Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181947 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mastrialdi
"Ada dua jenis resiko yang mempengaruhi kinerja dari perusahaan, yaitu resiko yang disebabkan oleh aktifitas bisnis dan resiko yang disebabkan oleh aktifitas yang bukan karena aktifitas bisnis. Dimana resiko yang bukan karena aktifitas bisnis tersebut bisa berupa event risk maupun financial risk.
Penelitian kali ini merupakan penelitian yang membahas resiko yangN diakibatkan oleh event risk, yang dalam hal ini berupa disaster risk, yaitu peristiwa peledakan boM di Bali pada tanggal 12 oktober 2002. Penelitian ini berbentuk event study. Dimana metodologi yang digunakan adalah dengan melakukan analisa deskriptif terhadap seluruh sektor yang ada di Bursa Efek Jakarta dan membandingkannya antara periode estimasi, pre-event dan post-event. Kemudian dihitung abnormal return dari masing-masing sektor dan dilanjutkan dengan menghitung VaR dari masing-masing sektor tersebut selama periode estimasi, prevent maupun post-event, dimana tujuannya adalah untuk melihat sektor-sektor yang mengalami peningkatan VaR yang paling tinggi dari seluruh sektor tersebut Langkah terakhir adalah melakukan pengujian antara rata-rata return periode pre-event dengan post-event dan penguji varian dari kedua periode tersebut.
Penulis juga melakukan penelitian terhadap volume perdagangan. Dimana volume perdagangan ini dikelompokkan kepada dua besaran yaitu aktifitas perdagangan penjualan (sell) maupun pembelian (buy) yang dilakukan oleh investor domestik maupun aktifitas perdagangan yang dilakukan oleh investor asing. Tujuan dari penelitian volume perdagangan ini adalah untuk melihat pola reaksi daripada investor terhadap kejadian peledakan born di Bali pada tanggal 12 oktober 2002 tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan sektor yang mengalami peningkatan VaR adalah sektor Manufacture yang VaR nya meningkat sebesar 3,66 kali lebih besar jika dibandingkan dengan VaR sebelum kejadian tersebut. Diikuti oleh sektor Trade, Services & Investment yang merupakan sektor dari subsektor pariwisata yang diperkirakan mengalarni peningkatan V aR yang paling tinggi, justru berada dibawah sektor Manufacture, dimana peningkatanVaR dari sektor ini adalah sebesar 3,61 kali lebih besar jika dibandingkan dengan V aR sebelum kejadian tersebut. Selanjutnya diikuti oleh sektor Consumer Goods Industry yang mengalarni peningkatan VAR mencapai 3,43 kali.
Jika dilihat dari VaR masing-masing sektor setelah kejadian peristiwa peledakan bom di Bali tersebut, sekior Infrastructure, Utility & Transportasi-lah yang mempunyai VaR tertinggi yaitu sebesar 10,69%. Sedangkan sektor Manufacture berada diurutan ke 10 dengan VaR sebesar 5,41%. Masih lebih baik daripada sektor Trade, Services & Investment yang mempunyai VaR sebesar 6,02% dan berada di urutan ke 8 dari 13 sektor yang diteliti.
Dengan melakukan uji hipotesa terhadap rata-rata return sebelum dan sesudah peristiwa, dihasilkan nilai t0 untuk semua sektor berada pada area H0 (Accept H0) yang berarti tidak ada perbedaan antara rata-rata return periode pre-event dengan periode post-event Sedangkan kalau dilakukan pengujian hipotesa terhadap varian dari seluruh sektor antara sebelum dan setelah peristiwa diketahui hanya 3(tiga) sektor yang menghasilkan nilai F0 yang berada diluar area H0 (Reject H0) yang berarti terdapat perbedaan varian antara pre-event dengan post-event. Adapun sektor-sektor tersebut adalah Sektor Manufacture, Sektor Trade, Service & Investment serta sektor Consumer Goods Industry.
Berdasarkan penelitian terhadap volume perdagangan yang dilakukan oleh investor domestik maupun investor asing terhadap transaksi pembelian (buy) maupun transaksi penjualan (sell), diketahui investor asing melakukan transaksi penjualan justru sebelurn peristiwa peledakan born di Bali tersebut yaitu pada t-6 sebesar 31,9 kali lebih besar daripada transaksi perdagangan hari sebelumnya Sedangkan setelah terjadinya peristiwa peledakan born tersebut, investor asing malah melakukan pembelian terhadap saharn di Bursa Efek Jakarta Dimana peningkatan transaksi pembelian tersebut terjadi pada t+8 yaitu sebesar 245,6 kali lebih besar jika dibandingkan dengan transaksi pembelian yang dilakukan investor asing pada hari sebelumnya. Untuk investor domestik, masih berlalu teori bad news akan meningkatkan transaksi penjualan dan good news akan meningkatkan transaksi pembelian. Dimana transaksi penjualan untuk investor domestik mengalami peningkatan hampir 2 kali lipat pada t+ 1."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aegeus Hutama
"ABSTRAK
Peristiwa born Bali pacta 12 Oktober 2002 merupakan suatu tragedi nasional yang berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut survei yang dilakukan oleh Lembaga Konsultasi PERC (Political and Economic Risk Consultancy Ltd) menunjukkan bahwa Indonesia dalam semua kategori risiko (mulai dari risiko domestik, risiko kemungkinan terjadinya kekacauan sosial, risiko ekstemal hingga risiko sistemik) mengalami peningkatan risiko pasca peledakan born di Bali. Indonesia akan dirugikan dari meningkatnya risiko yang menimbulkan persepsi negatif terhadap para investor.
Event study dimulai dengan hipotesis tentang bagaimana peristiwa Tragedi born Bali 12 Oktober 2002 mempengaruhi pergerakan indeks saham sektoral di Bursa Efek Jakarta. Evaluasi event study ini dikombinasikan dengan proses time series guna menghasilkan model persamaan expected return yang relatif akurat untuk menganalisis perilaku saham sektoral sebelum dan sesudah terjadinya peristiwa melalui pergerakan abnormal return dan cumulative abnormal return.
Modelisasi expected return dilakukan dengan multi-factor model yang memperhitungkan faktor suku bunga SBI dan kurs rupiah terhadap dolar AS. Analisis dilakukan terhadap tingkat return, risiko dan efisiensi dari semua sektor saham yang ada di Bursa Efek Jakarta guna mendeskripsikan muatan informasi yang dikandung dan mendapatkan urutan klasifikasi dalam investasi secara menyeluruh dan terpadu.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa secara statistik variabel USD hanya mempengaruhi sektor industri barang konsumsi dan variabel SBI hanya mempengaruhi sektor properti dan real estate, sedangkan variabel konstanta tidak memberikan pengaruh signifikan pacta semua sektor.
Model expected return yang terbentuk memiliki nilai adjusted R square yang sangat bervariasi antara 18,58 % untuk sektor properti dan real estate sampai dengan 80,87 % untuk sektor industri barang konsumsi.
Klasifikasi preferensi investasi berdasarkan reward to variability ratio dimulai dari urutan yang paling disukai adalah sektor transportasi, keuangan, pertambangan, pertanian, konsumsi, perdagangan, industri dasar, aneka industri dan properti.
Klasifikasi tingkat efisiensi pasar sektoral berdasarkan frekuensi AR dan CAR dimulai dari urutan yang paling efisien adalah sektor pertambangan, konsumsi, properti, transportasi, pertanian, industri dasar, perdagangan, aneka industri dan keuangan.
Peristiwa Tragedi Born Bali terbukti menimbulkan abnormal return pada semua pasar sektoral di Bursa Efek Jakarta. Para pelaku pasar modal cenderung menerapkan strategi short term holding period dan melakukan overreaction pada hari pembukaan bursa tanpa memperhatikan kinerja fundamental emiten. Adanya overreaction dari para investor di Bursa Efek Jakarta mengacu pada bentuk pasar yang tidak efisien dalam bentuk setengah kuat. Hasil penelitian ini mengkonfirrnasikan beberapa basil penelitian sebelumnya yang konsisten menyatakan hipotesis pasar efisien tidak berlaku di Bursa Efek Jakarta.
Dengan mengetahui pengaruh dari peristiwa Tragedi born Bali 12 Oktober 2002 terhadap pergerakan indeks saham di Bursa Efek Jakarta, diharapkan para pelaku pasar dapat menerapkan strategi investasi dan manajemen portofolio yang tepat pada pasar tidak efisien bentuk setengah kuat dalam menghadapi peristiwa politik serupa di masa mendatang.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katoppo, Intansari Abdams
"ABSTRAK
Penelitian ini ingin melihat seberapa jauh peristiwa peledakan bom yang merupakan risiko sosial politik berpengaruh pada abnormal return dan volume aktifitas perdagangan saham untuk saham-saham unggulan yang masuk dalam indeks LQ45 di BEJ. Dua tragedi besar yang gemanya menjadi sorotan dunia intemasional yaitu peristiwa peledakan born di gedung BEJ pada tangga113 September 2000_dan born Bali tanggal 12 Oktober 2002.
Untuk rnenguji pengaruh peristiwa-peristiwa tersebut pada abnormal return dan
volume akti'fitas, maka digunakan metode event study. Metode ini juga dapat digunakan
untuk menguji efisiensi pasar modal, yaitu mengukur besarnya darnpak suatu peristiwa
dengan menilai kecepatan reaksi harga saham terhadap peristiwa yang bersangkutan.
Semakin efisien suatu pasar modal, maka akan semakin cepat informasi diserap dan
terefleksikan pada harga saham.
Hasil uji signifikansi abnormal return selama periode kejadian peristiwa peledakan
born di gedung BEJ (t-10 hingga t+ 1 0) rnemperlihatkan adanya abnormal return yang
signifikan bagi para pemegang saham untuk delapan hari bursa, yaitu t-10, t-2, t-1, tO
t+1, t+2, dan t+8. Abnormal return pada saat tO merupakan abnormal return yang negatif.
Sedangkan abnormal return pada t+2 merupakan abnormal return yang positif.
Munculnya abnormal return negatif pada tO dan t+ 1 rnenunjuk:kan adanya respon negatif
dari bahwa investor terhadap peristiwa peledakan born Gedung Bursa Efek Jakarta. Nilai
Cumulative Average Abnormal Return (CAAR) ditemukan bernilai negatif sejak t-1
hingga t+ 10. hal ini mengindikasikan adanya penurunan laba dari saham-saham LQ45 dan
penurunan tingkat kekayaan investor.
Rata-rata abnormal return antara sebelum dan setelah peristiwa peledakan born di
gedung BEJ temyata ditemukan tidak ada perbedaan. Demikian pula halnya dengan total
volume aktivitas, dimana hasil uji statistik terhadap rata-rata Trading Volume Analysis
{TV A) sebelum dan rata-rata TV A sesudah rnenunjukkan tidak ada perbedaan TV A antara
sebelum peristiwa peledakan dengan setelah peristiwa tersebut. Hal ini dapat disebabkan
karena adanya kebijakan Bapepam dan BEJ untuk rnenutup perdagangan setelah peristiwa
peledakan born BEJ sehingga investor tidak rnelakukan aksi jual yang berlebihan dalam
mengantisipasi peristiwa tersebut.
Hasil uji signifikansi abnormal return selama periode kejadian peristiwapeledakan
born di Bali rnenunjukkan adanya delapan hari bursa yang rnenghasilkan abnormal return
yang signifikan bagi para pemegang saham, yaitu t-9, t-8, t-5, t-2, t-1, tO, t+1, dan t+4.
Abnormal return pada tO rnerupakan abnormal return yang negatif, sedangkan hari setelah
tO, yaitu t+ 1 dan t+4, rnerupakan abnormal return yang positif. Nilai CAAR adalah negatif
sejak t-10 hingga t+4. Namun, kernudian terjadi peningkatan laba yang ditunjukkan oleh
CAAR yang bernilai positif hingga t+ 10. Hal ini rnenunjukkan tidak ada pengaruh yang
besar dari tragedi born Bali terhadap kinerja saham-saham LQ45.
Hasil uji statistik terhadap rata-rata abnormal return sebelum dan rata-rata abnormal return sesudah peristiwa peledakan born di Bali rnenunjukkan bahwa rata-rata abnormal return antara sebelum peristiwa peledakan adalah sama dengan setelah peristiwatersebut. Sedangkan hasil uji statistik terhadap rata-rata TV A sebelum dan rata-rata TV A sesudah peristiwa peledakan born di Bali rnenunjukkan tidak adanya perbedaan rata-rata TVA antara sebelum dengan setelah peristiwa tersebut. Hal ini dapat disebabkan karena selain pernerintah rnenghirnbau agar investor tetap tenang dan tidak meninggalkan Indonesia, pemerintah juga berkomitmen kuat untuk rnernberantas rnasalah terorisme tersebut.
Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa BEJ merupakan pasar modal tidak efisien
bentuk setengah kuat. BEJ bukan merupakan pasar modal efisien karena investor mampu
memperoleh abnormal return, dan merupakan pasar efisien bentuk setengah kuat karena
adanya informasi publik yang mempengaruhi harga saham serta cepat direspon oleh
investor.
"
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulardi KS
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh peristiwa pergantian presiden pada tahun 2001 dan peledakan bom di Denpasar Bali pada tahun 2002 terhadap return saham pada Bursa Efek Jakarta. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah event study yang akan mengamati pergerakan harga saham di pasar modal selama event windows.
Untuk menguji adanya reaksi harga dilakukan tes abnormal return selama event windows dengan menggunakan pendekatan market model, market adjusted model dan capital asset pricing model.
Dari hasil analisa dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa peristiwa pergantian Kepala Negara pada tahun 2001 dan peristiwa peledakan bom di Denpasar Bali pada tahun 2002 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham di Bursa Efek Jakarta. Harga saham bereaksi positif terhadap peristiwa pergantian Kepala Negara pada tahun 2001. Sebaliknya harga saham bereaksi negatif terhadap peristiwa terjadinya peledakan bom di Denpasar Bali pada tahun 2002.

This research objective is to analyze the effect of president replacement in 2001 and bomb detonation in Denpasar Bali in 2002 toward stock return at Jakarta Stock Exchange. The method used in this research is event study that observes the stock price movement in the capital market during event windows.
To examine the existence of price reaction, the abnormal return test will be conducted during the event period with analysis based on market model, adjusted market model and capital asset pricing model.
Base on analysis and investigation can be concluded that information concerning commutation of President in 2001 and bomb detonation in Denpasar Bali in 2002 having influence to stock price in Jakarta Stock Exchange. Stock price positively reacted to the event of president replacement in 2001. And stock price negatively reacted to the event of bomb detonation in Denpasar Bali in 2002.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T17844
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Kurniawati
"ABSTRAK
Bom yang meledak di Bali pada 12 Oktober 2002 terjadi satu tahun pasca
tragedi 11 September yang menewaskan hampir 3000 orang. Bom yang
menewaskan 202 orang tersebut tidak hanya meluluhlantakkan Bali, namun juga
Indonesia dan kawasan Asia Tenggara. Banyak orang kemudian bertanya-tanya,
kemana intelijen? Mengapa intelijen tidak dapat melakukan pencegahan?
Bukankah tugas intelijen untuk diantaranya melakukan pengawasan dan deteksi
dini?
Banyak pertanyaan seputar intelijen yang belum terjawab dalam kasus
tersebut; tentang apa peran mereka, bagaimana mereka bekerja, kepada siapa
mereka bertanggung jawab, dan bahkan bagaimana negara melalui otoritas politik
menentukan penggunaan intelijen untuk keamanan nasional, termasuk bagaimana
otoritas sipil dapat menentukan sukses atau gagalnya intelijen dalam menjalankan
tugasnya mengamankan kepentingan nasional.
Bom Bali 12 Oktober juga menunjukkan sebuah hasil kerja jejaring
kelompok teror Al Jamaah Al Islamiyah yang berafiliasi dengan Al-Qaeda.
Mereka bergerak secara lintas batas di kawasan Asia Tenggara dengan tujuan
untuk mendirikan Pan Islamic State. Adalah menjadi kepentingan bersama
negara-negara yang tergabung di dalam organisasi kawasan Association of
Southeast Asian Nations (ASEAN) untuk melakukan usaha kolektif
mengamankan kawasan dalam sebuah kerjasama keamanan regional, termasuk
diantaranya kerjasama intelijen.
Tesis ini berusaha menjawab dua pertanyaan tersebut: mengapa intelijen
gagal melakukan antisipasi bom Bali 12 Oktober 2002, serta kemungkinan
kerjasama intelijen yang dapat dibentuk di wilayah ASEAN.

Abstract
This thesis discusses not only on the subject of intelligent failure in the
case of the first Bali bombing occurred in October 12, 2002, because after all,
intelligent failures are inevitable and natural. More importantly, the thesis throws
a discussion on the necessity of regional intelligent cooperation in the framework
of Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), where a terror network
called Jamaah Islamiyah (JI) operates through its borders.
Intelligent services worldwide are widely known for its crucial role in
preventing terrorist attacks by providing security through its early warning
system. However, when facing an enemy with specific characteristics such as a
global terror networks, no single state can work alone. As such, intelligent sharing
and cooperation are needed not just on a global scale, but also on the regional
basis.
The thesis offers an idea to establish a form of ASEAN intelligent center
as a way to prevent future attacks in the region through a counterfactual reasoning
method."
2012
T30465
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Eka Putri Eliandy
"Penelitian ini menggunakan metode studi peristiwa dengan tujuan mengetahui adanya perbedaan abnormal imbal hasil untuk saham (abnormal return) dan aktivitas volume perdagangan (trading volume activity) sebelum dan sesudah pembelian kembali saham (buyback stock). Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012 yang melakukan pembelian kembali saham. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Terdapat perbedaan yang signifikan pada abnormal return sebelum buyback stock dan sesudah buyback stock, 2) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada trading volume activity sebelum buyback stock dan sesudah buyback stock.

The research uses event study method in order to examine the differences in abnormal return for stocks and trading volume activity. The sample used is listed company in Indonesian Stock Exchange for the period 2008-2012 which have done buyback stock. The analyses of this research were performed using paired t test. The result showed that: 1) There is significant differences on abnormal return before buyback stock and after buyback stock, 2) There is no significant differences on trading volume activity before buyback stock and after buyback stock.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2014
S54419
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ricky Bay
"Pembelian kembali saham (repurchase stock) merupakan alternatif kebijakan perusahaan dalam mendistribusikan ketebihan kasnya kepada para pemegang saham selain kebijakan kebijakan pembayaran dividend tunai. Pembelian kembali saham oleh manajemen perusahaan dilakukan dengan berbagai tujuan, antara lain untuk menjaga harga saham pada taraf yang normal, memberikan signal mengenai prospek saham di masa datang dan untuk meningkatkan Earning Per Share (EPS).
Penelitian ini memiliki dua tujuan utama. Panama, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengumuman pembelian kembali saham (repurchase stock) terhadap harga saham dimana penelitian ini menggunakan sampel pengumuman pembelian kembali saham yang dilakukan oleh emiten yang listing di Bursa Efek Jakarta selama periode tahun Januari 1999 - Oktober 2006. adapun reaksi harga saham diukur menggunakan metode event study melalui perhitungan average abnormal return dan cumulative average abnormal return pada periode peristiwa Kedua, tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa yang mempengaruhi respan pasar terhadap pengumuman pembelian kembali saham, yang dilakukan dengan menggunakan metode regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga saham bereaksi secara positif dan signifikan pada hari t=10 yaitu pada hari dimuatnya pengumuman rencana pembelian kembali saham tersebut di surat kabar nasional dan juga reaksi positif dan signifikan juga terjadi selama periode t=0 sampai dengan t+4. hasil penelitian ini menunjukkan tentang adanya persepsi pasar yang positif terhadap peristiwa pengumuman pembelian kembali saham yang dilakukan perusahaan, serta memberikan dukungan terhadap teori signaling, free cash fowl agency theory, dimana teori-teori tersebut juga memberikan argumen adanya keuntungan yang diperoleh perusahaan jika perusahaan tersebut memberikan sinyal tentang kondisi perusahaan yang relatif baik.
Tingkat perubahan Earning Per Share perusahaan dengan pengujian secara individu terbukti secara signifikan mempengaruhi besaran CAAR yang terjadi, dengan taraf signifikansi secara statistik sebesar I persen, dan tidak terbukti signifikan pads pengujian secara bersama-sama.
Tingkat leverage perusahaan juga terbukti signifikan secara statistik dalam mempengaruhi besaran CAAR tersebut, dimana hash analisis regresi menunjukkan bahwa semakin kecil rasio leverage yang ada di perusahaan akan semakin tinggi besaran CAAR yang terjadi.
Tingkat perubahan Cash Flow terbukti mempengaruhi CAAR secara statistik dengan alpha 5 persen, dimana hash menunjukkan bahwa semakin meningkat perubahan Cash Flow akan semakin tinggi besaran CAAR yang terjadi.

Repurchase stock represents company's alternative policy in distributing its exceeding cash to stakeholders besides cash dividend payment policy. Repurchase share by company management is conducted with various purposes, such as for maintaining share normal level, issuing signal concerning share prospect in the future and for increasing Earning per Share (EPS).
This research has two main objectives. First, the purpose of this research is to recognize the influence of repurchase stock on share price where this research used the announcement of repurchase stock conducted by firms listed in Jakarta Stock Exchange during period January 1999 -- October 2006. Share price reaction was measured with using event study method through the calculation of average abnormal return and cumulative average abnormal return in event period. Second, the objective of this research is to identify what factors influencing market response on the announcement of repurchase stock, conducted with using double regression method.
This research showed that share price reacted positively and significantly in day t = 0, namely in the day of issuing announcement of repurchase stock plan in national newspaper and also positive and significant reactions were happened during period t = 0 up to t+4. The result of this research showed that there is positive market perception on the event of repurchase share announcement conducted by company as well as it gives support on signaling theory, free cash flow /agency theory, where said theories also give argument concerning the existing benefit obtained by company if said company gives signal of relatively good company condition.
Changing level of company earning per share was proved significant influencing the amount of CAAR happening with individual testing, with statistic significance level is 1 percent, and was not proved significant with together testing.
Company leverage level was also proved significant in influencing the amount of said CAAR, where the result of regression analysis showed that the more lower leverage ration existing in company, the more higher CAAR happening.
The level of Cash Flow changing was proved influencing CAAR with alpha 10 percent, where the result showed that the more higher Cash Flow change, the more higher the amount of CAAR happening.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T 17854
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najmudin
"Stock split relatif masih sering dijumpai dalam aktivitas investasi di pasar modal, padahal tindakan ini tidak berpengaruh pada manajemen karena tidak mengubah nilai perusahaan, juga tidak berpengaruh bagi pemegang saham karena kekayaan atau proporsi saham mereka masih tetap. Dalam Iingkup fenomena ini, di pasar modal Indonesia belum dikaji Iuas secara empiris dampaknya terhadap komposisi kepemilikan pemegang saham, likuiditas dan return, secara parsial dan asosiasional.
Liquidity hypothesis dan signaling hypothesis memprediksi bahwa terdapat abnormal return yang positif akibat adanya split dan perusahaan akan memperoleh kenaikan pada likuiditas sahamnya. Liquidity hypothesis juga mernprediksi bahvva proporsi saham yang dimlliki oleh investor institusi akan menurun, sedangkan menurut signaling hypothesis, proporsi kepemilikan mereka tidakiah berubah.
Bukti empiris mengenai abnormal return, sebagian besar relatif mendukung kedua hipotesis tersebut. Berbeda dengan tingkat likuiditas, temuan empirisnya ber ai iasi. Sedangkan proporsi kepemilikan institusi ditemukan tidak mengalami perubahan signifikan dan yang lain menernukan menaik.
Dennis dan Strickland (1998) menyatakan bahwa proporsi kepemilikan ins-Rust sebelum split yang rendah akan meningkat dan karena itu, likuiditas juga meningkat. Dengan kata lain, proporsi kepemilikan institusi sebelum split berhubungan negatif dengan perubahan likuiditas akibat split Bukti empiris lain menyatakan bahwa abnormal etum akibat split, berhubungan terbalik dengan proporsi kepemilikan institusi sebelum split dan manfaat stock split lebih bernilai bagi perusahaan yang sebelum split-nya mempunyai proporsi kepemilikan institusi yang rendah (Srewczyk dan Tsetsekos (2001)).
Penelitian kami mengulas mengenai: (1) dampak stock split terhadap komposisi kepemilikan pernegang saham, likuiditas dan return; (2) hubungan antara ketiga variabei tersebut dengan komposisi kepernilikan pernegang saham sebelum split sebagai variabel kondisioning; dan (3) hubungan antara perubahan likuiditas dengan perubahan komposisi kepemilikan pernegang saham sebagai variabel intervening. Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Jakarta pada perusahaan yang melakukan pemecahan saham selama periode 1997-1998. Sampel dipilih berdasarkan metode purposive sampling dan metode penelitiannya adalah event study.
Hasil penelitian menemukan bahwa: (1) sttocksplittidak berpengaruh terhadap tingkat likuidltas; perusahaan dengan kepernilikan institusi sebelum split yang rendah (tinggi), mengalami kenaikan likuiditas (tidak berubah); proporsi kepernilikan institusi sebelum split berpengaruh negatif terhadap perubahan likuiditas. (2) stock split tidak mengubah proporsi kepernilikan institusi; proporsi kepemilikan institusi sebelum split yang reirdah (tinggi), tidak berubah (menurun); perubahan proporsi kepemilikan institusi berpengaruh positif pada perubahan likuiditas. (3) terdapat abnormal return yang positif pada perusahaan pemecah saham; abnormal return positif yang signifikan hanya terdapat pada perusahaan yang mempunyal proporsi kepemilikan institusi sebelum split yang rendah; secara kausal, abnormal return split tidak dipengaruhi pith proporsi kepemilikan institusi sebelum split.
Temuan ini menunjukkan bahwa terdapat reaksi pasar yang positif terhadap stock split dan terdapat tambahan likuiditas bag] perusahaan yang mernecah sahamnya, tetapi reaksi positif dan tambahan likuiditas tersebut tergantung pada kondisi kepernilikan Institusi sebelum split dan pada perubahan proporsi kepemilikan institusi. Deegan tambahan analisls kondisional, secara keseluruhan tmuan ini mendukung signaling hypothesis dan liquidity hypothesis."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T20348
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Misykah Yudria Warma
"Penelitian ini menggunakan metode studi peristiwa dengan tujuan mengetahui apakah terdapat abnormal imbal hasil saham (abnormal return) yang negatif. Selain itu, penelitian ini juga melakukan pengujian apakah terdapat perbedaan imbal hasil saham dan aktivitas volume perdagangan (trading volume activity) pada saat sebelum dan sesudah konsolidasi saham (reverse stock split). Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2001-2012 yang melakukan konsolidasi saham. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji t dan uji t berpasangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1) Terdapat abnormal return yang negatif dan signifikan di sekitar pengunguman reverse stock split,
2) Terdapat perbedaan yang signifikan pada abnormal return sebelum dan sesudah pengunguman reverse stock split,
3) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada volume perdagangan pada saat sebelum dan sesudah reverse stock split.

The research uses event study method in order to examine the siginificance of negative abnormal return aroud announcement date and the difference on abnormal return and trading volume before reverse stock split and after reverse stock split. The sample used is listed company in Indonesian Stock Exchange for the period 2001-2012 which have done reverse stock split. The analyses of this research were performed using paired t test and t test.
The result showed that:
1) There is negative and significant anormal return around announcement date,
2)There is the differences on abnormal return before reverse sock split and after reverse stock split,
3) There is no significant differences on trading volume beforereverse stock split and after reverse stock split.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2014
S54928
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>