Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118916 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fauziah Arsiyanti, Author
"Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), perkembangan reksa dana di Indonesia sangat pesat yang dibuktikan dari pertumbuhan jumlah reksa dana dan investomya serta total Nilai Aktiva Bersih (NAB). Oleh karena itu, penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa dengan semakin banyaknya reksa dana maka diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi investor dalam memilih reksa dana. Paling tidak investor dapat mengetahui kinerja reksa dana yang diukur dengan menggunakan Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen.
Reksa dana yang diteliti adalah reksa dana saham, hal ini dilakukan untuk memudahkan perbandingan imbal hasil reksa dana dengan imbal hasil pasar yang direpresentasikan oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sedangkan, periode penelitian adalah dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2003. Periode ini dipilih karena walaupun reksa dana pertama kali didirikan di Indonesia pada tahun 1996 tetapi baru mengalami perkembangan yang signiflkan sejak tahun 2000.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2000 kinerja reksa dana di Indonesia menunjukkan angka yang negatif jika diukur dengan menggunakan metode Sharpe dan Treynor. Setelah diuji dengan menggunakan tes Anova menunjukkan hasil bahwa rata-rata return dari reksa dana saham tersebut tidak berbeda secara signiflkan, oleh karena itu tidak dapat dikatakan bahwa kinerja reksa ana yang satu lebih baik dari reksa dana yang lainnya. Untuk Sharpe Measure, kisaran nilai imbal hasilnya antara -0.8164 sampai dengan -0.5152. Untuk Treynor Measure, kisaran nilai nisbahnya antara -0.0398 dan -0.0665 (Dana Megah Kapital). Akan tetapi jika diukur menggunakan Jensen Measure, temyata hasi tesnya menunjukkan bahwa kinerja reksa dana saham menunjukkan hasil yang signiflkan berbeda, yang artinya dapat diperbandingkan tiap tahunnya. Pada tahun ini terdapat enam reksa dana yang mempunyai nilai alpha positif dengan kisaran o.oo78 (BNI Reksa Dana Berkembang) sampai dengan 0.0005 (Bahana Dana Prima). Pada tahun ini, average return-nya menunjukkan nilai -0.0354.
Pada tahun 2001, average return-nya mencapai nilai -0.0024. Selain itu pengukuran kinerja dengan menggunakan Sharpe Measure, menunjukkan kisaran nilai nisbah Sharpe -0.0334, sampai dengan -0.7345. Begitu juga pengukuran dengan Treynor Measure, kisaran nilai nisbah Treynor - 0.0024 sampai -0.0573. Untuk Jensen Measure, terdapat tujuh reksa dana yang mempunyai nilai alpha positi£ Nilai alpha positif ini berkisar antara 0.0154 (Rencana Cerdas) dan 0.0013 (Master Dinamis). Walaupun secara angka penilaian kinerja reksa dana saham ini berlainan, akan tetapi sesungguhnya nilai tersebut sama karena dari hasil tes Anova menunjukkan bahwa sesungguhnya nilai rata-rata return dari reksa dana ini tidak berbeda secara signiftkan, dengan pebgecualian kinerja reksa dana dengan menggunakan metode Jensen yang dapat diperbandingkan karena hasil tes anova menunjukkan bahwa nilainya berbeda secara signiftkan.
Pada tahun 2002 kinerja reksa dana bisa dikatakan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, karena tes Anova pada metode Jensen menunjukkan hasil bahwa kinerja reksa dana saham tidak sama dengan nol atau adanya perbedaan secara signiftkan. Perbaikan ini dapat dilihat dengan adanya sembilan reksa dana saham yang mempunyai nilai nisbah Jensen yang positif. Pada tahun ini nilai rata-rata imbal hasil dari semua reksa dana saham di tahun ini juga mengalami peningkatan dengan nilai 0.0125. Dengan menggunakan metode Sharpe, kisaran nilai nisbahnya antara 0.0759 sampai -0.1763. Pada Treynor Measure nilai nisbahnya berkisar antara 0.0857 sampai dengan -0.0128. Untuk metode Jensen, nilai alpha positifuya berkisar antara 0.0222 (BIG Nusantara) sampai 0.0020 (BNI Reksa Dana Berkembang).
Pada tahun 2003 hasil pengukuran dengan metode Sharpe dan Treynor semuanya bernilai positif Selain itu dapat dilihat bahwa average return-nya yang mengalami peningkatan yang cukup signiftkan yaitu 0.0340, walaupun sekali lagi hasil tes Anova menunjukkan bahwa kinerja reksa dana saham ini tidak dapat diperingkatkan karena rata-rata return reksa dana adalah sama dengan nol. Dengan metode Sharpe, kisaran nilai imbal hasilnya antara 0.6160 sampai 0.1881. Untuk metode Treynor, kisaran nilai imbal hasilnya antara 0.0459 sampai 0.0161. Pengukuran dengan metode Jensen yang menunjukkan hasil tea Anova yang menyatakan bahwa nilai kinerja sahamnya berbeda secara signiftkan, hanya ada tujuh reksa dana yang memiliki nilai alpha positif. Nilai alpha positif pada metode ini berkisar antara 0.0086 sampai 0.0014."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Mutual funds are managed by investment manager which posses much more knowledge and information than usual investor, so that more profit can be obtained from the market.
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Shanti Aprilia Doede
"Penelitian ini menguji kemampuan Reksa Dana Saham di Indonesia dalam menghasilkan kinerja yang outperformed dan fenomena adanya persistensi kinerja reksa dana. Dalam penelitian yang dilakukan Jensen pada tahun 1968 disebutkan bahwa kinerja historis reksa dana bukanlah suatu indikasi dari kinerjanya di masa depan. Namun demikian, Hendricks, Patel dan Zeckhauser (1993) menemukan beberapa bukti adanya persistensi tersebut. Hal ini sejalan dengan keinginan kebanyakan investor yang lebih menyukai atau mempercayai bahwa kinerja historis reksa dana dapat dijadikan acuan bagi kinerja reksa dana di masa yang akan datang. Banyaknya penelitian yang menunjukkan terjadinya inkonsistensi terhadap kinerja reksa dana menjadikan pemilihan reksa dana yang sukses menjadi tugas yang menantang baik bagi calon investor individual maupun penasihat investasi.
Analisis kinerja reksa dana saham dilakukan dengan menggunakan data raw return, model single factor CAPM dan model multi factor Fama & French dan Carhart. Dengan menggunakan 16 sampel reksa dana saham di Indonesia, hasil penelitian menunjukkan bahwa 13 reksa dana saham di Indonesia menunjukkan kinerja yang lebih baik daripada kinerja pasar. Kinerja reksa dana saham tersebut dipengaruhi secara negatif oleh faktor ukuran kapitalisasi pasar (size) saham-saham yang terdapat dalam portofolio reksa dana, dan dipengaruhi secara positif oleh faktor rasio nilai buku terhadap nilai pasar (book-to¬ market value of equity) serta dipengaruhi secara positif oleh faktor momentum meskipun secara statistik tidak signifikan.
Fenomena keberadaan persistensi .kinerja (repeat performance) reksa dana saham dilakukan untuk melihat apakah reksa dana dengan kinerja winner dalam suatu periode akan kembali menujukkan kinerja winner dalam periode berikutnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persistensi paling kuat terjadi pada reksa dana yang dievaluasi dengan menggunakan model kinerja multi faktor dengan persentase repeat winner sebesar 51.11% dibandingkan dengan menggunakan model single factor CAPM yang memberikan persentase repeat winner sebesar 46.51% dan data total raw return yang hanya memberikan persentase repeat winner sebesar 29.22%.

This study examine the Indonesian equity funds performance compared to market portfolios benchmark and the phenomenon of its performance persistence. The study by Jensen (1968) contended that past mutual fund performance was not indicative of future performance. Hendricks, Patel and Zeckhauser (1993) found at least some evidence of persistence, as did Goetzmann and Brown [1995]. Most investors would like to believe that historical mutual fund performance is indicative of future results. Inconsistency in fund performance makes selecting successful mutual funds a challenging task for both the individual investor and the investment advisor.
Equity funds performance measurement is conducted by analyzing raw return and factor models - The Capital Asset Pricing Model (single factor), 3-factors portfolios Fama & French, and 4-factors portfolios Carhart. Using 16 samples of Indonesian equity funds, the result showed that 13 funds outperformed the market portfolios (1HSG). The performance of the funds are negatively influenced by market capitalization (size effect) and positively influenced by book-to-market value of equity ratio and momentum factor, but none are statistically significant.
The second stage of the study is to determine whether a fund is likely to perform well in the future, given the performance of the fund by assessing the cross-sectional tests of performance persistence. Basically, do winning equity funds repeat? The result of the study showed that during sampling periods (July 1999 - June 2003), the highest persistence is exhibited by funds whose performance measurement is conducted by alpha ranks from multi-factor models (the 3-factors Fama & French and 4-factors Carhart) with percentage of repeat winner is 51.11% compared to single-factor model which exhibit 46.51% and total raw return ranks that only revealed 29.22% repeat winner.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20139
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Maduri
2007
T24346
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Novitri Muliani
"Meningkatnya kebutuhan hidup seiring dengan meningkatnya nilai inflasi di indonesia, mengakibatkan butuhnya investasi yang dapat memberikan keuntungan lebih dari nilai inflasi. Hal ini membuat investor berupaya mencari investasi selain deposito sehingga membuat perkembangan industri reksa dana menjadi pesat di Indonesia. Penelitian ini menggunakan model Treynor Mazuy bertujuan untuk bisa memberikan gambaran megenai kemampuan market timing dan stock selection para manajer investasi.
Dari hasil Uji Time Series yang dilakukan untuk bisa menggambarkan kemampuan market timing dan stock selection manajer investasi secara keseluruhan, didapatkan hasil hampir semua manajer investasi mempunyai kemampuan market timing yang buruk. Sementara kemampuan mereka dalam melakukan stock selection jauh lebih baik, tapi hanya memberikan nilai tambah yang sedikit terhadap excess return portofolio pada manajer investasi tersebut.

The growing needs of life along with increasing inflation in Indonesia resulted in the quickness of investment that can provide an advantage over inflation. This makes investors seek investments that can improve their finances, thus making the development of the mutual fund industry to be fast in indonesia. This research employs Treynor Mazuy model to figure up the market timing and stock selection ability of the fund manager.
The result of the Time series test of this model, we could find out that almost all fund managers in Indonesia have bad market timing ability. They have much better stock selection ability, even though the ability has small effect for their excess return portfolio.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Fajar Saputra
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat style dan kinerja reksa dana berdasarkan styte yang dibuat. Style dari reksa dana dibangun atas lima buah indeks sebagai pendekatan faktor aset yaitu indeks LQ45, indeks nonLQ45 Aktif, indeks nonLQ45 Semi-Aktif, indeks nonLQ45 Pasif dan suku bunga SBI 1 bulanan sebagai pendekatan dari aset pasar uang.
Untuk membangun tiga indeks pendukung yang digunakan (indeks nonLQ45 Aktif, indeks nonLQ45 Semi Aktif dan indeks nonLQ45 Pasit) digunakan metode market capitalization weighted index. Style dibangun menggunakan metode style analysis yang diciptakan oleh William Sharpe. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa reksa dana saham yang diteliti cenderung mengalokasikan dananya pada saham-saham LQ45 dan aset-aset pasar uang. Sedangkan kinerja reksa dana yang diteliti menunjukkan mayoritas dari reksa dana ini masih belum dapat mengalahkan style-nya secara signifikan.

Abstract
This study based on Sharpe 's study on return-based style analysis. This study aimed at build a style and measure fund performance based on that style. There are five asset class factors that being used to build style. Indexes that being used to proxy those factors are LQ45 index, nonLQ45 Aktif index, nonLQ45 Semi-Aktif index, nonLQ45 Pasif index and SBI 1 Month rate as proxy for money market assets. To build nonLQ45 Aktif, nonLQ45 Semi-Aktif and LQ45 Pasif indexes, market-capitalization weighted index method will be used. Result from this study show that stock fund in this study have their most asset allocation on LQ45's stock and money market assets. Perfomance measure in this study shows that most fund in this stuady still had their return below their style.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T16978
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Wardhani
"Reksa Dana merupakan salah satu industri yang sedang berkembang. Sejak dicanangkannya tahun 1996 sebagai tahun Reksa Dana industri Reksa Dana mengalami pertumbuhan yang sangat cepat. Hal ini ditandai oleh semakin banyaknya Reksa Dana yang beroperasi. Dengan semakin banyaknya Reksa Dana maka investor memiliki semakin banyak pilihan. Selain mempertimbangkan kemanfaatan yang diberikan oleh Reksa Dana, investor juga harus mempertimbangkan kinerja dari Reksa Dana tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kinerja Reksa Dana saham yang ada di Indonesia dan faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kinerja Reksa Dana. Untuk mengukur kinerja Reksa Dana penelitian ini menggunakan model yang telah dikembangkan oleh Jensen (1968) dan Carhart (1997). Pada model Jensen kinerja diukur rnelalui intersep dari basil regresi antara kelebihan pengembalian portfolio sebagai variabel dependen dan kelebihan pengembalian pasarsebagai variabel independen. Model carhart merupakan pengembangan dari model Jensen dirnana variabel independennya ditambah dengan ukuran (size) dari portfolio Reksa Dana yang diproxi oleh kap-itolisasi pasar, PBV (price to book value) dari portfolio Reksa Dana dan pengembalian portfolio bulan sebelumnya. Pada penelitian ini variabel independennya ditambah dengan nilai PER (price earning ration) portfolio Reksa Dana.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Reksa Dana yang dibeliti pada penelitian ini adalah kemampuan manajer portfolio dalam hal memilih saham yang tepat dan pada scat yang tepat (stock selection & market lining ablita, kemampuan manajer portfolio dalam mempertahankan kinerjanya (hatbands effect) clan karakteristik Reksa Dana. Untuk mengetahui ada atau tidak stock .selection & market dining ability maka digunakan model yang telah dikembangkan oleh Henriksson dan Merton (1981) ditambah dengan faktor-faktor yang terdapat pada pengukuran kinerja Reksa Dana dengan menggunakan model carhat. Sedangkan untuk mengetahui kemampuan manajer portfolio dalam mempertahankan kinerjanya diregresikan antara kelebihan pengembalian portfolio periode t sebagai variabel dependen dan kelebihan pengembalian portfolio periode t-1 sebagai variabel independennya. Faktor karakteristik Reksa Dana yang mempengaruhi kinerja Reksa Dana yang diteliti adalah rasio antara biaya operasional Reksa Dana terhadap Total Aktiva Bersih, Total Aktiva Bersih Reksa Dana, umur Reksa Dana, perputaran portfolio Reksa Dana, jumlah maksimum persentase biaya transaksi, atliasi Reksa Dana dengan perusahaan sekuritas.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Reksa Dana yang diobservasi tidak memberikan kinerja yang Iebih baik dari pada kinerja pasar sebagai benchmarknya. Kinerja Reksa Dana selama periode penelitian underperform terhadap pasar sebesar 1.03 basis poin perbulan (berdasarkan model Jensen) atau 12.2 basis pain perbulan (berdasarkan model Carhart). Secara individu hanya 7 dari 18 Reksa Dana dalam sampel yang rnenunjukkan kinerja yang lebih balk atau outperform dari kinerja pasar, yaitu Arjuna, Danareksa Syariah, GTF Sejahtera, GTF Sentosa, indosurya Khatulistiwa, Panin dana Maksima, dan MPF Invests Pesona.. Disamping itu penelitian ini menyatakan bahwa tingkat pengembalian pasar sangat menentukan tingkat pengembalian portfolio Reksa Dana. Kontribusi tingkat pengembalian pasar terhadap tingkat pengembalian )l6stra1 portfolio adaLah sebesar 58 basis poin perbulan (baik berdasarkan model Jensen maupun model Carhart) untuk setiap kenaikan kelebihan pengembalian pasar sebesar 100 basis pain. Sedangkan berdasarkan analisis per individu tingkat pengernbalian pasar memberikan kontribusi signifikan positif terhadap tingkat pengembalian portofolio dengan kisaran 46.8 sampai dengan 110.7 basis poin perbulan untuk setiap kenaikan kelebihan pengembalian pasar sebesar 100 basis pain. Selain itu dari penelitian ini dapat diindikasikan bahwa Ada kecenderungan bahwa Reksa Dana lebih memilih saham-saham yang berkapiitaiisasi besar dalam portfolionya dibandingkan sahamsaham yang berkapitalisasi kecil dan Reksa Dana yang diobservasi menggunakan strategi momentum sederhana dalam pengelolaan portfolionya. Hal ini dapat dilihat dari pengaruh yang signifikan positif dari variabel rata-rata size dari saham-saham yang ada dalam portfolio Reksa Dana dan tingkat pengernbalian Reksa Dana bulan sebelumnya terhadap kelebihan pengembakan portfolio Reksa Dana.
Jeleknya kinerja Reksa Dana ini lebih disebabkan oleh ketidakmampuan manajer portfolio dalam memilih saham yang tepat untuk dimasukkan ke dalam portfolionya. Ketidak mampuan dalam hal stock selection ability ini memberikan kontribusi negatif terhadap pengembalian portfolio sebesar 14.8 basis pain per bulan. Sedangkan kemampuan dalam membeli/ menjual saham pada saat yang tepat atau market timing ability hanya memberi kontribusi terhadap peningkatan pengembalian portfolio sebasar 2.03 basis pain per bulan untuk setiap kenaikan kelebihan pengembalian pasar sebesar 100 basis poin. Dan kemampuan untukmempertahankan kinerjanya atau hot hands ectmembedkan kontribusi terhadap peningkatan tingkat pengembalian Reksa Dana adalah sebesar 5.25 basis pain perbulan untuk setiap kenaikan kelebihan pengembalian portofolio bulan sebelumnya sebesar 100 basis poin. Jadi kontribusi negatif dari stock selection ability dari manajer portfolio mendominasi kontribusi positif dari kemampuan manajer portfolio dalam hal market timing ability dan hat hands effectsehingga secara keseluruhan kemampuan manajer portfolio dalam mengelola portfolionya justru menurunkan tingkat pengembalian portfolionya, yaitu sebesar 7.52 basis pain per bulan.
Sedangkan berdasarkan analisis per individu hanya 7 Reksa Dana yang menunjukkan stock selection ability yang positif dengan nilai kontribusi terhadap pengembalian portofolio berkisar antara 9.05 sampai dengan 42.3 basis pain per bulan. Sedangkan untuk market timing ability Reksa Dana memiliki nilai posiitif dengan nilai kontribusi terhadap pengembalian portofolio berkisar antara 1.12 sampai dengan 76.1 basis pain per bulan. Untuk hatbands effect7 Reksa Dana merniliki kemampuan tersebut dengan nilai kontribusi terhadap pengembalian portofolio berkisar antara 1.38 sampai dengan 20.4 basis pain per bulan.
Selain ketidakmampuan manajer portfolio dalam memilih saham yang tepat, perbedaan karakteristik satu Reksa Dana dengan Reksa Dana lainnya menjadi penyebab lain dari jeleknya kinerja Reksa Dana yang diobservasi. Kinerja Reksa Dana dipengaruhi secara signifikan negatif oleh Total Aktiva Bersih, umur Reksa Dana, persentase biaya transaksi. Persentase biaya transaksi memberikan kontribusi terbesar terhadap jeleknya kinerja Reksa Dana. Sedangkan karakteristik Reksa Dana yang berkaitan dengan afiliasi Reksa Dana dengan perusahaan sekuriitas berpengaruh secara signifikan posittf."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20623
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Brian Ronggur Adobe
"Industri reksa dana di Indonesia mengalarni fenomena yang menarik pada periode 2003 sampai dengan 2006. Pertumbuhan NAB yang pesat dari Rp 8 triliun tahun 2001 mencapai puncaknya Rp 113 triliun pada bulan Februari 2005, Kemudian terjadi gelombang redemption yang menjatuhkan NAB menjadi Rp 29 triliun pada bulan Desember 2005. Tetapi dalam periode pengatnatan penelitian ini, reksa dana saham adalah satu-satunya jenis reksa dana yang mengalami pertumbuhan NAB positif. Hal ini mengindikasikan meningkatnya minat masyarakat kepada reksa dana saham. Untuk itu penelitian ini dilakukan sebagai referensi investor dalam melakukan penilaian dan pemilahan reksa dana saham.
Penelitian ini menganalisis 15 reksa dana saham yang memenuhi batasan yang telah ditetapkan. Untuk mengukur kinerja reksa dana saham, digunakan metode pengukuran kinerja Sharpe's Measure, Treynor's Measure, Jensen's Measure, dan Appraisal Ratio. Data perhitungan yang digunakan adaiah NAB mingguan reksa dana saham, IHSC mingguan, dan tingkat suku bunga SBI mingguan. Selain itu dibahas juga reksa dana terbaik dalam tiga skenario investasi investor.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reksa dana saham dengan Sharpe's Measure terbesar adalah reksa dana saham Rencana Cerdas. Reksa dana saham dengan Treynor's Measure terbesar adalah reksa dana saham Arjuna. Reksa dana saham dengan Jensen's Measure dan Appraisal Ratio terbesar adalah reksa dana saham Rencana Cerdas.
Dengan menggunakan cut-off tiga besar dalam tiap-tiap metode yang digunakan, penelitian ini memilih lima reksa dana saham terbaik dalam periode pengamaian. Yaiat reksa Jana saham Si Dana Saharn, Rencana Cerdas, Schroder Dana Prestasi Plus, Panin Dana Maksima, dan Arjuna. Untuk menentukan reksa dana saham yang terbaik bagi tiap investor, penelitian ini menyimpulkan bahwa reksa dana saham Rencana Cerdas adalah reksa dana saham terbaik jika skenario investasi investor adalah total investasi investor dan skenario campuran portofolio aktif dengan portofolio indeks pasar pasif, Sedangkan reksa dana saham Arjuna adalah reksa dana saham terbaik untuk skenario investasi sub-pcirtofolio dalam sebuah investment fund yang besar.
Mengingat risiko investasi di reksa dana saham memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan reksa dana lainnya, maka scbaiknya investor mcmiliki horizon investasi jangka panjang dalam reksa dana saham. Seiain itu, dalam memilih reksa dana saham, investor hares memilih reksa dana saham dengan profil imbal Vasil dan risiko yang sesuai dengan dirinya dart mempertin hangkan skenario investasinya.

The period of 2003 to 2006 illustrates an interesting phenomenon in the mutual fund industry in Indonesia, After a rapid net assets value (NA V) growth from 8 trillion rupiahs in 2001 to its peak of 113 trillion rupiahs in February 2005, the inrhtstg suffer- a huge loss due to a lot of redemptions throughout 2005. By December 2005, the NA V was 29 trillion rupiahs. In this period, equity mutual f utd was the only mutual_f utd with positive NAV growth. This indicates that the interest and confidence to equity mutual f nrd is increasing. This research is conducted to add reference for investors to evaluate and choose equity mutual frurd.
This research analyzed 15 equity mutual funds that meet the terms set. It employed Sharpe 's Measure, Treynor's Measure. Jensen 's Measure, and Appraisal Ratio to measure the equity mutual fund performance. The data that used are weekly equity mutual fund NA V, weekly Jakarta Composite Index (JCI), and weekly SBI interest rate. Furthermore, it determined the best equitl, mutual find based on three investment scenarios.
The result of the research shows that the equity mutual find with the highest Sharpe's. Measure is Rencana Cerdos. Equity mutual fired with the highest Tremor's Measure is Arjuna. Equity mutual fund with the highest Jensen?s :Measure and Appraisal Ratio is Rencana Cerdas.
Five equity mutual funds fill the best of three in each performance measurentent. These ere Si Dana Saham, Rencana Cerdas. Schroder Dana Prestusi Plus, Panin Dana Maksima, and Arjuna. Moreover, in three different investment scenarios, the best equity mutual fiord is Rencana Cerdas if it represents overall investor investment or if it will be mixed with market portfolio. While Arjuna equity fiord is the best mutual fund if it a sub-portfolio in a large investment fund.
Considering that the risk of equity mutual fiend is higher than the other type of mutual fund, investor should have a long investment horizon in equity mutual fund. Additionally, in selecting equity mutual fund, investors should considering his or her risk-return profile and investment scenario.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18432
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bety Rosalina
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang ada antara biaya reksa dana dengan kinerja dalam industri reksa dana saham di Indonesia. Secara khusus penelitian ini membahas kinerja reksa dana dengan menggunakan metode 4 faktor milik Carhart yang dipengaruhi oleh market portofolio, size, book to market, dan momentum.
Metode Carhat akan menghasilkan nilai konstanta intercept ( ) yang akan menjelaskan apakah sebuah reksa dana menghasilkan (tidak menghasilkan) excess return. Nilai konstanta intercept ( ) ini yang dipakai untuk melihat hubungan yang ada antara biaya dengan kinerja pada reksa dana saham. Penelitian ini menggunakan 27 produk reksa dana saham yang terdaftar di BAPEPAM selama periode 2009-2013.
Berdasarkan data analisis, penelitian ini menemukan adanya hubungan negatif antara biaya reksa dana dengan kinerja yang dihasilkan oleh masing-masing reksa dana saham. Hubungan negatif antara biaya dengan kinerja pada reksa dana dapat dijadikan referensi bagi para investor dalam memilih produk reksa dana untuk berinvestasi berdasarkan biayanya.

The objective of this research is to study the relation between fee and performance in Indonesia?s equity mutual fund industry. In particular this research examines how to investigate mutual fund performance using four factors
Carhart method influenced by market portfolio, size, book to market and momentum. This method generates the intercept () which explain whether the value of () will generate (or not generate) the excess return in a mutual funds. The value of intercept () will be used to correlate the relation between fee and performance in equity mutual funds. This research uses 27 equity mutual funds listed in BAPEPAM from 2009-2013.
Based on analysis, this study found there is a negative relation between fee and performance of each equity mutual funds. The negative relation between fee and performance in mutual fund can be used as reference for investors to choose which mutual fund product for investment based on their fee.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55117
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Fransisca Pandean
"Jumlah produk reksa dana di Indonesia terus bertambah menunjukkan minat masyarakat yang tinggi untuk berinvestasi di reksa dana . Investor yang tidak memiliki cukup pengetahuan dan waktu untuk mengelola investasinya tidak perlu khawatir karena manajer investasi akan melaksanakan tugas manajemen reksadana. Namun, masih dibutuhkan pengetahuan reksadana yang baik untuk menganalisis produk. Penelitian ini membahas pola analisis kinerja reksa dana saham, reksadana pendapatan tetap, dan reksadana campuran di Indonesia dari tahun 2013 - 2017. Pengukuran kinerja dilakukan menggunakan pengukuran Sharpe, pengukuran Treynor, pengukuran Jensen, Appraisal, M2, dan T2 . Hasilnya menunjukkan bahwa tidak mudah untuk mempertahankan kinerja terbaik untuk setiap tahun memiliki kesamaan pada produk reksa dana tertentu. studi ini dilakukan untuk memberikan pandangan yang dapat membantu investor dalam memilih produk reksa dana yang tepat.

The number of mutual funds products in Indonesia continues to grow showing high interest of this investment instrument. Investors who don't have enough knowledge and time to manage his/her investment don't need to worry because investment manager will carry out the mutual fund management task. However, it still takes a good knowledge of mutual funds in order to analyze the product. This research discusses the performance analysis pattern of equity mutual fund, fixed-income mutual fund, and mixed mutual fund in Indonesia from 2013 – 2017. Performance measurement was conducted using Sharpe’s Measure, Treynor’s Measure, Jensen’s Measure, Appraisal Ratio, M2 Measure, and T2 Measure. The results show that it is not easy to maintain the best performance for each year have in common on certain mutual fund products. this study was conducted to provide a view that can help investors in choosing the right mutual fund products.

Kinerja, Reksa Dana Saham, Reksa Dana Campuran, Sharpe, Treynor, Jensen, Appratial Ratio, M2, T2

 

"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>