in ASEAN banks,
Thailand and Filiphine. This matter supports Concentration Fragility. On the
contrary, in case of Indonesia and Malaysia: banking market concentration
leads to more instability within the banks. The condition, therefore, supports
Concentration Stability. The important finding of this research is that high
market share/bigger bank and strong capital leads to banks in order to win the
competition in regard with ASEAN banking integration sector plan. This
achievement can be reached by policy of merge and acquisition, especially for
Indonesia banks., This study is aimed for analyzing the influence of banking market structure on
bank profitability and stability related to ASEAN banking sector integration
plan which is in line with blue print of ASEAN Economic Community (AEC).
In measuring banking market structure, the research utilized reference of bank
market share {Relative Market Power (RMP) Hypotesis}and banking market
concentration {Structure Conduct Performance (SCP) Hypotesis}. This research
also utilized other references of commercial banks in which listed in stock
exchange of ASEAN 4 countries: Indonesia, Malaysia, Thailand, and Filiphine
for 2009 – 2014 period. One of the research findings has shown that RMP
Hypotesis takes part in influencing bank profitability in ASEAN banks, but it
does not work in Thailand and Filiphine. In case of Indonesia, SCP Hypothesis
dominantly takes part in creating bank profitability. In case of Malaysia, on the
other hand, Efficiency Hypothesis confirms market share, market concentration,
and bank profitability. The research has also found out that banking market
concentration contributes negative impact on bank stability in ASEAN banks,
Thailand and Filiphine. This matter supports Concentration Fragility. On the
contrary, in case of Indonesia and Malaysia: banking market concentration
leads to more instability within the banks. The condition, therefore, supports
Concentration Stability. The important finding of this research is that high
market share/bigger bank and strong capital leads to banks in order to win the
competition in regard with ASEAN banking integration sector plan. This
achievement can be reached by policy of merge and acquisition, especially for
Indonesia banks.]"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S59163
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pamungkas Hadi Susmono
"ABSTRAK
Fokus dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bank-bank yang dianggap berisiko sebagai counterpart oleh bank lainnya dalam transaksi Pasar Uang Antar Bank PUAB , sehingga diharapkan dapat mencegah serta memitigasi potensi terjadinya risiko sistemik pada industri perbankan di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data transaksi intraday bilateral pinjam meminjam tanpa agunan dengan tenor overnight O/N yang diambil dari transaksi PUAB dengan periode observasi dari Januari 2008-Juni 2009. Dari hasil penelitian, berhasil diidentifikasi sebanyak 4 bank yaitu FI 81, FI 94, FI 3 dan FI 54 yang secara statistik signifikan menunjukkan signal risiko tertinggi di PUAB.Selain itu ditemukan juga bukti bahwa sebagian besar bank yang menunjukkan frekuensi signal yang tinggi umumnya bertindak sebagai net peminjam di PUAB, hal ini mengindikasikan bahwa bank tersebut terus-menerus menghadapi permasalahan likuiditas. Dari hasil regresi ditemukan juga bukti adanya hubungan negatif dengan tingkat kemiringan slope sebesar -0,93 antara besarnya share signal risiko terhadap Z Score. Dari hasil penelitian ini diharapkan metode ini dapat digunakan sebagai tools pelengkap dalam melakukan monitoring risiko individual bank selain dari angka rasio keuangan, serta dapat diaplikasikan sebagai Early Warning System EWS perbankan

ABSTRACT
The focus of this study is to identify which banks that are considered risky as counterpart by other banks in interbank money market transactions PUAB , and it is expected to prevent and mitigate the potential of systemic risk in the banking industry in Indonesia. In this research used intraday bilateral lending transaction without collateral data with overnight tenor O N taken from PUAB transaction with observation period from January 2008 to June 2009. Based on the research result, it was identified 4 banks, FI 81, FI 94, FI 3 and FI 54 which statistically show the highest sign of risk in PUAB.There is also evidence that most banks that exhibit high signal frequencies generally act as net borrowers in the interbank money market, indicating that banks are constantly facing liquidity problems. From the regression results found also evidence of a negative relationship with the level of slope 0.93 between the amount of risk signal share against Z Score. Hopefully the method from this study can be used as a complementary tool in monitoring individual bank risk apart from the financial ratio, and can be applied as the Early Warning System EWS banking"
2018
T49561
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamba, Deta Basa Nia Octavia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh diversifikasi pendapatan terhadap profitabilitas dan risiko Bank Umum Konvensional di Indonesia periode 2006-2012 dengan menggunakan data panel. Profitabilitas bank diukur dengan menggunakan return on asset dan risk-adjusted return on asset. Penelitian ini menggunakan FOCUSk, Non Interest Income (NII), Fee, Trade, dan Other sebagai indikator diversifikasi. Dengan sampel 94 bank umum konvensional di Indonesia, penelitian ini menunjukkan diversifikasi pendapatan memiliki pengaruh signifikan pada return on average assets, risk-adjusted returns, dan risiko insolvensi bank.

This study aims to determine the effect of income diversification on profitability and risk of Commercial Bank in Indonesia during 2006-2012 by using panel data. Profitability of banks is measured by using return on assets and risk-adjusted return on assets. This study uses FOCUSk, Non Interest Income (NII), Fee, Trade, and Other as indicators of diversification. With a sample of 94 conventional commercial banks in Indonesia, this study shows income diversification has a significant effect on return on average assets, risk-adjusted returns, and insolvency risk."
2015
S59116
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gadis Myrillasandri Atmodipurwo
"ABSTRAK
Makalah ini meneliti keadaan kekuatan pasar terkini pada industri perbankan dan keuangan dan bagaimana telah berkontribusi pada perubahan pekerjaan. Khususnya, tren-tren global seperti teknologi dan masyarakat berpengaruh besar terhadap bagaimana pekerja pada industri ini memahami dan bergerak pada lingkungan kerja sehari-hari dan perlahan-lahan merevolusi masa depan pekerjaan pada suatu organisasi. Sangat penting untuk organisasi tersebut melaksanakan strategi-strategi yang memastikan masa depan yang lebih baik untuk pekerja Australia. Makalah ini akan membahas bagaimana perubahan-perubahan ini telah mempengaruhi Citibank Australia dan memberikan rekomendasi akan bagaimana dapat memanfaatkan perubahan-perubahan ini agar Citibank Australia dapat menjadi pelopor dalam industri perbankan yang cashless .

ABSTRACT
This essay will examine the current market forces within the banking and finance industry and how they have contributed towards changes in the work. In particular, global megatrends such as technology and society have strong impact in gradually revolutionising the nature of work within the organisation. It is crucial that such organisations implement strategies to ensure a better future for Australian workers. This essay will pinpoint how these changes have affected a particular organisation Citibank, and provide subsequent recommendations as to how these changes can be used as leverage for it to become a pioneer in the cashless banking industry."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mahendra Apriamilega
"Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dari variabel-variabel makroekonomi (inflasi, kurs, suku bunga, GDP, jumlah uang beredar), bank spesifik (CAR, bank deposit, bank size) dan struktur finansial (rasio total asset dengan GDP) terhadap profitabilitas bank yang ditunjukkan dengan return on asset (ROA). Penelitian ini menggunakan data-data keuangan dari 28 bank yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Pemilihan tahun 2009-2013 sebagai periode penelitian ditujukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel tersebut pada sektor perbankan pasca krisis ekonomi dunia tahun 2008. Regresi linear berganda dilakukan terhadap data-data makroekonomi, bank spesifik dan struktur finansial baik secara terpisah maupun bersama-sama.
Hasil penelitian menunjukan hanya terdapat tiga variabel yang mempengaruhi kinerja sektor perbankan secara signifikan, yaitu bank size, bank deposit dan struktur finansial. Hal ini menunjukan bahwa faktor internal lebih mempengaruhi profitabilitas perbankan dibandingkan faktor eksternal seperti makroekonomi. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan agar digunakan variabel kinerja perbankan lainnya yaitu, return on equity (ROE) dan net interest margin (NIM), untuk memberikan hasil penelitian yang lebih terperinci.

The Purpose of this study was focused on the effect of macroeconomic (inflation, exchange rates, interest rates, GDP, money supply), bank specific (CAR, bank deposits, bank size) and the financial structure ( ratio total asset with GDP ) on Indonesian bank's profitability shown by return on assets ( ROA). Bank?s performance was measured using return on assets (ROA). The study used financial data from 28 commercial banks that were listed on Indonesia Stock Exchange (IDX) within the period of 2009 to 2013. The rationale for selecting the study period was to examine the hyact of the aforementioned variables on banking sector post 2008 global economy crisis. Multiple linear regression was applied on each variable category (macroeconomic, bank spesific and financial structure) exclusively as well as concurently.
The result of this study showed the dominate effect of three variables, namely bank size, bank deposit and financial structure, on bank?s profitability. The period insight that internal factor, other than internal factor such as macroeconomic variables, affected bank?s performance. Based on this study, the researcher suggested two variables, i.e. return on equity (ROE) and net interest margin (NIM), as proxy for bank?s profitability. The use of these variables might provide a more detail explanation on factors affecting bank?s performance.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2015
S59391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanur Akhmadi
"Perkembangan sektor perbankan Indonesia dalam 11 tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang agresif, tetapi juga mempertahankan likuiditas yang memadai berdasarkan risiko sesuai dengan ketentuan otoritas. Bank-bank milik Pemerintah Indonesia mengendalikan ±42% dari total aset di sektor perbankan dan menghadapi tantangan dalam mempertahankan kondisi yang optimal antara regulasi, risiko, dan profitabilitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko likuiditas dan faktor-faktor yang mempengaruhi bank BUMN setelah krisis ekonomi 2008 dan implementasi Basel III di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data spesifik perbankan dan data ekonomi makro yang diproses menggunakan Common Effect Model yang dibandingkan dengan Fixed Effect Model dan juga dengan Random Effect Model. Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa faktor-faktor spesifik perbankan terutama LDR, NPL, CAR, dan ROA mempengaruhi risiko likuiditas bank-bank BUMN di Indonesia sementara faktor pertumbuhan deposito dan faktor makroekonomi tidak berpengaruh secara signifikan.

Growth of the Indonesian banking sector in 11 years be through aggressive growth, but also maintained adequate liquidity based on risk in accordance with the provisions of the authorities. Indonesia state-owned banks control ±42% of total assets in the banking sector and face challenges in maintaining optimal conditions between regulation, risk and profitability. The purpose of this study is to determine the liquidity risk and the factors that influence SOE (state owned) banks after the 2008 economic crisis and the implementation of Basel III in Indonesia. This study uses specific banking data and macroeconomic data which are processed using the Common Effect Model which is compared with the Fixed Effect Model and also with the Random Effect Model. Based on data analysis indicated that banking-specific factors especially LDR, NPL, CAR, and ROA affect the liquidity risk of state-owned banks in Indonesia while deposit growth and macroeconomics factors do not significantly influence."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanungkalit, June M.
Depok: Universitas Indonesia, 1999
S24229
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hestu Wibowo
"Tesis ini membahas mengenai pengaruh pendalaman pasar keuangan (financial deepening) terhadap kinerja perbankan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan uji ko-integrasi dengan melalui beberapa tahapan uji dengan metode uji ADF, Johansen Cointegration Test, VECM dan Granger Causality. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendalaman pasar keuangan (financial deepening) terhadap beberapa indikator kinerja perbankan yaitu CAR, ROA dan NIM. Dari penelitian ini, secara umum dapat diketahui bahwa pendalaman pasar keuangan di Indonesia memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kinerja perbankan. Namun, dengan semakin dalamnya pasar finansial maka tidak akan mengancam performance industri perbankan yang memiliki struktur permodalan yang kuat. Hasil penelitian menyarankan agar kebijakan pendalaman pasar keuangan lebih selektif dan mempertimbangkan skala size bank. Menghimbau bahkan mendesak kepada pemilik dan pengelola bank-bank kecil dan menengah untuk melakukan merger guna memperkuat struktur permodalannya. Perbankan agar mempertimbangkan kebijakan pendalaman pasar keuangan dalam merumuskan rencana bisnis bank (RBB) tiap tahunnya.

The focus of this thesis is the impact analysis of financial deepening to banking industry performance in Indonesia. This research was conducted using co-integration test approach through several stages of testings with methods ADF Test, Johansen Cointegration Test, VECM and Granger Causality. This research aims to analyze the effect of financial market deepening to banking performance indicators i.e CAR, ROA and NIM. The general findings showed that financial deepening in Indonesia significantly affects banking performance. However, with a deeper financial market, this will not pose as a threat to the performance of a banking industry with strong capital structure. Research results suggested that financial deepening policy should be selective and considerate towards bank size scale, urging small and middle-sized bank owners to merge in order to strengthen their capital structure. The banking industry should put financial deepening policy into consideration in composing their yearly business plan (RBB).
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T42563
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprisal W. Malale
"ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk Menganalisis dan mengetahui tingkat risiko sistemik sektor perbankan di Indonesia serta Mengetahui keterkaitan antar bank di Indonesia yang berpengaruh terhadap risiko sistemik. Penelitian dilakukan terhadap 16 bank yang sahamnya aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Metodologi penelitian menggunakan pengujian regresi kuantil (quantile regression) dengan model penelitian CoVaR. Hasil pengukuran dan analisis risiko sistemik menunjukkan bahwa mayoritas bank individu memberikan kontribusi tambahan pada risiko sistemik secara keseluruhan. Kontribusi risiko tertinggi bank individu terhadap sistem ada pada Bank ICB Bumiputera dan yang terendah ada pada Bank OCBC NISP. Selain itu, berdasarkan analisis keterkaitan finansial, antar bank, dapat ditarik kesimpulan bahwa risiko individu sebuah bank yang dikondisikan kepada risiko bank lain menghasilkan tambahan risiko yang beragam. Hal ini mengkonfirmasi bahwa ketika sebuah bank mengalami distress, keadaan tersebut tidak serta merta memberikan tambahan risiko individu kepada bank lain. Bank dengan keterkaitan finansial paling tinggi adalah Bank ICB Bumiputera sementara yang paling rendah ada pada Bank Victoria International. Melalui hasil yang diperoleh, disarankan kepada pemerintah untuk melakukan pengawasan khusus melalui OJK terhadap bank dengan kontribusi risiko sistemik yang tinggi dan keterkaitan finansial yang kuat dengan bank lain melalui pengawasan pergerakan sahamnya.

ABSTRACT
This thesis aims to analyse systemic risk and financial linkage in Indonesian banks. The study was conducted on 16 banks that are traded actively in Indonesia Stock Exchange. Research methodology is quantile regression with CoVaR as the research model. The results shows that the majority of bank contribute to the systemic risk. The highest contributor is Bank ICB Bumiputera and the lowest is Bank OCB NISP. On the other hand, the result of financial linkage of banks shows various impact from one to another. This also confirm when a bank has distress, it doesnt mean the other bank will get additional risk. The highest financial linkage is Bank ICB Bumiputera and the lowest is Bank Victoria International. Through this result, we suggest that government should do special observation to the bank with high contribution to systemic risk and high financial linkage."
2014
S53291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>